08 Naskah Publikasi
08 Naskah Publikasi
08 Naskah Publikasi
ABSTRACT
The community health care is a first-rate health facility and a place to get referrals for second and
third level facilities such as hospitals. Increased health service make patient visits increase
indirectly and result in more B3 waste (medical waste) being produced. Increasing the rate of
generation of B3 waste must be balanced with a good B3 waste management system so that it
does not become a source of disease spread. This study aims to analyze the weight and volume
of medical waste generation and provide recommendations for management of medical waste in
health centers. The method used in this study is the purposive sample method. This research is
a descriptive study using a quantitative-quantitative approach. In this study a quantitative
approach was carried out because it would measure the number of B3 waste generated from the
activities of the health center. The type of research used in this study is descriptive qualitative
research with observational approach and questionnaire. The result showed that the weight of
non-hospitalized community health care medical waste was 1.2 kg/day and volume was 13.5
liters/day. While the weight of community health care medical waste is hospitalzed at 1.5 kg/day
and the volume is 17.5 liters/day. The management recommendations needed to manage medical
waste at the community health care are to reduce product packaging such as gloves, addition,
there is the establishment of SOP or strict regulations regarding sorting. As for other matters in
the packingaging process, it is necessary to provide information on the name of B3 waste, the
date produced by B3 waste and the date of packaging of incoming B3 waste.
1
ABSTRAK
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan menjadi tempat untuk
mendapatkan rujukan fasilitas tingkat kedua dan ketiga seperti rumah sakit. Peningkatan
pelayanan kesehatan yang meningkat membuat kunjungan pasien meningkat secara tidak
langsung dan mengakibatkan timbulan limbah B3 (limbah medis) yang dihasilkan lebih banyak.
Peningkatan laju timbulan limbah B3 harus diimbangi dengan sistem pengelolaam limbah B3
yang baik agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis berat dan volume timbulan limbah medis, dan memberikan rekomendasi
pengelolaan limbah medis di pusat kesehatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode purposive sample. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif - kualitatif. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif karena
akan melakukan pengukuran berapa jumlah timbulan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan
puskesmas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan observasional dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berat Limbah B3 puskesmas non rawat inap sebesar 1.25 kg/hari dan volume sebesar 13.5
liter/hari. Sedangkan berat Limbah B3 puskesmas rawat inap sebesar 1.55 kg/hari dan volume
sebesar 17.5 liter/hari. Rekomendasi pengelolaan yang diperlukan untuk mengelola limbah
medis di puskesmas yaitu membuat Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang terpisah dari
bangunan Puskemsas, membuat SOP atau peraturan yang tegas mengenai pengelolaan limbah
medis dan memberikan simbol dan label untuk mengetahui jenis dan karakteristik limbah.
Kata kunci : Limbah bahan berbahaya dan beracun, Puskesmas dan Tempat penampungan
sementara
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Kulonprogo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Berdasarkan data BPS Kabupaten Kulonprogo tahun 2016, jumlah
penduduk di Kabupaten Kulonprogo yaitu 412.611 jiwa dengan luas 586,3 𝑘𝑚2. Pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Kulonprogo diikuti dengan peningkatan di berbagai bidang, salah
satunya pelayanan kesehatan di Puskesmas melalui program berobat gratis seperti BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Limbah B3 puskesmas dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan
maupun estetika. Selain itu Limbah B3 juga dapat menjadi sumber penularan penyakit apabila
tidak diolah dengan benar. Menurut Mayoneta dan Warmadewanthi (2016), limbah medis
yang dihasilkan oleh pelayanan kesehatan sebesar 10-25% dan sisanya sebesar 75-90%
merupakan limbah domestik. Walaupun limbah medis yang dihasilkan lebih sedikit dari limbah
domestik, resiko terhadap pencemaran lingkungan berpotensi lebih besar apabila tidak ada
pengelolaan limbah B3 yang baik. Oleh karena itu, pengelolaan limbah B3 puskesmas perlu
mendapat perhatian khusus dan memadai agar dampak negatif yang mungkin akan
ditimbulkan dapat dihilangkan.
1.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang akan dilakukan ini sudah ada penelitian sebelumnya yang serupa,
namun masih terdapat perbedaan variabel, waktu, dan tempat penelitian sebelumnya.
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya tersebut, memuat referensi
yang menggambarkan kedudukan penelitian, studi atau kegiatan perencanaan dalam
penelitian. Berikut merupakan hasil dari penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Penelitian Sebelumnya
3
medis padat terbesar pada
Puskesmas di pengetahuan tidak baik
Kabupaten Siak. 59,1%, sikap negatif
Menganalisis faktor 62.1%, sarana dan
yang paling besar prasarana 72.7% dan
pengaruhnya tindakan tidak baik 66.7%,
terhadap tindakan Faktor yang paling besar
dalam pengelolaan pengaruhnya terhadap
limbah medis padat pengelolaan sampah
puskesmas di medis padat Puskesmas di
Kabupaten Siak. Kabupaten Siak adalah
Menganalisis sikap petugas dengan nilai
dampak OR sebesar 14.2 artinya
pengelolaan limbah pengelola limbah medis
medis padat padat yang memiliki sikap
puskesmas negatif akan melakukan
terhadap tenaga tindakan tidak baik dalam
pengelola di pengelolaan limbah medis
Kabupaten Siak. padat Puskesmas sebesar
14,2 kali.
2 Pengelolaan Rahno, Mengidentifikasi Dari bahasan di atas,
Limbah Roebijoso, dan sistem pengelolaan dapatlah disimpulkan
Medis Padat Leksono limbah medis yang bahwa limbah medis padat
Di dihasilkan di Puskesmas Borong
Puskesmas puskesmas Borong Kabupaten Manggarai
Borong Kabupaten Timur belum dilakukan
Kabupaten Menggarau Timur pengelolaan secara baik
Menggarai Provinsi Nusa dan benar sesuai
Timur Tenggara Timur , ketentuan. Hal ini
Provinsi Merekomendasikan disebabkan karena belum
Nusa solusi yang dapat adanya dukungan
Tenggara diterapkan untuk manajemen berupa
Timur menjawab penyiapan peraturan atau
promblematika dari kebijakan, standard
4
sistem pengelolaan operating procedure,
limbah yang anggaran, fasilitas atau
dilakukan oleh peralatan yang memadai.
puskesmas. Ketersediaan tenaga
sanitarian secara
kuantitatif mencukupi.
Namun belum ada
koordinasi yang jelas untuk
kegiatan pengelolaan
limbah, dan rendahnya
kesadaran para petugas
puskesmas dalam upaya
sanitasi khususnya
penanganan limbah medis,
3 Evaluasi Mayonetta dan Mengidentifikasi Komposisi limbah padat
Pengelolaan Warmadewanthi komposisi limbah B3 terbesar pada
Limbah 2016 padat B3 pada Puskesmas rawat inap
Padat B3 Puskesmas, adalah botol infus bekas
Fasillitas Mengidentifikasi 59%, pada Puskesmas
Puskesmas kondisi eksisting rawat jalan adalah
di Kabupaten pengelolaan limbah infeksius non benda tajam
Sidoarjo padat Puskesmas , 73%, dan pada Pustu
dan Merekomendasi adalah infeksius benda
problematika yang tajam 39% . Laju timbulan
ada di Puskesmas pada rawat inap adalah
tersebut 60,47 g/pasien.hari, rawat
jalan 6,37 g/pasien.hari
dan Pustu 1,97
g/pasien.hari, Kondisi
eksisting pengelolaan
limbah padat B3 di
Puskesmas dan
penggunaan APD belum
berjalan optimal, dan
5
Rekomendasi yang
diberikan adalah
penggunaan ruang
pendingin dengah suhu
dibawah 0°C di setiap
Puskesmas sebagai TPS,
pemilahan limbah bekas
botol infus dan safety talk
yang diadakan secara
rutin.
6
2. Metode Penelitian
7
2.3 Lokasi Penelitian
8
mengumpulkan limbah dari sumber limbah ke wadah limbah. Pada saat sampling
dilakukan pengukuran Limbah B3 di setiap ruangan Puskesmas yang menghasilkan
Limbah B3 secara bergiliran baik Limbah Benda Tajam maupun Limbah Non Benda
Tajam. Selanjutnya dilakukan pengukuran pencatatan berat dan volume Limbah B3
menggunakan timbangan portabel dan penggaris.
2.5 Analisis Data
Data yang telah didapatkan dari data primer dan data sekunder segera diolah dan
dianalisis di Metode Guttman yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari presepsi para
petugas Puskesmas tentang sistem pengelolaan limbah B3 serta yang terdapat di
Puskesmas Kabupaten Kulonprogo. Beberapa keunggulan metode Guttman yaitu
mendapatkan jawaban yang tegas, mendapatkan jawaban yang konsisten, serta
mendapatkan yang menyakinkan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
alat ukur berapa lembar kuisioner berskala Gutman, data yang diperoleh berupa data
interval atau rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “Ya” atau “Tidak”. Jawaban dari
responden dapat dibuat skor tertinggi “Satu” dan skor terendah “Nol”. sedangkan untuk
setiap pernyataan negatif, yaitu Ya = 0 dan Tidak = 1. Untuk memudahkan dalam memilih
Ya dan Tidak, Jika jawaban ‘Ya’ dipilih apabila pihak Puskesmas telah melaksanakan
poin pengelolaan dengan progres 51-100% sedangkan ‘Tidak’ dipilih bila pihak
Puskesmas baru melaksanakan dengan progress 0-50%.
9
20 17,8
17,2
18
16
14
Berat : kg/hari
12
10 Volume : l/hari
8
6
4
1,5 1,6
2
0
Temon 1 Sentolo 1
Berat : kg/hari 1,5 1,6
Volume : l/hari 17,2 17,8
10
34%
66%
Pelatihan dan sosialisasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui bahaya dari
Limbah B3, agar pada saat pengumpulan tidak tercampur serta dalam proses pemilahan
dan penegakkan aturan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 56 tahun 2015
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah B3 dari fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muluken, et al (2013) tentang
praktik pengelolaan limbah pada tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan Gondar,
Ethiopia menyatakan bahwa pengawasan rutin dan penegakan aturan turut
mempengaruhi praktik pengelolaan limbah.
11
3.2 Limbah B3 Puskesmas Non Rawat Inap
Untuk mengetahui timbulan limbah B3 di Puskesmas Non Rawat Inap dapat dilihat
pada Gambar 3.2 sebagai berikut ini :
16
13,9
14 13,2
12
Berat : kg/hari 10
8 Volume :
6 l/hari
4
2 1,2 1,3
0
Wates Nanggulan
Berat : kg/hari 1,2 1,3
Volume : l/hari 13,2 13,9
Gambar 3.2 Berat dan Volume Timbulan Limbah B3 Puskesmas Rawat Inap
12
puskesmas. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, oleh
karena itu pasien hanya diobservasi dan apabila harus dilakukan penanganan lebih lanjut,
akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat diatasnya yaitu rumah sakit. Berikut ini
merupakan komposisi limbah B3 di Puskesmas Non Rawat Inap Kabupaten Kulonprogo.
39%
61%
13
kesehatan seperti puskesmas, semakin banyak limbah B3 yang dihasilkan karena
kegiatan seperti pasien melahirkan, tindakan yang dilakukan oleh dokter, pasien rawat
inap, akan menghasilkan limbah B3. Sebaliknya puskesmas non rawat inap, semakin
banyak rata-rata kunjungan pasien bukan berarti timbulan limbah B3 yang dihasilkan akan
lebih banyak karena jika pasien yang datang dari golongan menengah ke bawah dan tidak
mampu membayar maka dokter hanya memberikan tindakan seperti suntik dan hanya
berkonsultasi.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan :
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan :
1. Rata-rata timbulan limbah B3 pada Puskesmas Non Rawat Inap di Kabupaten
Kulonprogo menghasilkan limbah B3 yaitu sebanyak 1.25 kg/hari dan volume 13.5 l/hari.
Sedangkan rata-rata timbulan limbah B3 pada Puskesmas Rawat Inap di Kabupaten
Kulonprogo menghasilkan limbah B3 yaitu sebanyak 1.55 kg/hari dan volume 17.5 l/hari.
2. Pengelolaan limbah B3 yang telah dilakukan oleh puskesmas termasuk kedalam kategori
“Sangat baik” dengan mendapatkan skor rata–rata pengelolaan limbah B3 sebesar 85 %.
Tetapi dalam beberapa aspek puskesmas belum sesuai dengan peraturan mengenai
pengelolaan limbah B3 yang ada seperti penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih
belum diperhatikan dengan baik
3. Rekomendasi Manajemen Pengelolaan yang Ditawarkan :
Rekomendasi pengelolaan Limbah B3 yang dapat dilakukan bagi Puskesmas Kabupaten
Kulonprogo dari penelitian ini dengan tetap mengacu PerMenLHK no 56 Tahun 2015
adalah Pada proses pengemasan perlu adanya pemberian keterangan mengenai nama
limbah B3, identitas penghasil limbah B3, tanggal dihasilkan limbah B3 dan tanggal
pengemasan limbah B3 yang masuk. Selanjutnya pada proses pengumpulan perlu
dibuatkan peraturan tentang penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), sosialisasi tentang
bahaya limbah B3 yang berkala, pelatihan pengelolaan Limbah B3 selama 1 bulan sekali
dam pengawasan rutin sangat dibutuhkan untuk memberikan kesadaran terhadap para
petugas. Sedangkan tahapan penyimpanan limbah perlu untuk disimpan dalam
refrigerator atau pendingin pada suhu 0oC (nol derajat celsius) atau lebih rendah bila
penyimpanan melebihi 2 hari.
14
4.2 Saran
1) Saran untuk Puskesmas :
a. Perlu dilakukan kontroling dan inspeksi terhadap para pelaksana pengelolaan
Limbah B3 dan juga pada TPS Limbah B3 agar dapat lebih optimal.
b. Dalam penelitian berikunya diharapkan dapat melakukan kajian yang lebih luas
ataupun penyusunan pedoman kriteria pengelolaan Limbah B3 yang ramah
lingkungan.
c. Perlu dilakukannya evaluasi secara berkala dan terfokus pada tahap pengelolaan
Limbah B3 dan juga potensi bahayanya terhadap lingkungan sekitar.
15
Budi, Asmadi. 2013. Kesehatan Lingkungan Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Balushi A, 2018. Attitude and Practice of Biomedical Waste Management among Health
Care Personnel in a Secondary Care Hospital of Al Buraimi Governorate ,
Sultanate of Oman. Glob J Health Sci. 2018;10(3).
Biradar VS. The Effectiveness of Awareness Program on the Practices of Bio-medical
Waste Management among Nurses : A Review article. Int J Curr Med Appl Sci.
2015;8(3):81-87.
Dinas Kesehatan, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Kulonprogo. Yogyakarta : Dinas
Kesehatan
Ghareeb N, Al Sadek M. Assessment of Medical Waste Generation Rate at Zagazig
University Hospitals and Awareness and Practices of Nurses Regarding Medical
Waste Management. Int J Environtment. 2013;3(1):63-72
Hartatik, I.P., 2014. Buku Pintar Membuat SOP, Flashbooks, Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204
Tahun 2004 - Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 2004:64.
Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Marinkovic, N., Vitale, K., Holcer, N.J., Dzakula, A., Pavic, T. (2011), Management of
Hazardous Medical Waste in Croatia. Waste Management. 28, 1049-1056
Mohankumar, S., & Kottaiveeran, K. (2011). Hospital Waste Management and
Environmental Problems in India. International Journal of Pharmaceutical &
Biological Archives, 2(6), 1621–16
Muluken A, Haimanot G, Dar B. Healthcare waste management practices among
healthcare workers in healthcare facilities of Gondar town, Northwest Ethiopia.
Heal Sci J. 2013;7(3):315-326.
Makhura RR. Knowledge and Practices of Health Care Workers on Medical Waste
Disposal In Mapulaneng Hospital In The Ehlanzeni District of South Africa. J
Limpopo. 2016;106(12).
Mayonetta, Gloria, & Warmadewanthi, Idea. (2016). Evaluasi Pengelolaan Limbah B3
Fasilitas Puskesmas di Kabupaten, Sidoarjo, Surabaya : Jurnal Teknik ITS.
Muthoni MS, Nyerere A, Ngugi CW. Assessment of Level of Knowledge in Medical Waste
Management in Selected Hospitals in Kenya Applied Microbiology : Open Access.
Appl Microbiol. 2016;2(4).
16
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Pruss, A. 2015. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Cetakan I, Jakarta:
Penerbit EGC.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Rio, Nainggolan. 2010. Kualitas Limbah Padat Medis Rumah Sakit, Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.5(3):497 – 505.
SNI 19-3964-1994 Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Tika, Atik. 2011. Kualitas Limbah Padat Medis Rumah Sakit, Jurnal Ekologi Kesehatan
Vol.5(3):497 – 505.
Widodo, Adisasmito. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Widodo, Adisasmito. 2012, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Rajawali Pers.
17