Asi 3
Asi 3
Asi 3
Abstract
Public awareness and concern about exclusive breastfeeding is still quite low in Indonesia. The
importance of support from family and people around is considered very significant to help increase
motivation for mothers to exclusively breastfeed their babies until the age of 6 months to improve
the quality of life of mothers and babies. The objectives of PKM are 1) increasing knowledge about
exclusive breastfeeding, 2) improving breast care skills, 3) improving lactation massage skills, 4)
improving skills in providing and presenting breast milk. The target audience of PKM is a group of
mothers with toddlers aged 0-6 months and pregnant women in the third trimester. The PKM method
is collaborating with relevant agencies, to inform the holding of PKM on Exclusive Breastfeeding. The
results of PKM activities are 1) Mother's knowledge about the importance of exclusive breastfeeding
is good 84%, knowledge of oxytocin massage is good 79%, knowledge of expressing breast milk,
storing, and preparing breast milk is good 89%, 2) Skills in performing breast care are good 89%, 3)
Skills in doing lactation massage is good 95%, 4) Skills in providing and presenting breast milk is
good 90%. Mother's knowledge and skills about exclusive breastfeeding is one of the most important
factors influencing child development, optimizing brain neurodevelopment, providing immune
substances against disease, and creating emotional bonds between mother and baby. PKM outputs
are 1) PKM books/modules “Guidelines for Exclusive Breastfeeding”, 2) Scientific Articles. The
conclusion of community service activities is that all mothers can provide exclusive breastfeeding to
their babies at least until the baby is 6 months old. Suggestions need to follow up and monitor the
knowledge and behavior of mothers in giving exclusive breastfeeding to their babies.
Abstrak
Kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pemberian ASI eksklusif masih cukup rendah di
Indonesia. Pentingnya dukungan keluarga dan orang sekitar dinilai sangat signifikan untuk
membantu meningkatkan motivasi bagi ibu-ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya sampai usia 6 bulan guna untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayinya. Tujuan
dari PKM adalah 1) meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif, 2) meningkatkan
keterampilan perawatan payudara, 3) meningkatkan keterampilan pijat laktasi, 4) meningkatkan
keterampilan menyediakan dan menyajikan ASIP. Khalayak sasaran PKM adalah kelompok ibu-
ibu yang mempunyai anak balita dengan usia 0-6 bulan dan ibu-ibu hamil pada trimester tiga.
Metode PKM yaitu bekerjasama dengan dinas terkait, untuk menginformasikan diadakannya PKM
tentang ASI Eksklusif. Hasil kegiatan PKM adalah 1) Pengetahuan Ibu tentang pentingnya ASI
Eksklusif baik 84%, pengetahuan pijat oksitosin baik 79%, pengetahuan memerah ASI,
menyimpan serta menyiapkan ASIP baik 89%, 2) Keterampilan dalam melakukan perawatan
payudara baik 89%, 3) Keterampilan dalam melakukan pijat laktasi baik 95%, 4) Keterampilan
dalam menyediakan dan menyajikan ASIP baik 90%. Pengetahuan dan ketarampilan ibu tentang
ASI Eklusif salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,
mengoptimalkan perkembangan saraf otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. Luaran PKM adalah 1) Buku/modul PKM
“Pedoman ASI Eksklusif”, 2) Artikel Ilmiah. Kesimpulan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
semua ibu dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya minimal hingga usia bayi 6 bulan
Saran perlu adanya tindak lanjut dan monitoring pengetahuan dan perilaku ibu-ibu dalam
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
PENDAHULUAN
Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki target yang harus dicapai salah
satunya menurunkan angka kematian anak. Indikator yang harus dicapai menurunnya
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 12/1000 kelahiran hidup di tahun 2030 . Upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kematian bayi tersebut antara lain adalah
dengan pemberian ASI secara eksklusif. World Health Organization (WHO) dan United
Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menyarankan pemberian ASI
pada bayi sampai dengan usia dua tahun, sedangkan American Academy Of Pediatric (AAP)
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif dari usia 0 bulan sampai usia 6 bulan dan
dilanjutkan sampai usia bayi di atas satu tahun (Ida, 2012).
Air susu ibu (ASI) satu-satunya nutrisi ideal yang mengandung gizi tinggi yang
sangat bermanfaat untuk kesehatan dan meningkatkan imunitas bayi, oleh karena itu setiap
negara merekomendasikan bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan
tanpa memberikan makanan tambahan lain termasuk air minum dan susu formula. Tetapi
capaian pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang
diharapkan. Angka capaian untuk pemberian ASI eksklusif masih 35% (Kemenkes RI,
2019).
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi pada awal usia kehidupannya.
Sayangnya, sampai saat ini masih sedikit ibu yang memberikan ASI eksklusif selama enam
bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun dengan makanan pendamping ASI (MPASI) pada
anak. Sebagai makanan terbaik bayi, tetapi kenyataan nya masyarakat belum
memanfaatkan ASI sepenuhnya, bahkan terdapat kecenderungan terjadi pergeseran
penggunaan susu formula pada sebagian kelompok masyarakat (Aziezah & Adriani, 2013).
Setiap anak berhak untuk mendapatkan ASI secara eksklusif karena melalui
pemberian ASI akan mempererat ikatan antara ibu dan anak yang menjadi kunci untuk
peningkatan kualitas hidup bukan hanya pada bayi melainkan juga kualitas hidup dari
ibunya. ASI sebagai nutrisi bayi terbaik dan tidak dapat tergantikan dengan makanan dan
minuman lain. Pemberian ASI eksklusif dipercaya memiliki kontribusi yang besar terhadap
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberikan ASI secara eksklusif
akan tumbuh dan berkembang secara optimal (Kemenkes RI, 2017). ASI juga dipercaya
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi,
bakteri, virus, parasit, dan jamur (Mawaddah, 2015). Untuk itu, informasi dan manfaat
pemberian ASI harus selalu disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Pengetahuan, sikap, dan motivasi seoarang ibu masih menjadi faktor utama perilaku
pemberian ASI eksklusif. Selain itu, dukungan keluarga baik orang tua, mertua, suami, serta
orang terdekat lainnya serta dukungan tenaga kesehatan masih menjadi faktor eksternal
penting dalam pemberian ASI secara eksklusif. Sifat ASI yang kaya nutrisi dan mencegah
bayi dari gizi buruk dan stunting telah diketahui oleh sebagian besar ibu, namun pada
kenyataannya banyak ibu-ibu yang tidak mau memberikan ASI karena alasan tertentu.
Menyusui menjadi dasar kehidupan awal bagi seorang anak. Menurut peraturan
yang tertulis mengenai pemberian ASI eksklusif telah tertuang dengan jelas dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Kedua peraturan tersebut
menyebutkan wajibnya ibu memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan yang
didukung oleh pengadaan fasilitas laktasi di berbagai tempat. Pemberian ASI eksklusif tidak
hanya mengandalkan pengetahuan dan sikap positif. Ketersediaan fasilitas dan waktu untuk
memberikan ASI pada bayi menjadi hal lain yang perlu dipertimbangkan. Namun apabila
tersedia waktu dan fasilitas ibu tidak mau menyusui bayinya maka perlu ditelusuri faktor
lain yang mempengaruhi ibu. Dukungan dari keluarga dalam perawatan bayi juga
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI secara eksklusif.
Alasan utama ibu tidak konsisten memberikan ASI adalah ketakutan ibu akan
kecukupan ASI yang bisa diproduksi. Selama ibu mengonsumsi makanan bergizi, dan
selama terdapat rangsangan dari mulut bayi, maka ASI secara otomatis akan terus dapat
diproduksi. Namun ada pengaruh psikologis ibu pada peningkatan produksi ASI, sehingga
harapannya ibu yang menyusui bayinya, diharapkan ibu untuk selalu bahagia dan
dihindarkan dari emosi negatif. Besarnya campur tangan keluarga dalam perawatan bayi
juga mempengaruhi ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif ini. Maka dari itu peran
keluarga dan suami untuk mendukung menyusui sangat dibutuhkan, khusunya suami.
Suami berperan memberi dukungan secara moril dan psikis selama ibu menyusui.
Dukungan suami sangat berpengaruh dalam pemberian ASI secara eksklusif, terbukti
secara ilmiah dari beberapa penelitian yang dilakukan baik di Indonesia maupun di dunia.
Alasan berbeda terjadi pada ibu bekerja yang menyusui. Sebagian besar ibu
menyusui berada pada usia produktif sehingga banyak ibu menyusui yang bekerja. Waktu
bekerja dan tekanan dalam pekerjaan menjadi faktor penghambat ibu yang bekerja untuk
memberikan ASI eksklusif. Tidak tersedianya tempat untuk laktasi baik dalam memerah ASI
ataupun tempat untuk menyimpan ASI sementara mempengaruhi motivasi ibu.
Keterbatasan waktu ibu bekerja mampu menghambat proses pemerahan ASIP dimana
waktu istirahat hanya cukup dipergunakan untuk ishoma.
Pemberian ASI eksklusif tidak hanya mengandalkan pengetahuan dan sikap positif.
Ketersediaan fasilitas dan waktu untuk memberikan ASI pada bayi menjadi hal lain yang
perlu dipertimbangkan. Namun apabila tersedia waktu dan fasilitas ibu tidak mau menyusui
bayinya maka perlu ditelusuri faktor lain yang mempengaruhi ibu. Beberapa alasan yang
sering disampaikan oleh ibu tidak menyusi banyinya dikarenakan beberapa sebab seperti
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, ibu bekerja, bahkan ada beberapa
budaya yang memberikan bayinya makanan tambahan lebih dini yang diturunkan dari
orang tua atau mertua dan sulit untuk ditolak oleh ibu.
Keadaan Masyarakat Dusun Tlogosari sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat Membangun Kesadaran dalam Mendukung
Keberlangsungan Pemberian ASI Eksklusif Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas
Hidup Perempuan. Di Dusun Tlogosari terdapat beberapa posyandu antara lain posyandu
Telaga Warna, Telaga Biru dan Telaga Sarangan akan tetapi hanya di posyandu Telaga
Warna yang terdapat KP ASI dengan satu motivator ASI yang bertanggung jawab dalam satu
dusun. Banyaknya ibu-ibu dengan anak usia kurang dari 6 bulan yang tidak memberikan
ASI secara eksklusif kepada anaknya dengan berbagai macam alasan, bahkan beberapa dari
mereka telah mendapat pendampingan dari motivator ASI.
Alasan beberapa ibu muda di posyandu Telaga Warna tidak memberikan ASI kepada
anaknya karena alasan yang berbeda-beda. Salah satu ibu primipara yang tak lain
merupakan keponakan dari motivator ASI sendiri tidak berkenan memberikan ASI secara
ekslusif sejak bayi perempuannya lahir dan menggantikan dengan susu formula dengan
alasan ketakutan menjadi gemuk. Ibu tersebut menyatakan secara langsung jika menyusui
akan membuatnya banyak makan yang mengakibatkan berat badannya akan meningkat.
Salah satu ibu multipara di posyandu yang sama juga tidak bersedia memberikan ASI secara
eksklusif melainkan mencampur dengan susu formula apabila berada diluar rumah, karena
menurutnya menyusui bayinya sama dengan membuka aurat dan hal tersebut termasuk
dosa besar menurut keyakinannya.
Sedangkan pada posyandu Telaga Biru terdapat beberapa ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif karena berbagai alasan. Ibu pertama mengatakan tidak mau
menyusui anaknya karena takut payudaranya menjadi kendor, orang tua dari ibu tersebut
tidak berani menasehati karena dianggap anaknya lulusan sarjana keperawatan dan kini
telah menjadi seorang perawat yang berpengalaman. Alasan lain dari seorang ibu yang
bekerja karena tidak telaten untuk memompa ASI jika sedang bekerja.
Pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari 1 mitra yaitu posyandu telaga warna
yang memiliki anggota sebanyak 52 orang dengan anak balita yang aktif mengikuti
posyandu dengan 1 motivator ASI.
METODE PELAKSANAAN
1. Metode Pendekatan
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh mitra maka langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan ini maka mengadakan
pelatihan/workshop peningkatan pengetahuan, praktek langsung dalam pijat oksitosin
(laktasi), perawatan payudara, cara memerah ASI, menyimpan dan menyajikan ASIP.
Pelatihan ini akan dibimbing oleh narasumber dari Posyandu Telaga Warna dan didampingi
oleh tim pelaksana Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi.
2. Rencana Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September-November 2019. Langkah-
langkah kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat adalah:
a. Persiapan Program
Persiapan program Pendidikan dan pelatihan ASI eksklusif yang pertama dilakukan
adalah melakukan pendekatan dengan Desa dan motivator ASI yang ada di Kecamatan
Sempu sekaligus melakukan survey. Survey lokasi dilakukan dengan mengumpulkan data
lokasi mana yang paling mebutuhkan dan strategis untuk dilaksanakannya pelatihan ASI
eksklusif. Data yang dibutuhkan adalah jumlah ibu menyusui, jumlah bayi dan balita dan
juga sumber daya motivator ASI yang ada didesa tersebut agar pelaksanaan program
pendidikan ASI eksklusif dapat berjalan dengan lancar.
Gambar 6. Pengetahuan Ibu tentang Memerah ASI, Menyimpan dan Menyajikan ASIP
6. Perilaku ibu tentang pijat oksitosin, perawatan payudara dan memerah ASI, menyimpan
serta Menyajikan ASIP
Berdasarkan gambar dibawah perilaku ibu tentang pijat oksitosin sebesar 95%,
perawatan payudara sebesar 89% sedangkan memerah ASI, menyimpan dan menyajikan
ASIP sebesar 90%.
Gambar 7. Perilaku Pijat Oksitosin, Perawatan Payudara dan Memerah ASI, Menyimpan &
Menyajikan ASIP
Pembahasan dari penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif, pijat oksitosin, perawatan payudara, memerah ASI, menyimpan serta menyajikan
ASIP sebagian besar tinggi dan perilaku tentang pijat oksitosin, perawatan payudara,
memerah ASI, menyimpan serta menyajikan ASIP sebagian besar dapat melakukan.
Kualitas yang diberikan sejak dini merupakan penentu kualitas SDM dimasa yang
akan datang. Peningkatan pembangunan manusia masa depan dimulai dengan pembinaan
anak saat ini, maka persiapan untuk masa yang akan datang anak perlu dipersiapkan agar
anak dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan usia
kemampuannya berdasarkan tumbuh kembang. Menurut teori dan beberapa penelitian
salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah pemberian
Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI dapat mengoptimalkan perkembangan saraf otak,
memberikan zat-zat kekebalan terhadap penyakit dan mewujudkan ikatan emosional
antara ibu dan bayinya (Sofietje, 2016). Berikut merupakan jenis-jenis ASI berdasarkan
sifat dan kandungan gizi yang terkandung dalam ASI sebagai berikut:
1. Foremilk
Foremilk adalah ASI yang keluar dari payudara ibu diawal atau pertama sesi
menyusui atau dipompa. Foremilk umumnya bertestur lebih encer atau cair dengan warna
putih yang memiliki kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa, nutrisi
lainnya meskipun rendah lemak dan kalori. Tetapi mampu membantu perkembangan otak
bayi, memberi energi dan untuk menghilangkan rasa haus bayi Foremilk disimpan pada
saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Foremilk merupakan ASI yang
keluar pada lima menit pertama (Astutik, 2014).
2. Hindmilk
Hindmilk merupkan cairan ASI yang mengandung tinggi lemak yang memberikan
banyak zat tenaga / energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui atau dipompa.
Hindmilk keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir selesai, sehingga bisa
diartikan foremilk sebagai minuman pertama bayi dan hindmilk sebagai makanan. Jenis air
susu ini sangat kaya, kental, dan penuh lemak dan vitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-
5 kali dibanding foremilk. Foremilk dan hindmilk tidak diproduksi sendiri-sendiri,
melainkan sebuah proses yang berkelanjutan, yang sama-sama penting diberikan pada bayi
(Astutik, 2014).
Sedangkan menurut stadium laktasi ASI dibedakan menjadi tiga bagian berikut ini:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan pertama untuk bayi baru lahir yang keluar dari payudara ibu,
sebelum air susu ibu (ASI) keluar. Kolostrum ini memiliki peranan penting bagi kesehatan
bayi, salah satunya untuk membantu memperkuat daya tahan tubuh bayi. Kolostrum sudah
mulai diproduksi sejak masa kehamilan sekitar bulan ke 7 kehamilan, disekresi oleh
kelenjar payudara yang terbentuk mulai dari hari pertama sampai keempat. Pada awal
menyusui, kolostrum yang keluar hanya sedikit (sesendok teh), warna dan tekstur
kolostrum sedikit berbeda dari ASI, kolostrum berwarna kuning keemasan dengan tekstur
lebih kental. Produksi kolostrum pada kondisi normal sekitar 10-100 cc dan terus
meningkat setiap hari sampai sekitar 150-300 ml/24 jam. Kolostrum lebih banyak
mengandung protein dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI
matur, tetapi kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah. Komposisi dari kolostrum dari hari
ke hari selalu berubah. Rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%,
corpusculum colostrum, garam mineral (K, Na dan Cl) 0,4%, air 85,1%, leukosit sisa-sisa
epitel yang mati dan vitamin yang larut dalam lemak. Selain itu, terdapat zat yang
menghalangi hidrolisis protein sebagai zat anti yang terdiri atas protein tidak rusak
(Astutik, 2014). Fungsi kolostrum adalah memberikan gizi dan proteksi yang terdiri atas zat
sebagai berikut:
a. Imunoglobulin, protein yang diproduksi oleh sel dalam system kekebalan tubuh untuk
melawan alergi, melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah penyerapan
protein yang mungkin menyebabkan alergi (Astutik, 2014). Dibandingkan dengan ASI
matur yang protein utamanya adalah casein, pada colostrum protein utamanya adalah
globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi (Marmi,
2012).
b. Laktoferin merupakan bagian dari protein yang secara alamiah terdapat dalam ASI,
paling tinggi kadarnya pada kolostrum dan sampai 6 bulan pertama ASI. Kandungan zat
besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah perkembangan
bakteri patogen, serta membantu daya tahan tubuh bayi agar terhindar dari berbagai
penyakit infeksi (Astutik, 2014).
c. Lisosom berfungsi sebagai anti bakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai
virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan air susu jauh lebih besar kadarnya dibanding
susu sapi (Astutik, 2014).
d. Faktor antitripsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan menyebabkan
imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin (Astutik, 2014).
e. Lactobasillus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam yang mencegah
pertumbuhan bakteri patogen. Untuk pertumbuhannya, Lactobasillus membutuhkan
gula yang mengandung nitrogen yaitu factor bifidus. Faktor bifidus ini terdapat di dalam
kolostrum dan air susu ibu. Faktor bifilus tidak terdapat dalam susu sapi (Astutik, 2014).
2. ASI Transisi
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang mantur, ASI yang
keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi cairan ASI matang. disekresikan pada
hari ke empat sampai hari kesepuluh. Pada tahap ini, kadar protein makin merendah,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Pada masa ini, volume ASI semakin
meningkat kadar lemak, laktosa dan vitamin larut air lebih tinggi, dan kadar protein mineral
lebih rendah serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum (Hesti Widuri,
2013). Volume ASI juka akan makin meningkat dari hari ke hari (Marmi, 2012) sehingga
pada waktu bayi berumur 3 bulan dapat diproduksi kurang lebih 800 ml/hr.
3. ASI Matang (Mature)
ASI matur merupakan ASI yang diekskresikan oleh kelenjar payudara pada hari ke
sepuluh dan setrusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan (Sabayang 2013). ASI
matur merupakan makanan bayi satu satunya yang paling baik hingga umur 6 bulan.
Volume ASI matur lebih banyak jika di bandingkan dengan kolostrum dengan warna putih
kekuningan dan tidak kental seperti kolostrum. ASI matur mengandung semua nutrisi yang
di butuhkan oleh bayi hingga usia 6 bulan. ASI matur mengandung zatantimicrobial yang
melindungi bayi dari infeksi dan tidak menggumpal jika di panaskan (Zakiyah, 2012).
Hal ini sangat dipengaruhi juga oleh kemauan ibu untuk memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya agar bayi mendapatkan nutrisi secara optimal. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif ialah faktor predisposisi yang
mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur
lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat, selain itu terdapat pula faktor
pendukung dalam pemberian ASI eksklusif seperti tersedianya sarana pelayanan kesehatan
dan kemudahan untuk mencapai dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan (Green, 1980).
yang tergolong normal, biasanya terjadi pada beberapa minggu pertama proses menyusui.
Pada kondisi normal, anda tidak akan merasakan nyeri dan darah ini segera menghilang
dalam beberapa hari. Darah yang muncul belum tentu diartikan sebagai cedera payudara,
melainkan disebabkan oleh peningkatan aliran darah pada payudara. Untuk mengatasi
masalah tersebut ibu bisa mengoleskan beberapa tetes ASI pada area yang terluka sebelum
menyusui/memompa.
Pompa manual bisa dijadikan pilihan untuk memerah ASI apabila ibu hanya perlu
memerah sekali-kali, karena apabila ibu memompa setiap akan menyusui maka
kemungkinan tangan akan mengalami kelelahan dan dalam jangka waktu lama bisa
mengakibatkan cidera pada tangan karena memompa setidaknya setiap 2 jam sekali.
Penggunaan pompa manual akan membutuhkan latihan, keterampilan, dan koordinasi.
Penerapan teknik memerah ASI kombinasi antara menggunakan tangan secara langsung
dengan penggunaan pompa manual dapat meningkatkan produksi ASI dan lebih efektif
apabila dibandingkan dengan memerah menggunakan pompa saja. Cara memerah ASI
menggunakan tangan hingga keluar tetesan-tetesan pertama lalu diikuti dengan
penggunaan pompa manual sambil memijat payudara. Pilihlah pompa manual yang
memenuhi standart nasional (Sebayang, 2013).
c. Cara memerah ASI dengan Pompa Elektrik
Bagi sebagian ibu menyusui, pompa elektrik merupakan pilihan yang praktis.
Terlebih apabila ibu menggunakan pompa elektrik ganda sehingga bisa memerah ASI dari
kedua payudara sekaligus. Pompa elektrik lebih menghemat waktu dan mampu
menghasilkan lebih banyak ASI. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
memerah ASI dengan pompa elektrik (Astutik, Yuli Reni, 2015)
1) Memilih pompa yang tepat
Sebaiknya ibu harus cermat dalam memilih pompa, karena pompa sangat
berpengaruh terhadap jumlah ASI yang dihasilkan, waktu yang dibutuhkan dalam
memompa dan kenyamanan ibu saat memompa. Pastikan pompa yang ibu pilih yang sesuai
dengan standar nasional.
2) Rutin memompa
Mempompa ASI menyesuaikan dengan jadwal bayi menyusui. Bayi baru lahir
biasanya minum susu ASI setiap 2-3 jam (8-12 kali per hari). Berarti ibu juga harus rajin
dalam memompa tiap 2-3 jam sekali. Lakukan pompa selama 10-15 menit setiap kalinya.
Ketidakteraturan memompa dapat mengurangi produksi ASI serta mengakibatkan
terjadinya bendungan ASI.
Saat memompa, dapat ditemukan juga let down reflex yaitu saat air susu keluar
dengan sendirinya. Tetapi let down reflex biasanya terjadi beberapa saat setelah dipompa.
Lanjutkan memompa sampai tidak ada ASI yang keluar dari payudara. Ibu juga dapat
menambahkan durasi setiap kali memompa 1-2 menit lebih lama.
3) Metode power pump
Terdapat sebuah metode yang disebut dengan power pump untuk meningkatkan
produksi ASI yang dipompa. Perlu diingat bahwa metode ini bukan sebagai pengganti
jadwal pompa yang biasanya ibu lakukan. Metode ini digunakan sebagai strategi untuk
meningkatkan produksi ASI. Metode ini dilakukan dengan cara membuat payudara kosong
sehingga akan memberikan sinyal ke tubuh untuk meningkatkan produksi ASI.
Untuk melakukan power pump, sediakan waktu selama satu jam setiap harinya
(misalnya pada tiap jam 7 pagi) dan lakukan pola memompa seperti berikut:
a) Pompa selama 20 menit; istirahat selama 10 menit
b) Pompa selama 10 menit lagi; istirahat selama 10 menit
c) Pompa selama 10 menit lagi; kemudian selesai
Dalam metode ini, berarti ibu melakukan pompa selama 40 menit dalam total waktu
60 menit. Setelah itu, lakukan pompa sesuai jadwal rutin yang biasa dilakukan. Sebagian
besar ibu merasakan hasil dari metode power pump ini setelah 3-7 hari.
4) Posisi saat memompa
Posisikan diri Anda dalam posisi yang nyaman. Usahakan ibu tetap dekat dengan
bayi. Ketika ibu dekat dengan bayi, hal tersebut dapat meningkatkan ASI dan memicu
terjadinya let down reflex ketika memompa. Posisi yang tegap juga mampu melancarkan
proses memerah, akan tetapi perlu diingat keadaan tubuh harus dalam keadaan rileks. Let
down reflex juga bisa didapati dengan cara menggabungkan satu payudara disusukan
langsung ke anak dan satu payudara dihubungkan dengan pompa. Posisi yang tidak nyaman
tidak hanya mempengaruhi produksi ASI tetapi juga akan menimbulkan rasa sakit pada
payudara (Wiji, Rizki Natia, 2013).
4. Cara Menyajikan ASIP
a. Keluarkan botol/kantong ASI beku dari freezer, masukkan ke dalam kulkas bawah
setidaknya 12-24 jam sebelum digunakan.
b. Hindari meletakkan ASI perah dari freezer langsung ke suhu ruangan.
c. Jangan memanaskan ASI perah langsung kedalam panci yang mendidih/ memasaknya
langsung.
d. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
e. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk mencampur
lemak yang telah mengapung.
f. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai, kemudian
sisanya dibuang.
g. ASI perah yang sudah dikeluarkan jangan dimasukkan ke dalam freezer kembali.
Pada dasarnya masyarakat menyadari bahwa ASI perah lebih banyak
mendatangkan manfaat baik bagi kesehatan dirinya maupun anaknya, akan tetapi sebagian
besar dari mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengelolanya, mulai dari cara
memerah, menyimpan maupun menyajikannya. Mereka merasa khawatir apabila salah
mengelola akan membahayakan anaknya, serta keterbatasan untuk membeli alat pemerah
susu maupun fasilitas pendukung lainnya seperti freezer, kantung ASI/botol ASI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan dan saran antara lain:
1. Pengetahuan ibu-ibu baik setelah diberikan Pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif
sebesar 84%, pijat oksitosin sebesar 75%, perawatan payudara sebesar 79%, dan
memerah ASI, menyimpan serta menyiapkan ASIP sebesar 89%.
2. Perilaku ibu-ibu baik setelah diberi peragaan tentang pijat oksitosin sebesar 95%,
perawatan payudara sebesar 89%, memerah ASI, menyimpan dan menyajikan ASIP
didapatkan hasil sebesar 90%.
3. Saran kegiatan PKM selanjutnya perlu adanya observasi tindak lanjut, monitoring
pengetahuan dan perilaku ibu-ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik., R.Y. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Astutik, Yuli Reni. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta Timur: CV
Trans Info Media.
Aziezah, N., & Adriani, M. (2013). Differences in consumption level and nutritional status
between infants with exclusive and non-exclusive breast-feeding. Media Nutrition
Indonesia, 9(1), 78.
Green, L.et.al. 1980. Health Education Plan ning. Mayfield Publishing Company. California.
IDAI. 2013. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. (Http://www.Idai.Or.Id/Artikel/Klinik/Asi/Nilai-
Nutrisi-Air-Susu-Ibu).
IDAI. (2014). Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu ( ASI ). 9–11.
Ida. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif 6 Bulan.
Modul Panduan ASI Eksklusif 51 di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok Tahun 2011. Tesis
Kemenkes RI. (2015). Infodatin ASI. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Penyelenggaraan Program ASI (PAS) Sedunia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Inilah Sepuluh Manfaat ASI.
www.kemenkes.go.id.
Margawati, A., Mexitalia, M., & Setyarini Any. (2014). Pengaruh pemberian asi eksklusif dan
non eksklusif terhadap mental emosional anak usia 3-4 tahun. Jurnal Gizi Indonesia, 4,
16–21.
Marmi. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mawaddah. 2015. Efektifitas Pijat Oksitosin dan Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran
Produksi ASI pada Ibu Post Sectio Caesaria di RSAD. Mataram: Fakultas Ilmu Kesehatan
UNW Mataram Jurusan Kebidanan
Profil kesehatan indonesia. (2018). Provil Kesehatan Indonesia 2018.
https://doi.org/10.1002/qj
Sofietje B. Pangkerego, A. Joy. M. Rattu & Lydia Tendean. 2016. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Lansot Kecamatan Tomohon Selatan.
Wiji, Rizki Natia. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Zakiyah. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012. Skripsi.