Pertumbuhan Bibit Salak Pondoh
Pertumbuhan Bibit Salak Pondoh
Pertumbuhan Bibit Salak Pondoh
ABSTRACT
Snake fruit [Salacca zalacca (Gaertner) Voss] Pondoh is one of important fruits in Indonesia.
The objective of the study was to determine the influence of some selected potential microbes such
as Phosphate Solubilizing Bacteria, Cellulolytic Bacteria, and N2-fixing Bacteria (Azospirillum) on
growth of seedling of snake fruit Pondoh. A study was conducted in the nursery. The experiment
used a completely randomized design with treatments namely: K0 (without inoculum); A1
(Azospirillum inoculum dose 5 ml), A2 (inoculum 25 ml); F1 (BPF inoculum dose 5 ml), F2 (dose 25
ml); S1; BPS inoculums (dose 5 ml), S2 (dose 25 ml); C1 (mixed bacterial inoculum A+F+S dose 5
ml), and C2 (A+F+S dose 25 ml). Plant height, P, C/N soil ratio, N were measured in 10 months for
observing the impact of treatments. Results showed that the effect of inoculation of A2 to the amount
of N-total (0.99%) was significantly different compared to soil with K0; and not significantly
different from the amount of N-total inoculation A1, F1, F2, S1, S2, C1, and C2. F2 increased
availability of P (20.79 ppm) in the soil higher than K0, A1, F1; and not significantly different from
A2, S1, S2, C1, and C2. K0 treatment gave C/N ratio of soil significantly different from A1, A2, F1,
F2, S1, S2, C1 and C2; BPS which showed activity in overhauling C-organic in the soil. Inoculation
A2 and F2 increased plant height 15.48% and 9.31% higher than the control. Inoculation of C2
differed significantly in improving the fresh weight compared to control; and not significantly
different from A1, A2, F1, F2, S1, S2, and C1 and able to increase the dry weight of 71.12%
compared to the control.
ABSTRAK
Salak Pondoh [Salacca zalacca (Gaertner) Voss] merupakan tanaman buah bernilai tinggi dan
diminati masyarakat. Budidaya salak diawali dengan pembibitan. Penelitian ini bertujuan menguji
pengaruh bakteri potensial hasil isolasi dan seleksi dari bakteri pelarut fosfat (BPF), bakteri
perombak selulosa (BPS), dan bakteri pemfiksasi N2 (Azospirillum) dalam pertumbuhan bibit
tanaman salak pondoh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor yang terdiri
atas: K0 (tanpa inokulum/Kontrol); A1 (inokulum Azospirillum 5 ml), A2 (25 ml inokulum); F1
(inokulum BPF dosis 5 ml), F2 (dosis 25 ml); S1 (inokulum BPS dosis 5 ml), S2 (dosis 25 ml); C1
(inokulum campuran A+F+S dosis 5 ml), dan C2 (dosis 25 ml). Pengamatan dilakukan selama 10
minggu sampai bibit salak Pondoh memiliki dua daun. Hasil penelitian menunjukkan inokulasi A2
dan S2 nyata jumlah N-total (0.99%) di dalam tanah dibandingkan dengan K0; tetapi tidak berbeda
nyata dibandingkan dengan perlakuan lain. Inokulasi F2 nyata meningkatkan P tersedia (20.79 ppm)
di dalam tanah dibandingkan dengan K0, A1, F1; dan tidak berbeda nyata dengan A2, S1, S2, C1,
dan C2. Induksi dengan seluruh isolat nyata terhadap C/N rasio tanah; yang menunjukkan adanya
aktivitas BPS dalam merombak C-organik di dalam tanah. Inokulasi A2 dan F2 mampu
meningkatkan tinggi tanaman 9.31% dan 15.48% lebih besar dibandingkan kontrol. Inokulasi C2
nyata meningkatkan bobot basah bibit salak pondoh dibandingkan kontrol; tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan lain serta mampu meningkatkan bobot kering 71.12% dibandingkan kontrol.
Kata kunci: Azospirillum, bakteri pelarut fosfat, bakteri perombak selulosa, Salak Pondoh
1
Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
*Email korespondensi: fhazra2011@yahoo.com
Pertumbuhan Bibit Salak ….. 37
J. Hort. Indonesia 6(1): 37-44. April 2015.
38 Fahrizal Hazra
J. Hort. Indonesia 6(1): 37-44. April 2015.
40 Fahrizal Hazra
J. Hort. Indonesia 6(1): 37-44. April 2015.
Isolat yang memiliki nilai IP tinggi, di sekitar koloni dan diperjelas dengan
tidak selalu berbanding lurus dengan ke- menggunakan indikator Congo Red 0.1%
mampuan BPF melarutkan P dalam media cair kemudian ditentukan nilai indeks selulolitik
dan isolat yang memiliki daya larut P dalam dari BPS. Tabel 3 menunjukkan isolat yang
media cair Pikovskaya rendah tidak selalu memiliki nilai Indeks Selulolitik (IS) tertinggi
berbanding lurus dengan nilai IP, isolat adalah Sepintun1-aS yaitu 0.75, sedangkan
BangkoKuning8-P sebagai salah satu contohnya. isolat yang memiliki nilai IS terendah adalah
Isolat Bangko-Kuning8-P memiliki nilai P-larut Sepintun3-S yaitu 0.03 (Tabel 3). Indeks
yang terendah namun memiliki nilai IP sebesar selulolitik yang berbeda menunjukkan bahwa
1.42 (Tabel 2). isolat memiliki kemampuan menghasilkan
selulase yang berbeda pula dalam meng-
Uji Kemampuan BPS Merombak Selulosa
hidrolisis substrat CMC. Bakteri pendegradasi
Hasil isolasi dan pemurnian diperoleh selulosa merupakan salah satu mikroorganisme
18 isolat bakteri yang mampu merombak pendegradasi bahan organik dan memiliki
selulosa. Seleksi BPS terbaik dilakukan peranan penting dalam biosfir dengan
dengan menguji BPS menggunakan media mendaur-ulang selulosa (Leschine, 1995;
agar spesifik Carboxymethyl cellulose (CMC). Saraswati et al., 2006). Mikroorganisme jenis
Zona bening yang terbentuk dalam media ini juga penting dalam beberapa proses
CMC menunjukkan selulosa yang mampu fermentasi dalam industri, terutama dalam
dirombak oleh BPS. Hasil pengujian disajikan penghancuran limbah selulosa secara anaerob,
pada Tabel 3. sehingga menghasilkan lignoselulosa dengan
Isolat yang mampu mendegradasi persentase hingga 70% (Cailliez et al., 1993).
selulosa ditandai dengan adanya zona bening
42 Fahrizal Hazra
J. Hort. Indonesia 6(1): 37-44. April 2015.
Bobot basah bibit salak Pondoh setelah meningkatkan daya tahan terhadap serangan
panen yang diinokulasi C2 nyata lebih tinggi oleh cendawan.
dibandingkan kontrol, namun tidak berbeda Pengaruh inokulasi bakteri nyata
nyata dengan yang diinokulasi A1, A2, F1, F2, menurunkan C/N rasio tanah tempat tumbuh
S1, S2, dan C1. Perlakuan inokulasi C2 bibit salak Pondoh dibandingkan dengan
mampu meningkatkan bobot basah bibit kontrol. Hal itu membuktikan bahwa bakteri
tanaman salak Pondoh 40.53% lebih berat perombak selulosa mampu mendegradasi
dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan selulosa dan mengubahnya menjadi sumber
A1, A2, F1, F2, S1, S2, dan C1 mampu karbon bagi bakteri itu sendiri dan bakteri lain.
meningkatkan 31.52%, 29.54%, 34.44%, Pengaruh inokulasi A2 dan S2 terhadap jumlah
25.56%, 24.50%, 40.13%, 14.97% bobot basah N nyata lebih besar dibandingkan dengan
tanaman dibandingkan kontrol. Inokulasi C2 kontol namun tidak berbeda nyata dengan
mampu meningkatkan bobot kering 71.12% jumlah N pada inokulasi A1, F1, F2, S1, C1,
lebih berat dibandingkan kontrol, sedangkan dan C2. Perlakuan A2 secara nyata mampu
perlakuan A1, A2, F1, F2, S1, S2 dan C1 meningkatkan jumlah N di dalam tanah
mampu meningkatkan 60.43%, 24.60%, 30.67% dibandingkan kontrol, sedangkan A1
69.52%, 32.62%, 26.74%, 41.71%, 9.09% mampu meningkatkan 21.81% N yang diserap
bobot kering dibandingkan kontrol. tanaman dibandingkan kontrol. Inokulasi F2
Hal ini diduga karena inokulasi nyata meningkatkan P tersedia di tanah
campuran antara Azospirillum, BPF dan BPS 46.65% lebih besar dibandingkan kontrol,
yang diberikan dalam satu tanaman mampu A1, F1, tetapi tidak berbeda nyata dengan A2,
bersinergi satu sama lain tanpa saling S1, S2, C1, dan C2. Menurut Ponmurugan dan
menjatuhkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil Gopi (2006), mikroba pelarut fosfat dalam
uji antogonisme secara in vitro bersifat non- kegiatannya mengeluarkan asam organik dan
antagonis, yang artinya tiga bakteri tersebut enzim fosfatase yang dapat membantu
dapat dijadikan sebagai rekomendasi pupuk pelarutan fosfat dalam tanah, diduga menjadi
hayati. Hal ini sejalan dengan Permentan penyebab ketersediaan fosfat di dalam tanah
(2011) yang menyatakan pupuk hayati meningkat.
umumnya mengandung bakteri penambat
nitrogen, mikroba pendegradasi selulosa dan
mikroba pelarut fosfat. Peningkatan bobot KESIMPULAN
tanaman kering menurut Gonggo dan Yuni
(2006), karena ketersediaan P dalam tanah Inokulasi bakteri berpotensi yaitu
meningkat, sehingga merangsang pertumbuhan Azospirillum, bakteri pelarut fosfat dan bakteri
perakaran tanaman, bobot bahan kering, bobot perombak selulosa mampu me-nurunkan C/N
biji, mempercepat masa kematangan, serta di tanah. Inokulasi C2 secara nyata mampu
meningkatkan bobot basah dan bobot kering Ma’ashum, M., J. Soedarsono, E. Susilowati.
bibit salak Pondoh. Inokulasi A2 secara nyata 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca
mampu meningkatkan N-total di dalam tanah IAEUP. Jakarta.
dibandingkan kontrol. Inokulasi F2 nyata
Marista, E., S. Khotimah, R. Linda. 2013.
meningkatkan P tersedia di dalam tanah
Bakteri pelarut fosfat hasil Iisolasi dari
dibandingkan kontrol. Inokulasi A2 dan F2
tiga jenis tanah rizosfer tanaman pisang
mampu meningkatkan tinggi tanaman 9.31%
Nipah (Musa paradisiaca var. nipah) di
dan 15.48% dibandingkan kontrol.
Kota Singkawang. Jurnal Probiont.
2(2): 93-101.
DAFTAR PUSTAKA Maryanto, J., Ismangil. (2010) Pengaruh
pupuk hayati dan batuan fosfat alam
Alam, M.M., M.H. Ali, A.K.M. Ruhul Amin, terhadap ketersediaan fosfor dan
M. Hassanuzzaman. 2009. Yield pertumbuhan stroberi pada tanah
attributes, yield and harvest index of andisol. J. Hort Indonesia. 1(2): 66-73.
three irrigated rice varities under
Menzuan, I.P. Handayani, E. Inoriah. 2002.
different levels of phosphorus. Advance
Penerapan formulasi pupuk hayati
Biological Research. 3(3-4)132-139.(b).
untuk budidaya padi gogo: studi rumah
Alinajati, S.S., B. Mirshekari. 2011. Effect of kaca. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
phosphorus fertilization and seed bio Indonesia. 4(1): 27-34.
fertilization on harvest index and
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU
phoshorus use efficiency of wheat
Press. Medan.
cultivars. J Food, Agri & Enviro 9(2):
388-397. Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia No 70/Permentan/Sr.140/10/
Agus, C. 1997. Respirasi tanah pada lantai
2011. 2011. Tentang Pupuk Organik,
hutan mangium. Buletin Kehutanan. 2:
Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.
23-35.
Ponmurugan, P., C. Gopi. 2006. In vitro
Arief, A. 1989. Biologi Umum. L.S.W. Malang.
production of growth regulators and
Gustini, D., S. Fatonah, Sujarwati. 2012. phosphatase activity by phosphate
Pengaruh Rootone F dan pupuk solubilizing bacteria. African J Biotech.
Bayfolan terhadap pembentukan akar 4: 348-350.
dan pertumbuhan anakan salak Pondoh
Prihatman, K. 2000. Salak Pondoh. http//:
(Salacca edulis Reinw). Biospecies.
waritek.ristek.go.id/pertanian/salak
5(1): 8-13.
pondoh.pdf. [18 September 2014].
Gonggo, H., I. Yuni. 2006. Peran pupuk N dan
Saraswati, R., R.D.M. Simanungkalit, D.A.
P terhadap serapan N, efisiensi N dan
Suriadikarta, D. Setyorini, W. Hartatik.
hasil tanaman jahe di bawah tegakan
2006. Pupuk Organik Dan Pupuk
tanaman karet. Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati: Organic Fertilizer and Bio-
Pertanian Indonesia. 8(1): 61-68.
fertilizer. Balai Besar Penelitian dan
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, W.L. Pengembangan Sumberdaya Lahan
Nelson. 2005. Soil Fertility and Pertanian, Bogor, Indonesia.
Fertilizers, An Introduction to Nutrient
Taurian, T., M.S. Anzuay, J.G. Angelini, L.M.
Management. 7th ed. Pearson Education,
Tonelli, L. Luduena, D. Pena, F. Ibanez,
Inc., New Jersey.
A. Farba. 2010. Phosphate-solublizing
Klement, Z., K. Rudolph, D.C. Sands. 1990. peanut associated bacteria: screening
Methods in Phytobacteriology. for plant growth-promoting activities.
Akademiai Kiodo. Bundapest. Plant Soil. 329: 421-431. doi:
10.1007/s11104- 009-0168-x.
Leschine, S.B. 1995. Cellulose degradation in
anaerobic environments. Annu. Rev.
Microbiol. 49: 39 9-426.
44 Fahrizal Hazra
J. Hort. Indonesia 6(1): 37-44. April 2015.
0 Fahrizal Hazra