Dr. Baharuddin, M. PD Mitra Ilmu-1
Dr. Baharuddin, M. PD Mitra Ilmu-1
Dr. Baharuddin, M. PD Mitra Ilmu-1
BIMBINGAN KONSELING
Mitra Ilmu
2023
i
Bimbingan Konseling
Penulis :
Dr. Baharuddin, M.Pd.
Editor :
Dr. Burhan, M.Pd.
Penerbit :
Mitra Ilmu
Kantor:
Jl. Kesatuan 3 No. 11 Kelurahan Maccini Parang
Kecamatan Makassar Kota Makassar
Hp. 0813-4234-5219/081340021801
Email : mitrailmua@gmail.com
Website : www.mitrailmumakassar.com
Anggota IKAPI Nomor: 041/SSL/2022
ii
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
iv
ini dapat membawa manfaat kepada pembaca dan menjadi
inspirasi untuk para generasi bangsa agar menjadi pribadi yang
bermartabat, berpengetahuan luas, mandiri dan kreatif.
Januari 2023
Penyusun
v
BAB I
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. P en g e rt i a n B i mb i n gan d an K on s e li n g
Sangat banyak rumusan pengertian bimbingan dan
konseling bisa ditemukan dalam berbagai literatur. Umumnya
rumusan tentang bimbingan dan konseling yang ada,
memiliki benang merah yang mempertemukan antara satu
pengertian dengan pengertian yang lainnya.
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas
dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”)
dan “konseling” (diadopsi dari kata “counseling”), dalam
praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan
keg iatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian
yang integral. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas,
dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan konseling
diuraikan secara terpisah.
1. Makna Bimbingan
Seperti telah disebut di atas bahwa, istilah “bimbingan”
merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”
1
yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti: (a)
menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading
(c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur
(regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (memberi
nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan art i
bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menterjemahkan kata
“guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini,
secara etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan
atau pertolongan; tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau
pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Seorang guru yang
membantu siswanya menjawab soal-soal ujian bukan merupakan
suatu bentuk “bimbingan”. Seorang guru yang membantu
membayarkan uang sekolah (SPP) siswanya juga bukan
merupakan bimbingan. Bantuan atau tuntunan atau pertolongan
yang bermakna bimbingan konteksnya sangat psikologis.
Selain itu, bantuan atau pertolongan yang bermakna bimbingan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (a) ada tujuan
yang jelas untuk apa bantuan itu diberikan, (b) harus terencana
(tidak insidentil atau asal-asalan), (c) berproses dan sistematis
(melalui tahapan-tahapan tertentu), (d) menggunakan cara-cara
atau pendekatan tertentu, (e) dilakukan oleh orang ahli
(memiliki pengetahuan tentang bimbingan), (f) (dievaluasi
untuk mengetahui hasil dari pemberian bantuan, tuntunan, atau
2
pertolongan.
Syarat-syarat bantuan, tuntunan, atau pertolongan yang
bermakna bimbingan seperti dikemukakan di atas, tercermin
dalam pengertian bimbingan secara terminologis dalam
paparan berikut.
Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuian diri secara
maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk sekolah),
keluarga, dan masyarakat.
Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow &
Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang
memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk
menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Apabila merujuk kepada proses perkembangan individu
yang dibimbing, maka bimbingan juga berarti proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada
terbimbing agar individu yang dibimbing mencapai
perkembangan yang optimal. Apabila proses bimbingan
3
berlangsung dalam sistem sekolahan atau sekolah, maka
bimbingan bisa dikonsepsikan sebagai proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada
siswa agar tercapai tingkat perkembangan yang optimal.
Apabila merujuk kepada persoalan-persoalan yang
dihadapi individu (siswa), maka bimbingan bisa
dikonsepsikan sebagai proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing kepada individu (siswa) agar
individu yang dibimbing mampu mengenal, menghadapi,
dan memecahkan masalahmasalah dalam hidupnya. Masalah-
masalah yang dimaksud dalam makna di atas tentu dalam arti
luas yang mencakup masalah pribadi, sosial, pendidikan
(akademik), karier, penyesuaian diri, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, apabila merujuk kepada kemandirian individu
(siswa) yang dibimbing, maka bimbingan bisa dikonsepsikan
sebagai proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing kepada terbimbing (individu atau siswa) agar
individu atau siswa yang dibimbing mencapai kemandiran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
pertama, bimbingan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Artinya kegiatan bimbingan tidak dilakukan
secara kebetulan, insidental, tidak sengaja, asal-asalan;
melainkan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berencana,
sistematis, dan terarah kepada tujuan.
4
Kedua, bimbingan merupakan proses membantu individu.
Membantu dalam arti tidak memaksa. Bimbingan tidak
memaksakan individu (siswa) untuk menuju ke satu tujuan
yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan membantu
mengarahkan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan
potensiya secara optimal. Pilihan dalam pemecahan masalah
ditentukan oleh individu sendiri, sedangkan pembimbing
hanya membantu mencarikan alternatif solusinya saja.
Ketiga, bantuan yang diberikan adalah kepada setiap
individu yang memerlukannya di dalam proses
perkembangannya. Dalam setting persekolahan atau
sekolah, bimbingan berarti memberikan bantuan atau
pertolongan kepada setiap individu dari mulai anak-anak
hingga dewasa (dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi)
Keempat, bantuan atau pertolongan yang diberikan
adalah agar individu dapat mengembangkan dirinya secara
optimal sesuai dengan kapasitas potensinya. Setiap individu
berbeda dalam hal kapasitas potensinya. Melalui bimbingan
individu dibantu agar potensi yang dimilikinya berkembang
seoptimal mungkin. Melalui bimbingan pula individu juga
dibantu agar dapat memahami dirinya, menerima dirinya,
mengarahkan dirinya, dan mewujudkan dirinya sesuai dengan
kapasitas potensi yang dimilikinya.
Kelima, tujuan bimbingan adalah agar individu dapat
5
berkembang secara optimal sesuai lingkungannya. Individu
(siswa) hidup di tengah-tengah masyarakat dan ia pun menjadi
anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, individu
dituntut untuk bisa menyesuaikan perilakunya sesuai tuntutan
masyarakat. Dengan perkataan lain, agar individu
memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya di tengah-
tengah masyarakat, ia harus bisa menyesuaikan dirinya
secara baik.
Keenam, untuk mencapai tujuan bimbingan seperti
disebutkan di atas, diperlukan berbagai pendekatan dan
teknik serta media atau alat pemberikan bantuan (instrumentasi
BK). Seperti disebutkan di muka, setiap individu berbeda.
Individu juga merupakan pribadi yang unik. Oleh sebab itu,
diperlukan pendekatan dan teknik-teknik tertentu dalam
memberikan bantuan kepada setiap individu. Pemberian
bantuan harus bertitik tolak dari kondisi pribadi masing-
masing individu.
Ketujuh, proses bimbingan hendaknya mencerminkan
suasana asuh. Kegiatan bimbingan dalam usaha membantu
atau menolong individu, harus mencerminkan suasana kasih
sayang, keakraban, saling menghormati, saling mempercayai,
tanpa pamrih (tidak mengedepankan materi). Simpati dan
empati harus diwujudkan dalam upaya pemberian bantuan.
Selain itu pemberian bantuan juga harus didasarkan pada
6
aturan atau norma-norma yang berlaku.
Kedelapan, bantuan dalam arti bimbingan dilaksanakan
oleh personal yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang bimbingan. Upaya pemberian bantuan dalam
arti bimbingan tidak bisa diberikan oleh sembarang orang,
tetapi harus dilakukan oleh personil yang memiliki syarat-
syarat dan kualifikasi tertentu seperti kepribadiannya,
pendidikan, pengalaman, dan kecakapannya dalam bidang
bimbingan.
Dalam konteks bimbingan di sekolah dan sekolah,
Hamalik (1992) menyatakan bahwa bimbingan di sekolah
merupakan aspek program pendidikan yang berkenaan
dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk
merencanakan masa depannya sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kebutuhan sosialnya. Atau proses bantuan
kepada siswa agar ia dapat mengenal dirinya dan dapat
memecahkan masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat
menikmati hidup secara bahagia (dalam konteks Islam
bahagia di dunia dan akhirat terutama untuk bimbingan di
sekolah).
7
2. Makna Konseling
Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari
bimbingan. Konseling juga merupakan salah satu teknik
dalam bimbingan. Konseling merupakan inti dalam
bimbingan. Ada yang menyatakan bahwa konseling merupakan
"jantungnya" bimbingan. Sebagai kegiatan inti atau
jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap
belum ada apabila tidak dilakukan konseling.
Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan
"penyuluhan". Penerjemahan penyuluhan atas kata
konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering
menimbulkan salah persepsi. Dalam praktik pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah termasuk sekolah,
konseling dengan arti penyuluhan tidak dilakukan seperti
halnya penyuluhan pertanian, hukum, keluarga berencana, dan
lain-lain; di mana orang dikumpulkan dalam jumlah yang
banyak lalu penyuluh memberikan ceramah. Dalam dunia
pendidikan (di sekolah atau sekolah), praktik konseling
(yang diterjemahkan penyuluhan) dilakukan dalam suasana
hubungan atau komunikasi yang bersifat individual.
Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris
"counseling" di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata
"counsel" memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain
counsel),anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to
8
take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara
etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Seperti halnya bimbingan, secara terminologis konseling
juga dikonsepsikan sangat beragam oleh para pakar
bimbingan dan konseling. Rumusan tentang konseling yang
dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur
bimbingan konseling, memiliki makna yang satu sama lain
ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling
setidaknya dapat dilihat dari kata kunci tentang konseling
dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: (1) proses
pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik
antara pembimbing (konselor) dengan klien (siswa), (2)
dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut
terjadi dialog atau pembicaraan yang disebut dengan
wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam
hampir semua rumusan tentang konseling.
Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan
proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu
membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman
dan kecakapan menemukan masalahnya. Dalam pengertian
ini jelas menunjukkan bahwa konseling merupakan situasi
pertemuan atau hubungan antarpribadi (konselor dan konseli
atau klien) di mana konselor membantu konseli agar
9
memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah
yang dihadapinya.
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka
antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha
memecahkan sebuah masalah dengan
mempertimbangkannya bersama-sama sehinga klien dapat
memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
Pengertian ini menunjukkan bahwa konseling merupakan suatu
situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien di
mana konselor berusaha membantu klien memecahkan masalah
yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan
bersama-sama, tetapi penentuan pemecahan masalah
dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang
memecahkan masalah klien.
Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal
balik antara dua orang indvidu (konselor dengan klien) di
mana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya
dengan masalah-masalah pada saat ini dan yang akan dating.
American Personnel and Guidance Association (APGA)
mendefinisikan konseling sebaaai suatu hubungan antara
seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang
memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa
atau konflik atau pengambilan keputusan. Makna dari
10
pengertian ini adalah bahwa konseling merupakan hubungan
secara profesional antara seorang konselor dengan klien di mana
konselor membantu klien yang mencari bantuan agar klien
dapat mengatasi kecemasan atau konflik atau mampu
mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang
dihadapinya.
Surya (1988) menyimpulkan tentang konseling
berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan
oloh para pakar konseling sebugai berikut. Pertama,
konseling merupakan alat yang paling penting dalam
keseluruhan program bimbingan. Kedua, dalam konseling
terlibat adanya pertalian (hubungan) dua orang individu,
yaitu konselor dan klien di mana konselor membantu klien
melalui serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.
Ketiga, interview merupakan alat utama dalam keseluruhan
kegiatan konseling. Keempat, tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling adalah agar klien: (a) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, (b) mengarahkan dirinya
sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat
perkembangan yang optimal, (c) mampu memecahkan
sendiri masalah yang dihadapinya, (d) mempunyai
wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif
tentang dirinya, (e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya
dan dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap
11
dirinya maupun lingkungannya, (f) mencapai taraf aktualisasi
diri dengan potensi yang dimilikinya, (g) terhindar dari gejala-
gejala kecemasan dan salah suai (Maladjustment). Kelima,
konseling merupakan kegiatan profesional, artinya
dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki
kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan kualitas pribadinya. Keenam, konseling
merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fundametal dalam diri klien terutama
perubahan dalam sikap dan tindakan. Ketujuh, tanggung
jawab utama dalam pengambilan keputusan berada di tangan
klien dengan bantuan konselor. Kedelapan, konseling lebih
menyangkut masalah sikap daripada tindakan. Kesembilan,
konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional
daripada masalah-masalah intelektual. Kesepuluh, konseling
berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang
sedemikian rupa.
Makna bimbingan dan konseling di atas dirumuskan
secara terpisah. Seperti telah disebutkan di atas, dalam praktik,
bimbingan dan konseling sesungguhnya tidak terpisah
apalagi jika kita pahami bahwa konseling merupakan salah
satu teknik bimbingan. Selain itu, interaksi antara bimbingan
dan konseling dapat kita ketahui dari pernyataan bahwa
ketika seseorang sedang melakukan konseling, berarti ia
12
sedang member ikan bimbingan. Oleh sebab itu, perlu
kiranya dirumuskan atau dikonsepsikan pengertian bimbingan
dan konseling secara terintegrasi
13
bimbingan dan konseling secara mandiri, tetapi
mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata
dari usaha pendidikan. Kedua, pelayanan bimbingan dan
konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus
oleh tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan
dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling harus
secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan atau
pengajaran sehari hari.
b. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dan
sekolah dianggap sebagai polisi sekolah. Banyak
anggapan yang menyatakan bahwa guru pembimbing atau
konselor di sekolah dan sekolah adalah sebagai polisi
sekolah atau polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan
mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan
sekolah dan sekolah. Anggapan tersebut muncul karena
sering kali ditemukan fakta-fakta dimana guru
pembimbing atau konselor diserahi tugas mengusut
perkelahian antarsiswa, pencurian di kelas, mencari dan
mengintrogasi siswa yang bersalah dan diserahi wewenang
untuk mengambil tindakan (menghukum) terhadap siswa
yang bersangkutan dan lain-lain.
c. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai
proses pemberian nasihat. Pemberian nasihat bukan satu-
satunya upaya pemberian bimbingan dan konseling.
14
Pemberian nasihat merupakan salah satu dari upaya-upaya
bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan
konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam
rangka pengembangan pribadi klien secara optimal.
d. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani
masalah yang bersifat insidental. Dalam praktik, memang
sering kita menemukan pelayanan bimbingan dan konseling
yang bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien
sekarang yang sifatnya dadakan. Tetapi, pada hakikatnya
pelayanan bimbingan konseling menjangkau dimensi waktu
yang lebih luas, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan yang
akan datang.
e. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien
tertentu saja. Pelayanan bimbingan dan konseling
bukan tersedia dan tertuju hanya untuk klien-klien tertentu
saja, tetapi terbuka untuk semua individu maupun kelompok
yang memerlukannya. Di sekolah dan sekolah, pelayanan
bimbingan dan konseling tersedia dan tertuju untuk semua
siswa. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap siswa
dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Semua siswa
berhak atas pelayanan bimbingan dan konseling. Guru
pembimbing atau konselor sekalah atau sekolah harus
membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua siswa yang
ingin memperoleh pelayanan bimbingan d an
15
konseling
f. Bimbingan dan konseling melayani orang sakit dari atau
kurang normal. Adanya anggapan bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling melayani orang sakit atau orang
yang kurang normal adalah tidak tepat. Pelayanan
bimbingan dan konselilig tidak melayani orang sakit atau
orang yang kurang normal. Dengan perkataan lain guru
pembimbing tidak berhadapan dengan orang yang sakit,
sebaliknya berhadapan dengan orang sehat. Bimbingan dan
konseling di sekolah dan sekolah melayani siswa yang
sehat yang mengalami masalah tertentu. Apabila siswa
mengalami masalah fisik (sakit) maka ia akan menjadi
pasiennya dokter.
g. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri. Pelayanan
bimbingan dan konselor terintegrasi dengan program-
program pendidikan dan pembelajaran lainnya di sekolah
dan sekolah. Guru pembimbing atau konselor sekolah dan
atau sekolah juga tidak bekerja sendiri dalam
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Guru
pembimbing atau konselor harus bekerja sama dengan
orang-orang yang bisa membantu penanggulangan
masalah-masalah yang dihadapi siswa.
h. Konselor harus aktif dan pihak lain pasif. Adanya anggapan
bahwa dalam pelayanan bimbingan dan konseling konselor
16
harus aktif dan pihak lain pasif adalah tidak tepat. Proses
pelayanan bimbingan dan konseling tidak saja menuntut
keaktifan konselor, tetapi juga pihak-pihak lain khususnya
klien. Berbagai pihak di sekolah dan sekolah harus
secara sinergi membantu kelancaran pelayanan
bimbingan dan konseling.
i. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling
dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dalam keadaan
tertentu, terdapat kesamaan antara pekerjaan atau praktik
bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan
psikiater, yaitu sama-sama menginginkan klien atau pasien
terbebas dari masalah atau penderitaan yang dialaminya.
Selain itu, baik konselor, maupun dokter dan psikiater
menggunakan teknik-teknik yang sudah teruji pada bidang
pelayanan masing-masing guna mengungkap masalah klien
atau pasien, melakukan prognosis, dan diagnosis dan
akhirnya menetapkan cara-cara penanggulangannya.
j. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus
segera dilihat. Pelayanan bimbingan dan konseling
berkenaan dengan aspek-aspek mental atau psikologis dan
tingkah laku. Upaya mengubah tingkah laku tidak semudah
membalik telapak tangan. Oleh karena itu, pelayanan
bimbingan dan konseling tidak bisa dilihat hasilnya secara
cepat.
17
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara implisit, tujuan bimbingan dan konseling sudah
bisa diketahui dalam rumusan tentang bimbingan dan
konseling seperti telah dikemukan di atas. Individu atau siswa
yang dibimbing, merupakan individu yang sedang dalam
proses perkembangan. Oleh sebab itu, merujuk kepada
perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan
bimbingan dan koseling adalah agar tercapai perkembangan
yang optimal pada individu yang dibimbing. Dengan
perkataan lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau
kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai
lingkungannya.
Individu yang sedang dalam proses perkembangan
apalagi ia adalah seorang siswa, tentu banyak masalah yang
dihadapinya baik masalah pribadi, sosial, maupun akademik
dan masalah-masalah lainnya. Kenyataan bahwa tidak semua
individu (siswa) mampu melihat dan mampu menyelesaikan
sendiri masalah yang dihadapinya serta tidak mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungannya,
Bahkan ada kalanya individu tidak mampu menerima
dirinya sendiri. Merujuk kepada masalah yang dihadapi
individu (siswa), maka tujuan bimbingan dan konseling
adalah agar individu yang dibimbing memiliki kemampuan
18
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan
mampu atau cakap memecahkan sendiri masalah yang
dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan
lingkungannya.
Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh
sebab itu tujuan bimbingan dan konseling adalah dalam
rangka: pertama, membantu mengembangkan kualitas
kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling.
Kedua, membantu mengembangkan kualitas kesehatan
mental klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku-
perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan
lingkungannya. Keempat, membantu klien menanggulangi
problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai seperti
disebutkan dalam tujuan bimbingan dan konseling di atas
identik dengan individu yang “kaffah” atau “insan kamil”
Individu yang kaffah atau insan kamil merupakan sosok
individu atau pribadi yang sehat baik rohani (mental atau
psikis) dan jasmaninya (fisiknya). Dengan perkataan lain,
sehat fisik dan psikisnya individu atau priliadi yang kaffah
atau insan kamil juga merupakan sosok individu yang mampu
mewujudkan potensi iman, ilmu dan amal serta zikir sesaai
kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara
operasional individu atau pribadi yang kaffah atau insan kamill
19
adalah individu yang mampu: pertama, berpikir secara positif
sebagai hamba Allah Swt. yang tugas utamanya adalah
mengabdi kepada-Nya. Kedua, berpikir positif tentang diri dan
orang lain di lingkungannya. Ketiga, mewujudkan potensi pikir
dan zikir dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, mewujudkan
akhlak al-karimah dan senantiasa berbuat ikhsan (baik)
dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap diri dan
lingkungannya.
Pencapaian tujuan bimbingan dan konseling dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
sekolah berbeda untuk setiap tingkatannya. Artinya melihat
perkembangan yang optimal pada anak SD/MI tentu tidak sama
dengan melihat siswa SMP/MTs begitu seterusnya. Begitu
juga melihat kemandirian murid-murid SD/MI tentu tidak
sama dengan melihat kemandirian siswa SMP/MTs dan
seterusnya. Dengan perkataan lain, penjabaran tujuan
bimbingan dan konselina di atas di sekolah-sekolah dan
sekolah, disesuaikan dengan tingkat sekolah dan sekolah
yang bersangkutan. Lebih khusus lagi, pencapaian tujuan
bimbingan dan konseling di atas baik di sekolah-sekolah dan
sekolah, harus didasarkan atas pencapaian visi, misi, dan tujuan
sekolah dan sekolah yang bersangkutan.
20
C. Fung si Bimbin gan dan K onseling
Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah
dan sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi
pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4)
pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7)
pengembangan, dan (8) perbaikan, serta (9) advokasi.
1. Fungsi Pencegahan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk mencegah t imbulnya masalah pada
diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah
yang dapat menghambat perkembangannya. Berdasarkan fungsi
ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan
kepada setiap siswa sebagai usaha pencegahan terhadap
timbuhnya masalah. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru
pembimbing atau konselor dengan merumuskan program
bimbingan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa seperti kesulitan belajar,
kekurangan informasi, masalah sosial dan lain sebabainya
dapat dihindari
Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat
diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini yang bertujuan
untuk mencegah terhadap timbulnya masalah adalah:
a. Layanan Orientasi. Program ini diberikan kepada siswa baru
agar mereka mengenal lingkungan sekolahnya yang baru
21
secara lebih baik sehingga mereka terhindar dari berbagai
masalah selama mengikuti kegiatan belajar mengajar .
Melalui program ini disampaikan berbagai hal kepada
siswa seperti informasi tentang kurikulum, cara-cara
belajar, fasilitas belajar, hubungan sosial, tata tertib atau
peraturan sekolah dan sekolah, sarana pendidikan, dan lain
sebagaiirya.
b. Layanan Pengumpulan Data. Melalui program ini akan
diperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang
siswa, sehingga bisa diperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang siswa. Melalui data-data yang
dikumpulkan, bisa diperoleh secara lebih awal tentang
siswa sehingga bisa menjadi antisipasi terhadap
munculnya berbagai persoalan pada siswa
c. Layanan Kegiatan Kelompok. Melalui program ini
diharapkan siswa memperoleh pemahaman diri secara
lebih baik. Selain itu juga meningkatkan pemahaman
1ingkungan dan kemampuan mengambil keputusan secara
tepat. Kegiatan-kegiatan yang dapat diwujudkan berkenaan
dengan fungsi ini antara lain: (1) diskusi kelompok, (2)
bermain peran, (3) dinamika kelompok, dan kegiatan-
kegiatan lainnya.
d. Layanan Bimbingan Karier. Program ini diberikan kepada
individu sebelum ia memangku karier tertentu kelak
22
setelah tamat sekolah. Melalui program ini diharapkan
siswa memperoleh pemahaman diri dan lingkungan
secara lebih baik dan mengembangkannya ke arah
pencapaian karier yang sesuai dengan bakat, minat, cita-
cita, dan kemampuannya.
2. Fungsi Pemahaman
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman
tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya
dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-
pihak yang membantunya.
a. Pemahaman tentang Klien.
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya
pemberian bantuan. Pemahanaan tentang klien secara
komprehensif apabila dijabarkan meliputi: (1) identitas
individu (klien) yang mencakup: nama, jenis kelamin, tempat
dan tanggal lahir, agama, orang tua, status dalam keluarga,
tempat tinggal, (2) latar belakang pendidikan, (3) status sosial
ekonomi orang tua, (4) kemampuan yang mencakup
intelegensi, bakat, minat, dan hobi, (5) kesehatan, (6)
kecenderungan sikap dan kebiasaan, (7) cita-cita pendidikan
dan pekerjaan, (8) keadaan lingkungan tempat tinggal, (9)
kedudukan dan prestasi yang pernah dicapainya, (10) kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan, (11) jurusan atau program studi
23
yang diikuti, (12) mata pelajaran yang diambil, (13) nilai
atau prestasi menonjol yang pernah dicapai, (14) kegiatan
ekstrakulikuler yang diikuti, (15) sikap dan kebiasaan belajar,
(16) hubungan dengan teman sebaya, dan lain-lain.
Tiap-tiap individu diciptakan oleh Allah Swt. dibekali
dengan potensi-potensi tertentu. Idealnya setiap individu
harus bisa menggali dan memahami potensinya. Kenyataan bagi
para peserta didik di sekolah dan sekolah, mereka banyak
yang tidak memahami potensi-potensi diri sendiri, kekuatan
dan kelemahan tentang dirinya yang dapat
dikembangkan. Akibatnya, individu-individu yang
bersangkutan tidak berusaha semaksimal mungkin
mengembangkan potensi dan kekuatan yang ada dalam
dirinya di satu sisi, dan di sisi lain tidak pula berusaha
meminimalisasi kelemahan-kelemahannya atau masalah-
masalah yang dihadapinya.
b. Pemahaman tentang Masalah Klien.
Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien
melalui pelayanan bimbingan dan konseling maka pemahaman
terhadap masalah klien atau siswa oleh pembimbing
(konselor) merupakan suatu keniscayaan. Tanpa pemahaman
terhadap masalah klien, tidak mungkin pemecahan terhadap
masalah yang dialami klien dapat dilakukan. Pemahaman
terhadap masalah klien menyangkut jenis masalahnya,
24
intensitasnya, sangkut-pautnya dengan masalah lain, sebab-
sebabnya, dan kemungkinan-kemungkinan dampaknya
apabila tidak segera dipecahkan.
c. Pemahaman tentang Lingkungan
Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada di
sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi
individu tersebut seperti keadaan rumah tempat tinggal,
keadaan sosio ekonomi dan sosio emosional keluarga, keadaan
hubungan antartetangga, teman sebaya, dan lain sebagainya.
Bagi siswa di sekolah dan sekolah, melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar mereka
memahami lingkungannya secara lebih baik. Lingkungan
sekolah atau sekolah yang perlu dipahami secara baik, oleh
setiap siswa meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung
jawab siswa terhadap sekolah dan sekolah, disiplin yang harus
dipatuhi oleh siswa, aturan-aturan yang rnenyangkut kurikum,
pembelajaran, penilaian, kenaikan kelas, hubungan dengan
guru dan sesama siswa, kesempatan-kesempatan yang diberikan
oleh sekolah dan sekolah, dan lain sebagainya.
3. Fungsi Pengentasan
Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan
dan ia tidak dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke
pembimbing atau konselor, maka yang diharapkan oleh siswa
25
yang bersangkutan adalah teratasinva masalah yang
dihadapinya. Siswa yang mengalami masalah dianggap
berada dalam sutau kondisi atau keadaan yang tidak
mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari
kondisi atau keadaan tersebut. Masalah yang dialami siswa
juga merupakan suatu keadaan yang tidak disukainya. Oleh
sebab itu, ia harus dientas atau diangkat dari keadaan yang
tidak disukainya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling,
pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.
4. Fungsi Pemeliharaan
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi
pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik
(positif yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu
merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan
yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat
yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif
dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam
bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi
dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani,
hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai
aspek positif lainnya termasuk akhlak yang baik (mahmudah)
dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bahkan
26
lingkungan yang baik pun baik lingkungan fisik, sosial dan
budaya, perlu dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan
untuk kepentingan individu (siswa).
5. Fungsi Penyaluran
Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya
masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita,
dan lain sebagainya. Melalui fungsi ini pelayanan
himbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing
siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan
menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat
menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegintan bimbingan dan konseling berkaitan
dengan fungsi ini adalah: (1) pemilihan sekolah lanjutan, (2)
memperoleh jurusan yang tepat, (3) penyusunan program
belalar, (4) pengembangan bakat dan minat, (5) Perencanaan karier.
6. Fungsi Penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan
lingkungannya. Dengan perkataan lain, melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan
27
lingkungannya.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. pertama,
bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sekolah atau sekolah. Keberhasilan siswa
dalam belajar di sekolah atau sekolah banyak dipengaruhi
oleh kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Sekolah dan sekolah memiliki tata sosial budaya tersendiri
dengan segala tuntutan dan norma-normanya; untuk itu siswa
harus mampu menyesuaikan dirinya. Untuk dapat
menyesuaikan dirinya secara baik, siswa harus memperoleh
bantuan yang terarah dan sistematis.
Kedua, bantuan dalam rnengembangkan program
pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing
siswa. Dalam arah kedua ini, lingkungan yang disesuaikan
dengan keadaan siswa. Antara siswa yang satu dengan lainnya
berbeda dalam aspek kepribadian, kemampuan, bakat, minat,
dan aspek-aspek lainnya. Ada siswa yang cepat dalam
belajar dan ada pula yang lambat. Ada pula siswa yang
sangat berminat terhadap kegiatan tertentu di sekolah dan
sekolah, ada pula yang kurang bahkan ada yang tidak
beminat sama sekali.
28
7. Fungsi Pengembangan
Siswa di sekolah atau sekolah merupakan individu yang
sedang dalam proses perkembangan. Misalnya murid SD/Ml
adalah sosok individu yang sedang berkembang menuju usia
SMP/MTs, siswa SMP/MTs adalah sosok individu yang sedang
berkembang menuju usia SMA/MA dan seterusnya. Mereka
memiliki potensi tertentu untuk dikembangkan. Melalui
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan
kepada para siswa untuk membantu para siswa dalam
mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih
terarah. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan
konseling membantu para siswa agar berkembang sesuai
dengan potensinya masing-masing. Selain itu, dalam fungsi ini,
hal-hal yang sudah baik (positif) pada diri siswa dijaga agar
tetap baik, dimantapkan dan dikembangkan. Misalnya
sikap dan kebiasaan baik yang telah terbina dalam bertindak
dan bertingkah laku sehari-hari tetap dipelihara dan terus
diupayakan untuk dikembangkan.
8. Fungsi Perbaikan
Tiap-tiap individu atau siswa memiliki masalah. Bisa
dipastikan bahwa tidak ada individu apalagi siswa di sekolah
dan sekolah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi,
kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu (siswa)
29
jelas berbeda. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling
melalui fungsi pencegahan, penyaluran, dan penyesuaian
telah diberikan, tetapi masih mungkin individu (siswa)
memiliki masalah-masalah tertentu, sehingga fungsi
perbaikan diperlukan. Melalui fungsi ini, pelayanan
bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan
yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa.
Dengan perkataan lain, program bimbingan dan konseling
dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa.
9. Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini
adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
30
Islam. Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat
Yang Maha Suci, Maha Benar dan Maha Sempurna; oleh
sebah itu ajaran-Nya tidak akan mungkin bertentangan
dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran Islam justru akan
membimbing manusia ke arah fitrahnya dalam rel yang benar.
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling seperti
telah disebutkan di atas, intinya adalah agar manusia (individu)
mampu memahami potensi-potensi insaniahya, dimensi-
dimensi kemanusiaannya, termasuh memahami
berbagai persoalan hidup dan mencari alternatif
pemecahannya. Apabila pemahaman akan potensi-potensi
insaniah dapat diwujudkan secara baik, maka individu akan
tercegah dari hal-hal yang dapat merugikan dir inya dan
orang lain. Pemahaman tentang ajaran Islam (melalui
Alquran dan Hadis) secara prefentif akan dapat
mencegah individu dari segala sesuatu yang bisa merugikan
esensi dan eksistensi dirinya. Relevan dengan penjelasan ini,
Allah Swt. berfirman dalam Surat (Al-Ankabut, {29}: 415)
yang artinya: “Sesungguhnya shalat itu akan dapat
mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Dalam ayat
yang lain (Surat An-Nazi'at {79}: 40-41) Allah Swt.
berfirman yang artinya: “Dan adapun orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
31
tinggalnya”. Selanjutnya apabila tujuan di atas tercapai, maka
akan terwujud manusia yang bahagia (sehat jasmani dan
rohani) yang oleh Surya (1988:43) disebut manusia atau
individu yang berkepribadian sehat, yaitu individu yang
mampu menerima diri sebagaimana adanya dan mampu
mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan
penerimaan dirinya.
Ajaran Islam melalui Alquran dan Hadis juga berfungsi
pengendalian (control) yakni memberikan potensi yang
dapat mengarahkan aktivitas setiap hamba Allah Swt. (siswa)
agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan-Nya.
Dengan fungsi ini perilaku individu (siswa) sebagai hamba-
Nya tidak akan menyimpang dari ajaran Islam sehingga
terwujud perilaku yang benar, baik, dan bermanfaat baik bagi
dirinya maupun orang lain (lingkungannya). Melalui
pengendalian diri yang baik, cita-cita dan tujuan hidup
dan kehidupannya akan dapat tercapai dengan suskes dan
eksistensi serta esensi diri senantiasa mengalami kemajuan.
Demikian juga akan terwujud perkembangan yang positif,
terjadinya keselarasan dan bersosialisasi, baik secara vertikal
maupun horisontal (hablum minallah dan hamblum
minannas).
Kemampuan pengendalian diri dalam diri individu (siswa)
akan terwujud dalam perilaku sabar menerima berbagai
32
rintangan hidup (ujian, musibah atau bencana). Individu yang
sabar akan menyandarkan semua rintangan hidup yang,
dialaminya hanya kepada Allah Swt. Sehingga emosional
dan kepribadiannya tetap terkendali dan stabil dalam
bimbingan, tuntunan, dan perlindungan Allah Swt. Penjelasan
ini relevan dengan Firman Allah Swt. dalam Alquran Surat
(A1-Baqarah {2}: 155 -156) yang artinya: “Dan
sesungguhnya Kami benar-benar (pasti) akan menguji kamu
dengan sesuatu yang dapat mendatangkan rasa takut, lapar,
kekurangan harta benda, dan buah-buahan, dan sampaikanlah
berita bembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu
orang-orang yang apabila ditimpa musibah (bencana)
mereka mengatakan: “Sesungg-uhnya kami milik Allah
Swt. dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nyalah akan
kembali”.
33
BAB II
PEMAHAMAN ANAK SEBAGAI
INDIVIDU DAN MASALAH
34
cepat putus asa, merasa kecewa, pesimis dalam
kehidupannya, rendah diri, dan sebagainya. Kesulitan ini
akan lebih meningkat frekuensinya pada siswa sekolah
menengah (SMP/SMA), karena mereka pada periode tersebut
berada dalam fase adolesence (remaja).
Pada fase remaja manusia mengalami perkembangan
yang cepat, baik perkembangan fisik (pertumbuhan fisik)
maupun perkembangan psikis. Perubahan-perubahan yang
terjadi dengan begitu cepatnya membawa pengaruh yang
besar pada situasi kejiwaannya.
Dalam kenyataan yang kita jumpai ternyata tidak
semua siswa mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Mereka kurang sanggup mencari jalan keluar untuk
memecahkan kesulitannya. Bagi yang belum sanggup
mencari jalan keluar akan memuculkan perilaku negatif.
Perilaku negatif itu dapat diidentifikasi sebagaimana Tabel
2.1. Hal ini bukan mereka tidak bisa, melainkan semata-
mata hanya karena belum menemukan jalan keluar dari
masalah yang dihadapi tersebut. Karena itu, dalam hal ini
perlu adanya bimbingan dari orang lain yang
berpengalaman, lebih baik lagi jika ada orang yang
profesional dalam bidang ini, dan andalah salah satunya.
Kebutuhan bimbingan semacam ini sebenarnya tidak
terbatas bagi siswa yang bermasalah dan tidak mampu
35
mengatasinya, melainkan siswa yang tidak bermasalah pun
memerlukan, karena kita mengerti bahwa manusia tidak
pernah lepas dari masalah. Karena itu, bimbingan perlu
diberikan kepada seluruh siswa dan akan lebih baik jika
diberikan sebelum individu tersebut terlanjur mengalami
kesulitan.
Dewasi ini kebutuhan bimbingan di sekolah semakin
dirasakan pentingnya, karena masalah-masalah yang
dihadapi siswa semakin kompleks sebagai akibat kemajuan
teknologi, kepadatan penduduk, dan lain sebagainya.
Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari di kelas,
seorang guru ser-ing kali menjumpai tingkah laku siswa yang
menjadikan perhatian tersendiri di antara tingkah laku siswa
yang lain. Di samping mengajar di kelas, ternyata seorana
guru perlu juga memerhatikan tingkah laku yang negatif dan
harus diarahkan pada yang positif. Sementara tingkah laku
yang postif ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Tindakan
guru mengajar dan mendidik anak yang sedemikian ini telah
sesuai dengan UUSPN No. 23 tahun 2003 terlebih sebagai
seorang pembimbing.
Dalam kenyataan di lapangan seyogyanya tingkah laku
negatif perlu ditangani secara khusus. Seorang guru selama ini
telah berusaha menangani, dan perlu ditambah dengan
pendekatan bimbinaan konseling apalagi di sekolah dasar
36
tidak tersedia guru pembimbing secara khusus. Meskipun
berperan sebagai seorang guru, namun dalam menangani
seorang siswa lebih baik menggunakan pendekatan bimbinaan
konseling.
Adapun pendekatan konseling adalah sebuah
pendekatan dalam menangani tingkah laku negatif siswa yang
bertujuan untuk mengubah tingkah laku negatif tersebut
menjadi tingkah laku positif dengan usaha-usaha tertentu.
Pendekatan konseling digunakan agar tingkah laku negatif
dapat ditekan atau hilang sama sekali dan menjadi tingkah
laku positif. Sementara pendekatan bimbingan adalah
suatu pendekatan dalam meningkatkan tingkah laku positif
agar menjadi lebih baik lagi. Meskipun dalam beberapa
tingkah laku atau kasus, pendekatan bimbingan dan
konseling bisa tidak berhasil atau tidak ada perubahan
tingkah laku. Pada akhirnya pendekatan bimbingan
konseling adalah usaha yang dapat dilakukan oleh siapapun
termasuk guru untuk membantu siswa agar siswa yang
memiliki tingkah laku positif menjadi lebih baik, dan siswa
yang memiliki tingkah laku negatif berubah menjadi tingkah
laku positif.
U nt u k me ng g u na k a n p e nd e kat a n b i m b i ng a n
ko ns e l i ng d a p at menggunakan satu definisi atau
pendapat ahli bimbingan konseling di antaranya berikut ini.
37
1. Schertzer dan Stone (1968) memberikan batasan,
bimbingan sebagai”... suatu proses bantuan yang
ditunjukkan kepada individu agar mengenali dirinya
sendiri dan dunianya.
2. Arthur Jones (1977) memberikan batasan, konseling
adalah suatu proses membantu individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya dengan cara
interview.
Berdasarkan pengertian bimbingan di atas, maka dalam
melakukan bimbingan di sekolah, seorang guru dapat
membantu siswa untuk memahami dirinya dan dunianya.
Dalam melakukan konseling di sekolah, guru dapat
membantu memecahkan masalah siswa. Adapun yang dimaksud
dengan memecahkan masalah dalam wilayah konseling adalah
bagaimana membantu siswa yang mengalami tingkah laku
negatif dapat diubah menjadi tingkah laku positif.
38
Tabel 2.1 Perilaku Negatif Anak SD/MI dan Tindakan
Guru
No Perilaku Negatif Tindakan Guru
8 Mudah mengarahkan
Memberi perhatian
pembinaan siswa. hidup
27 menulis mau
Tidak hanya
menulis berdiri di depan
Diberi motivasi agarkelas, dihukum
mau menulis.
mengganggu temannya.
pelajaran, tidak mau menulis.
28 Minta uang kepada Diberi peringatan agar tidak
disuruh.
temannya. diulangi.
29 Bertengkar dalam kelas. Diberi peringatan agar jangan
diulangi lagi.
30 Terbelakang mental. Diserahkan pada lembaga SD apabila
kasus tersebut kondisi normal.
31 Belum bisa membedakan Guru membetulkan dan
huruf memberi contoh.
32 Tidak jamaah. Membuat pernyataan.
besar dan kecil.
33 Tidak masuk kelas Dikeluarkan karena melanggar
beberapa kali. peraturan.
41
Berdasarkan data di atas, pendekatan sebagai
pembimbing yang terdiri atas memberi bimbingan, tetapi
masih tetap menggunakan sanksi untuk tindakan tertentu,
bahkan dikeluarkan karena tidak aktif masuk kelas.
Sementara pendekatan pembimbing menghindari adanya
sanksi. Seorang pembimbing perlu mencermati tingkah laku
negatif tersebut secara lebih spesifik untuk dapat diberikan
bantuan secara khusus.
Adapun sebagai guru pembimbing, masalah perilaku
negatif tersebut dapat ditangani lebih lanjut melalui studi
kasus. Berikut ini cara yang dapat Anda lakukan untuk
memahami kasus dalam rangka memahami individu. Di
samping itu, sebagai guru pembimbing Anda hendaknya bisa
membuat laporan atas kasus yang ditangani di sekolah.
42
2) kategori gramatikal dari nomina, pronomina atau
ajektiva yang menunjukkan hubungannya dengan kata lain
dalam kontruksi sintaksis. Apabila kedua kata itu dipadukan
sehingga menjadi studi kasus maka makna yang tercantum
dalam kamus tersebut ialah: pendekatan untuk meneliti gejala
sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan
utuh.
Dalam hal ini, untuk memahami rincian sebab dan
akibat suatu kasus, dapat dilakukan dengan mencari
kemungkinan penyebab dan akibat suatu kasus, tepatnya
langkah dalam membuat keputusan diagnosis. Hal ini
memungkinkan tepatnya langkah atau aspek prognosis.
Sehingga bantuan yang diberikan untuk mengatasi
masalah akan tepat pula dan yang lebih penting adalah
mengurangi munculnya masalah atau tingkah laku negatif di
masa mendatang.
Kondisi kasus hendaknya juga diketahui oleh Anda.
Apakah masalah dalam kondisi berat-ringan, sehat-sakit,
normal-tidak normal atas suatu kasus yang muncul di
permukaan, terlebih terhadap gejala yang, tampak.
Masalah anak hendaknya dihadapi, tidak cuci tangan,
kecuali karena keterbatasan kewenangan yang dimiliki.
Namun, sebagai guru pembimbing setidaknya dalam
memahami siswa perlu mendasari diri dengan beberapa
43
pemikiran berikut ini
1. Orang bermasalah mempunyai kemampuan intelektual
yang normal, tetapi ia menaalami masalah/gangguan
pada emosional psikologis saja.
2. Orang yang bermasalah bukan melakukan suatu
perbuatan yang berkaitan dengan kejahatan/kriminal
yang perlu mendapat sanksi hukum. Terlebih seperti pada
Tabel 2.2 ada masalah/tingkah laku negatif yang dapat
diselesaikan guru dan ad ada memerlukan bantuan khusus
Anda sebagai pembimbing.
Melalui dua pemikiran di atas, maka pendekatan sanksi
atau menghukum hendaknya dihindari dalam menangani
siswa bermasalah.
Untuk menangani kasus tertentu, Anda sebagai
seorang guru pembimbing hendaknya mulai dari
beberapa alasan yang digunakan sebagai bahan
pertimbanaan untuk menentukan perlu tidaknya kasus
ditanaani ataukah dilimpahkan ataukah cukup guru yang
menanganinya. Dalam hal ini dua pertimbangan perlu dilihat:
1) Adakah permasalahan khusus/ istimewa yang dialami
oleh siswa dan Anda yang menemukan, 2) adakah
keingintahuan Anda secara menyeluruh dan mendalam
tentang kasus, terutama yang berkaitan dengan sumber
penyebabnya dan jenis masalah yang dihadapi, 3) perlunya
44
segera dibantu/diatasi masalah yang tengah dihadapi, dan 4)
hendaknya temuan yang diperoleh melalui pengalaman diri
digunakan sebagai dasar teori untuk mengatasi permasalahan.
Apabila kasus telah Anda temukan maka langkah untuk
memahaminya antara lain: 1) masalah hendaknya dipahami
secara menyeluruh, mendalam, dan objektif, mengenali gejala
dengan menemukan sendiri gejala yang bermasalah atau
orang lain yang memberikan informasi, 2) membuat
deskripsi kasus, menilai perilaku masalah, dijabarkan dan
dikembangkan untuk dipahami, 3) mencari sumber penyebab,
akibat yang ditimbulkan, dan jenis bantuan, serta 4)
Pengumpulan data yang diperlukan.
Apabila Anda telah berada dalam masalah siswa, maka
Anda harus memiliki kerangka berfikir kognisi, afeksi, dan
penyikapan terhadap kasus. Kerangka berpikir ini akan
membantu pembimbing untuk membatasi diri terhadap
masalah yang sedang dihadapi.
Adapum secara kognisi yang mendasari penyikapan
terhadap kasus secara garis besar adalah sebagai berikut.
1) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan
sebagai makhluk yang paling indah dan mempunyai derajat
yang paling tinggi.
2) Keyakinan dan penghayatan bahwa keindahan derajat
paling tinggi terwujud dalam bentuk kesenangan dan
45
kebahagiaan hidup di dunia akhirat dalam arti yang
seluas-luasnya.
3) Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam perjalanan
hidupnya seseorang dapat mengalami berbagai
permasalahan yang mengganggu perkembangan
dimensi kemanusiaan yang diupayakan pada
perwujudan manusia seutuhnya.
4) Pemahaman dan penahayatan bahwa faktor-faktor
lingkungan, disamping faktor dimensi kemanusiaan
yang lain sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan dimensi dan timbulnyi permasalahan
pada diri seseorang di sisi yang lain.
5) Pemahaman dan penghayatan bahwa pe layanan
bimbingan konseling bersama dengan pelayanan
pendidikan pada umumnya mampu memberikan bantuan
kepada orang-orang yang sedang mengalami
perkembangan dan mengalami masalah demi teratasinya
masalah-masalah mereka.
6) Bahwa seseorang yang sedang mengalami masalah tidak
seharusnya dan tidak serta merta dianggap sebagai seorang
terlibat masalah kriminal perdata atau tidak sehat jasmani
rohani, normal tidak normal.
7) Permasalahan yang sebenarnya besar kemungkinan tidak
tepat sama seperti pendiskripsian awal.
46
8) Perlunya strategi dan teknik khusus untuk mengatasi dan
memecahkan masalah pokok yang dialami seseorang.
9) Dalam menangani perlu dilibatkan berbagai pihak sumber
dan unsur untuk secara efektif dan efisien mengatasi
memecahkan masalah.
Apabila aspek kognisi tersebut telah dimiliki,
selanjutnya perlu dipupuk kesadaran afektif, yaitu sebagai
berikut.
1) Memberikan penahargaan/penghormatan yang setinggi-
tingginya terhadap kehidupan manusia sebagai individu
atau kelompok.
2) Dengan keahlian mengoptimalkan dimensi
kemanusiaan secara selaras, serasi menuju seutuhnya
demi kesenangan dan kebahagiaan kehidupan dunia
akhirat.
3) Merasa prihatin dan menaruh simpati kepada orang
yang mengalami permasalahan yang menghambat
dimensi kemanusiaan.
4) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang
dimiliki untuk membantu agar dapat teratasi dalam
waktu yang cepat dengan cara yang tepat.
5) Bersikap positif terhadap orang yang mengalami
masalah.
6) Berhati-hati, teliti, tekun, bertanggung jawab.
47
7) Penuh kesadaran mau mengembangkan wawasan, ide,
strategi dan tekni serta menerapkannya secara tepat
terhadap permasalahan yang dialami.
8) Tidak menahan permasalahan untuk ditangani sendiri.
9) Tidak menutup kemungkinan untuk dialih tangankan jika
ternyata ada pihak yang lebih ahli.
48
Melalui dilibatkannya unsur-unsur kognisi, afeksi, dan
perlakuan yang mengacu pada hakikat keberadaan manusia
sampai dengan pemahaman dan penangan kasus, merupakan
dasar penyikapan seseorang terhadap kasus yang
dipercayakan dan tengah dihadapi, untuk diwujudkan secara
nyata dalam proses pelayanan bimbingan apapun (agama) yang
diwarnai oleh kepribadian pelaku tersendiri.
Selanjutnya apabila masalah telah terselesaikan perlu
melakukan penulisan studi kasus. Dalam penulisan kasus
dapat disusun sebagaimana berikut ini.
49
fakta yang, diperoleh dan interpretasikan atau diagnosis
berdasarkan pada fakta.
b. Di dalam laporan suatu kasus gunakanlah pernyataan umum,
dan sebaiknya dilengkapi dengan ilustrasi kasus sehingga
laporan dapat lebih meyakinkan karena dilengkapi dengan
data pendukungnya.
c. Batasilah butir-butir/keteranaan yang tidak relevan.
Penerapan dan evaluasi treatment
Beberapa saran berikut mungkin dapat membantu menjelaskan
problem.
a. Seorang pembimbing tidak perlu berusaha mencobakan
treatment untuk kesulitan-kesulitan yang secara
keseluruhan di luar pengalaman. Jika guru pembimbing
tetap berusaha melakukannya hal itu, mungkin berakibat
merugikan siswa. Jika problem siswa mengenai kesulitan
belajar konselor harus dapat menawarkan kepada siswa hal-
hal yang bernilai membantu dalam belajar. Konselor dapat
juga mengatasi banyak problem yang dialami sendiri, yang
disebabkan oleh kurang minat atas perilaku yang kurang
baik.
b. Selama periode treatment, konselor harus menjaga catatan
kemajuan bantuannya. Guru pembimbing sebaiknya tidak
mengandalkan ingatannya, tetapi sebaiknya mencatat
sesegera mungkin setiap wawancara dengan siswa dan setiap
50
pengamatan yang bermakna. Tidak semua apa yang ditulis
dalam catatan itu akan dimuat dalam laporan kasus, tetapi
catatan yang lengkap dapat membantu dalam membuat
suatu laporan pada setiap periode treatment.
c. Setelah selesai diberikan treatment atau bantuan,
sebaiknya perlu dilakukan pengamatan untuk beberapa
bulan agar kita menjadi yakin bahwa problemnya tidak
kambuh lagi.
51
mengenai bantuan kesulitan belajar di sekolah, maka studi
kasus tersebut akan lebih bermakna apabila disimpulkan
dengan suatu laporan tentang sifat bantuan dan kemajuan
siswa selama mendapat bantuan.
52
BAB III
BIDANG-BIDANG PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH
53
itu adalah timbul rasa malas dan enggan melakukan ibadah
dan ketidakmampuan untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah Swt. Problem
individu yang berkenaan dengan dirinya sendiri misalnya
keagagan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati
nuraninya sendiri, yakni hati nurani yang selalu memenyeru
dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran
Tuhannya. Akibat lanjutnya adalah timbul sikap was-was
ragu-ragu, berprasangka buruk, lemah motivasi, dan tidak
mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal.
Dalam situasi tertentu, kadang-kadang individu
dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri. Masalah ini timbul karena individu merasa
kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan
diri dengan hal-hal dalam dirinya. Konflik yang berlarut -
larut, frustasi, dan neurosis merupakan sumber timbulnya
masalah pribadi. Masalah pribadi juga bisa timbul akibat
individu gagal dalam mempertemukan antara aspek-aspek
pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan di pihak lain.
Menurut Surya dan Winkel (1991), aspek-aspek persoalan
individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi
adalah: (a) kemampuan individu memahami dirinya sendiri,
(b) kemampuan individu mengambil keputusan sendiri,
(c) kemampuan individu memecahkan masalah yang
54
menyangkut keadaan batinya sendiri, misalnya persoalan-
persoalan yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan.
2. Makna Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan
dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam
mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara balk.
Menurut Surya (1988) bimbingan pribadi merupakan
bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah pribadi. Relevan dengan Surya, Winkel (1991)
menyatakan bahwa bimbingan pribadi merupakan proses
bantuan yang menyangkut keadaan batinnya sendiri,
kejasmaniannya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut,
bimbingan pribadi (Personal guidance) bisa bermakna
bimbingan untuk membantu individu mengatasi masalah-
masalah yang bersifat pribadi.
55
pribadi untuk: (a) mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pribadi, (b) mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara balk.
Bimbingan pribadi juga bertujuan agar individu mampu
mengatasi sendiri, mengambil sikap sendiri atau
memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan
batinnya sendiri. Dengan perkataan lain, agar individu
mampu mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, dan pengisian waktu luang.
.
4. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Pribadi
Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan pribadi,
yaitu pertama, layanan informasi. Infomasi tentang tahap-
tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan: (a)
fisik, (b) motorik, (c) bicara, (d) emosi, (e) sosial, (f)
penyesuaian sosial, (g) bermain, (h) kreativitas, (i) pengertian,
(j) moral, (k) seks, dan (l) perkembangan kepribadian. Sedangkan
informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini dapat
mencakup informasi tentang: (a) ciri-ciri masyarakat
maju , (b) makna ilmu pengetahuan, dan (c) pentingnya
IPTEK bagi kehidupan manusia.
Kedua, pengumpulan data. Data yang dikumpulkan
berkenaan dengan layanan bimbingan pribadi dapat
mencakup: (a) identitas indivdiu seperti nama lengkap, nama
56
panggilan, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat,
bahasa daerah, anak ke orang tua , dan lain-lain (b) kerjasama
dan kesehatan, (c) riwayat pendidikan, (d) prestasi, (e) bakat,
(f) minat, dan lain-lain.
Ketiga, orientasi. Layanan orientasi bidang
pengembangan pribadi mencakup: suasana, lembaga dan
objek pengembangan pribadi seperti lembaga pembangan
bakat, pusat kebugaran dan latihan pengembangan
kemampuan diri, tempat rckreaksi, dan lain sebagainya.
57
kelo mpok, (d) kesulitan memperoleh penyesuaian dalam
kegiatan kelompok, (e) kesulitan mewujudkan hubungan
yang harmonis dalam keluarga, dan (f) kesulitan dalam
menghadapi situasi sosial yang baru.
Selain problem di atas, aspek-aspek sosial yang
memer lukan layanan bimbingan sosial adalah: (a)
kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan
lingkungannya, (b) kemampuan individu melakukan
adaptasi, dan (c) kemampuan individu melakukan hubungan
sosial (interaksi sosial) dengan lingkungannya baik
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
58
kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu
mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam
lingkungan sosialnya.
59
dewasa ini; yang mencakup: (1) informasi tentang ciri-ciri
masyarakat maju atau modern, (2) makna ilmu pengetahuan, (3)
penting (nya IPTEK bagi kehidupan manusia dan lain-lain, dan
(b) informasi tentang cara-cara bergaul.
Informasi tentang cara-cara berkomunikasi penting
diberikan kepada setiap individu. Sebagai makhluk sosial,
individu perlu berhubungan dengan orang. Dengan
perkataan lain, individu memerlukan orang lain dalam
kehidupannya. Untuk dap at berhubungan dengan orang
lain secara baik, individu dituntut untuk mampu
beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya.
Kedua, orientasi. Layanan orientasi untuk bidang
pengembangan hubungan sosial adalah: suasana, lembaga
dan objek-objek pengembangan sosial seperti berbagai
suasana hubungan sosial antar individu dalam keluarga,
organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial
tertentu.
60
kondisi dalam diri siswa sendiri dan ada yang disebabkan
oleh kondisi dari luar diri siswa.
Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan
layanan bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah:
(a) kemampuan belajar yang rendah, (b) motivasi belajar
yang rendah, (c) minat belajar yang rendah, (d) tidak
berbakat pada mata pelajaran tertentu, (e) kesulitan
berkonsentrasi dalam belajar, (f) sikap belajar yang tidak
terarah, perilaku mal adaptif dalam belajar seperti suka
mengganggu teman ketika belajar, (h) prestasi belajar yang
rendah, (i) penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar
siswa lainnya, (j) pemilihan dan penyaluran jurusan, (k)
pemilihan pendidikan lanjutan, (l) gagal ujian (m) tidak naik
kelas, (n) tidak lulus ujian, dan lain sebagainya
Menurut Surya (1988) beberapa aspek masalah individu
yang memerlukan layanan bimbingan belajar adalah: (a)
pengenalan kurikulum (b) pemilihan jurusan, (c) cara belajar
yang tepat, (d) perencanaan pendidikan, dan lain sebagainya.
61
yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di
institusi pendidikan (Winkel, 1991), berdasarkan pengertian di
atas, bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari
pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Relevan dengan makna di atas, Surya (1988) menyatakan
bahwa bimbingan belajar merupakan jenis bimbingan yang
membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan. Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan oleh Surya (1988) di atas, bimbingan belajar bisa
bermakna bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada
siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
pendidikan (dalam arti luas) dan masalah belajar (dalam arti
sempit).
62
Selain tujuan sccara umum di atas, secara lebih khusus
berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa tujuan
bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam konteks
kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa
mandiri dalam belajar.
4. Bentuh-bentuk Layanan B imbingan Belajar
Bentuk bimbingan belajar kepada para siswa adalah
menyesuaikan dengan masalah belajar yang terjadi dan
dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang
dihadapi oleh siswa, guru pembimbing dapat merumuskan
program layanan bimbingan belajar kepada para siswa.
Beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang bisa
diberikan kepada para siswa di sekolah dan sekolah adalah
pertama, orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru)
tentang tujuan instruksional (tujuan sekolah dan sekolah),
isi kurikulum pembejaran, struktur organisasi sekolah
(sekolah), cara-cara belajar yang tepat, penyesuaian diri
dengan corak pendidikan di sekolah atau sekolah.
Kedua, penyadaran kembali secara berkala tentang cara
belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan
sekolah maupun di rumah baik secara individual maupun
kelompok.
Ketiga, bantuan dalam memilih jurusan atau program
63
studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan nonakademik
yang menujang usaha belajar dan memilih program studi
lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih tainggi. Bantuan
ini juga mencakup penyebaran informasi (layanan infoimasi)
tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan
tertentu.
Keempat, pengumpulan data siswa (1ayanan pengumpulan
data) yang berkenaan dengan kemampuan intelektual, bakat
khusus, arah minat, cita-cita hidup, pada program-program
studi atau jurusan tertentu, dan lain sebaaainya.
Kelima, bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar seperti kurang mampu menyusun dan mentaati
jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ulangan
atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai
cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajaran,
menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara
belajar secara rutin, dan lain sebagainya.
Keenam, bantuan dalam hal membentuk kelompok-
kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar
kelompok supaya berjalan secara efektif dan efisien.
64
D. Bidang Pengembangan Karier
1. Aspek-aspek Bimbingan Karier
Karier-karier tertentu berkaitan erat dengan latar belakang
pendidikan. Oleh sebab itu, bimbingan karier di sekolah dan
sekolah harus sudah dikembangkan. Namun
pengembangan bimbingan karier di sekolah dan sekolah
tentu disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan
yang bersangkutan. Artinya layanan bimbingan karier di
SD/MI tentu tidak sama dengan di SMP/MTs; begitu juga di
SMA/MA. Dalam masyarakat modern seperti sekarang,
dikenal banyak variasi dan ragam jenis karier. Realitas itu
menuntut kemampuan membuat pilihan karier-karier
tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan, kemampuan
dan karakteristik kepribadian yang bersangkutan,
Beberapa aspek masalah karier yang membutuhkan
pelayanan bimbingan karier di sekolah dan sekolah adalah
(a) pemahaman terhadap dunia kerja, (b) perencanaan dan
pemilihan karier atau jabatan (profesi) tertentu, (c)
penyediaan berbagai program studi yang berorientasi karier,
(d) nilai-nilai kehidupan yang berkenaan dengan karier, (e)
cita-cita masa depan, (f) minat terhadap karier tertentu, (g)
kemampuam dalam bidang karier tertentu, (h) bakat khusus
terhadap karier tertentu, (i) kepribadian yang berkenaan
dengan karier tertentu, (j) harapan keluarga, (k) masa depan
65
karier yang akan diperoleh, (l) penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karier atau jabatan
(profesi) tertentu, (m) pasar kerja, (n) kemungkinan
pengembangan karier, dan lain sebagainya.
66
dari pendidikan, (d) agar siswa mampu menyesuaikan diri
dengan karier yang akan dipilihnya kelak, (c) agar siswa
mampu mengembangkan karier setelah selesai dari
pendidikannya
Selain tujuan di atas, bimbingan karier di sekolah dan
sekolah juga bertujuan untuk: (a) mengenal berbagai
jenis jabatan yang terbuka baginya dan sekaligus bermakna
serta memuaskan, dan menghayati nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat yang berorientasi pada karier, (b) mampu
membuat keput usan-keput usan rasional sehubungan
dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam
bidang karier tertentu, (c) melaksanakan keputusan-
keputusan tersebut dalam bentuk; mengintegrasikan nilai-
nilai yang terkandung dalam karier serta sikap-sikap yang
dituntut dalam berkarier.
Dengan perkataan lain, tujuan bimbingan karier di
sekolah dan sekolah adalah agar siswa mampu memahami,
merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan
mengembangkan karier-karier tertentu setelah mereka
tamat dari Pendidikannya. Dengan demikian, bimbingan
karier di sekolah atau di sekolah tidak secara langsung
membantu siswa untuk berkarier tetapi lebih banyak bersifat
informasi. Hal ini tentunya pengecualian bagi sekolah-
sekolah kejuruan yang berorientasi karier, di mana selain siswa
67
bekali tentang aplikasi karier-karier tertentu, juga dibimbing
bagaimana pemilihan, perencanaan, dan
pengembaliannya.
68
sekolah atau sekolah dan sesudah tamat, dalam mengambil
program studi tertentu sebagai studi lanjutan atau langsung
bekerja. Tujuan layanan ini adalah agar siswa menempatkan
diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan
nonakademik, yang menunjang perkembangannya dan
semakin merealisasikan rencana masa depannya, atau
melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang diharapkan
cocok baginya dan memberikan keputusan kepadanya. Layanan
penempatan mencakup: (1) perencanaan masa depan, (2)
pengambilan keputusan, (3) penyaluran ke salah satu jalur
studi akademik, program kegiatan ekstra-kurikuler, program
persiapan prajabatan, (4) pemantapan dan reorientasi apabila
diperlukan, (5) pengumpulan data dalam rangka penelitian
terhadap mereka yang sudah tamat sekolah.
Keempat, orientasi. Layanan orientasi untuk bidang
pengembangan karier mencakup: suasana, lembaga, dan objek
karier seperti kantor, bengkel, pabrik, pengoperasionalan
perangkat kerja tertentu, dan lain sebagainya.
69
dan sekolah, sehingga siswa bisa memperoleh pemahaman yang
benar tentang kehidupan berkeluarga. Aspek-aspek kehidupan
berkeluarga yang membutuhkan layanan bimbingan dan
konseling antara lain: (a) pemahaman tentang fungsi-fungsi,
peranan dan tanggung jawab keluarga, (ayah, ibu dan
saudara), (b) pemahaman tentang kesehatan reproduksi pada
manusia, (c) perilaku seksual yang benar, (d) pernikahan, (e)
perceraian, (f) talak dan rujuk, (g) kelahiran, (h) hubungan
antara anggota keluarga misalnya hubungan antara anak
dengan ayah, anak dengan ibu, dan lain-lain.
Aspek-aspek kehidupan berkeluarga yang membutuhkan
layanan bimbingan dan konseling, bisa dimasukkan ke dalam
kelompok masalah yang berkenaan dengan orang lain atau
masalah sosial, karena keluarga merupakan lembaga sosial
tetapi lingkupnya lebih kecil. Keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama bagi individu (siswa).
70
berkenaan dengan kehidupan berkeluarga.
71
antara lain: (a) informasi tentang pergaulan remaja, (b) informasi
tentang kesehatan reproduksi pada manusia, (c) informasi
tentang perkawinan, talak dan rujuk.
Ketiga, orientasi. Layanan orientasi untuk bidang
pengembangan kehidupan berkeluarga mencakup: suasana,
lembaga dan objek kehidupan berkeluarga seperti peristiwa
pernikahan, talak dan rujuk, kelahiran, dan lain sebagainya.
72
pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dengan
kehidupan beragama.
73
suasana keagamaan, (b) lembaga dan objek kegamaan, (c)
upacara ritual keagamaan, (d) sarana ibadah keagamaan, (e)
situs keagamaan tertentu, (f) peninggalan-peninggalan
keagamaan tertentu, dan lain sebagainya.
74
BAB IV
AKTIVITAS BERMAIN SEBAGAI
STRATEGI PENGEMBANGAN
PENGALAMAN BELAJAR YANG
BERMAKNA
75
Dilihat dari aspek perkembangan, karakteristik
perkembangan anak kelas satu, dua, dan tiga yang berusia antara
empat sampai delapan tahun (Bredekamp, 1987; Seifert &
Hoy (imng 1991; Sunaryo dan Nyoman 1996; Leeper et a.l.,
1979; Vasta et al., 1992) diidentifikasi sebagai berikut.
Aspek perkembangan fisik psikomotorik: Pertumbuhan fisik
telah mencapai kematangan, anak mampu mengontrol tubuh
dan keseimbangan, melakukan berbagai aktivitas dan
keterampilan fisik yang berhubungan dengan berbagai variasi
memegang benda dan berjalan, membaca, duduk dan
mendengarkan dalam periode waktu yang cukup lama.
Pertumbuhan fisik berjalan lamban, rata-rata tinggi badan
antara 105 cm -128 cm dengan variasi antara 10 cm hingga
20 cm dan rata-rata berat badan antara 17 kg hingga 24 kg
dengan variasi antara 2 kg hingga 10 kg.
Perkembangan motorik anak lebih terkoordinasi
terutama antara tangan, kaki dan mata. Siap mempelajari
dan terlibat aktif dalam berbagai keterampilan dan bermain
olah raga formal seperti senam, berenang, sepak bola, dan
permainan yang menggunakan alat bantu. Keterampilan
motorik kasar lebih dikuasai anak laki-laki, sementara anak
perempuan lebih mengusai keterampilan motorik halus.
Perkembangan motorik terkait erat dengan perkembangan
persepsi. Perkembangan motorik yang makin baik dan
76
beragam memungkinkan anak mengenal dunia secara fisik
maupun simbolik lebih luas.
Kegiatan fisik penting bagi anak untuk mengembangkan
berbagai keterampilan serta upaya mengontrol dan
mengekspresikan kekuatan fisik. Keterlibatan dalam aktifitas
fisik mendorong tumbuhanya rasa aman, memperoleh tempat
dalam kelompok teman sebaya, dan konsep diri yang positif.
Aktifitas fisik merupakan hal utama bagi pertumbuhan
kognitif secara baik. Anak membutuhkan kegiatan fisik
untuk membantu memahami berbagai konsep abstrak seperti
orang dewasa memerlukan contoh dan ilustrasi unluk
memahami konsep yang tidak diketahui. Anak tergantung
secara total terhadap pengalaman pertama menangani sesuatu
hal bagi perkembangan kognitif pada tahap yang lebih tinggi.
Keterampilan fisik yang mendasar harus dikembangkan
secara terus menerus selama masa sekolah sebagai respons
terhadap minat, sikap fisik, dan pengalaman hidup anak serta
harapan orang lain. Anak menggunakan keterampilan dalam
berbagai situasi yang kompleks pada bermain. Memfasilitasi
anak bermain berarti memberi kesempatan mengenal dan
memperoleh pengalaman penting yang diperlukan dalam
kehidupan.
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif - bahasa,
kemampuan mental anak usia empat hingga delapan tahun
77
berada pada tahap pra-oprasional menuju oprasional kongkrit.
Prosentase perkembangan pada tahap pra-oprasional;
oprasional kongkrit, dan tinkat kematangan dapat dilihati pada
berikut ini.
KEMAMPUAN MENTAL ANAK USIA DINI
Usia Praoperational Operational Conkrit
% Permulaan % Kematangan %
5 85 15 -
6 60 35 5
7 35 55 10
8 25 55 20
Tabel diadaptasi dari Epsen dalam Slavin ( 1991, h: 72)
78
Kualitas kemampuan kognisi yang dimiliki anak ialah:
decentration yakni memahami masalah yang berhubungan
dengan waktu, sencitivity of transformation yaitu
memperhatikan dan mengingat secara signifikan objek serta
menyimpan ingatan dalam waktu yang lama, dan reversibility
atau langkah awal memecahkan masalah dengan cara
membayangkan kembali kondisi nyata permasalahan.
Keterampilan-keterampilan yang dimiliki pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
a. Classification skills, mengklasifikasikan kelompok fakta yang
realistis serta berbagai hal yang secara logika berhubungan.
Mengklasifikasi objek tanpa bergantung kepada kehadiran
objek tetapi didasarkan atas kesamaan fungsi.
b. Conservation, konservasi berbagai inforniasi, data dan fakta
pada memori. Kemampuan berfikir bahwa keadaan sesuatu
itu tidak berubah. Terdiri atas konsentrasi tentang masa
(besar, berat), angka (temasuk nilai uang), cairan dan
panjang.
c. Sequencing/series and number, kemampuan merangkai,
mengurut atau membandingkan yang lebih dahulu dan
berikutnya, terkecil ke terbesar, terpendek ke terpanjang,
berapa banyak objek dan bagaimana klasifikasi.
d. Sense of time, memahami perbedaan waktu seperti kemarin,
hari ini, besok, beberapa jam, pagi, siang dan malam.
79
e. Spatial relation, memahami berbagai hubungan tempat dan
ruang seperti membaca peta, mengingat lokasi, memahami
hubungan keluarga atau kedudukan dalam masyarakat/
lingkungan.
f. Information procesing skills, kemampuan mengorganisasi
dan mengingat berbagai informasi, terutama informasi yang
bermakna.
g. Negation, kemampuan untuk mengenal bahwa suatu
tindakan itu dapat dikembalikan kepada keadaan asal.
h. Identity, kemampuan mengenal bahwa objek yang bersifat
fisik akan mengambil volume atau jumlah tertentu.
i. Compensation, kemampuan mengenal bahwa perubahan
suatu dimensi akan dikompensasikan oleh perubahan pada
dimensi lain.
j. Forming limited hypotheses, membuat hipotesa sederhana
dengan satu hipotes dan satu variabel..
80
Anak mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman.
Implikasi hal tersebut anak harus memperoleh banyak
kesempatan dan tantangan dalam menggunakan dan
mengembangkan keterampilan berfikir serta mengidentifikasi
dan menyelesaikan permasalahan yang diminati. Pengembangan
isi kurikulum yang relevan, menarik hati dan bermakna bagi diri
anak, merupakan fasilitas yang perlu dikondisikan dalam
pendidikan.
Perkembangan bahasa ditandai dengan perbendaharaan
kata yang bertambah. Anak memahami arti atau makna kata,
menggunakan dan membuat kata yang berstruktur serta dapat
menggunakan dua bahasa dengan pemahaman masing-masing.
Anak mampu memahami pandangan orang lain. Melakukan
komunikasi serta percakapan dengan teman sebaya maupun orang
dewasa secara baik. Menggunakan kekuatan komunikasi
langsung termasuk untuk bercanda maupun ejekan. Percakapan
merupakan kemampuan anak untuk menyampaikan sesuatu,
menunjukkan diri dan mempertimbangkan atau beralasan. Anak
perlu memperoleh kesempatan bekerja dalam kelompok kecil
untuk membicarakan sesuatu. Guru berperan memfasilitasi
anak agar mampu memberikan tanggapan, opini, ataupun ide-
ide.
81
B. Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Model bimbingan dan konseling perkembangan adalah
adaptasi dan modifikasi dari bimbingan perkembangan (Donald
H. Blocer) dan program komprehensif bimbingan perkembangan
(Gysbers & Henderson dalam Muro & Kottman) yang diteliti
oleh Ahman sebagai bagian dari Tim Penelitian URGE.
Konseling perkembangan secara esensial menurut Blocher
(1971: 7) membantu individu untuk memiliki kesadaran
secara penuh tentang diri dan berbagai cara merespon terhadap
lingkungan yang mempengaruhi. Penghargaan terhadap
kebebasan manusia dalam mengaktulisasikan potensi,
merupakan filosofi dasar dan bertujuan mendorong individu
untuk menjadi manusia yang berperilaku efektif. Bimbingan dan
konseling perkembangan menurut Muro dan Kottman (1995:
150-53) adalah program bimbingan yang didasarkan atas
beberapa prinsip sebagai berikut. Bimbingan konseling
dibutuhkan oleh semua anak dalam proses perkembangan,
terfokus pada bagaimana anak belajar dan pada proses
mendorong perkembangan, konselor dan guru berperan
membantu siswa untuk belajar dan terlibat dalam proses
pembelajaran.
Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama
dalam program bimbingan dan konseling perkembangan.
Program dikembangkan dari kebutuhan khusus anak sebagai
82
identifikasi awal. Mempedulikan penerimaan, pemahaman dan
peningkatan/pengayaan diri anak, dirancang secara
berkesinambungan serta fleksibel sesuai tingkat perkembangan
anak. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan
merupakan bagian penting dari bimbingan.
Bimbingan dan konseling perkembangan mengakui
pengembangan yang terarah ketimbang akhir perkembangan yang
definitif, sehingga konselor dituntut untuk memahami proses
perkembangan. Menuntut pelayanan yang dilakukan oleh
konselor yang terdidik atau konselor profesional, peduli dengan
penerapan psikologi, memiliki kerangka kerja serta teori
psikologi anak, psikologi perkembangan dan belajar, serta
mempunyai sifat mengikuti urutan dan lentur.
Tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar
menurut Muro dan Kottman (1995: 54) adalah memperoleh
pengalaman perasaan yang positif dari interaksi dengan teman
sebaya, guru, keluarga, dan orang dewasa lain. Memperoleh makna
pribadi dari kegiatan belajar. Mengembangkan dan menggunakan
perasaan positif tentang diri, nilai-nilai individualitas dan
memahami perasaan. Memiliki kesadaran tentang esensi nilai dan
mengembangkan nilai-nilai konsisten yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Mengembangkan dan memiliki
keterampilan akademik dari kemampuan maksimum.
Mempelajari keterampilan coping yang penting sehingga dapat
83
berkembang normal dan mampu menyelesaikan permasalahan.
Mengembangkan tujuan yang tepat serta perencanaan dan
keterampilan menyelesaikan rnasalah. Mengembangkan sikap
positif dalam kehidupan. Realistis dalam bertanggungjawab
terhadap perilaku yang ditampilkan. Bekerjasama dengan
keluarga dalam berbagai perencanaan program untuk
membantu mengembangkan sikap dan keterampilan orang tua
dalam meningkatkan kemampuan akademik dan keterampilan
sosial anak. Bekerja sama dengan guru kelas untuk
mengembangkan aktivitas belajar.
Struktur program bimbingan dan konseling perkembangan
terdiri atas empat komponen, yaitu layanan dasar bimbingan,
layananan responsif, perencanaan individual, dan dukungan
sistem. Pertama, layanan dasar bimbingan (guidance
curiculum), merupakan inti dari model bimbingan
perkembangan. Komponen ini dirancang untuk membantu
seluruh siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar atau
kompetensi dalam kehidupan dan perilaku efektif. Seperti
aspek harga diri, motivasi untuk sukses, mengambil
keputusan dan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi
interpersonal, kesadaran lintas budaya dan tingkah laku yang
bertanggungjawab. Fungsi layanan bersifat pengembangan
yang ditujukan bagi seluruh siswa. Disampaikan secara
sistematik dalam cara pengajaran yang berorientasi pada
84
pencapaian tugas perkembangan dalam bentuk layanan
informasi atau bimbingan kelompok di kelas.
Kedua, layanan responsif (responsive service) bertujuan
mengintervensi masalah atau kepedulian siswa yang muncul
segera dan dirasakan saat itu. Meliputi ketidakmampuan
memilih secara tepat serta kelemahan dalam bidang atau aspek
pribadi, sosial, karir dan pendidikan. Topik-topik yang menj adi
kepedulian adalah prestasi belajar, kenakalan anak, putus
sekolah, kehadiran (sering terlambat dan membolos), masalah
keluarga, sikap dan perilaku terhadap sekolah, hubungan
dengan teman sebaya, penyesuaian diri, pilihan lanjutan studi,
dan kejadian-kejadian yang traumatik. Layanan yang diberikan
bersifat preventif dan kuratif atau remediatif, yaitu memberikan
intervensi agar siswa terhindar dari pilihan yang tidak sehat,
meluruskan pilihan yang tidak tepat, mampu menentukan
pilihan pada situasi tertentu serta merniliki kemampuan
memecahkan masalah. Prioritas pemberian layanan ditentukan
oleh prioritas kebutuhan mendesak siswa, temasuk siswa
dengan karakteristik khusus. Teknik pemberian bantuan berupa
konsultasi individual, konsultasi dengan orang tua dan guru
serta melakukan koordinasi rujukan pada ahli lain.
Ketiga, sistem perencanaan individual (individual
planing), bertujuan membimbing seluruh siswa untuk belajar
merencanakan, memonitor, dan mengelola r enca na
85
pendidikan dan karier. Memahami pertumbuhan dan
perkembangan sosial-pribadi oleh diri sendiri serta bersikap
pro-aktif dalam mengambil tindakan. Perencanaan individual
diaktualisasikan dalam berbagai bentuk catatan tentang tugas-
tugas dan rencana yang akan dilakukan.
Dan Keempat, dilengkapi dengan komponen dukungan
sistem (system support), komponen ini memberikan dukungan
terhadap staf bimbingan dalam menyelenggarakan ketiga
komponen bimbingan serta personil sekolah lain dalam
menyelenggarakan program pendidikan di sekolah. Komponen
dukungan sistem mengarah pada pemberian layanan dan
kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat
bagi siswa. Program meliputi pengembangan dan manajemen
program bimbingan; pengembangan staf; pemanfaatan sumber
daya masyarakat; pengembangan prosedur dan pedoman
pelaksanaan bimbingan; pendidikan dan konsultasi orang tua,
guru serta administrator; kerjasama penelitian; masukan
terhadap kurikulum; penataan sistem manajemen sekolah; dan
kerjasama dengan institusi lain.
Menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995: 55-
67) pengembangan program bimbingan dan konseling di
sekolah dilakukan melalui empat tahap. Tahap pertama
perencanaan, berkenaan dengan penetapan target populasi
layanan, isi pokok program, organisasi program layanan,
86
penempatan dan pengembangan staf serta penyediaan sarana
clan prasarana. Tahap kedua perancangan, berkenaan dengan
prioritas komponen program, kompetensi yang diharapkan,
sasaran layanan, prioritas kompetensi dan tujuan, keterampilan
konselor serta hubungan dengan program pendidikan. Tahap
ketiga implementasi, pelaksanaan program yang paling
potensial sesuai dengan rancangan proses. Konselor bersifat
proaktif, menggunakan petunjuk pengembangan komponen
yang menjadi prioritas dan tujuan yang mapan dari berbagai
parameter. Terakhir tahap ke empat adalah evaluasi.
Merupakan evaluasi proses dari setiap langkah untuk memperoleh
timbal balik yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan
perbaikan dan pengembangan program, serta menguji
keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi contex-level direkomendasikan oleh Trotter
(1990) untuk memperoleh gambaran proses implementasi
program dan komponen-komponen yang membangun
program. Bagaimana kebermaknaan belajar yang dirasakan para
siswa, apakah mereka memiliki gambaran dan perasaan yang
positif tentang diri, lingkungan dan kehidupannya merupakan
bagian dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat dirumuskan
dalam evaluasi.
Pokok bahasan model bimbingan dan konseling
perkembangan di sekolah dasar dengan penggunaan
87
implementasi aktivitas bermain sebagai media/teknik
pemberian layanan bimbingan sesuai dengan karakteristik
kegiatan siswa pada kelas rendah diperkuat dalam penelitian
ini. Perolehan pengalaman belajar awal yang bermakna
merupakan masukan yang diharapkan diperoleh dari
implementasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
perkembangan yang dirumuskan secara spesifik untuk siswa
kelas rendah (kelas 1-3).
88
dibantu atau tingkatan maksimum yang dapat di jangkau oleh
anak dengan bantuan orang lain melalui penciptaan
lingkungan. Dengan kata lain tingkatan ini merupakan tingkatan
perkembangan potensial. Diantara dua tingkatan tersebut anak
dihadapkan pada sejumlah tugas yang memiliki tingkatan
kesulitan tertentu dan menantang anak mengkonstruksi
pengetahuan. Vigotsky menyatakan ZPD sebagai zone konstruksi
pengetahuan.
Keterampilan dan perilaku yang dapat ditampilkan bersifat
dinamik dan merupakan perubahan yang terus menerus. Apa yang
menjadi tampilan perilaku potensial pada hari ini akan
menjadi tampilan perilaku yang dimiliki anak pada hari
kemudian. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dan
sangat individualistik dalam circle mencapai perkembangan
potensial.
Perubahan tingkatan penampilan maksimum menunjukkan
perkembangan anak. Tingkatan ini dicapai melalui interaksi
antara anak dengan orang lain baik teman sebaya maupun
orang dewasa. Interaksi dapat bersifat langsung seperti
memberikan petunjuk atau pertanyaan sehingga anak
mendemonstrasikan pemahaman dan kemampuan. Dapat juga
bersifat tak langsung dengan cara menciptakan situasi yang
memfasilitasi pemilikan keterampilan-keterampilan khusus.
Potensi yang dimiliki individu, kualitas interaksi yang terjadi
89
dan dukungan sistem terhadap pembelajaran memberikan
pengalaman dan hasil belajar optimal bagi siswa.
Implikasi penting ZPD pada belajar adalah membantu
anak mengerjakan tugas sehingga dicapai perkembangan yang
optimal, upaya menilai anak dan menetapkan apa yang tepat
dikembangkan. Bermain direkomendasi oleh Vigotsky sebagai
cara membantu anak secara penuh, alat untuk meningkatkan
tugas yang dapat ditampilkan atau diselesaikan dan
kesempatan untuk belajar. Bermain merupakan peran utama
dalam pertumbuhan kemampuan mental atau aktivitas utama
yang menentukan dalam perkembangan dan alat berfikir
untuk mengelola perilaku dalam berbagai situasi.
Pada saat bermain, anak secara spontan menggunakan
kemampuan memaknai objek yang dia tahu,
menggunakan/merekayasa, dan manakala tidak tahu anak akan
berkata-kata dan bertanya-tanya dengan penuh perhatian.
Melalui bermain, anak mencapai definisi fungsional dari suatu
konsep atau objek dan memperoleh kemampuan
menyampaikan pemikiran secara lisan maupun tertulis
(berbahasa secara sistematis dan konstruktif).
Hal esensial dari bermain menurut Vigotsky adalah
menciptakan situasi imaginer yang membantu individu
membangun dan mengkonstruksi skema mental secara
berkesimbungan menjadi jaringan yang luas dan banyak.
90
Mengkonstruksi skema mental tentang suatu konsep
merupakan belajar bermakna dan akan terakumulasi menjadi
pengalaman belajar yang bermakna.
Kegiatan bermain memberikan pengalaman pada anak untuk
membangun dunia melalui berbagai fungsi mental dan
emosional. Tahapan bermain pada anak usia dini menurut
Piaget (Heideman & Hewit, 1992) berada diantara tahapan
bermain simbolik dengan tahapan bermain game. Tahapan
bermain simbolik ialah anak menggunakan skema mental suatu
objek untuk objek yang lain dalam bentuk bermain konstruksi
dan bermain dramatik. Bermain konstruksi adalah bermain
dengan menggunakan alat permainan untuk merangkai dan
membangun fikiran. Bermain dramatik ialah kemampuan
menggambarkan pemikiran abstrak dengan objek real dan
bermain peran.
Tahapan bermain sebagai game, yaitu bermain dengan
menggunakan berbagai aturan formal yang dikembangkan oleh
diri sendiri maupun dari luar diri/orang lain. Bentuk bermain
adalah konstruksi tingkat tinggi dan sosiodramatik. Bermain
konstruksi tingkat tinggi adalah bermain dengan menggunakan
alat permainan tiga dimensi berhubungan dengan struktur
ruang, waktu, dan aturan prasyarat. Bermain sosiadramatik
merupakan bermain dramatik tingkat tinggi untuk
mernimbuhkan kernampuan mengkonseptualisasi berbagai
91
pemikiran sebagai kesiapan menghadapi berbagai pengalaman
hidup.
Di sekolah dasar, katagori bermain menurut Nancy King
(1987: 143-160) dikelompokkan dalam tiga kelompok.
1. Tahapan bermain instrumental, yaitu semua akademis harus
dipromosikan dalam setting pengarahan tidak langsung atau
bermain, agar anak tidak hanya mengikuti tetapi memahami
makna. Bagi anak dunia bermain merupakan pengalaman
yang berdampak sebagai proses belajar. Kegiatan bermain
memberikan pengalaman pada anak untuk membangun
dunia melalui berbagai fungsi mental dan emosional.
2. Tahapan bermain pada anak usia dini menurut Piaget
simbolik dengan tahapan bermain game. Tahapan bermain
simbolik ialah anak menggunakan skema mental suatu objek
untuk objek yang lain dalam bentuk bermain konstruksi dan
bermain dramatik. Bermain konstruksi adalah bermain
dengan menggunakan alat permainan untuk memakai dan
membangun fikiran. Bermain dramatik ialah kemampuan
menggambarkan pemikiran abstrak dengan objek real dan
bermain peran.
3. Tahapan bermain sebagai game, yaitu bermain dengan
menggunakan berbagai aturan formal yang dikembangkan oleh
diri sendiri maupun dari luar diri/orang lain. Bentuk
bermain adalah konstruksi tingkat tinggi dan sosiodramatik.
92
Bermain konstruksi tingkat tinggi adalah bermain dengan
menggunakan alat permainan tiga dimensi berhubungan
dengan struktur ruang, waktu, dan aturan pra syarat. Bermain
sosiodramatik merupakan bermain dramatik tingkat tinggi
untuk menumbuhkan kemampuan mengkonseptualisasi
berbagai pemikiran sebagai kesiapan menghadapi berbagai
pengalaman hidup.
Di sekolah dasar, katagori bermain menurut Nancy King
(1987: 143-160) dikelompokkan dalam sembilan kelompok.
Pertama, bermain instrumental, Kedua membuat peta, peta dan
perencanaan mempromosikan berfikir simbolik, kemampuan
berbahasa, dan mediator eksternal. Ketiga membuat pola,
bertujuan mengembangkan kemampuan memahami hal penting
dari hubungan antara objek-objek dan menggunakan simbol
untuk menjelaskan hubungan. Keempat bermain dramatik,
bertujuan mengembangkan fungsi mental yang tinggi,
pengaturan diri dan fungsi simbolik, perencanaan hari esok dan
merevisi skenario hari kemarin. Kelima bercerita, merupakan
jenis permainan yang bertujuan mengembangkan kemampuan
berbahasa, kreativitas, befikir logis, pengaturan diri,
pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku,
serta pola umum dan makna cerita (karakter, ide, konsep logis,
dan peristiwa penting yang bermanfaat). Keenam menulis jurnal,
merupakan aktivitas yang bermakna karena membantu anak
93
menulis pokok pemikiran. Tulisan menggunakan keterampilan
berbahasa untuk menciptakan bahasan yang bermakna. Ketujuh
membaca, merupakan keterampilan kognitif yang pokok.
Kedelapan permainan aktivitas otot besar yang berperan
membantu anak mengontrol gerakan, belajar perilaku kognitif
serta pengaturan emosi diri. Dan kesembilan permainan aktivitas
otot kecil, merupakan cara mengontrol gerakan kecil dengan
menggunakan koordinasi tangan dan mata.
Bentuk treatment atau implemetasi bermain dalam proses
pembelajaran, menurut Davis dan Hansen (1973: 19-34), dapat
dikelompokkan dalam tiga bentuk. Pertama tindakan pemberian
pengaruh atau kesan untuk mengembangkan sikap atau perasaan.
Kedua tindakan mendasar yaitu tindakan untuk mendorong
terbentuknya kesadaran dan sikap terhadap suatu konsep, atau
dengan kata lain merupakan tindakan untuk mendorang upaya
verbalisasi ekspresi pengetahuan. Dan ketiga adalah tindakan
menterampilkan yaitu tindakan yang bertujuan
mengkondisikan dan membiasakan reaksi aktualisasi perilaku.
Pertimbangan guru dalam memilih dan menetapkan
bentuk dan jenis permainan yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah kondisi alamiah anak; struktur isi
kurikulum; wak-tu, tempat, dan bagian lingkungan belajar; materi
dan tujuan pokok yang diperoleh dari belajar; prosedur dan
sistem belajar; serta bimbingan orang dewasa pada pengalaman
94
belajar.
Kualitas perkembangan dalam bentuk kemampuan,
keterampilan, pengataman belajar dan makna kehidupan
melalui implementasi aktivitas bermain dalam proses
pembelajaran dikemukakan oleh banyak ahli dari berbagai
sudut pandang dan hasil penelitian. Beberapa yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Menilai kemampuan diri dan orang lain, mempelajari
pengetahuan serta keterampilan baru (Grenberg, 1992).
Mengembangkan ekspresi perasaan, mengembangkan
kemampuan serta konsep diri (Tohnson, 1997).
Mengembangkan konsep berfikir, kemampuan
memecahkan masalah dan menanggulangi stres (Frienberg,
1996).
2. Membuat lebih cerdas, kerja otak lebih efisien dan gembira,
memusatkan perhatian, mengembangkan kebiasaan tertentu
yang mempengaruhi pola. Istirahat, pola berat badan dan
ketajaman mental (Haely, NIHN, Jarret dan Hernandez
dalam Republika, 1998).
3. Memperoleh pengalaman akademik, sikap dan persepsi yang
positif tentang belajar. Belajar keterampilan kognitif
termasuk keterampilan logika, strategi kognitif, dan
keterampilan intelektual. Belajar keterampilan sosial
termasuk relasi sosial dan konsep studi sosial termasuk
95
konsep ekonomi. Realitas kerja orang dewasa.
Kemampuan membaca, menulis dan berbahasa termasuk
pengembangan perbendaharaan kata. Belajar dan bersikap
positif terhadap Matematika dan IPA, serta minat terhadap
Komputer (Blok & King, 1987).
4. Memiliki kemandirian, kepercayaan diri, kemampuan
merencanakan dan kemampuan bertanggungjawab
(Demsey & Frost dalam Spodek, 1993: 306-3I7). Memiliki
kompetensi kognitif, emosional dan sosial (Pelegnini &
Boyd dalam Spodek, 1993:105-118).
5. Mengatur diri, mengembangkan kemampuan verbal,
menambah perbendaharaan kata dan kemampuan
berbahasa. Kualitas perhatian, strategi memecahkan
masalah dan konsentrasi, empati, partisipasi dalam
kelompok dan memimpin aktivitas belajar (Smilansly &
Shefatya dalam Bodrova & Leong, 1996:126).
6. Memimpin aktivitas belajar dan membangun dasar teoritis
termasuk konsep pengetahuan. Menimbulkan fungsi
mental yang tinggi termasuk merencanakan, memonitor
dan mengevaluasi fikiran serta mempertinggi daya ingat.
Menumbuhkan motivasi intrinsik untuk belajar termasuk
minat, hubungan sosial, standar prestasi. (Vigotsky dalam
Bodrova & Leong, 1996:57-65). Kemampuan mengontrol
dunia dalam dan dunia luar diri serta kreativitas
96
memecahkan masalah (Rogers dalam Chambelet, 1993).
7. Membangun suatu pengetahuan baru, mengembangkan
keterampilan sosial, kecakapan untuk mengatasi kesulitan,
rasa me m i l ik i ke ma mpua n da n ket er amp i la n
mo t or ik (Schickedanz, et.al., (1990). Mengembangkan
otot-otot besar, keterampilan intelektual, keterampilan
sosial dan mengendalikan ekspresi perasaan (Maxim, 1985).
97
Pendekatan perkembangan dalam pembelajaran di sekolah
dilakukan dengan cara memadukan proses pembelajaran
dengan perkembangan. Merancang bahan pengajaran sejalan
atau sepadan dengan karakteristik perkembangan, dipandang
sebagai upaya menetapkan perkembangan yang tepat.
Pendekatan ini disebut dengan developmentally approrite
practice (DAP). Perkembangan yang tepat didefinisikan sebagai
prestasi yang dapat ditampilkan anak (kinerja) dan proses serta
keterampilan yang dikembangkan secara penuh. Belajar
merupakan proses dialog yang terus menerus antara anak dengan
guru (Bodrova & Levng, 1996:41).
Bagi anak kelas rendah SD, lingkungan dan pengalaman
belajar yang yang dibutuhkan agar menjadi kompeten dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
1. Lingkungan fisik: lingkungan yang membantu
mengembangkan kepercayaan diri dari keberhasilan
menyelesaikan tugas, merencanakan dan mengatur belajar
secara aktif, berinteraksi dan bekerja dengan teman sebaya,
menumbuhkan minat dan keterampilan membaca.
2. Lingkungan sosial/emosional lingkungan yang membantu
mengembangkan keterampilan sehingga diterima kelompok
teman sebaya, rasa aman yang positif secara alamiah,
mendorong perkembangan moral dan emosional,
menghilangkan stress serta keseimbangan antara
98
kompetisi dengan kerjasama.
3. Lingkungan kognitif/bahasa: lingkungan yang memfasilitasi
perkembangan membaca, menulis, dan keterampilan
matematika, keterampilan belajar yang bermakna, menjadi
pelajar yang mandiri dan kemajuan keterampilan berbahasa.
Pengajaran dibangun atas dasar kurikulum yang
terintegrasi. Memberikan fasilitas bagi anak, untuk
merencanakan dan menyeleksi kegiatan serta menstimulasi
bermain secara spontan. Prinsip-prinsip praktis setiap aspek
perkembangan pada kegiatan pengajaran diidentifikasi sebagai
berikut.
1. Perkembangan fisik: anak harus didorong untuk aktif
dibanding pasif.
2. Perkembangan kognitif: anak memperoleh kesempatan
mengeksplorasi apa yang difikirkan serta berinteraksi dan
berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa.
Sejajar dengan hal tersebut isi kurikulum. harus relevan,
menarik dan bermakna bagi diri anak.
3. Perkembangan bahasa: anak memperoleh kesempatan
bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek
dan membahas suatu permasalahan. Guru berperan
memfasilitasi komentar, opini dan ide dalam diskusi.
4. Perkembangan sosial-emosional: anak mengembangkan
hubungan positif dengan teman sebaya dalam kelompok,
99
memperoleh kesempatan dan dorongan untuk bekerja sama
dalam proyek kelompok kecil, yang tidak hanya
mempromosikan perkembangan kognitif tetapi juga interaksi
dengan teman sebaya.
5. Perkembangan moral: guru dan keluarga memberikan
kesempatan bagi anak mengembangkan
tanggungjawab, penilaian benar salah, kata hati, dan kontrol
diri.
100
eksplorasi (exploration) yaitu penjelajahan komponen atau
atribut dari objek, peristiwa, orang atau konsep yang
berhubungan. Melalui eksplorasi, anak mengkonstruksi makna
pribadi dari pengalaman. Ketiga penyelidikan (inquiry),
merupakan proses adaptasi dan pengujian pemahaman
konseptual pribadi dibandingkan dengan orang lain atau realita
yang objektif. Keempat pemanfaatan (facilitation), upaya
menggeneralisasi konsep pribadi, mengadaptasi dan memiliki
cara berfikir, menggunakan dan menampilkan belajar dalam
berbagai cara, menggunakan pemahaman atas peristiwa, objek,
orang atau komsep dalam situasi baru serta memformulasikan
hipotesa baru. Kemudian individu memasuki putaran baru
dengan kesadaran baru menciptakan apa yang tidak diketahui
atau dipahami.
Guru dituntut mampu menciptakan proses belajar yang
bermakna sehingga siswa tidak hanya memperoleh informasi
atau pengetahuan yang berhubungan dengan mata pelajaran
(akademik), tetapi juga memperoleh informasi yang bermakna.
Informasi yang bermakna berisi pengetahuan, keterampilan,
kesiapan mental serta kemampuan membangun struktur
pengetahuan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bredekamp dan Rosegrant
(1991/1992) memaparkan anak belajar secara bermakna bila
merasa aman secara psikologis serta kebutuhan fisik terpenuhi;
101
dapat mengkonstruksi pengetahuan; belajar melalui interaksi
sosial dengan orang dewasa serta anak-anak lain; belajar
melalui bermain; minat serta kebutuhan anak untuk
mengetahui terpenuhi; dan unsur variasi individual anak
diperhatikan.
Anak mengkonstruksi pengetahuan melalui dua cara, yaitu
dengan cara berinteraksi dengan objek fisik/isi materi atau
konsep teoritis (Piaget) dan melalui interaksi dengan orang
lain (Vygotski). Bilamana kedua interaksi dapat terjadi, anak akan
memiliki kemampuan metakognisi dan menempatkan makna
sebagai objek. Belajar merupakan perubahan makna dari
pengalaman dan berbagi atau mempertukarkan makna dalam
konteks budaya atau masyarakat.
Kebermaknaan belajar yang diperoleh dari dua interaksi
bersifat utuh karena melibatkan seluruh aspek pribadi individu.
Didukung oleh segenap perasaan yang berkembang dalam diri
dengan mempertimbangkan norma budaya lingkungan. Anak
mampu menghayati bahwa belajar itu bermakna bagi diri
sebagai pribadi dan sebagai bagian dari sistem lingkungan dalam
kehidupan.
Penghayatan terhadap kebermaknaan belajar mendorong
kreativitas, kemandirian dalam belajar, dan kebermaknaan
hidup. Kepenting kebermaknaan belajar yang diperoleh anak dari
proses belajar dalam kelas, ditegaskan oleh para ahli
102
konstruksifisme dengan menyebut kebermaknaan belajar
sebagai darah dan tantangan dalam belajar. Ani Insani (1989:
40-43) mengidentifikasi indikator kebermaknaan belajar yang
diperoleh dari 50 siswa dalam derajat kecepatan proses belajar
yang ditempuh, kemampuan mentransfer cara-cara yang
ditempuh dalam proses belajar pada penanganan masalah yang
dihadapi sehari-hari, dan belajar menemukan sendiri.
Pendekatan yang dilakukan individu di dalam belajar termasuk
tujuan yang jelas, minat yang besar, kemudahan memahami
pelajaran, dan lama waktu yang diluangkan. Pencapaian makna
termasuk menelaah makna, berinteraksi secara alternatif
dan berkaitan dengan kehidupan nyata serta kualitas
keterlibatan pribadi.
Tahapan kebermaknaan belajar dalam konteks ZPD
menurut Vigotsky (Bodrova dan Leong, 1996: 45-46), terbagi
dalam empat tahap sebagai berikut. Pertama, penampilan
perilaku seperti yang dapat ditampilkan secara umum oleh
orang lain. Respon perilaku bersifat imitasi. Anak mengerjakan
tugas tetapi tidak memahami secara utuh bagaimana dia
menjawab. Anak membutuhkan kesempatan baru untuk
mentrasfer pengetahuan. Kedua, penampilan yang didasarkan
atas pemikiran sendiri. Anak membelajarkan diri sendiri,
mengontrol perilaku dengan mengatur pembicaraan.
Merupakan tahapan transisi karena anak belum secara penuh
103
menginternalisasi, mengembangkan atau otomatis
memaknai apa yang dipelajari. Ketiga, penampilan yang
berkembang, otomatis, dan pemfosilan. Penampilan anak
tenang, terpadu dan matang. Anak dapat memprediksi hal-hal
baru dan memperluas skema mental pada konsep-konsep lain
yang relevan. Dilanjutkan, keempat otomatisasi penampilan
memimpin dengan mempertimbangkan berbagai kondisi.
Anak memiliki kesiapan untuk mempelajari keterampilan
baru yang lebih tinggi.
Praktek pendidikan yang tepat untuk mendukung perolehan
belajar bermakna bagi siswa kelas rendah, terfokus pada
bagaimana lingkungan memfasilitasi perkembangan anak.
Kurikulum dan pengajaran didesain untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan pada semua lingkup
perkembangan, memberikan rasa aman, perasaan
berkemampuan, perasaan positif terhadap belajar, dan
kesempatan mengekspresikan perasaan anak. Bersifat responsif
terhadap perbedaan individual anak yang unik dan terpadu
dengan lingkungan belajar dalam bentuk proyek-proyek sesuai
minat anak. Anak terlibat aktif dalam kelompok dengan teman
sebaya maupun orang dewasa, mempelajari materi dan
melakukan aktivitas yang kongkrit, nyata, dan relevan dengan
kehidupan sambil bermain. Pokok utama kurikulum adalah
anak menemukan pengetahuan dengan dukungan aktivitas diluar
104
kelas dan kesempatan memperluas kemampuan.
Guru berperan mempromosikan perilaku prososial,
perkembangan kata hati, membangun motivasi internal dan
merupakan model motivasi belajar anak. Dituntut untuk
memiliki sistem nilai kinerja yang tinggi, kualifikasi akadernik,
dan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan tentang
anak usia dini dan mengembangkan profesi. Keterlibatan
orang tua dan anggota keluarga penting, karena orang tua
merupakan partner dalam proses pendidikan. Kegiatan
pembelajaran didesain dalam kelas kecil dengan memperhatikan
kebutuhan khusus anak. Evaluasi keberhasilan belajar dalam
bentuk naratif dan diperoleh melalui hasil observasi individual
(Bredekamp, (1987: 67-78).
105
menyesuaikan diri secara efektif, memiliki orientasi
terhadap tujuan dan lingkungan, memperoleh pengalaman
pendidikan yang positif, belajar dan memiliki keterampilan
melakukan hubungan sosial, merencanakan karir serta
melakukan antisipasi, intervensi maupun pencegahan terhadap
perkembangan pemasalahan yang dialami siswa (Gibson &
Mitchel, 1986).
Pembentukan masyarakat belajar, merupakan ide dasar
yang dikembangkan oleh kelompok Holmes untuk pengembanan
sekolah masa depan. Interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
interaksi yang bersifat satu arah, tetapi merupakan interaksi
timbal balik yang saling bersinergi. Proses dan kegiatan belajar
tidak hanya dilakukan oleh siswa, tetapi juga oleh guru, dalam
arti belajar tentang siapa anak dan bagaimana setiap anak
belajar dan berkembang. Begitu pula dengan kegiatan mengajar,
tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi dilakukan oleh siswa
terhadap siswa lain. Sejalan dengan hal ini Martin dan
Baldwin (1996) memaparkan bahwa kelas yang dikelola secara
sehat memberikan suasana yang kondusif bagi anak untuk
mengekpresikan kemampuan dan kepribadian.
Mengembangkan lingkungan sekolah dan rumah sebagai
lingkungan belajar yang kondusif bagi anak, menuntut
pemahaman pendidik dan orang tua tentang suatu sistem
106
masyarakat, yang memungkinkan setiap orang belajar dan setiap
komponen dalam lingkungan menjadi sumber belajar.
Kompetensi profesional seorang guru menjadi hal penting
karena kualitas belajar di sekolah tergantung pada kualitas guru.
Pemberdayaan kompetensi guru berkenaan dengan pemahaman
yang mendalam tentang perkembangan anak, pengetahuan dan
keterampilan tentang materi yang diajarkan, pengetahuan yang
sistematis tentang mengajar, refleksi pengalaman praktis yang
diperoleh serta pemahaman alamiah tentang belajar serta
bagaimana anak belajar dan sekolah.
Guru sebagai penanggungjawab kegiatan pembelajaran,
dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola kelas
pada saat mengajarkan mata pelajaran. Kemampuan dan
keterampilan berhubungan dengan merumuskan apa yang
penting harus dimiliki siswa, merancang bantuan yang cocok
diberikan kepada siswa, merancang waktu sesuai dengan topik,
memperhatikan keragaman siswa, mengadakan pengukuran
terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil belajar
(Suharsimi Arikunto, 1986: 27-29).
Prinsip-pinsip pembelajaran di sekolah dasar yang
dikembangkan oleh kelompok Holmes adalah mempergunakan
ide-ide siswa sebagai dasar membangun kesiapan belajar dan
berfikir dengan mempergunakan berbagai konsep dan fakta.
Setiap siswa dipandang memiliki kemampuan untuk
107
melakukan sesuatu apabila memperoleh perhatian yang
mendalam dari guru. Guru dituntut memiliki pengetahuan yang
luas tentang materi yang diajarkan. Setiap siswa
mempergunakan kontribusi kelas terhadap pengalaman dir i
dan belajar bagaimana beker jasama. Pekerjaan sekolah
harus mendorong siswa untuk dapat melihat kesepadanan antara
belajar dengan kekuatan nyata serta mempromosikan sikap ingin
tahu dan positif yang mendorong motivasi untuk belajar
sepanjang masa.
Pada proses pembelajaran di dalam kelas anak tidak hanya
berperan sebagai diri sendiri tetapi juga sebagai anggota kelompok
kelas. Interaksi sosial yang sehat dengan teman sebaya
membantu anak belajar, memperoleh rasa aman dan
kemampuan membangun pengetahuan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan anak agar dapat melakukan interaksi
sosial dan diterima sebagai anggota kelompok (Kemple, 1991).
Penerimaan kelompok terhadap anak dapat diprediksi dari
tampilan kerjasama dan perilaku agresi anak.
Penilaian pencapaian kemajuan yang akurat dari hasil
belajar siswa, harus dilihat dalam setting lingkungan secara
multi, inter dan transdisipliner (Vace & Ritter, 1995 dalam
Supriadi, 1996). Penilaian tidak hanya terbatas pada
kemampuan menyebutkan kembali informasi yang pernah
diterima dan mengerjakan tugas-tugas akademis, tetapi
108
menyangkut diri siswa secara, keseluruhan. Penilaian dilakukan
dengan cara membandingkan kemajuan siswa dengan
kemampuan yang mampu diaktualisasikan oleh diri sendiri,
membandingkan posisi kemajuan anak dengan kemajuan teman-
teman serta target pencapai tujuan pembelajaran.
Pendeskripsian kemajuan belajar dalam bentuk naratif
dipandang sebagai bentuk penilaian yang lebih fisibel bagi
anak usia dini. Guru maupun orang tua dapat membantu anak
untuk berkembang sesuai dengan masa dan tugas perkembangan
bukan sebagai objek yang hanya dihargai jika memperoleh nilai
akademik tinggi.
Konselor di sekolah dasar berperan sebagai konsultan
pengelolaan kualitas total seluruh proses pembelajaran.
Memberikan perhatian yang tinggi terhadap proses belajar
mengajar serta melakukan aktivitas yang lebih banyak bersifat
konsultasi dan koordinasi dengan keluarga dan tokoh
masyarakat. Konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk memahami dan memprediksi pengembangan
potensi yang dimiliki set iap unsur yang ada di sekolah
(Hardesty & Dillard, 1994; Smaby et.al., 1995). Pengetahuan
konselor dan pengelolaan berbagai faktor lingkungan dalam
bentuk intervensi kelas yang efektif merupakan bantuan yang
dapat menghindarkan siswa dari resiko putus sekolah. Intervensi
kelas dilakukan dengan cara berperan sebagai mentor, membantu
109
anak mengembangkan minat khusus, bekerjasama secara
terbuka dengan keluarga, mengembangkan iklim kelas dan
sekolah yang positif serta membantu guru untuk memahami
kebutuhan siswa yang kompleks (Christiansen, 1997).
Guru di sekolah dasar memegang peran sentral, karena tidak
hanya berperan sebagai pengajar tapi juga sebagai
pembimbing. Peran bimbingan seorang guru dalam proses
interaksi PBM menurut Rochman Natawijaya (1987) adalah
memperlakukan dan menghargai martabat siswa sebagai
individu. Bersikap positif, wajar, hangat dan empatik, menerima
siswa, terbuka, kongkrit, asli dalam menampilkan diri, dan peka
terhadap perasaan siswa. Menyadari bahwa tujuan mengajar
meliputi penguasaan materi pelajaran dan pengembangan diri
siswa.
Rochman Natawijaya juga memaparkan Perilaku yang
ditampilkan guru sesuai dengan peran sebagai pembimbing
dalam rangka PBM. Berkenaan dengan proses
pengajaran, guru mengembangkan iklim kelas yang bebas dari
ketegangan dan bersuasana membantu perkembangan siswa.
Menyelenggarakan pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa. Menilai hasil belajar siswa secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Melakukan perbaikan
pengajaran bagi siswa yang membutuhkan. Memberikan
pengarahan, atau orientasi dalam rangka belajar yang efektif,
110
serta membimbing siswa untuk mengembangkan kebiasaan
belajar dengan baik.
Berkenaan dengan layanan bimbingan guru mempelajari
dan menelaah siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan,
kebiasaan dan kesulitan yang dihadapi. Memberikan konseling
kepada siswa yang mengalami kesulitan, terutama kesulitan
yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkan.
Menyajikan informasi tentang masalah pendidikan dan
jabatan, mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi
dan sosial siswa, melakukan pelayanan rujukan referral,
melaksanakan himbingan kelompok di kelas, memperlakukan
siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan
memahami kekurangan, kelebihan dan masalah yang dihadapi,
melengkapi rencana yang telah dirumuskan siswa, menyiapkan
informasi yang diperlukan untuk masukan konferensi kasus,
dan bekerjasama dengan tenaga pendidikan lain dalam
memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa serta memahami
dan melaksanakan kebijaksanaan dan prosedur-prosedur
bimbingan yang berlaku.
111
BAB V
MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
112
mungkin diperlukan atau dengan tidak melakukan tugas-
tugas itu sendiri.
Sesungguhnya pengertian manajemen cukup luas
sehingga tidak ada pengertian yang digunakan secara konsisten
oleh semua orang. Pengertian manajemen yang lebih kompleks
dikemukakan oleh Stoner dalam T. Hani Handoko (1999)
sebagai berikut: manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Dari berbagai pengertian, T. Hani Handoko (1999)
menyimpulkan bahwa manajemen adalah: bekerja dengan
orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan
mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (con trolling).
Pelayanan bimbingan dan konseling menisca yakan
manajemen agar tercapai efisiensi dan efektivitas serta
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu,
setidaknya ada tiga alasan mengapa manajemen itu diperlukan
kan termasuk dalam dunia pelayanan bimbingan dan
113
konseling, yaitu pertama, untuk mencapai tujuan. Kedua,
untuk menjaga keseinambungan di antara tujuan-tujuan yang
saling bertentagan (apabila ada). 1 Manajemen diperlukan untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, saran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan apabila ada yang saling bertentangan dari
pihak-pihak tertentu seperti kepala sekolah dan sekolah, para
guru, tenaga administrasi, para siswa, orang tua siswa, komite
sekolah dan sekolah, dan pihak-pihak lainnya. Ketiga untuk
mencapai efisiensi dan efektivas. Efisiensi adalah kemampuan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau
merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dengan
masukan (input). Efektivitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan
sekolah yang efektif atau koordinator layanan BK yang efektif
dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode
(cara) yang tepat untuk mencapai tujuan sekolah dan sekolah
atau tujuan layanan BK. Menurut Peter Drucker dalam T. Hani
Handoko (1999), efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang
benar (doing the right things), sedangkan efisiensi adalah
melakukan pekerjaan dengan benar (doing ther fight)
114
B. Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan Bimbingan dan
Konseling
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip -
prinsip manajemen meliput i perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling). Prinsip-prinsip manajemen di atas
apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbingan dan
konseling direncanakan dan diorganisasi? Bagaimana
menyusun personalia (orang-orang yang terlibat dalam
pelayanan bimbingan dan konseling?), bagaimana
mengarahkan dan memimpin proses pelayanan BK? dan
bagaimana mengawasi atau mengevaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling? Penerapan prinsip-prinsip
manajemen di atas secara terintegrasi dalam pelayanan
bimbingan dan konseling akan berkenaan dengan
bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan
konseling itu dikelola.
Pertama, perencanaan (planning). Perencanaan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling akan sangat menentukan
proses dan hasil pelayanan bimbing an dan konseling itu
sendiri. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu
proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan
115
sistematis dari mulai penyusunan program hingga
pelaksanaannya. Agar pelayanan bimbingan dan konseling
memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah dirumuskan,
maka harus dilakukan perencanaan. Di sekolah dan
sekolah fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah,
koordinator BK (apabila di sekolah dan sekolah yang
bersangkutan memiliki banyak tenaga atau petugas bimbingan
dan konseling) dan guru BK.
Kedua, pengorganisasian (organizing).
Pengorganisasian dalam pelayanan bimbingan dan konseling
berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbingan dan
konseling dikelola dan diorganisasi. Pengelolaan dan
pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan
dengan model atau pola yang dianut oleh suatu sekolah dan
sekolah. Apabila sekolah dan sekolah menganut pola
profesional dalam pelayanan bimbingan dan konseling, akan
berbeda sistem pengorganisasiannya dengan sekolah dan
sekolah yang menganut pola nonprofesional. Sistem
pengorganisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan sekolah terten bisa diketahui dari struktur organisasi
sekolah dan sekolah yang bersangkutan. Dari struktur
organisasi tersebut juga bisa diketahui pola dan model apa
yang digunakan oleh sekolah dan sekolah yang
bersangkutan. Apabila di sekolah dan sekolah yang
116
bersangkutan hanya memiliki satu orang guru pembimbing,
maka model organisasi pelayanan BK terintegrasi dengan
organisasi sekolah dan sekolah secara umum. Tetapi apabila
di sekolah dan sekolah yang bersangkutan memiliki banyak
tenaga bimbingan, maka harus disusun organisasi pelayanan
BK tersendiri yang terdiri atas koordinator, anggota, dan staf
administrasi pelayanan BK. Fungsi ini dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan koordinator layanan BK (apabila sekolah
dan sekolah memiliki banyak petugas bimbingan).
Ketiga, penyusunan personalia (staffing). Prinsip ini
dalam pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan
dengan bagaimana para personalia atau orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
ditetapkan, disusun dan diadakan pembagian tugas (job
discription) sebagaimana telah disebutkan dalam penyusunan
program BK di atas. Guru pembimbing atau konselor sekolah
tidak mungkin bekerja sendiri dalam memberikan pelayanan
BK kepada siswa di sekolah dan sekolah. Guru BK akan
memerlukan orang lain dalam memberikan pelayanan BK .
Dengan perkataan lain, pelayanan BK di sekolah dan
sekolah melibatkan banyak orang. Untuk itu, harus
ditentukan dan disusun para personalia atau orang-orang
yang terlibat dalam layanannya agar pelaksanaannya
efektif dan efisien sehingga tujuannya pun dapat dicapai
117
secara efektif dan efisien pula. Fungsi ini dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan sekolah bersama koordinator
layanan BK, terutama apabila di sekolah dan sekolah yang
bersangkutan memiliki beberapa orang guru BK.
Keempat, pengarahan dan kepemimpinan (leading).
Prinsip ini berkenaan dengan bagaimana mengarahkan dan
memimpin para personalia layanan bimbingan dan konseling,
sehingga mereka bekerja sesuai dengan job atau bidang
tugasnya masin-masing. Pengarahan dan kepemimpinan
diperlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan sekolah
terutama apabila di sekolah dan sekolah yang
bersangkutan hanya memiliki satu orang guru BK. Apabila
di sekolah dan sekolah yang bersangkutan memiliki
beberapa orang guru BK harus ditunjuk salah seorang
sebagai koordinator dan yang lain sebagai angaota (staf).
Selanjutnya koordinatorlah yang melaksanakan fungsi
pengarahan dan kepemimpinan. Secara umum fungsi ini di
sekolah dan sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
sekolah.
Kelima, pengawasan (controlling). Prinsip ini dalam
pelayanan konseling berkenaan dengan bagaimana
melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan
118
bimbingan dan konseling mulai dari penyusunan rencana
program hingga pelaksanaannya. Pengawasan penting dalam
pelaksanaan Iayanan bimbingan dan konseling agar tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Implementasi program dalam bentuk aktivitas-aktivitas layanan
BK pun perlu pengawasan dan penilaian atau evaluasi agar
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya dan dapat diketahui pencapaian hasil-hasilnya.
Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan sekolah
apabila di sekolah dan sekolah yang bersangkutan hanya
memiliki satu orang guru BK. Tetapi apabila di sekolah
dan sekolah yang bersangkutan memiliki beberapa orang
guru BK, fungsi ini dilaksanakan oleh koordinator layanan BK
sekaligus juga kepala sekolah dan sekolah.
119
dalam pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan sekolah.
Kerangka hubungan tersebut digambarkan dalam suatu
struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling.
Seperti telah disebut di muka, sekolah dan sekolah yang
menganut pola profesional, akan berbeda struktur
organisasinya dari pada sekolah dan sekolah yang menganut
pola nonprofesional. Yang dimaksud pola profesional di sini
adalah guru pembimbing di sekolah dan sekolah yang
bersangkutan direkrut dari alumni BK baik Strata Satu (S1),
Strata Dua (S2), dan Strata Tiga (S3). Sedangkan, pola
nonprofesional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari
alumni BK. Pola nonprofesional biasanya menempatkan kepala
sekolah atau sekolah, guru mata pelajaran tertentu, atau wali
kelas sebagai petugas bimbinaan.
Apabila sekolah dan sekolah menempatkan kepala
sekolah atau sekolah sebabai guru pembimbing, maka pola
manajemen atau struktur organisasi layanan BK; di sekolah
dan sekolah yang bersangkutan akan berbeda dengan
sekolah dan sekolah yang memiliki guru pembimbing
tersendiri. Akan berbeda lagi apabila di sekolah dan sekolah
yang bersangkutan memiliki beberapa orang guru BK.
120
D. Koordinator Pelayanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Sekolah
Sebagai penangung jawab utama pelayanan
bimbingan dan konseling, koordinator mememang
administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama
tenaga-tenaga bimbingan dan mengarahkan semua aktivitas
atau kegiatan bimbingan dan koseling di sekolah dan
sekolah yang bersangkutan. Kordinator bersama dengan
anggota-anggota staf bimbingan yang lain membentuk suatu
tim kerja yang secara bersama mengusahakan pelayanan
bimbingan di sekolah atau sekolah seoptimal mungkin.
Sebagai pimpinan staf bimbingan, koordinator harus
memenuhi tuntutan pendidikan akademik dan harus
mampu menciptakan jaringan kerja sama dengan berbagai
pihak yang terkait dengan pelayanan bimbingan. Selain
dalam berkomunikasi dengan anggota-anggota staf
bimbingan, koordinator harus menunjukkan sikap
menghargai dan menghormati profesionalitas rekan-rekannya
serta memberikan kebebasan yang wajar kepada para
tenaga bimbingan dalam menunaikan tugasnya. Dalam
mengadministrasi orang yang bekerja sebabai anggota
staf bimbingan di sekolah dan sekolah, koordinator harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah dan
sekolah yang bersangkutan; khususnya yang menyangkut:
121
pengangkatan, pemberhentian, penggajian, kenaikan pangkat,
kesempatan mengikuti pendidikan tambahan atau penataran,
tugas di luar sekolah atau sekolah dan sebagainya. Dalam
hal di atas, koordinator bimbingan tidak diberi wewenang
bertindak sendiri tanpa melalui saluran-saluran
administratif yang mengikat semua tenaga kependidikan
termasuk dirinya sendiri di sekolah atau sekolah yang
bersangkutan.
Pembagian tugas di antara para anggota staf bimbingan,
sesuai dengan jabatannya masing-masing menjadi tanggung
jawab koordinator. Bagaimana sebaiknya pembagian tugas
itu, sangat tergantung dari pola dasar pelaksanaan bimbingan,
jumlah jabatan yang bersifat merangkap atau tidak, taraf
keahlian tenaga bimbingan, dan jenis spesialisasi yang
dimiliki oleh tenaga bimbingan. Selain itu, koordinator juga
bertugas mengatur sarana personil dengan sebaik-baiknya.
Ada lima kemungkinan mengatur pembagian tugas antara
para tenaga bimbingan di sekolah atau sekolah, khususnya di
sekolah menengah, yaitu: (1) Pembimbing laki-laki melayani
siswa laki-kali dan pembimbing perempuan melayani siswa
perempuan. (2) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab
terhadap tingkatan kelas tertentu, sehingga pembimbing
setiap tahun pembelajaran memperoleh angkatan siswa yang
baru. (3) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap
122
angkatan siswa tertentu yang diikutinya terus dari saat angkatan
itu masuk sekolah sampai tamat. (4) Setiap pembimbing
memegang layanan-layanan bimbingan tertentu untuk
seluruh angkatan siswa, misalnya pembimbing A khusus
melayani semua siswa yang akan melanjutkan ke perguruan
tinggi, pembimbing B khusus melayani se mua siswa yang
akan langsung bekerja setelah tamat, dan pembimbing C
menangani program testing untuk semua siswa, dan lain
sebagainya. (5) Kombinasi antara poin 2 dan 4 sehingga
ada beberapa pembimbing yang melayani siswa ditingkat
kelas tertentu dan ada beberapa pembimbing yang memegang
aspek-aspek program bimbingan tertentu.
Selain tugas-tugas di atas, koordinator bimbingan juga
bertugas mengatur hubungan kerja sama di antara para tenaga
bimbingan dengan tenaga pembantu administratif atau tata
usaha. Dalam mengadministrasikan kegiatan-kegiatan
bimbingan, sebaiknya dibedakan antara kegiatan yang
menyangkut; (1) kegiatan profesional intern di antara anggota
staf bimbingan, (2) kegiatan membina hubungan dengan
masyarakat, instansi pendidikan lain, atau tenaga
penunjang di luar sekolah atau sekolah yang
bersangkutan, (3) kegiatan yang berupa penulisan
laporan yang harus dikerjakan oleh masing-masing
tenaga bimbingan, (4) kegiatan yang dilakukan oleh
123
tenaga pembantu administratif, (5) kegiatan profesional
ekstern yang berupa implementasi dari pelayanan
bimbingan yang diberikan kepada orang lain.
124
MBS dimulai dari desentralisasi dengan pemberian
wewenang yang jelas dari pemerintah pusat kepada
sekolah-sekolah dan sekolah dalam berbagai h al.
MBS adalah pengoordinasian dan penyelarasan sumber
daya yang dilakukan secara otonomis oleh sekolah
melalui sejumlah input manajemen unt uk men capai
tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional,
dengan melibatkan semua kelompok stakeholders dala m
pengambilan keputusan yang partisipatif. Yang termasuk
kelo mpok stakehol ders me liput i: kepa la seko lah
at au sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa,ko nselor
(pembimbing), wakil pemerintah dan wakil organisasi
pendidikan, (Slamet PH, 2001). Menurut Suharsimi Arikunto
(1999), MBS adalah penataan sistem pendidikan yang
memberikan keleluasaan kepada warga sekolah untuk
memanfaatkan semua fasilitas dan media yang tersedia
untuk menyelenggarakan pendidikan bagi siswa, dan
mampu mempertanggungjawabkannya secara penuh.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami
bahwa MBS merupakan model manajemen yang
member ikan otonomi lebih luas kepada sekolah
termasuk sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah
dan sekolah, serta mendorong sekolah dan sekolah
meningkatkan partisipasi warga sekolah atau sekolah dan
125
masyarakat untuk mencapai tujuan sekolah dan sekolah
dalam kerangka pendidikan nasional.
MBS dengan konsepsi di atas, menurut Depdiknas
(2001) bertujuan antara lain untuk: (a) Meningkatkan
mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerja sama,
akuntabilitas, inisiatif sekolah dan sekolah dalam
mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia. (b) Meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan sekolah bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, duduk bersama untuk
pengambilan keputusan. (c) Meningkatkan tanggung jawab
sekolah dan sekolah kepada stakeholders terutama kepada
orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolah dan sekolahnya.
126
program.
MBS meniscayakan kerja sama, partisipasi, dan
keterbukaan dalam penyelenggaraan program pendidikan
dan pembelajaran. Ketiga aspek ini bisa diimplementasikan
dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Artinya
penyusunan dan penyelenggaraan program pelayanan BK
di sekolah dan sekolah juga mensyaratkan adanya kerja
sama, partisipasi, dan keterbukaan.
Penyusunan program bimbingan dan konseling dan
pelaksanaannya tidak mungkin bisa dilakukan sendiri oleh
kepala sekolah atau oleh petugas bimbingan sekolah dan
sekolah. Penyusunan program BK dan pelaksanaannya
akan melibatkan berbagai pihak yang terkait di sekolah atau
sekolah. Berbagai pihak yang terkait itulah yang dalam
MBS disebut stakeholders. Ini artinya penyusunan program
BK di sekolah atau sekolah dan pelaksanaannya
memerlukan kerja sama dan partisipasi stakeholders
sekolah dan sekolah. Sepert i telah disebutkan di atas,
bahwa ya ng termasuk kelompok stakeholders adalah
kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa,
konselor, wakil pemerintah dan wakil organisasi
pendidikan. Dengan demikian, penyusunan program BK di
sekolah dan sekolah serta pelaksanaannya mensyaratkan
kerja sama dan partisipasi stakeholders yang telah
127
disebutkan di atas. Penyusunan program BK dan
pelaksanaannya juga meniscayakan adanya keterbukaan.
Keniscayaan ini relevan dengan asas layanan bimbingan
itu sendiri yang salah satunya adalah keterbukaan.
Penyusunan program BK di sekolah dan sekolah dan
pelaksanaannya yang melibatkan stakeholders sekolah
dan sekolah, diharapkan dapat mencapai peningkatan
multi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
sekolah yang bersangkutan.
128
BAB VI
PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR
DAN PEMBIMBING DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR
129
Bimbingan perkembangan mengintegrasikan berbagai
pendekatan, dan orientasinya multi budaya, sehingga tidak
mencabut klien dari akar budayanya. Tidak fanatik menolak
suatu teori, melainkan meramu apa yang terbaik dari masing-
masing terapi dan yang lehih penting lagi mengkaji bagaimana
masing-masing terapi bermanfaat bagi klien atau keluarga.
Menurut Muro dan Kottman (1995:50-53) bimbingan dan
konseling perkembangan adalah program bimbingan yang di
dalamnya mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa
Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan
konseling diasumsikan diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di
dalamnya siswa yang memiliki kesulitan. Seluruh siswa ingin
memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tanggungjawab
terkontrol diri, memiliki kematangan dalam memahami
lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa
memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan
masalah, dan memiliki kematangan dalam memahami nilai-
nilai. Semua siswa memerlukan rasa dicintai dan dihargai,
memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya,
dari memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada
dirinya.
130
2. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan
pada pembelajaran siswa
Sekolah Dasar modern memerlukan tenaga-tenaga yang
spesialis. Spesialis untuk membantu siswa membaca,
memainkan instrumen musik, dan membantu perkembangan
fisik. Konselor dapat dipandang sebagai spesialis dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam mempelajari dan
memahami dunia dalam diri anak. Konselor juga bekerja
sebagai perancang dan pengembang kurikulum dalam
pengembangan kognitif, afektif dan perkembangan serta
pertumbuhan fisik. Kurikulum yang dikembangkan konselor
menitikberatkan pada pembelajaran manusia dan pemanusiaan
peserta didik. Secara operasional, konselor merupakan anggota
tim yang terdiri atas orang tua, guru, pengelola, dan spesialis
lainnya. Tugas mereka membantu anak untuk belajar. Siswa
yang memiliki kesulitan hendaknya tetap belajar, dan siswa
yang lambat belajar hendaknya dibantu untuk belajar sebanyak
mungkin, dengan demikian semua siswa terlibat dalam proses
pembelajaran. Tujuan sekolah adalah pembelajaran, sedangkan
tujuan bimbingan dan konseling perkembangan ada lah
membantu siswa untuk belajar.
131
3. Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam
program bimbingan perkembangan
Pendidikan di sekolah dasar lebih berorientasi pada siswa
ketimbang pada pelajaran. Oleh karena itu konselor dan guru
bekerjasama membantu menyelesaikan masalah siswa.
konselor membantu guru dalam menelusuri permasalahan
siswa, mendengarkan sugguh-sungguh perasaan yang
dicurahkan guru, memperjelas, menentukan pendekatan yang
akan digunakan, dan membantu mengevaluasi kegiatan
pengajaran yang baru.
132
keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas budaya, dan
perilaku yang bertanggungjawab.
133
7. Bimbingan perkembangan mengakui pengembangan yang
terarah ketimbang akhir perkembangan yang definitif
Konselor perkembangan mengakui perkembangan anak
sebagai suatu proses “menjadi”, sehingga pertumbuhan fisik
dan psikologisnya memiliki berbagai kemungkinan sebelum
mencapai masa dewasa.
134
individual. Menjalin hubungan erat dengan orangtua
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan
indentifikasi kebutuhan siswa.
135
pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada
kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan
dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian
penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
136
Menurut Blocher (1974:5) asumsi dasar bimbingan
perkembangan, yaitu perkembangan individu akan berlangsung
dalam interaksi yang sehat antara individu dengan
lingkungannya. Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi
pelalsanaan bimbingan di sekolah:
1. Perkembangan adalah tujuan bimbingan; oleh karena itu para
petugas bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka
berpikir konseptual untuk memahami perkembangan siswa
sebagai dasar perumusan isi dan tujuan bimbingan
2. Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan
yang harus dikembangkan oleh petugas bimbingan. Oleh
karena itu petugas bimbingan perlu menguasai pengetahuan
dan keterampilan khusus untuk mengembangkan interaksi
yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran bimbingan
di sekolah (Sunaryo Kartadinata,1996:10).
Perkembangan perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat
pencapaian tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan
perkembanggan. Oleh karena itu untuk memahami
karaketeristik murid sekolah dasar sebagai dasar untuk
pengembangan program bimbingan di sekolah dasar difokuskan
kepada pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Mengkaji
tugastugas perkembangan merupakan hal yang penting dan
menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
137
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SD/MI
Pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan anak
sekolah dasar sangat berguna bagi pendidik. Havighurst
(1961:5) mengajukan dua alasan pentingnya
pemahaman terhadap konsep tugas-tugas perkembangan bagi
pendidik, yaitu:
Firs, it helps in discovering and ststing the purpose of
education in school. Education may be conceived as
the effort of the society, through the school, to help
the individual achieve certain of his developmental
tasks. The second use of concept is in the timing of
educational efforts. When the body is ripe, and
society recuires, and the self is ready to achieve a
certain tasks, the teachable moment has come
Mengacu pada dua alasan Havighurst tersebut, dalam kaca
mata bimbingan, pemahaman tugas-tugas perkembangan anak
sekolah dasar sangat berguna bagi pengembangan program
bimbingan dan konseling, karena sangat membantu dalam:
(1) menemukan dan menentukan tujuan program bimbingan
dan konseling di sekolah dasar, (2) menentukan kapan waktu
upaya bimbingan dapat dilakukan.
Bimbingan dan konseling perkembangan bertolak dari
premise bahwa positif regard dan respek terhadap martabat
138
manusia (human dignity) merupakan aspek yang amat penting
dalam masyarakat. Konselor memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi dan keunikan individu secara optimal
dalam perubahan masyarakat yang global. Dalam program
bimbingan yang prehensif siswa diharapkan memperoleh
keterampilan yang penting , dalam memberikan kontribusi
terhadap masyarakat yang memiliki aneka budaya.
Secara khusus layanan bimbingan di sekolah dasar
bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-
tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial,
pendidikan dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan
(Depdikbud, 1994). Dalam aspek perkembangan pribadi sosial,
layanan bimbingan membantu siswa agar:
a. memiliki pemahaman diri
b. Membuat pilihan kegiatan secara sehat
c. Mampu menghargai orang lain
d. Memiliki rasa tanggungjawab
e. Mengembangkan sikap positif
f. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
g. Dapat membuat keputuan seara baik dan bijaksana
h. Dapat menyelesaikan masalah
Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan
bimbingan membantu siswa agar dapat:
a. Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
139
b. Menetapkan rencana dan tujuan pendidikan
c. Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan
kemampuannya
d. Memiliki keterampialan untuk menghadapi ujian
Dalam aspek perkembangan karier, layanan bimbingan
membantu siswa agar dapat:
a. Mengenali macam-macam dan ciri-ciri dari berbagai jenis
pekerjaan
b. Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
c. Mengeksplorasi arah pekerjaan
d. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan
jenis pekerjaan.
140
pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan
masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif
dengan orang lain.
3. Bimbingan di sekolah dasar lebih banyak melibatkan
orang tua, mengingat pentingnya pengaruh orang
tua dalam kehidupan anak selama di sekolah dasar.
4. Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami
kehidupan anak secara unik.
5. Program bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli
terhadap kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan
untuk matang dalam penerimaan dan pemahaman diri,
serta memahami keunggulan dan kelebihan dirinya.
6. Program bimbingan di sekolah dasar hendaknya meyakini
bahwa masa usia sekolah dasar merupakan tahapan
yang amat penting dalam perkembangan anak.
Muro dan Kottman mengkaji perbedaan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar dari sudut karakteristik siswa
termasuk beberapa keterbatasannya, teknik pemberian layanan,
dan jenis pemberian layanan. Menurut Muro dan Kottman
(1995:53-54) terdapat enam perbedaan penting yang harus
dipertimbangkan konselor dalam mengembangkan program
bimbingan di sekolah dasar, yaitu:
1. Konselor memandang bahwa siswa belum memiliki keajegan,
oleh karena itu konselor belum dapat menciptakan
141
lingkungan belajar secara permanen.
2. Beberapa jenis layanan bimbingan tidak langsung kepada
siswa, melainkan diluncurkan melalui guru, orang tua, dan
orang dewasa lainnya.
3. Kesempatan anak untuk melakukan pilihan masih
terbatas.
4. Siswa sekolah dasar memiliki keterbatasan dalam menerima
tanggung jawab dirinya (self-responsibility).
5. Pengembangan program bimbingan hendaknya berawal dari
konsep dasar bimbingan, terutama kepedulian untuk
memberikan bantuan kepada siswa sebagai pembelajar.
6. Layanan bimbingan di sekolah dasar kurang menekankan
pada penyimpanan data, testing, perencanaan pendidikan,
pendekatan yang berorientasi pada pemecahan masalah, dan
konseling atau terapi individual.
Mencermati karakteristik bimbingan dan konseling di
sekolah dasar, tergambar bahwa intervensi layanan
bimbingan di sekolah dasar lebih banyak dilakukuan melalui
orang-orang yang berarti dalam kehidupan anak seperti orang
tua dan guru. Kerjasama guru dengan orang tua akan
berpengaruh terhadap keberhasilan anak. Oleh karena itu guru
sekolah dasar memiliki peranan strategis dalam peluncuran
layanan bimbingan.
142
E. Fungsi dan Peran Guru Sebagai Pembimb ing
Sebagai guru kelas yang mengajarkan mata pelajaran, guru
sekolah dasar pada dasarnya mempunyai peran sebagai
pembimbing. Dalam SK Menpan No.83/1993 ditegaskan bahwa
selain tugas utama mengajar, guru sekolah dasar ditambah
dengan melaksanakan program bimbingan di kelas yang
menjadi tanggungjawabnya. Bahkan Murro dan Kottman
(1995:69) menempatkan posisi guru sebagai unsur yang sangat
kritis dalam implementasi program bimbingan perkembangan:
“Without teacher imvolvement, developmental guidance is
simply one more good, but unworkable, concept”. Guru
merupakan gelandang terdepan dalam mengidentifikasi
kebutuhan siswa, penasehat utama bagi siswa, dan perekayasa
nuansa belajar yang mempribadi. Guru yang memonitor siswa
dalam belajar, dan bekerja sama dengan orangtua untuk
keberhasilan siswa.
Peran guru sebagai guru pembimbing, sesungguhnya akan
tumbuh subur jika guru menguasai rumpun model mengajar
pribadi. Rumpun mengajar pribadi terdiri atas model mengajar
yang berorientasi kepada perkembangan diri siswa.
Penekanannya lebih diutamakan kepada proses yang membantu
individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang
unik, dan lebih banyak memperhatikan kehidupan emosinal
siswa. Model mengajar yang termasuk rumpun ini adalah Model
143
Pengajaran Non-direktif, dan Pemerkayaan Harga Diri
(Enhancing Se1f Esteem). Model mengajar untuk
mengembangkan kebersamaan adalah belajar kelompok,
sedangkan model mengajar untuk memecahkan masalah sosial
adalah model Bermain Peran (Joyce dan Weil, 1996).
144
e. Keefektifan dalam hubungan antar pribadi
f. Keterampilan berkomunikasi
g. Kefektifan dalam memahami lintas budaya
h. Perilaku yang bertanggungjawab.
Layanan dasar bimbingan perkembangan memiliki
cakupan dan urutan bagi pengembangan kompetensi siswa.
Materi kurikulum diajarkan dengan unit fokus pada hasil
(outcome-focused) dan pengajaran yang berorientasi tujuan
(objective-based lesson) bagi siswa dalam kelompok kecil atau
kelas. Kurikulum dirancan untuk menggunakan material dan
sumber-sumber lainnya, dan memerlukan strategi penilaian.
Pengajaran dalam layanan dasar bimbingan diawali sejak
pengalaman pertama siswa masuk sekolah, dengan materi yang
diselaraskan dengan usia dan tahapan perkembangan siswa.
2. Layanan Responsif (Responsive Services)
Tujuan komponen layanan responsif adalah
mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi
siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan
dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan/atau masalah
pengembangan pendidikan. Sekalipun layanan ini
merespon kepedulian siswa, beberapa topik telah
diidentifikasi sebagai topik yang memiliki prioritas dan/atau
relevan dalam adegan sekolah. Topik yang menjadi prioritas di
Texas pada tahun 1990-an adalah:
145
a.Kesuksesan akademik
b.Masalah bunuh diri padalcalangan remaja dan anak
c.Kenakalan anak
d.Masalah putus sekolah
e.Penyalahgunaan obat
f. Kehamilan pada usia sekolah
Topik-topik lainnya yang relevan denganmasalah di sekolah
adalah:
a. Kehadiran
b. Sikap dan perilaku terhadap sekolah
c. Hubungan dengan teman sebaya
d. Keterampilan studi
e. Penyesuaian di sekolah baru
f. Isu-isu yang muncul selama atau setelah intervensi terhadap
kejadian kejadian traumatik
Sedangkan topik-topik yang berkaitan dengan masalah
pribadi adalah:
a. Ketidakmampuan menentukan karir
b. Pilihan lanjutan sekolah
c. Kematian anggota keluarga atau
teman
d. Masalah perceraian
e. Masalah keluarga
f. Masalah seksual.
146
Layanan responsif bersifat preventif dan remedial.
Preventif dengan memberikan intervensi terhadap siswa agar
mereka terhindar dari pilihan yang tidak sehat atau tidak
memadai atau membawa anak agar mampu menentukan
pilihan pada situasi tertentu. Remedial dengan memberikan
intervensi terhadap siswa yang telah memiliki pilihan yang salah
atau mereka tidak memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalahnya.
Prioritas pemberian layanan hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Program bimbingan yang
komprehensif mencakup pula pemberian layanan bagi siswa
yang memiliki karakteristik tertentu seperti siswa berbakat,
program pendidikan khusus, program pendidikan jabatan, anak
yang berpindah-pindah.
Teknik pemberian layanan berupa konsultasi individual
atau siswa dalam kelompok kecil, mengamati siswa untuk
mengidentifikasi masalah, konsultasi dengan guru dan orang
tua, bersama guru dan orang tua membuat program rujukan
untuk program atau spesialis lain, melakukan koordinasi
dengan ahli lain, dan melakukan pengawasan terhadap
kemajuan siswa. Jika memungkinkan melaksanakan pelatihan
dan pengawasan oleh fasilitator sebaya. Terkadang konselor
melaksanakan layanan bimbingan untuk merespon tuntutan
guru berkenaan dengan penyelesaian masalah kelompok anak
147
tertentu seperti masalah persaingan atau stress dikalangan siswa
berbakat.
148
pemberian bantuan bagi siswa, dan mengimplementasikan
perencanaan individual dengan fokus siswa, perencanaan
pendidikan dan karir. Contoh materi program di antaranya:
penafsiran hasil tes yang standar, aktivitas pengembangan karir,
strategi mengatasi transisi melanjutkan sekolah, pra pendaftaran
kursus, membantu siswa dalam melaksanakan riset dan
memperoleh uang bagi siswa sekolah menengah atau pelatihan.
4. Pendukung Sistem (System Support)
Komponen pendukung sistem lebih diarahkan pada
pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang tidak secara
langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan mencakup:
a. Konsultasi dengan guru-guru
b. Dukungan bagi program pendidikan orangtua dan upaya-
upaya masyarakat yang berhubungan
c. Partisipasi dalam kegiatan sekolah dalam rangka
peningkatan perencanaan dan tujuan
d. Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
e. Kerjasama dalam melaksanakan riset yang relevan
f. Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam
kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa.
Kegiatan manajemen diperlukan untuk menjamin
peluncuran program bimbingan yang bermutu. Materi program
dalam manajemen antara lain:
a. Pengembangan dan menajemen program
149
bimbingan
b. Pengembangan staf bimbingan
c. Pemanfaatan sumber daya masyarakat
d. Pengembangan penulisan kebijakan, prosedur dan
pedoman pelaksanaan bimbingan.
150
komposisi etnik, gambaran kehadiran dan putus sekolah, dan
banyaknya siswa yang memiliki kelainan. Kebutuhan
pemakai dapat dilakukan dengan pengumpulan data dari
panitia pengarah, penggunaan konsultan, melakukan forum
terbuka dengan masyarakat, melaksanakan wawancara
berstruktur dengan pemakai, penggunaan laporan, criterion-
referenced surveys, dan studi tindak lanjut.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi adalah:
a. Merumuskan pertanyaan
b. Menetapkan sasaran evaluasi
c. Pelaksanaan evaluasi
d. Mengkaji tingkat keberhasilan pelaksanaan program
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
e. Pengambilan kesimpulan
f. Melakukan pertimbangan kontekstual
g. Merumuskan rekomendasi
h. Melaksanaan tindak lanjut
Evaluasi proses dalam program bimbingan
perkembangan melibatkan semua pihak yang terlibat
dalam aktivitas bimbingan. Pertanyaan penelitian sebagai
rambu-rambu dalam pelaksanaan evaluasi adalah:
a. Apakah siswa memiliki perasaan yang positif dalam
berhubungan dengan guru, orang tua, dan kelompok
sebaya?
151
b. Apakah proses pembelajaran bermakna bagi siswa
c. Apakah siswa mengembangkan self-images yang positif?
d. Apakah siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai
pribadi dan nilai-nilai yang diperlukan dalarn
kehidupan masyarakat yang beraneka ragam?
e. Apakah siswa mengembangkan keterampilan
akademisnya?
f. Apakah siswa mengembangkan kemampuan
merencanakan, pemecahan masalah, dan perumusan tujuan
g. Apakah siswa telah mengembangkan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari?
h. Apakah siswa telah mengembangkan sikap positif
terhadap kehidupan?
i. Apakah siswa memiliki tanggungjawab terhadap
perilakunya?
j. Sampai tingkat manakah keefektifan program
bimbingan bagi orang tua?
k. Sampai tingkat manakah keefektifan upaya guru dalam
memperkaya hasil belajar siswa?
152
DAFTAR PUSKATA
153
Republika
Furqon. 2005. Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling
untuk Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
Gerald Corey. (Terjemahan E Koswara 2007). Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama
Hackney and Cormier. 1994. Counseling Strategies and
Objectives. Second Edition, Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc
Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung:
Sinar Baru
Jumhur dan Muh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluh di
Sekolah. Bandung: Ilmu
Mamat Supriatna. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mappiare. 2006. Kamus Istilah konseling dan Terapi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mujib. 2006. Kepribadian dan Psikologi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Mulyadi. 2010. Diagnose Kesulitan Belajar dan Bimbingan
Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta:
Nuha Litera
Muh. Surya. 1988. Dasar-Dasar Penyuluh dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Depdikbud
Muro, J Jam and Kottman, Terry. 1995. Guidance and
Counseling in elementary School and Midlle
School. Ioawa: Brown and Brenkmark Publisher
Nidya Damayanti. Panduan Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Araska
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran.
Banjarbaru: Scripta Cendekia
............... 2013. Bimbingan dan Konseling: Pendekatan
Suatu Proses Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Palmer, S and Laungani, P. 2008. Counseling in Society.
London: Sage Publisher
154
Prayitno. 2004. Pengembangan Kompetensi dan Kebiasaan
Siswa Melalui Pelayanan Konseling. Padang:
Jurusan BK FKIP UNP.
Rochman Natawijaya. 1988. Peranan Guru dalam
Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin
.................................... 1987. Program Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Depdikbud
................................... 1984. Pedoman Penyelenggaraan
administrasi Bimbingan di Sekolah (untk Pembina
SPG, SGO, SGPLB) Jakarta: Depdikbud Republik
Indonesia
Sukardi. 1985. Proses Bimbingan dan Penyuluh di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa:
Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali
Sunaryo Kartadinata & Nyoman Dantes. 1997. Landasan-
Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PSTDP
Syamsu Yusuf LN. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Sekolah Berbasis Integrasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003
Utoyo Imam Utomo. 1996. Beberapa Pendekatan Konseling,
Psikoterapi dan Penerapannya dalam Sosial
Budaya Indonesia. Malang: Yayasan Elang Mas
Walgio. 1995. Bimbingan dan Penyuluh di Sekolah.
Yogyakarta: Andi Offset.
Winkel. 2007. Bimbingan dan konseling di institusi
Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Zainal Aqib. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung: Yrama Widya
155
156