Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Resume 2 BK Melisa-Listikal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

BIMBINGAN DAN KONSELING

RESUME 2

Oleh:

Melisa Listikal (23129199)

Seksi :0061

Dosen Pengampu :

Febri Wandha Putra, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
Pengertian, Tujuan, Fungsi Pelayanan BK dan Kesalahpahaman
Terhadap Pelayanan BK

1. Pengertian BK
Bimbingan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan adalah proses pemberian bantuan
kepada individu kepada orang ahli kepada seseorang atau beberapa individu,
baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
 Menurut Para Ahli
1. Kemendikbud
Dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 dijelaskan
bahwa Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif,
logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh
konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik dalam mencapai kemandirian dalam
kehidupannya.
2. Tohirin
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya
agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya
sendiri.
3. Mulyadi
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan
oleh seorang konselor kepada individu (klien) yang mengalami
masalah baik pribadi, sosial, belajar, karir dengan harapan klien
mampu membuat pilihan dalam menjalani hidupnya.

2. Tujuan
Secara umum, tujuan bimbingan konseling adalah membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
ketertarikan yang dimilikinya dari berbagai latar belakang yang ada, serta
sesuai dengan tuntutan positif dari lingkungannya.
Bimbingan dan konseling adalah salah satu hal yang sangat penting di
sekolah karena berkaitan dengan pengembangan diri dan pribadi seorang
siswa. Adapun tujuan bimbingan konseling di sekolah adalah membantu
siswa, baik individu maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal, baik dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Selain itu, bimbingan dan konseling di sekolah juga memiliki tujuan
lain, yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin.
b. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.
c. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan di sekitar siswa,
meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan
kebudayaan.
d. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan yang
dialami siswa.
e. Mengatasi kesulitan siswa dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan
bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah
tersebut.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Adapun fungsi bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut.
1. Fungsi pemahaman
Bimbingan konseling sebagai fungsi pemahaman, artinya melalui kegiatan
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa membuatnya lebih
memahami diri sendiri, baik kelebihan, kekurangan, maupun potensi yang
dimilikinya, serta lingkungan di sekitarnya yang meliputi pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama.
2. Fungsi pencegahan
Bimbingan konseling juga memiliki fungsi pencegahan, yaitu mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan melakukan berbagai upaya
pencegahan agar tidak dialami oleh siswa karena dapat menghambat,
mengganggu, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam
proses perkembangannya.
3. Fungsi pengembangan
Fungsi pengembangan adalah upaya guru BK (konselor) dalam menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memfasilitasi perkembangan
siswa.
4. Fungsi pengentasan
Fungsi yang satu ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada siswa
yang sudah mengalami masalah, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan
karir. Untuk menjalankan fungsi ini, guru BK (konselor) dapat menggunakan
teknik bimbingan konseling berupa konseling perorangan, konseling
kelompok, atau remedial teaching.
5. Fungsi penyaluran
Fungsi penyaluran adalah fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi,
serta karir dan jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan
kepribadian siswa. Dalam melaksanakan fungsi ini, guru BK perlu bekerja
sama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
6. Fungsi adaptasi
Fungsi bimbingan dan konseling tidak hanya dilakukan untuk siswa saja, tapi
juga guru, kepala sekolah, dan para pelaksana pendidikan lainnya. Salah satu
fungsi bimbingan konseling untuk para pelaksana pendidikan adalah fungsi
adaptasi.
Fungsi ini membantu para pelaksana pendidikan untuk mengadaptasi program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
keperluan individu. Fungsi ini juga membantu guru dalam memperlakukan
siswa dengan tepat.
7. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian adalah fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap
program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

4. Kesalahpahaman Pelayanan BK
Kesalahpahaman merupakan suatu keadaan dalam memahami
sesuatu kurang tepat atau keliru terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Setia Budi (2009) mengungkapkan, “kesalahpahaman adalah suatu
informasi yang diterima oleh seseorang memiliki makna atau esensi yang
berbeda dari yang dimaksudkan oleh si pemberi atau penyampai
informasi”. Selanjutnya Sjafri Mangkuprawira (2010) berpendapat,
“kesalahpahaman adalah penyimpangan penafsiran antara yang dimaksud
pengirim dan yang diinterpretasikan sang penerima pesan”.
a. Kesalahpahaman terhadap BK
1. Tohirin (2009:258) menjelaskan :
Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan miring
terhadap guru BK antara lain disebabkan ketidaktahuan akan tugas, peran,
fungsi, dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling baik oleh para
guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah, dan madrasah, para siswa, dan
orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan dan konseling itu sendiri. Selain
itu, bisa disebabkan oleh tidak disusunnya program bimbingan dan konseling
secara terencana dan sistematis di sekolah dan madrasah.
2. Prayitno&ErmanAmti (1994:122) mengungkapkan :
Kesalahpahaman terhadap BK pertama-tama perlu dicegah
penyebarannya, dan kedua perlu diluruskan apabila diinginkan agar gerakan
pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dapat berjalan dan
berkembang dengan baik sesuai kaidah dan praktek penyelenggaraannya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut kesalahpahaman terhadap BK
disebabkan karena ketidaktahuan tugas, peran, fungsi, tanggung jawab, dan
penyusunan program BK yang kurang terencana, serta kesalahpahaman
tersebut perlu dicegah penyebarannya agar pelayanan BK dapat berjalan
dengan baik. Kesalahpahaman terhadap BK dapat mengakibatkan seseorang
mempunyai anggapan yang keliruterhadap BK dan dapat menimbulkan tidak
berfungsinya program dan kegiatan BK di sekolah.
Prayitno&Erman Amti(1994:121) mengemukakan 15 kesalahpahaman
terhadap BK, yaitu:
1) Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama
sekali dari pendidikan.
2) Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3) Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses
pemberian nasehat.
4) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang
bersifat insidental.
5) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6) Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang
normal”.
7) Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8) Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9) Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh
siapa saja.
10) Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11) Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter atau psikiater.
12) Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
dilihat.
13) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14) Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket,
dan alat pengungkap lainnya).
15) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.
Selanjutnya Ramdzi (dalam Anas Salahudin 2010:229) memaparkan
kesalahpahaman BK dalam dunia pendidikan yaitu:
1. Bimbingan dan konseling hanya pelengkap kegiatan pendidikan.
2. Guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah “polisi sekolah”.
3. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

You might also like