Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

FS Garam Farmasi

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PROFIL PROYEK

Garam farmasi dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) 2020, dikelompokkan pada industri
farmasi dalam kode 21 yaitu golongan industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional.
Secara khusus KBLI garam farmasi termasuk dalam kode 21011 Industri Bahan Farmasi untuk
Manusia dan 21012 Industri Produk Farmasi untuk Manusia dengan HS Code nya 2501.00.93.
Pemenuhan kebutuhan untuk garam farmasi masih didominasi oleh garam impor. Dengan
dicanangkannya program Change Source atau pergantian sumber bahan baku impor dengan
bahan baku produksi dalam negeri untuk industri farmasi maka beberapa industri farmasi juga
telah menyampaikan komitmennya untuk mengganti bahan baku obat impor menjadi bahan baku
obat dalam negeri. Peraturan presiden Nomor 126 Tahun 2022 juga telah menyebutkan impor
garam hanya boleh diperuntukkan industri kimia atau chlor alkali. Garam Farmasi merupakan
salah satu jenis garam yang harus dipenuhi kebutuhannya dalam negeri oleh petambak garam
dan badan usaha paling lambat tahun 2024.

INDUSTRI MANDIRI GARAM FARMASI JAWA TIMUR


Berlokasi di Pabrik Eksisting PT. Garam di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Luas rencana
Pabrik 1.5 Ha, kondisi lahan tersedia eksisting seluas 2,6 Ha, rencana sisa lahan adalah green
area.

Gambar 1. Lokasi Proyek


ANALISIS ASPEK PASAR
Kebutuhan garam nasional tahun 2021 masih didominasi oleh sektor industri
manufaktur sebanyak 3.860.898 ton (84 %), disusul oleh konsumsi rumah tangga
325.496 ton (7 %), komersil 397.803 ton (8,5 %) dan peternakan perkebunan
22.357 ton (0,5 %). Sehingga total kebutuhan garam pada tahun 2021 sebanyak
4.606.554 ton. Dari total kebutuhan tersebut alokasi garam impor sebanyak
3.077.901 ton, sedangkan garam lokal 1.528.653 ton. Total produksi garam lokal
tahun 2020 sebanyak 1.365.711 ton diproduksi oleh Petani/Petambak (1.146.253
ton) dan PT Garam (219.458 ton) (KKP). Pemenuhan kebutuhan untuk garam
industri masih didominasi oleh garam impor. Hal ini karena kualitas garam lokal
dinilai masih kurang memenuhi spesifikasi kualitas yang disyaratkan untuk garam
industri. Bahkan untuk sektor CAP dan Farmasi & Kosmetik pemenuhan kebutuhan
garam masih sepenuhnya import. Beberapa pengusaha farmasi memilih
impor karena harga garam farmasi sampai dengan lokasi pabrik yang
dituju yaitu sekitar Rp 21.000/kg serta kebijakan bea masuk 0 % untuk garam
farmasi yang berasal dari India, Jepang, Korea, Cina, Eropa, Chili, Selandia Baru,
dan Australia. (PMK 44/PMK.010/2022, PMK 54/PMK.010/2022). Hingga
tahun 2022 hanya terdapat satu perusahaan lokal yang telah memproduksi
garam farmasi dengan kapasitas 74 ton/bulan atau setara dengan 890
ton/tahun. SehinggaTabel 1. Proyeksi
masih Kebutuhan
terdapat peluangGaram
industri garam farmasi untuk
Farmasi
substitusi import. Prediksi Kebutuhan Garam Farmasi

Jumlah Impor Garam Farmasi (ton/tahun)

8000
6000
4000
2000
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Proyeksi kebutuhan garam
Tahun
farmasi
2022 7.440
2023 8.244
2024 9.047
2025 9.851
2026 10.654
2027 11.458
Dari hasil proyeksi kebutuhan 6 tahun mendatang, indikasi peningkatan kebutuhan garam
farmasi adalah 8% per tahun
ANALISIS ASPEK PASAR
Garam farmasi dapat dilihat sebagai produk fungsional, sebab seiring berjalannya waktu, tidak
ada perubahan fungsi yang signifikan dari garam. Variasi dari garam tidak terlalu luas serta
tidak cepat mengalami perubahan trend produk. Garam sebagai produk fungsional maka
strategi yang cocok diterapkan dalam menentukan parameter – parameter rantai pasok
adalah strategi efisien. Strategi efisien mengedepankan adanya efisiensi biaya total supply
chain. Sumber bahan baku utama garam farmasi berupa garam olahan (Kadar 97%) menjadi
salah satu pertimbangan dalam skenario supply chain. Untuk mengoptimalkan efisiensi biaya
maka lokasi pabrik harus dekat dengan sumber bahan baku garam oalhan. Selain dari sisi
sumber bahan baku, lokasi pabrik juga harus berada jalur distribusi yang efisien menuju
customer. Sumber bahan baku garam farmasi banyak didapatkan di Jawa Timur sebagai
wilayah penghasil garam terbesar di Indonesia dan juga lokasi dari kebanyakan perusahaan
pengguna garam farmasi. Sehingga scenario supply chain disesuaikan dengan kondisi
eksisting di Jawa Timur. Adapun usulan skenario supply chain yang ditawarkan disajikan pada
gambar 2. Source Make Deliver

Bahan Baku Bahan Baku


Utama: Garam Pendukung:
NaCl NaOH,Na2CO3,Ba
kemurnian 97% Cl2 Distribusi menggunakan
Pelabuhan utama JIIPE yang
Lokasi: PT Garam Manyar coverage-nya luas
Gresik
Saluran Distribusi : Pelabuhan Distribusi bahan baku dengan
Fasilitas Produksi JIIPE Manyar Gresik skema Kerjasama PT Garam

Bahan Bahan Produk Distribu Customer


Baku Baku si
Utama Produk Utama 1. Fasilitas
Kerjasama Pendukung 1.Target pasar
Diharapkan Garam Farmasi distribusi garam farmasi
supply didapatkan menggunaka utamanya
dengan PT n Pelabuhan adalah industri
dari industri Produk JIIPE sebagai
Garam farmasi yang
Dalam Negeri Sampingan
1. CaCO3 Pelabuhan berada di Jawa
dengan harga utama. Timur.
2. BaSO4
Rp 3.000/kg
3. Mg(OH)2 2. Distribusi 2.Produk
kepada sampingan yang
4. Garam sisa customer dihasilkan
kadar 80%-95% dengan jalur merupakan
darat dengan produk antara
akses jalan sebagai bahan
tol Manyar baku industri
Gambar 2. Skema Supply kimia lain.
Chain
Fasilitas Produksi

Mesin dan fasilitas produksi masih diimpor.

FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN/BARANG DAN BAHAN


berdasarkan PMK No. 176/PMK.011/2009 jo. No. 188/PMK.010/2015
ANALISIS ASPEK PASAR
POTENSIAL OFF TAKER
Garam Farmasi CaCO3 Mg(OH)2
Bahan baku Infus, Cairan Dialisat di Bahan untuk Bahan baku obat penetral
asam lambung, bahan baku
industri-industri yang berada di pembuatan suplemen obat pencahar, bahan baku
Jawa Timur asupan kalsium bagi untuk pasta gigi
tubuh
Perusahaan Infus dan Perusahaan Perusahaan Pasta
Cairan Dialisat Obat/Farmasi Gigi
PT Widatra Dexa Novartis PT Lion Wings
medica
PT Otsuka
Sanbe Novell PT Unilever
PT Jayamas Medica
Kalbe PT Lapi PT Enzym Bioteknologi
PT Satoria Laboratories Internusa

Phapros Interbat Shanghai Maspion


BaSO4 kimia farma Tooth Paste Ind
Biofarma Ferron Par Indah Jaya Chemical
Komponen pigmen putih dalam Pharmaceuti Works
cat dan juga sebagai pencerah cals
kertas, komponen cairan
pengebor di sumur minyak Miswak Utama
Garam Sisa Kadar 80%-90%
Perusahaa Perusahaan PENGAWETAN IKAN PERMINYAKAN
n Cat Kertas
Arta Mina Tama, PT Chevron Pacific
Avi Avian PT Pabrik Kertas Indonesia
Tjiwi Kimia Tbk

PT Mikatasa PT Suparma Tbk Arta Samudra Pasifik Bitung, PT Exxon Mobile Cepu
Agung Limited MCL
PT ICI Paint PT Fajar Surya
Wisesa Tbk Avelia Prima Intra Makmur, PT Pertamina EP
Pacifix Paint PT Alkindo
Naratama Tbk Awindo International, PT Pertamina Hulu
Nippon Paint PT Adiprima Mahakam (PHM)
Suraprinta
PT Mowilex Bali Tuna Segar, PT PHE OSES
Indonesia

Garam Sisa Kadar 80%-90%

Industri Minyak Goreng


Wilmar International Ltd (Wilmar Group)
Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) produsen minyak goreng Bimoli, Delima, dan Happy

Musim Mas merek Sunco, M&M, Amago, dan Voila. PT Bina Karya Prima yang memproduksi
minyak goreng merk Tropical
Royal Golden Eagle
Sinarmas Group merek dagang Filma, Mitra, Kunci Mas, dan Palmvita
TINJAUAN ASPEK LEGAL
DAN ADMINISTRATIF
Kebijakan Nasional
Kebijakan Daerah
RKP 2022 Proyek Prioritas Strategis RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
1. Pendampingan implementasi industri 4.0 sektor
industri kimia hilir dan farmasi. Kawasan peruntukan industri
2. Pembinaan industri farmasi dalam pemenuhan besar dan menengah meliputi
ketersediaan 40 obat esensial dalam JKN. kawasan di sepanjang jalan
arteri primer dan kolektor
RIPIN 2015-2035 primer yang menghubungkan
1. Industri farmasi, kosmetik dan alat kesehatan sebagai Kabupaten Gresik dan
industri andalan. Kabupaten Lamongan maupun
2. Garam farmasi merupakan golongan industri Kabupaten Gresik dan Kota
prioritas pengembangan tahap I 2015-2019. Surabaya, yang diarahkan di
3. Memfasilitasi pengembangan dan pembangunan Kecamatan Kebomas,
industri bahan baku farmasi dan kosmetik untuk Gresik, Manyar, Ujung
substitusi impor. Pangkah, Panceng,
4. Kebutuhan teknologi produksi bahan baku farmasi Menganti, Kedamean,
(sintesa kimia). Wringinanom, dan
Driyorejo.
5. Penetapan daerah Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri (WPPI) sebagai Kawasan Strategis
PETA RTRW KAB. GRESIK
Nasional (KSN), yaitu Tuban, Lamongan, Gresik,
Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Bangkalan.

Kebijakan Provinsi
RKPD Provinsi Jawa Timur 2022

Pembangunan fasilitas infrastruktur (saluran


primer, sekunder dan pantai air) pipa intake dan
outtake industri garam, pengangkutan dan
penjualan garam di pelabuhan Tanjung Perak.

Lokasi : Kecamatan Manyar


Luas : 2,6 Ha (eksisting) rencana terpakai 1.5 Ha
Status : Hak Pakai Aset PT Garam
Pemilik : PT Garam

ASPEK
PERPAJAKAN
• Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah nilai penanaman modal
berupa aktiva tetap selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
• Depresiasi dan amortisasi yang dipercepat.
• Pengenaan PPh final atas dividen sebesar 10%.
• Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun.
(Peraturan Pemerintah No. 78/2019, Peraturan Menteri Keuangan No.
96/PMK.010/2020, dan Peraturan Menteri Investasi/Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2022)
LOKASI PROYEK
Lokasi Proyek industri garam farmasi berlokasi di pabrik eksisting PT. Garam di Kecamatan
Manyar Kabupaten Gresik. Luas rencana Pabrik 1,5 Ha dengan kondisi lahan yang disediakan 2,6
Ha, sisa lahan direncanakan sebagai green area.

NAMA KONSEP LOKASI:


INDUSTRI MANDIRI GARAM FARMASI JAWA TIMUR

PENGELOLA:
PT GARAM Bersama Investor

STATUS LAHAN:
Hak Pakai PT Garam dengan skema sewa

JENIS BADAN USAHA:


Swasta dengan dukungan BUMN dan Pelaku Usaha pengguna
Garam Farmasi

TOTAL AREA:
Eksisting Tersedia : 2,6 Ha
Rencana Siteplan Pabrik 1,5 Ha

Gambar 3. Site Plan industri Garam


Farmasi
KESIAPAN PENGEMBANGAN LOKASI

Lokasi lahan industri statusnya siap untuk dilakukan pengembangan


ASPEK TEKNIS
Input Bahan Baku Proses Output Produk
Garam NaOH Garam CaCO3
(PT. (Natrium Farmasi BaSO4
(Kalsium
Garam)
Na2CO3
Hidroksid (Pharm Karbonat)
BaCl
(Natrium
a) 2 (Barium2
Mg(OH)
Salt)
Karbonat) Sulfat)
Garam Sisa
(Magnesium
( Barium
Klorida) Kadar 80%-
Hidroksida)
90%

Terdapat tiga (3) bahan baku untuk mendukung pengolahan industri Garam Farmasi ini
diantaranya yaitu garam olahan kadar 97% (NaCl), Soda Kaustik (NaOH), Soda Ash ( Na 2CO3)

dan Barium Klorida (BaCl2) .

Secara umum tahapan yang


dilakukan pada proses pemurnian
garam farmasi adalah Pencucian,
Pengendapan impurities, Filtration,
Evaporasi, Rekristalisasi dan
Drying. Alur proses teknologi
pemurnian garam farmasi dapat
dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Alur Proses Produksi Garam


Farmasi

Dari ilustrasi input output


berdasarkan teknologi garam
farmasi, setting capacity by
technology = 10,480
ton/tahun. Dengan asumsi
yield 95 persen, nilai
kapasitas by technology
berkisar 10,000 ton/ tahun.
ASPEK TEKNIS
Bahan baku garam farmasi adalah garam olahan dengan kadar 97% dan untuk
selanjutnya disebut dengan raw salt. Melalui tahapan proses pemurnian garam ini akan
meningkat kemurniannya mencapai 99,8 persen. Kebutuhan Raw Salt untuk
menghasilkan 10.480 ton garam farmasi dalam satu tahun sebanyak 50.000 ton (PT
Garam, 2022). Berdasarkan setting dari alur produksi beserta technology, skema input
output dari produksi garam farmasi tersaji pada tabel 4.1.

NERACA MASSA BAHAN BAKU


Proporsi input terhadap output
Input (Ton, NaCl) 500,00%
Input (Ton, NaOH) 2,39%
Input (Ton, Na2CO3) 0,81%
Input (Ton, BaCl2) 2,96%
NERACA MASSA PRODUK JADI

Garam Farmasi 97,34%


Output CaCO3 (ton) 0,17%
Output MgOH2 (ton) 0,25%
Output BaSO4 (ton) 0,58%
Output garam sisa 1,66%

SETTING KAPASITAS
Estimasi Penjualan Quantity ton
Garam farmasi 7.440
CaCO3 74
Mg(OH)2 109
BaSO4 254
Garam sisa 726
AKSESIBILITAS

Ganbar 6. Aksesibilitas Industri Garam


Farmasi

Lokasi industri memiliki waktu tempuh 2 menit dari Gerbang Tol Manyar, 19 menit
dari Gerbang Tol Kebomas dan 25 menit dari pelabuhan JIIPE. Hal ini memudahkan
proses Supply chain baik pengadaan bahan baku, mesin dan distribusi produk akhir.
Sedangkan sarana dan prasarana lain yang mendukung yaitu air baku berasal dari
PDAM Giri Tirta dan Listri dari PDAM Giri dengan jarak masing-masing 2,6 km dan 6
km. Sarana lainnya yaitu adanya 1 RSUD, 2 Puskesmas dan 1 Klinik. Selain itu
terdapat 2 SMK/SMA dan 1 Perguruan Tinggi di wilayah sekitar industri.

Kebutuhan Amenitas

• Listrik Fasilitas produksi : 3,790MWH/ tahun


• Air produksi : 48,370 ton/tahun
• Kebutuhan keseluruhan pabrik : 125%x kebutuhan fasilitas
produksi
KELAYAKAN FINANSIAL
Net Working Capital (NWC)-
PEMBELANJAAN MODAL (CAPEX) Operating Expenditure (OPEX)

Rp 456.950.157.209 Rp 151.002.818.457
miliar miliar
Benchmark operating cycle : PT Garam

Komponen Biaya
Capital Expenditure Nilai Bahan Baku 78.364.114.225

Tenaga kerja langsung 809.176.304

Factory Overhead 23.850.528.746


Lahan Rp5.100.000.000
Sewa lahan 17.500.000.000

Bangunan Rp47.614.161.662 Distribusi 13.257.650.954

Biaya Pemasaran 9.469.750.682


Tenaga kerja tidak
Fasilitas Rp404.235.995.546 langsung 2.039.720.581

Maintenance 5.711.876.965
Rp456.950.157.20
Total 9 Total NWC 151.002.818.457

ANALISIS KELAYAKAN PROYEK


WEIGHTED AVERAGE COST OF CAPITAL (WACC)
11,98%

NET PRESENT VALUE (NPV)


Rp 73,15 miliar

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)


14,52%

PAYBACK PERIOD (PP)


6 tahun 3 bulan

TOTAL INVESTASI : Rp. 607.952.975.666 (608 M)


ANALISIS ASPEK SDGs
Berdasar diskusi yang dilaksanakan dengan masyarakat lokasi
terpilih untuk Industri Garam Farmasi yakni masyarakat Gresik,
pencapai SDGs diharapkan dapat memenuhi setidaknya 5 (lima) dari
17 (tujuh belas) tujuan pembangunan berkelanjutan yang mana
diantaranya adalah:
Tujuan 1 (Tanpa Kemiskinan) dan Tujuan 8 (Penciptaan Pekerjaan
Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan penyerapan tenaga kerja
langsung 22 orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 42 orang
serta dengan tumbuhnya konsep Nilai Investasi sebesar 608 miliar.
Lalu tujuan 4 (menciptakan Pendidikan Berkualitas) dengan pengadaan
pelatihan bagi tenaga kerja dan masyarakat.
Tujuan 9 (Pencapaian Berdirinya Industri, Inovasi dan pemenuhan
Infrastruktur) dengan adanya industri Garam Farmasi di Manyar Gresik
ini diharapkan menjadi pendorong perkembangan fasilitas layanan
publik seperti jalan, listrik, komunikasi, sarana olahraga, dan fasilitas
kesehatan. Serta Tujuan 10 (Berkurangnya Kesenjangan) dengan
tujuan pembangunan Industri Garam Farmasi diharap dapat menjadi
pendorong pertumbuhan UMKM di sekitar lokasi proyek seperti rumah
kos, warung sembako, laundry, warung makan dan lainnya.
RISIKO DAN MITIGASI RISIKO
Analisis dan Mitigasi Risiko menggunakan model House of Risk (HOR) yang
dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Model HOR ini merupakan
sebuah pendekatan manajemen risiko pada Supply Chain yang berfokus pada aksi
mitigasi seperti mereduksi atau mengeliminasi kemungkinan terjadinya penyebab
risiko. Terdiri atas dua tahap yaitu HOR 1 dan HOR 2 dimana masing-masing
memiliki tujuan yaitu:
a. HOR 1 digunakan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi risk agent
(penyebab risiko) mana yang menjadi prioritas untuk dimitigasi.
b. HOR 2 dilakukan untuk memberikan prioritas aksi mitigasi untuk risk agent.

Tahap •SCOR model


Identifika •Kategori Risiko
si Risiko

No Risiko Permintaan/pasar
Risk event / Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
kejadian risiko
1 Lemahnya iklim Belum banyak perusahaan yang Dukungan pemerintah daerah dan
investasi melakukan investasi di sektor garam pemerintah pusat untuk merancang
farmasi instentif dan fasilitas bagi investor,
keterbukaan PT Garam dengan investor
2 Produk garam 1. Kualitas garam farmasi impor lebih 1. Melakukan continous improvement
farmasi lokal masih bagus terhadap kajian produksi garam farmasi
belum dapat 2. Harga beli garam farmasi impor lebih lokal dan teknologi yang dipakai
diproduksi di murah 2. Pengkajian kebijakan bea masuk 0
Indonesia persen

No Risiko lahan
Risk event / Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
kejadian risiko
1 Status lahan yang lokus yang diambil yaitu konsorsium Komunikasi dan koordinasi yang baik
dijadikan pabrik dengan PT. Garam dengan skema lahan terhadap mitra kerjasama. Monitoring dan
garam farmasi sewa evaluasi berkala terhadap perjanjian dan
adalah sewa realisasi
2 Potensi pemutusan ketidakcocokan dengan isi perjanjian Komunikasi dan koordinasi yang baik
kerjasama di kerjasama atau terjadi proses adendum terhadap mitra kerjasama. Monitoring dan
pertengahan kontrak evaluasi berkala terhadap perjanjian dan
periode sewa realisasi

No Risiko implementasi infrastruktur pendukung


Risk event / Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
kejadian risiko
1 Infrastruktur Infrastruktur dari hulu ke hilir belum Percepatan pembenahan infrastruktur
belum maksimal terintegrasi dengan dukungan pemerintah daerah dan
pusat

2 Timbulnya biaya Produksi menghasilkan waste Perancangan waste treatment yang efektif
untuk perancangan dan efisien
waste treatment
No Risiko regulasi dan politik
Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
1 Perubahan kebijakan pemerintah Kondisi politik dan ekonomi Perlu sensitivitas dalam membaca
mengenai pengadaan barang dan terjadi perubahan peluang bisnis kedepan
lahan
2 Potensi permasalahan dalam Belum terdapatnya PT Garam menerapkan standarisasi
pembagian tugas atau aset antara kesepakatan yang mutualisme skema kerjasama dan mitigasi ketika
investor dan PT Garam kerjasama dengan investor ada perubahan pemangku jabatan

No Risiko pembiayaan dan nilai tukar mata uang


Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
1 Potensi nilai tukar rupiah Dampak pandemi terhadap Pengusaha dapat menerapkan strategi
terhadap USD yang perekonomian secara global manufacturing yang efisien,
mempengaruhi nilai investasi contohnya dengan lean manufacturing
dan terjadi inflasi

2 Garam Farmasi impor lebih Harga garam farmasi impor lebih Pembatasan kuota impor garam
diminati murah farmasi
3 Potensi perubahan harga dan Terjadi perubahan/ketidakstabilan Komunikasi dan koordinasi yang baik
skema sewa lahan yang dapat kondisi ekonomi negara semua pihak
mempengaruhi biaya

No Risiko konstruksi dan pengembangan kawasan industri


Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
1 Kesiapan sumber daya manusia Perlunya keterlibatan penduduk lokal Perancangan proporsi
(kuantitas dan kualitas) untuk sekitar lokus rekrutmen SDM
pengembangan industri garam farmasi
2 Potensi kecelakaan kerja Terjadi kecelakaan teknis/tidak Penguatan manajemen
sengaja risiko K3 pada saat
konstruksi berlangsung
3 Potensi terlambatnya Terjadi keterlambatan pengadaan Perlu manajemen proyek
pembangunan/konstruksi bahan bangunan dan masih perlu yang baik
proses pembongkaran gedung/ruang
serta gudang eksisting

No Risiko Sumber Material/bahan baku


Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi

1 Adanya potensi shortage Jumlah produksi bahan baku garam yang Perlu adanya safety stock dari
bahan baku bergantung pada kondisi iklim lahan garam oleh PT Garam
pergaraman

2 Potensi kesalahan inspeksi 1. Kurangnya frekuensi sampling bahan baku 1. Penerapan sistem sampling
kualitas bahan baku 2. Kurang telitinya SDM dalam inspeksi bahan inspeksi yang baik
baku 2. Standarisasi/SOP untuk
kualitas bahan baku
No Risiko force majeure dan lingkungan
Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
Potensi isu Kondisi sosial budaya masyarakat gresik dan Perlunya dukungan pemerintah
keamanan/kecelakaan/bencana sekitarnya beragam karena tidak hanya sebagai perantara antara
1
alam pada saat tahap konstruksi penduduk lokal melainkan terdapat investor/pengusaha dengan
industri baru. penduduk pendatang. masyarakat

Seluruh kegiatan operasi industri pada sektor Menerapkan green manufacturing


Potensi limbah (waste) pabrik
2 apapun memiliki dampak lingkungan dan dalam operasi industri serta
garam farmasi
potensi limbah implementasi konsep 3R

Pembangunan infrastruktur / bangunan


Potensi kebisingan dan polusi secara umum menimbulkan dampak
Penguatan manajemen risiko K3
3 udara pada saat konstruksi terhadap lingkungan sekitar dengan kondisi
pada saat konstruksi berlangsung
pabrik paling umum yaitu kebisingan dan polusi
udara karena debu pada masa konstruksi

No Risiko Operasional Proyek/industri


Risk event / kejadian risiko Risk Agent/ penyebab risiko Usulan Mitigasi
1 Produksi tidak memenuhi target Kurangnya perencanaan produksi yang baik Perencanaan produksi dirancang
produksi dengan forecast yang tepat
2 Tidak dapat menghasilkan profit 1. Terlalu banyak biaya dalam integrasi 1. Pengkajian kembali terkait biaya
secara maksimal aktivitas bisnis aktivitas - aktivitas yang dapat
2. Frekuensi terjadi shutdown dieliminasi atau digabungkan
mesin/teknologi pada proses produksi 2. Penjadwalan dan strategi
dikarenakan mesin repair maintenance mesin

3 Potensi ketidaktepatan Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Perlunya kerjasama investor Luar
teknologi untuk proses produksi yang bersumber dari lokal Negeri
4 Terjadi penyusutan produk pada Perancangan desain packaging dan kondisi Merancang desain packaging yang
waktu penyimpanan di warehouse FG kurang sesuai, begitu jg tepat (R&D), merancang jenis
warehouse FG, saat delivery, dengan desain armada untuk delivery dan armada yang tepat untuk delivery
dan saat return return dan return

HOR 1
⮚ Melakukan penilaian severity pada 5 terbesar Prioritas Penyebab
masing-masing risk event skala 1-10 Risiko:
(tidak terdampak s/d sangat 1. R1 Harga beli garam farmasi
terdampak) dan juga penilaian impor lebih murah (A3)
occurance pada masing-masing risk 2. R2 Frekuensi terjadi shutdown
agent skala 1-10 (tidak pernah terjadi mesin/teknologi pada proses
s/d sering terjadi). produksi dikarenakan mesin repair
⮚ Membuat relationship matrix antara (A21)
risk agent pada tiap-tiap risk event 3. R3 Kualitas garam farmasi impor
dengan skala 0, 1, 3, 9 dimana 0 lebih bagus (A2)
berarti tidak ada korelasi, 1-3-9 berarti 4. R4 Kurangnya perencanaan
rendah, medium, dan korelasi tinggi. produksi yang baik (A19)
⮚ Hitung ARP untuk mengetahui 5. R5 Terlalu banyak biaya dalam
penyebab risiko mana yang menjadi integrasi aktivitas bisnis (A20)
prioritas.
HOR 2
⮚ Identifikasi aksi mitigasi (PA) dari tiap risk agent yang menjadi 5
terbesar pada tahap HOR 1

Risk Agent (Aj) Usulan Mitigasi (PAk)


A3 Pengkajian kebijakan bea masuk 0 persen
A21 Penjadwalan dan strategi maintenance mesin
A2 Melakukan continous improvement terhadap kajian produksi garam
farmasi lokal dan teknologi yang dipakai
A19 Perencanaan produksi dirancang dengan forecast yang tepat
A20 Pengkajian kembali terkait biaya aktivitas - aktivitas yang dapat
dieliminasi atau digabungkan

⮚ Identifikasi korelasi antara masing-masing aksi mitigasi dan masing-


masing risk agent (penyebab risiko) dengan skala 0,,1,3,9. Kemudian
hitung total efektif masing-masing aksi mitigasi.

Hasil HOR 2
Prioritas Mitigasi Risiko:
1. Pengkajian kebijakan bea masuk 0 persen
2. Penjadwalan dan strategi maintenance mesin
3. Melakukan continuous improvement terhadap kajian produksi
garam farmasi lokal dan teknologi yang dipakai

You might also like