Acara I
Acara I
Acara I
ACARA I
YOGHURT
Kelompok 06
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(H3112001)
(H3112005)
(H3112016)
(H3112022)
(H3112026)
(H3112031)
(H3112034)
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara I Pembuatan Yoghurt adalah:
1. Mengetahui pengaruh jenis susu dan starter yang digunakan dalam
pembuatan yoghurt.
2. Mengetahui formulasi yoghurt yang paling disukai.
3. Mengetahui proses pembuatan yoghurt.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Bahan
Susu yang mengalami proses fermentasi dikenal dengan nama
yoghurt, memiliki cita rasa yang asam yang khas oleh aktivitas
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rasa pada
yoghurt disebabkan karena senyawa kimia yang dihasilkan yakni asam
laktat, asetal dehida, asam asetat dan bahan lain yang mudah menguap.
Pertumbuhan Streptococcus thermophilus pada awalnya akan lebih cepat
dari pada pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus, dan memberikan
sedikit rasa asam pada susu. Tetapi kemudian Lactobacillus bulgaricus
akan memberikan rasa asam yang lebih kuat pada susu (Analie, 2001).
Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang relatif singkat
membutuhkan
sentuhan
teknologi
modern
berupa
pasteurisasi.
vitamin dan mineral. Susu kerbau jauh lebih banyak mengandung lemak
susu, lebih tinggi daripada susu sapi. Susu kerbau banyak dipakai untuk
membuat makanan, misalnya yoghurt, es krim, dan berbagai jenis keju.
Susu skim adalah susu yang mengandung semua kandungan susu kecuali
lemaknya yang telah dikurangi hingga 0,5% sehingga susu ini cocok
untuk bayi. Karena susu skim mengandung lemak yang lebih sedikit
maka kandungan vitamin A, D, dan E juga rendah. Vitamin yang bersifat
larut dalam air, termasuk di dalamnya vitamin B kompleks dan asam
askorbat
(vitamin
C)
dapat
ditemukan
dalam
susu
skim
(Utami, 2009).
2. Tinjauan Teori
Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu yang diperoleh
dari susu sapi dan diproses melalui proses fermentasi dengan
penambahan starter organisme baik, salah satunya yaitu bakteri asam
laktat. Secara umum yoghurt terbagi dalam dua jenis, yang pertama
adalah yoghurt plain yaitu yoghurt tanpa rasa tambahan dan yang kedua
adalah yoghurt drink yaitu yoghurt plain yang telah ditambahkan perasa
tambahan buah-buahan seperti rasa strawberi, jeruk ataupun leci. Nilai
gizi yoghurt lebih tinggi dibandingkan dengan susu yaitu setiap 100 g
yoghurt mengandung 55 kkl, protein 3,3 g, lemak 2,5 g, karbohidrat 4,0
g, kalsium 120 mg, fosfor 90 mg dan zat besi 0,1 mg (Suryono, 2009).
Yoghurt adalah produk penting karena kualitas gizi yang tinggi,
preferensi konsumen dan bermanfaat bagi. Atribut yoghurt seperti
viskositas, pH, rasa dan bakteri probiotik adalah karakteristik penting
yang mempengaruhi keputusan pembelian. atribut asam, pH dan
keasaman titratable merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas dari fermentasi produk yoghurt. Kemampuan bakteri asam laktat
untuk mengatur sitoplasma mereka atau pH intraseluler merupakan salah
satu fisiologis yang paling penting. Pertumbuhan Streptococcus
thermophilus dalam susu mengakibatkan pH turun menjadi kira kira 4,5
(Mena, 2012).
Dalam proses pembuatan yoghurt, bakteri asam laktat memiliki
hubungan simbiosis obligat, dimana mereka saling memanfaatkan hasil
metabolisme
untuk
mempengaruhi
produksi
asam.
Pada
awal
n. pH meter
o. Pipet tetes
p. Pipet volume 5 ml
q. Propipet
r. statif
s. Tali karet
t. Water bath
2. Bahan
a. Air es
b. Aluminium foil
c. Biakan murni L. bulgaricus
d. Biakan murni S. thermophilus
e. Indikator PP 1%
f. Kapas
g. Larutan NaOH 0,1 N
h. Susu segar
i. Susu skim
3. Cara Kerja
a. Pembuatan Yoghurt
b. Uji keasaman
c. Uji pH
Susu
Susu segar
Susu segar
Susu segar
7,8
9,10
11,12
Susu skim
Susu skim
Susu skim
Sampel
Mikroorganisme
S.
thermophilus
L. bulgaricus
S.
thermophilus
dan L.
bulgaricus
S.
thermophilus
L. bulgaricus
S.
thermophilus
dan L.
bulgaricus
pH
% Asam
6,78
6,86
6,59
Vol. NaOH
(ml)
2
1,7
1,9
6,95
6,87
6,8
2,5
2,5
2,7
0,225
0,225
0,243
0,18
0,153
0,171
Menurut SNI (1992), yoghurt adalah produk yang diperoleh dari susu
yang telah dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu
sampai diperoleh keasaman, bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa
penambahan bahan lain yang diizinkan. Yoghurt merupakan minuman sehat
yang terbuat dari fermentasi susu sapi. Istilah yoghurt berasal dari bahasa
Turki, yang berarti susu asam. Yoghurt diartikan sebagai bahan makanan yang
berasal dari susu sapi dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim yang
rasanya asam (Shurtleff dan Aoyagi, 2007). Yoghurt dibuat melalui proses
salivarus
subspecies
thermophillus.
Streptococcus
thermophillus adalah bakteri asam laktat dan sebagai starter untuk pembuatan
yoghurt, berbentuk bulat dan membentuk rantai. Bakteri ini tergolong
homofermentatif
yaitu
bakteri
yang
dalam
proses
fermentasinya
produk
yang
teksturnya
halus,
(2)
pasteurisasi
untuk
menginaktifkan enzim dan juga membunuh mikroba patogen dalam susu, (3)
pendinginan dilakukan sampai suhu mencapai 30-45oC, yang merupakan suhu
optimal untuk Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, (4)
Inokulasi dan (5) Inkubasi (Wahyudi dan Samsundari, 2008).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua
macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam
laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus
lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan
Streptococcus
menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan
memecah laktosa tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan
galaktosa dengan bantuan enzim -galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya
akan mengubah glukosa menjadi produk akhir asam laktat :
Laktosa Glukosa+Galaktosa Asam piruvat Asam laktat + CO2 + H2O
Adanya asam laktat memberikan rasa asam pada yoghurt. Hasil
fermentasi susu ini merubah tekstur susu menjadi kental. Hal ini dikarenakan
protein susu terkoagulasi pada suasana asam, sehingga terbentuk gumpalan.
Proses ini memakan waktu 1-3 hari yang merupakan waktu tumbuh kedua
bakteri, dan bekerja menjadi 2 fasa, kental dan bening encer dan rasanya
asam.
Menurut Indania dkk. (2011), nilai pH pada penambahan kultur tunggal
dan campuran tidak memberikan perbedaan nyata. Dari penelitiannya didapat
nilai pH dengan menggunakan kultur LB memiliki nilai pH 6,12; ST
memiliki nilai pH 5,96; dan campuran LB dan ST memiliki nilai pH 6,04.
Saat pembuatan yogurt, bakteri S. thermophilus bekerja terlebih dahulu pada
awal fermentasi dengan menurunkan pH sampai 5,5 untuk selanjutnya
menunjang pertumbuhan bakteri L. bulgaricus karena S. Thermophilus
melepaskan asam amino dan mendorong asam laktat sehingga menghasilkan pH
yang optimal. Penambahan kultur S. thermophilus pada set yogurt menghasilkan
nilai rata-rata yang baik. Namun set yogurt yang diberikan perlakuan kultur L.
bulgaricus memiliki pH yang tinggi karena L. bulgaricus tidak dapat bekerja
secara optimal.
Sedangkan dari uji keasaman pada yoghurt yang dihasilkan yaitu kadar
asam pada susu segar dengan penambahan S. thermophilus yang
diperoleh yaitu 0,18%; kadar asam pada susu segar dengan penambahan L.
bulgaricus yaitu 0,153%; kadar asam pada susu segar dengan penambahan
kultur campuran S. thermophilus dan L. bulgaricus yaitu 0,171%;
kadar asam pada susu skim dengan penambahan S. thermophilus yang
diperoleh yaitu 0,225%; kadar asam pada susu skim dengan penambahan L.
bulgaricus yaitu 0,225% dan kadar asam pada susu skim dengan
penambahan kultur campuran S. thermophilus dan L. bulgaricus yaitu
0,243%.
Perbandingan antara hasil kadar asam yang diperoleh pada praktikum dan
teori, maka hasil tersebut belum sesuai. Karena menurut teori Oktavia dkk.
(2013), menjelaskan bahwa kandungan asam laktat yoghurt pada kultur S.
thermophillus 1,10%; L. bulgaricus 0,92%; dan campuran kultur L.
bulgaricus dan S. thermophillus 1,15%. Ditambahkan oleh Wulandari dan
Putranto (2010), yang menyatakan bahwa dalam pembuatan yoghurt dengan
menggunakan starter L. bulgaricus dan S. thermophillus yang semakin
banyak akan menghasilkan kadar asam yang semakin tinggi karena starter
akan memproduksi kadar asam yang berlebih sehingga hasilnya lebih asam
dan dengan demikian kadar asamnya juga akan meningkat.
Warna
2.50a
2.90ab
3.15bc
3.45c
2.50a
3.30bc
Aroma
2.90a
3.05a
2.85a
3.20a
3.00a
3.20a
Rasa
1.90a
2.20ab
3.00c
2.65bc
2.00a
2.95c
Tekstur
2.35a
2.45ab
3.00c
2.90bc
2.35a
3.00c
Overall
2.35a
2.60ab
3.00bc
3.25c
2.45a
3.15c
2,45; dan tekstur sampel yang tidak disukai ada 2 yaitu sampel dengan kode
215 dan 592 yang memiliki nilai sama 2,35. Pada keenam sampel yoghurt
berdasarkan parameter tekstur, sampel 471 menunjukkan hasil yang berbeda
dengan sampel 215. Karena hasil analisis menunjukkan bahwa pada
parameter tekstur pada sampel tersebut memiliki nilai pada subset yang
berbeda.
Menurut hasil yang diperoleh berdasarkan parameter secara keseluruhan
(overall), urutan dari yang disukai sampai yang tidak disukai, yaitu sampel
568 dengan nilai 3,25; 942 dengan nilai 3,15; 471 dengan nilai 3,00; 387
dengan nilai 2,60; 592 dengan nilai 2,45 dan sampel kode 215 dengan nilai
2,35. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sampel kode 568 yang dibuat
dari susu segar dengan penambahan S. thermophilus adalah yoghurt yang
paling disukai. Karena yoghurt tersebut menghasilkan warna dan aroma yang
paling baik di antara sampel yoghurt yang lain.
Muawanah (2000) menyatakan bahwa yogurt berbahan dasar susu sapi
segar dan susu skim. Susu sebanyak 200 ml dipasteurisasi dengan metode
batch pada suhu 90C selama 15 menit setelah susu dipasteurisasi susu akan
diinokulasi dengan penambahan kultur yang mengandung S. thermophilus, L.
Bulgaricus serta campuran (S. thermophilus dan L. bulgaricus) dengan
konsentrasi penambahan 1,625% (v/v) dari total susu tiap sampel. Susu akan
diperam atau di inkubasi pada suhu inkubator yang berkisar 37C selama 10
jam.
Sifat organoleptik dari yoghurt dipengaruhi oleh starter yang digunakan.
Yoghurt dengan kultur tunggal S. thermophillus menyebabkan intensitas
sineresis dan rasa pahit yang cukup tinggi. Sineresis adalah istilah untuk
menunjukkan adanya pemisahan cairan dan padatan pada yoghurt. Menurut
Gililand (1985), bakteri L. bulgaricus selain mampu melepaskan asam amino
bebas untuk merangsang pertumbuhan S. thermophillus, juga mempunyai
aktivitas proteolitik yang berkontribusi pada tekstur dan flavor produk susu
fermentasi. Dengan demikian, tanpa adanya bakteri tersebut, maka
pembentukan tekstur yoghurt tidak sempurna, sehingga terlihat masih adanya
E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan analisis yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan dalam pembuatan yoghurt adalah susu, kultur Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Fungsi susu yaitu sebagai
media tumbuh kultur. Fungsi Streptococcus thermophilus sebagai
pembentuk rasa asam dan tekstur pada yoghurt. Dan fungsi Lactobacillus
bulgaricus sebagai pembentuk flavor, aroma dan citarasa pada yoghurt.
2. Pengaruh perbedaan jenis susu dan starter yang digunakan yaitu pH dan
kadar asam pada yoghurt yang dihasilkan berbeda-beda.
3. Proses
pembuatan
yoghurt
meliputi
homogenisasi,
pasteurisasi,
DAFTAR PUSTAKA
Analie. 2001. Yogurt As Probiotic Carrier Food. International Dairy Journal. Vol.
11, No. 117.
Chotimah, Siti Chusnul. 2009. Peranan Streptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yoghurt. Jurnal Ilmu
Peternakan. Vol. 4, No.2, Hal. 47- 52.
Ginting, Nurzainah; Pasaribu, Elsegustri. 2005. Pengaruh Temperatur dalam
Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dengan Menggunakan
Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Jurnal
Agribisnis Peternakan. Vol.1, No.2.
Ismayani, Yeni. 2006. Kreasi Favorit dengan Yoghurt. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Maitimu, C. V.; A. M. Legowo; A. N. Al-Barri. 2013. Karakteristik Mikrobiologis,
Kimia, Fisik dan Organoleptik Susu Pasteurisasi dengan Penambahan
Ekstrak Daun Aileru (Wrightia Calycina) Selama Penyimpanan. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2, No. 1.
Mena, Behannis, Kayanush J. Aryana. 2012. Influence of Ethanol on Probiotic
and Culture Bacteria Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus
thermophilus within a Therapeutic Product. Open Journal of Medical
Microbiology. Vol. 2, No. 70-76.
Rukmana, Rahmat. 2001. Yoghurt dan Karamel Susu. Kanisius. Yogyakarta.
Suryono dkk.. 2005. Studi Pengaruh Penggunaan Bifidobakteria terhadap Flavor
Yoghurt. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. 16, No. 1.
Suryono. 2010. Penambahan Tepung Porang (Amorphopallus Onchopillus) dan
Penyimpanan Chilling Terhadap Kualitas Yoghurt Drink. Universitas
Brawijaya, Malang
Utami. 2009. Kinetika Fermentasi Yoghurt yang Diperkaya Ubi Jalar (Ipomea
Batatas). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan kelompok 6 (Susu segar dengan S. thermophilus dan L.
bulgaricus)
Diketahui
: N NaOH
= 0,1 N
BM
= 90
Volume sampel
= 10 ml
Volume NaOH
= 1,9 ml
Ditanya
: % Asam
= .......?
Jawab
: % Asam
V . NaOH x N . NaOH x BM
V . Sampel x 1000
1,9 x 0,1 x 90
10 x 1000
= 0,171%
x 100%
x 100%
LAMPIRAN GAMBAR