Akuntansi Menengah
Akuntansi Menengah
Akuntansi Menengah
SAHAM
Misalnya pada tanggal 1 Agustus 2007 dibeli 100 saham preferen 14% dari PT
Rajawali @ Rp. 10.000 kurs 104. Provisi dan meterai Rp.5.025. DEviden
dibayarkan setiap akhir tahun. Pada tanggal 15 Pebruari 2008 saham tersebut
dijual kembali dengan kurs 102 dan biaya penjualan Rp. 4.025
Jurnal
Surat berharga – Saham Preferen Rp. 1.045.025
Kas Rp. 1.045.025
Perhitungannya
Harga kurs 104/100 ( 1.000.000 ) Rp. 1.040.000
Provisi dan meterai Rp. 5.025
Harga perolehan saham Rp. 1.045.025
Tanggal 31 Desember terima deviden
14% x Rp. 1.000.000 = Rp. 140.000
Kas Rp. 14.000
Pendapatan deviden Rp. 140.000
Tanggal 15 Peb 2008 dijual
Harga kurs 102/100 ( Rp. 1.000.000 ) Rp. 1.020.000
Biaya penjualan Rp. 4.025
Harga jual Rp. 1.015.975
Harga perolehan Rp. 1.045.025
Rugi penjualan Rp. 29.050
Jurnal
Kas Rp. 1.015.975
Rugi penjualan Rp. 29.050
Surat berharga – Saham preferen PT RAJA WALI Rp. 1.045.025.
PEMBELIAN SAHAM
Saham dapat diperoleh dengan bermacam cara, pembelian tunai, pertukaran
dengan aktiva lain. Masing-masing cara ini akan mempengaruhi harga pokok.
Contoh:
Pada tanggal 1 April Risa Fadila membeli 100 lb saham prioritas PT BINA
RIANI 6% nominal @ Rp. 10.000 dengan kurs 105. Biaya pembelian Rp.
50.000 Deviden dibayarkan setiap tanggal 31 Desember.
1 April
Penanaman modal dalam saham prioritas Rp. 1.100.000
Pendapatan deviden Rp. 15.000
Kas Rp. 1.115.000
Perhitungan
Harga kurs 105/100 ( Rp. 1 juta ) Rp. 1.050.000
Biaya pembelian Rp. 50.000
Harga beli Rp. 1.100.000
Deviden yang terhutang 1/1/ -1/4 ( 3 bln )
3/12 x 6% x Rp. Rp. 1juta Rp. 15.000
Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.115.000
Deviden terutang Rp. 15.000 didebeitkan pendapatan deviden. Cara ini
mengakibatkan seluruh deviden yang diterima 31 Des akan dikreditkan ke
rek pendapatan deviden.
31 Desember
Kas Rp. 60.000
Pendapatan deviden Rp. 60.000
( 6% x Rp. 1 juta )
Kadang-kadang pembelian saham dilakukan secara lumpsum / bersama-
sama. Yaitu dua macam saham atau lebih dibeli sekaligus dengan satu
jumlah harga. Masalah yang timbul dalam pembelian seperti ini adalah
bagaimanakah mengalokasikan harga beli kepada masing-masing jenis
saham. Alokasi harga beli dapat dilakukan dengan dasar sbb:
1. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi
didasarkan pada perbandingan jumah relatif masing-masing saham.
2. Jika diketahui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga
pasar saham yang diketahui diperlakukan sebagai harga pokok saham
tersebut dan sisanya merupakan harga pokok saham jenis lainnya.
3. jika masing-masing saham yang dibeli tidak diketahui maka alokasi
harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui
harga pasarnya.
Contoh
Risa Fadila membeli 50 blok saham dengan harga Rp. 25.000 perblok. Tiap
blok terdiri dari 1 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa.
a. Harga masing-masing jenis saham msalnya Rp. 12.500 saham prioritas
dan Rp. 4.500 saham biasa.
Saham prioritas 50 lb @ Rp. 12.500 Rp 625.000
Saham biasa 50 x 3 x Rp. 4.500 Rp. 675.000
Rp.1.300.000
Harga pokok saham prioritas =
625.000/1.300.000 ( 1.250.000 ) Rp. 600.960
Harga pokok saham biasa
675.000/1.300.000 ( 1.250.000 ) Rp. 649.040
Penanaman modal dalam saham prio Rp. 600.960
Penanaman modal dalam saham biasa Rp. 649.040
Kas Rp. 1.250.000
b. Harga pasar saham prioritas Rp. 12.500, saham biasa tidak diketahui
Harga beli saham Rp. 1.250.000
Saham prioritas 50 x Rp. 12.500 Rp. 625.000
Harga pokok saham biasa Rp. 625.000
Penanaman modal dalam saham prio Rp. 625.000
Penanaman modal dalam saham biasa Rp. 625.000
Kas Rp. 1.250.000
c. Harga pasar masing-masing belum diketahui
Penanaman modal dalam saham prio & biasa Rp.1.250.000
Kas Rp. 1.250.000
DEVIDEN
Deviden yang dibagi dapat berbentuk :
1. Uang tunai
2. Aktiva lain selain kas
3. Saham baru.
1. Deviden berbentuk Uang ( Tunai )
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2007 diumumkan pembagian deviden
Rp. 1 juta yang akan dibayar pada 15 Januari 2008
31 Desember 2007 Piutang deviden Rp. 1 juta
Pendapatan Deviden Rp. 1 juta
15 Januari 2008 Kas Rp. 1 juta
Piutang deviden Rp. 1 juta
2. Deviden yang berbentuk aktiva ( selain kas )
Misalnya Risa Fadila menerima pembagian deviden dari PT Bina Riani
berbentuk saham PT BIna Riana sebanyak 20 lembar. Pada saat pembagian
tersebut harga pasar saham Rp. 11.000. Penerimaan deviden ini dicatat oleh
Risa Fadila dengan jurnal
Penanaman modal dalam saham PT Bina Riana Rp. 220.000
Pendapatan deviden Rp. 220.000
3. Deviden Saham ( Stock Deviden )
MIsalnya tuan Alex pada bulan Agustus 2007 membeli 100 lb saham biasa
dari PT Risa Fadila dengan harga Rp. 900.000. Pada bulan Desember 2007
diterima deviden saham biasa 50%. Pada Jan 2008 dijual 20 lb dengan
harga Rp. 170.000
Jurnal yang diperlukan adalah
Agustus 2007
Penanaman Moal dalam saham biasa Rp. 900.000
Kas Rp. 900.000
Desember 2007
Jumlah saham 100 lb
Diterima sebagai deviden 50% 50 lb
Jumlah saham 150 lb
Harga pokok saham biasa menjadi Rp. 900.000 : 150 = Rp. 6.000 / lb
Pada kasus ini tidak ada jurnal hanya memo saja
Januari 2008
Harga jual 20 lb saham Rp. 170.000
Harga pokok 20 x Rp. 6.000 Rp. 120.000
Laba penjualan saham biasa Rp. 50.000
Kas Rp. 170.000
Saham biasa Rp. 120.000
Laba penjualan saham Rp. 50.000
OBLIGASI
Pencatatan Penanaman Modal dalam obligasi
Obligasi yang dibeli untuk tujuan penanaman modal jangka panjang dicatat
dengan jumah harga perolehannya yaitu harga beli ditambah semua biaya
pembelian seperti komisi, provisi dll. Apabila harga beli berbeda dengan
nilai nominal obligasi, selisihnya disebut agio atau disagio obligasi.
Apabila pembelian obligasi diantara pembayaran bunga, pembeli membayar
harga beli ditambah bunga berjalan yaitu bunga sejak tanggal pembayaran
bunga terakhir sampai tanggal pembelian obligasi. Pembayaran bunga
obligasi ini bukan merupakan harga perolehan obligasi.
Misalnya Risa Fadila membeli Obligasi PT Hartamin pada tanggal 1 Mei
2007 nominal Rp 1 juta bunga 12% dengan harga beli Rp. 1 juta. BIaya
pembelian yaitu komisi dan meterai Rp. 25.000. Bunga dibayarkan setiap
tanggal 1 maret dan 1 September.
Harga beli obligas Rp. 1.000.000
Biaya pembelian Rp. 25.000
Harga beli Rp. 1.025.000
Bunga berjalan 2 bln Rp. 20.000
Dibayarkan Rp. 1.045.000
Jurnalnya
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.025.000
Pendapatan bunga Rp. 20.000
Kas Rp. 1.045.000
Pada tanggal 1 September penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
Contoh lain
Pada tanggal 1 Maret 2007 dibeli obligasi nominal Rp. 1 juta bunga 12%
jatuh tempo 31 Desember 2007 dengan harga Rp. 966.000 termasukkomisi
dan meterai. Bunga obigasi dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli
tiap-tiap tahun. Pada tanggal 31 Desember 2009 obligasi tersebut dilunasi
oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi.
Harga beli Rp. 966.000
Bunga berjalan 2 bln Rp. 20.000
Jumlah uang yang dibayarkan Rp. 986.000
Disagio obligasi Rp. 1.000.000 – Rp. 966.000 = Rp. 34.000
diakumulasikan selama umur obligasi yaitu 34 bulan ( 1 maret 2007 s.d 31
Desember 2009 ). Akumulasi disagio setiap bulan Rp. 34.000 : 34 = Rp.
1.000, maka jurnal yang dibuat adalah sbb:
1 Maret 2007 Pembelian Obligasi
Penanaman modal dalamobligasi Rp. 966.000
Pendapatan bunga Rp. 20.000
Kas Rp. 986.000
1Juli 2007 Penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
31 Des 2007 Penyesuaian
a. Mencatat bunga 6 bulan
Piutang bunga obligasi Rp. 60.000
Pendapatan bunga obligasi Rp. 60.000
b. Akumulasi disagio 10 bulan ( 10 x Rp. 1.000 )
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 10.000
Pendapatan bunga Rp. 10.000
Demikian seterusnya untuk tahun 2008 dan tahun 2009. Khusus tahun
2009 yaitu 31 Desember 2009 pada saat pelunasan akan dijurnal
Kas Rp. 1.000.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000
Contoh berikutnya
Pada tanggal 1 April 2007 dibeli obligasi nominal Rp. 1.000.000 bunga
12%, jatuh tempo 31 Desember 2009 dengan harga Rp. 1.066.000
termasuk biaya komisi dan meterai. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1
Maret dan 1 September. Pada tanggal jauh tempo obligasi tersebut dilunasi.
Harga beli obligasi Rp. 1.066.000
Bunga berjalan 1 bulan Rp. 10.000
Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.076.000
Agio obligasi Rp. 1.066.000 – Rp. 1.000.000 = Rp. 66.000 akan
diamortisasi selama kepemilikan obligasi 33 bulan ( 1 April 2007 s.d 31 Des
2009 )
Amortisasi setiap bulan Rp. 66.000 : 33 = Rp. 2.000
Jurnal yang diperlukan
1 April 2007. Pembelian Obligasi
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.066.000
Pendapatan bunga Rp. 10.000
Kas Rp. 1.076.000
1 September 2007 Penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
31 Desember 2007 Penyesuaian
a. Bunga 4 bulan
Piutang bunga Rp. 40.000
Pendapatan bunga Rp. 40.000
b. Amortisasi 9 bulan ( 9 x Rp. 2.000 = 18.000 )
Pendapatan bunga obligasi Rp. 18.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 18.000
Demikian seterusnya untuk th 2008 dan th 2009, 31 Desember 2009
Kas Rp. 1.000.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000
Bunga berjalan 1 bln = 1/12 x 12% x Rp. 1.000.000 Rp. 10.000
Uang diterima Rp. 1.015.000 + Rp. 10.000 = Rp. 1.025.000
JUrnal yang diperlukan
a. Mencatat amortisasi 3 bln
Pendapatan bunga Rp. 6.000
Penanaman modal dlm obligasi Rp. 6.000
b. Mencatat penjualan dan penerimaan bunga
Kas Rp. 1.025.000
Rugi penjualan Rp. 3.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.018.000
Pendapatan bunga obligasi Rp. 10.000
Penjualan Obligasi sebelum tanggal jatuh tempo
Apabila obligasi yang dimiliki dengan tujuan untuk penanaman modal jangka
panjang dijual sebelum jatuh tempo, maka perhitungan rugi laba penjualan
tersebut didasarkan pada jumlah uang yang diterima dengan nilai buku
obligasi. Nilai buku dihitung dengan cara: Harga perolehan obligasi dtambah
dengan akumulasi disagio sampai dengan tanggal penjualan atau harga
perolehan dikurangi dengan amortisasi agio sampai dengan tanggal
penjualan.
Contoh:
Obligasi yang dibeli dalam contoh diatas pada tanggal 1 April 2009 dijual
dengan harga Rp. 1.015.000 sudah dikurangi dengan biaya.
Harga perolehan Rp. 1.066.000
Amortisasi agio
th 2007 9 bln x Rp. 2.000 Rp. 18.000
th 2008 12 bln x Rp. 2.000 Rp. 24.000
th 2009 3 bln x Rp. 2.000 Rp. 6.000 Rp. 48.000
Nilai buku Obligasi Rp. 1.018.000
Harga jual Rp. 1.015.000
Rugi penjualan Rp. 3.000
HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan hutang-hutang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau
dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.
Dalam hutang jangka panjang termasuk didalamnya adalah obligasi.
Utang wesel jangka panjang, hipotik, uang muka perusahaan afiliasi dll.
Hutang jangka pangnaj timbul biasanya karena adanya kebutuhan dana
untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja
permanen, membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi
hutang-hutang lain.
HUTANG OBLIGASI
Apabila perushaan membutuhkan tambahan modal tetapi tidak dapat
melaukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari hutang
jangka panjang. Dalam hal sulit mencari hutang yang jumlahnya besar dari
satu sumber, perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi
ini akan dapat dijual bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang
akan dapat tetap beridiri selama jangka waktu beredarnya obligasi
tersebut.Harga jual obligasi tergantung dari tarif bunga obligasi, semakin
besar bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya.
PENCATATAN PENGELUARAN OBLIGASI
Obligasi yang dilekuarkan dicatat dalam rekening sebesar nilai nominal. Dalam
halharga jual obligasi tidak sama dengan nilai nominal, selisihnya dicatat tersendiri
yaitu agio obligasi jika diatas nilai nominal dan disagio obligasi jika dibawah nilai
nominal.
Pengeluran Obligasi juga dapat dicatat dengan dua cara;
a. Yang dicatat hanya obligasi yang terjual b. Yang dicatat obligasi yang terjual
mauoun yang belum terjual.
Contoh a.
Pada 1 Januari 2007 PT BINA RIANI Tbk menrencanakan pengeluaran obligasi Rp. 1
juta dengan bunga 10%. Obligasi akan dijual dengan waktu yang berbeda-beda
tergantung pada kebutuhan uang mislanya sbb:
18 Juli
Obligasi nominal Rp. 100.000 Kas Rp. 99.000
dijual dengan kurs 99 Dis agio Obli Rp. 1.000
Obl yang blm terjual Rp. 100.000
Kadang-kadang penualan oigas dilkaukan dengancara pesanan lebih dahulu, dimana
pembeli membayar uang muka dan akan melunasi pada tanggal btertntu.
a. Yang terjual saja yang dicatat.
Utang
Utang Dagang X
Utang Biaya X
Utang deviden kas X
Uang muka langganan X
Utang kerugian kontrak pembelian perusahaan X
Utang dengan jaminan X
Kontrak penjualan X
Pos-pos non moneter dinyatakan kembali menurut harga konstan dengan
mengalikan harga perolehan historical cost pos yang bersangkutan dengan
faktor konversi indeks harga yaitu;
Indeks Harga Tahun Berjalan
Indeks harga pos non moneter diperoleh
Sebagai contoh apabila sebuah gedung diperoleh pada tahun 1990 dengan
harga Rp 1 juta dan didepresiasi setiap tahun Rp. 20.000, indeks harga
tahun 1990 sebesar 120 dan indeks harga pada th 2007 adalah 180, pada
31 Desember 2007 disajikan di Neraca sbb:
I= Pn/Po
X 100
dimana N N
= Jumlah barang yang harganya dibandingkan.
3. Persentase harga barang tertentu pada periode berjalan dibandingkan
dengan harga barang pada tahun dasar, dengan faktor penimbang.
Pn/Pg
I= X 100
Po/Pg
Investasi sekutu dapat dilakukan dalam bentuk uang kas atau aktiva lainnya seperti
ditetapkan dalam kontrak. Apabila aktiva yang ditanamkan bukanuang kas,maka
penetapan nilai untuk aktiva demikian harus dilakukan dengan persetujuan sekutu.
Aktiva dibukukan atau dicatat sesuai dengan persetujuan, dan perkiraan modal
masing-masing sekutu dikredit sebesar jumlah masing-masing investasi.
Laba dan rugi pada umumnya dibagi dengan salah satu cara berikut ini :
a. Laba / rugi di bagi rata
Misalnya Fa A dan B memperolah laba Rp. 36.000. Buku masing-masing sekutu
seperti berikut ini
Modal Sekutu A Modal Sekutu B
1 Jan 50.000 1 Maret 5.000 1 jan 70.000
1 April 10.000 1 Nop 10.000
Misalkan pada akhir periode aktiva dicairkan tidak lebih dari Rp. 42.000,
Sehingga gagal untuk menetapkan goodwill. Jika metode good will digu
nakan untuk membukukan investasi F, maka kegagalan untuk merea
lisasikan goodwill akan menimbulkan kerugian yang dapat dibebankan ke
pada sekutu-sekutu dalam ratio laba dan rugi.
2. Good will
Akan tetapi misalkan bahwa sekutu D dan E tidak menghendaki modal mereka
berkurang, kendati mereka bersedia memberikan kepentingan 2/5 bagian dalam
perusahaan kepada sekutu F atas investasinya Rp. 12.000. Saldi modal sekarang
sukutu dapat digunakan sebagai dasar penerapan kepentingan yang harus diberikan
kepada sekutu F dan goodwill yang ia pertimbangkan. Jika jumlah modal sekutu D
dan E Rp. 30.000, menyatakan 3/5 dari total modal, maka total modal adalah Rp.
50.000
dan kepentingan F menjadi Rp. 20.000
Kas Rp. 12.000
Goodwill Rp. 8.000
Modal F Rp. 20.000
LIKUIDASI
Proses likuidasi suatu perusahaan biasanya terdiri dari pecairan sebagan atau
seluruh aktiva menjadi uang kas, penyelesaian dengan kreditur, dan pembagian sisa
aktiva kepada kelompok pemilikan. Pencairan aktiva menjadi uang kas tersebut
disebut realisasi, sedangkan pembayaran tuntutan – tuntutan disebut likuidasi. Istilah
likuidasi juga digunakan dalam arti luas untuk menyatakan proses likuidasi tuntas.
Prosedur Dalam Likuidasi
Apabila suatu persekutuan Firma harus dilikuidir, maka buku-buku harus disesuaikan
dan ditutup, kemudian pendapatan neto atau rugi neto untuk periode itu harus
dipindah bukukan keperkiraan modal masing-masing sekutu, kemudian firma siap
dilikuidir.
Apabila aktiva dicairkan menjadi uang kas,maka selisih antara nilai buku dan jumlah
terealisir menyatakan laba atau rugi yang harus diperuntukkan atau dibebankan
kepada sekutu dalam rasio laba atau rugi.
Pembyaran Kepada Sekutu Setelah Realisasi Selesai
Contoh. Fa A,B,C,D memutuskan untuk melikuidir diri. Semua Aktiva firma ini harus
dicairkan menjadi uang kas. Sekutu A,B,C,D membagi laba dan rugi dalam rasio
30,30,20 dan 20 prosen. Daftar Neraca per 1Mei 2007 tepat sebelum likuidasi sbb:
Aktiva Pasiva dan Modal
Kas 10.000 Pasiva 75.000
Aktiva lainnya 180.000 Pinjaman B 6.000
Pinjaman D 5.000
Modal A 42.000
Modal B 31.500
Modal C 20.500
Modal D 10.000
Total Aktiva 190.000 Total Pasiva 190.000
Dengan asumsi bahwa aktiva – aktiva firma direalisisr dengan jumlah – jumlah kas
yang berbeda – beda sbb:
1. Realisasi aktiva sebesar Rp. 140.000 4. Realisasi aktiva sebesar Rp. 80.000
2. Realisasi aktiva sebesar Rp. 120.000 5. Realisasi aktiva sebesar Rp. 60.000
3. Realisasi aktiva sebesar Rp. 100.000
1. Realisasi aktiva Rp. 140.000, sedangkan nilai buku Rp. 180.000, maka rugi Rp.
40.000 ditangung oleh para sekutu dengan rasio 30,30,20 dan 20
Jurnal
a. Penjualan aktiva Kas 140.000
Modal A 12.000
Modal B 12.000
Modal C 8.000
Modal D 8.000
Aktiva lainnya 180.000
b. Pembayaran kepada kreditur Pasiva 75.000
Kas 75.000
c. Pembayaran kepada sekutu
Pinjaman B 6.000
Pinjaman D 5.000
Modal A 30.000
Modal B 19.500
Modal C 12.500
Modal D 2.000
Kas 75.000
ikhtisar Likuidasi ( dalam raibuan )
Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man man A B C D
B D
Saldi sblum lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penjualan
aktiva 140 (180) (12 ) ( 12 ) (8) (8)
75 00 6 5 30 19.5 12.5 2
Pembayaran
kpd para
sekutu (75) (6) (5) ( 30 ) (19.5) (12.5 ) (2)
2. Aktiva terealisasi Rp. 120.000
ikhtisar Likuidasi ( dalam raibuan )
Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man man A B C D
B D
Saldi sblum lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penjualan aktiva 120 (180) (18) (18) (12) (12)
Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man B man A B C D
D
Saldi sblm lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penj aktiva 100 (180) (24) (24) (16) (16)