Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Darah Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Berdasarkan data praktikum kali ini didapatkan bahwa kadar hemoglobin

mencit yang di dapatkan yaitu 3,1 gr/dl. Jumlah leukosit pada mencit yang
didapatkan yaitu 4.125 sel/mm3, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Villee
(1988) yang menyatakan jumlah leukosit pada mencit adalah 4-11 ribu sel/mm3.
Jumlah eritrosit yang didapatkan yaitu 6.410.000 sel/mm 3 hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Hoffbrand (1987) yang menyatakan bahwa standar kadar
eritrosit pada mamalia 3,9-6,5 juta sel/mm3.
Ville, C A, Walker, W. F., Jr, and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Eritrosit (sel darah merah) berperan dalam pengangkutan oksigen,


leukosit (sel darah putih) berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh, dan
platelet (keping darah/trombosit) berperan dalam homeostasis (Yuwono, 2001).
Bentuk eritrosit pada beberapa hewan vertebrata berbeda. Eritrosit mamalia tidak
memiliki inti, sedangkan eritrosit vertebrata lain berinti. Eritrosit pada mamalia
hidup selama 100 hari. Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada
eritrosit, dengan perbandingan 1:700(Kay, 1998).
Fungsi sel darah putih yaitu sebagai perlindungan tubuh dari serangan
infeksi atau dengan kata lain sebagai antibodi (Kimball, 1983). Leukosit
mempunyai dua tipe yaitu granuler dan agranuler. Darah tersusun atas
komponen cair yang berupa plasma dan komponen korpuskuler yang berupa selsel darah. Plasma darah mengandung ion-ion dan molekul-molekul organik.
Bagian penyusun terbesarnya adalah air yang mencapai 90% dari seluruh
komponen yang menyusun plasma. Sisanya adalah zat-zat terlarut yang terdiri
atas protein (fibrinogen, globulin, albumin), elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-,
HCO32-, PO43-, SO42-), senyawa protein non-nitrogen (urea, asam urat, kreatin,
kreatinin, garam-garam amonium, nutrien (glikosa, lemak, asam amino), gas-gas
darah (oksigen, karbondioksida, nitrogen), dan zat-zat pengatur (hormon, enzim))
(Yuwono, 2001).
Fungsi dari larutan Turk pada praktikum kali ini adalah , larutan Hayem
sebagai,Etil Diamin Tetra Acetid Acid (EDTA)sebagai zat anti koagulasi dan
larutan HCl 0,1 N sebagai . Sedangkan fungsi dari haemometer dan
haemositometer adalah untuk menghitung jumlah leukosit dan eritrosit yang
dilihat melalui mikroskop cahaya, tabung Sahli sebagai alat untuk mengukur

kadar hemoglobin darah hewan uji, cawan petri sebagai wadah penyimpanan
darah hewan uji, batang pengaduk untuk menghomogenkan larutan HCl dengan
darah hewan uji pada tabung Sahli, pipet thoma eritrosit dan pipet thoma leukosit
untuk mengambil eritrosit dan leukosit yang akan di uji, spuit injeksi berfungsi
untuk mengambil darah hewan uji dan hand counter sebagai alat penghitung
jumlah sel eritrosit dan leukosit yang dilihat melalui mikroskop cahaya.
Berdasarkan

data

praktikum

tersebut

terdapat

perbedaan

kadar

hemoglobin, jumlah leukosit dan eritrosit dalam darah. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, aktivitas dan kondisi lingkungan sedangkan
jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, variasi harian,
ketinggian tempat dan tekanan emosional. Jumlah leukosit jauh lebih kecil
dibawah eritrosit dan bervariasi tergantung dari spesies atau jenis hewannya.
Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap organ-organ asing. Bila tersuspensi dalam sirkulasi darah mereka
berbentuk steris, tetapi mampu bersifat amoboid. Melalui proses diapedesis
leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel
dan menembus ke dalam jaringan ikat (Kastowo, 1982).

Kay, I. 1998. Animal Physiology. Bios Scientific Publisher, USA.


Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid II.Erlangga , Jakarta.
Sihombing, Marice, Sulistyowati Tuminah. 2011. Perubahan Nilai Hematologi,
Biokimia Darah, Bobot Organ, dan Bobot Badan Tikus Putih pada Umur
Berbeda. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.

Darah

adalah

matrik

cairan

dan

merupakan

jaringan

pengikat

terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah
terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa
dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah
merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel
yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel

yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran


sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan
tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut
(Pearce, 1989). Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 5070%, eosinofil 2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto,
2002). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi dalam
pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel
darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmenfragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang
disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang
disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan
mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang
terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi
organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak
normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu
penyakit (Pearce, 1989).
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam
darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan
berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan
bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga
merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson,
1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. NSel darah merah terbentuk di dalam
sumsum tulang (Pearce, 2002).
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang
lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,
variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan
oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan Brown
(1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya
banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang
lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya
aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki
eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan

mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi


sebagai transport oksigen dalam darah(Guyton, 1995).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).
Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh
untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa
kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap
setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995).
Jumlah normal leukosit pada mamalia adalah rata-rata 4.000.000 11.000.000 sel/mm3, jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000
sel/mm3dan jumlah leukosit ikan adalah 20.000-150.000 sel/mm3. Sedangkan
untuk jumlah leukosit tikus putih normal adalah 16.000 40.000 sel /
mm3(Guyton, 1995).
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan
rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti,
disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit ratarata 4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan
ini disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut
leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan
penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda
asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit
apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan
eritrositnya (Pearce, 1989). Sel darah putih berperan dalam melawan infeksi
(Kimball,1988).
Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena
leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat
terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau
disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit
dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga
bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, dan

lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah
eritrosit dan leukosit (Pearce, 1989).
Untuk pengukuran eritrosit digunakan larutan Hayem, untuk pengenceran
eritrosit. Sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan menggunakan larutan
Turk. Sebelum darah digunakan untuk percobaan, darah ditambah dengan larutan
EDTA agar darah tidak mudah menggumpal(Darmadi,2009).
Hemositometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan
perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang
rendah. Hemasitometer pada mulanya diperuntukkan untuk menghitung sel darah,
yang ditemukan oleh Louis-Charles Malassez. Bentuknya terdiri dari 2 counting
chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan
kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut nantinya akan
ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber
floor.Penghitungan konsentrasi sel pada hemasitometer ini bergantung pada
volume dibawah coverslip. Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1
mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil
sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapaun
kotak

yang

paling

kecil

berfungsi

untuk

mempermudah

perhitungan

sel(Darmadi,2009).
Leukosit tinggi umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi.
Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah,
yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan
infeksi
Pada perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit, praktikan secara khusus
menggunakan beberapa alat yang teriri dari pipa Thoma dan Hemosytometer.
Kedua alat ini memiliki peran masing-masing. Pipa Thoma yang digunakan dalam
praktikum kali ini ada dua jenis, yaitu pipa Thoma putih dan Pipa Thoma Merah.
Perbedaan antara pipa Thoma putih dan pipa Thoma merah terletak pada warna
tempat penghisap pada pipa, warna butiran pengocok yang ada didalam pipa
Thoma. Jika warna penghisap pipa Thoma dan warna butiran pengocok juga
merah, maka pipa Thoma itu digunakan untuk mengmbil eritrosit. Sedangkan, jika
warna penghisap pipa Thoma dan warna butiran pengocok juga putih, maka pipa

Thoma itu digunakan untuk mengmbil Leukosit. Dengan demikian maka secara
khusus dalam praktikum ini pipa Thoma digunakan untuk mengambil darah dan
sekaligus tempat pengenceran darah dengan metode hisapan kemudian kocokan.
Selanjutnya, alat yang digunakan adalah Hemocytometer. Hemocytometer adalah
alat utama dalam praktikum ini, karena dengan alat ini praktikan dapat
menentukan dan menghitung jumlah sel darah. Hemositometer adalah suatu alat
yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat
digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Bentuknya terdiri dari 2 counting
chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan
kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut nantinya akan
ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber floor. Pada
chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana
satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut
memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapaun kotak yang paling kecil berfungsi
untuk mempermudah perhitungan sel. Dalam praktikum ini, kotak yang
digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di
tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih
kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang
terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan
sisi mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan
jumlahnya juga jarang maka kotak pengamatannya juga harus lebih besar
sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit
ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan
terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan
menyulitkan perhitungan.
Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. Japan : St Burst The Moshy Co
Toppon Co Ltd.
Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta : UI
Press.
Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele
(Clarias gariepinus). Bandung:Marine Science Padjadjaran University
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia.:Lea and
Febiger.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.


Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. Toronto: W. B. Saunders Company
Philadelphia London.
Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :Penerbit EGC.
Kimball, J.W. 1988. Biologi. Jakarta.:Erlangga
Kimball, Jhon W. 1999. Biologi. Jakarta.:Erlangga
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ramesh, M. et al, 2008. Haematological and Biochemical Response in a Freshwater
Fish Cyprinus carpio Exposed to Chorlpyrifos. International journal of
Integrative Biology. India.
Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. New York: Harper Collins
Publisher.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed.
Pada praktikum ini digunakan dua larutan yaitu larutan hayem yang
digunakan sebagai larutan pengencer untuk menghitung eritrosit sedangkan pada
leukosit larutan yang digunakan adalah larutan turk. Larutan Hayem terdiri dari
Natrium Sulfat yang merupakan zat anti koagulan yang akan mencegah terjadinya
aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5 gr berfungsi untuk melisiskan leukosit dan
trombosit, sehingga yang dapat diamati eritrosit saja. Larutan Natrium clorit 1 gr
bersifat isotonis pada eritrosit (Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin
40 % yang berfungsi untuk mengawetkan / mempertahankan bentuk discoid
eritrosit. Kandungan larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal
sebagai larutan Formasitrat. Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Isotonis pada eritrosit


Untuk pengencer eritrosit
Merintangi pembekuan
Memperjelas bentuk eritrosit
Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi
(Syaifuddin,1997)

Pada leukosit, digunakan larutan Turk, karena larutan ini terdiri atas asam
asetat 2 % berfungsi untuk melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga hanya
leukosit yang bisa diamati; dan gention violet 1 % yang memberikan warna ungu
muda pada inti dan sitoplasma granula leukosit, sehingga jelas dibawah
mikroskop dan memudahkan perhitungan. Untuk pengenceran leukosit, darah
yang keluar dari luka dihisap hingga skala 0.5. Lalu dihisap larutan Turk hingga
skala 11. Yang berarti dalam praktikum ini digunakan pengenceran 20 kali.
Larutan turk ini berfungsi sebagai :
1. Memberi warna putih pada inti dangranula eritrosit
2. Memecah eritrosit dan granula tetapi tidak memecah leukosit (Syaifuddin,1997)
Menghisap larutan sampai larutan dalam pipet mencapai angka 100. Setelah itu
mengocok selama 3 menit, kemudian membuang beberapa tetes larutan dari pipet
dengan menempelkan pada kertas hisap. Untuk mengamati sel darah merah dan
sel darah putih, menyentuhkan ujung pipet pada ruangan udara antara
haemocytometer dengan gelas penutupnya. Kemudian mengamati dibawah
mikroskop dan menghitung jumlah sel darah merah atau sel darah putih dengan
masing - masing pada lima petak perhitungan pada haemocytometer.
Jumlah sel eritrosit dan leukosit berbeda beda, hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Nutrisi
bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki sel
darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi.
2. Usia / umur
jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta/ml. Ketika bayi tersebut
tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta/ml, kemudian naik lagi pada
orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta/ml.
3. Faktor lingkungan
di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah. Hal ini
dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak
sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar
hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan
protein yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki
daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida.
4. Aktivitas

orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak
sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
5. Jenis kelamin
perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada laki laki.
Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi.
Kesalahan yang terjadi pada saat melakukan perhitungan dalam melakukan
percobaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu seperti kesalahan
teknis yang dilakukan oleh praktikan, ataupun peralatan. Kesalahan teknis yaitu
adanya gelembung pada saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga
bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga
volume darah yang diambil tidak sesuai dengan skala yang ditentukan. Pada saat
melakukan pengocokan, kurang homogen sehingga menyebabkan sel darah
menjadi sulit diamati karena sel darah saling bertumpuk atau tidak ada karena
mungkin yang masuk pada haemacytometer adalah larutan pengencernya saja.
Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang digunakan memiliki fokus
kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, selain itu pipet sel darah yang
digunakan pada ujungnya terdapat sisa darah ataupun terdapat cairan didalamnya
sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kimball, J.W. 1988. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomy & Physiology for Nurses. Terjemahan oleh Sri Yuliani
Handoy. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.
Siswanto. 2011. Gambaran Sel Darah Merah Sapi Bali (Studi Rumah Potong). Buletin
Veteriner Udayana. Laboratorium Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan, Univ. Udayana Denpasar, Bali. ISSN : 2085-2495 Vol. 3 No.2. :99-105
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suhermanto, Akhmad. 2011. Pemberian Total Fenol Teripang Pasir (Holothuria scabra)
untuk Meningkatkan Leukosit dan Diferensial Leukosit Ikan Mas (Cyprinus
Carpio) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Kelautan. Faculty
of Fisheries and Marine
University of Brawijaya Science. ISSN : 1907993149. Volume 4, No.2
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat. Buku Kedokteran Jakarta:
EGC.
Tim dosen. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Jember: Jember University Press.
Titik, Mulyani, et all. 2012. Pengaruh Penangkaran Terhadap Profil Eritrosit LumbaLumba Hidung Botol Dari Perairan Laut Jawa. Jurnal Sain Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. ISSN : 0126 0421 JSV 30 (1)
Wajizah, Siti. 2013. Hewan Profil Lemak Plasma dan Nilai Hematologi Tikus Sprague
dawley dengan Suplementasi Amida Minyak Ikan. Jurnal Kedokteran. Banda
Aceh: Universitas Syiah Kuala. ISSN : 1978-225X.
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat
terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur

yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen,
leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan
pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam
homeostasis (Frandson, 1992).
Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan
leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat
menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut. Darah sangat
penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah
mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme
sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989). Transport oksigen
dalam darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi
biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah
merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmenfragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair
yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur
darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga
dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian
yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball,
1988).
Eritrosit mempunyai fungsi sebagai penyuplai oksigen dalam darah dan
dalam darah terkandung hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu senyawa
protein yang mengandung pigmen porpirofin merah (heme) yang masingmasing mengandung atom Fe ditambah dengan globin yang merupakan
protein globular yang terdiri atas rantai asam amino. Hemoglobin sendiri
berfungsi untuk mengatur oksigen pada mamalia dan vertebrata (Kimball,
1991). larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit, larutan
hayem digunkan untuk mengencerkan eritrosit, larutan HCl untuk
menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa hernatin asam
yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin, akuades digunakan
sebagai pengencer dan larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan
darah yang menggumpal. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa
penggunaan konsentrasi garam EDTA yang berbeda dapat menyebabkan
perbedaan kuantitas maupun kualitas hasil pemeriksaan. Lamanya
penundaan pemeriksaan juga dapat memberikan hasil yang berbeda
untuk parameter tertentu (Aulia, 1988).
Apsari, Ida A. P dan I. M. D. Arta. 2010. Gambaran Darah Ayam buras yang
terinfeksi Leucocytozon. Jurnal Veteriner 11(2) : 114-118.

Aulia, D. 1988. Pengaruh lamanya Penyimpanan Darah dengan Antikoagulan


Tripotassium Ethylene Diamine Tetracetic Acid (K3Edta) dalam Tabung
Vacuette terhadap beberapa Parameter Hematologi. Perpustakaan Pusat
UI, Jakarta.
Bavelender, G. A. dan A. R. Judith. 1979. Dasar-dasar Histologi Edisi 8.
Erlangga, Jakarta.
Bryon, A. S and Doroth. 1973. Text Book of Physiology. St Burst The Moshy Co
Toppon Co Ltd, Japan.
Dukes, H. H. 1995. The Phisiology of Domestic Animals. Constock Publishing
Associates, New York.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Handayani, L., Irianti, N dan Yuwono, E. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan
Lemuru terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung.
Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1) : 39-46.
Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit ECG. Jakarta.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Lagler, K. F. 1997. Ichthyology. Jhn Willey and Sons, Canada.
Moyle, P. B and J. J Cech. 2001. Fisher and Introduction to Ichtyology 4 th.
Prentice, Inc. London.
Nurcholis, A., Aziz, M. dan Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk
Menghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECIS
7(1).
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Ramesh, M and M Saravanan. 2008. Haematological and Biochemical Biology
responses in a freshwater fish Cyprinus carpio exposed to chlorpyrifos.
International Journal of Integrative Biology.
Soetrisno. 1999. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed,
Purwokerto.
Ville, C. A, Walker, W and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Erlangga,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai