Ipb Gluten Free
Ipb Gluten Free
Ipb Gluten Free
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Jumlah Air dan
Jenis Hidrokoloid terhadap Formula Roti Tawar Mini Bebas Gluten Berbasis Tepung
Beras, Pati Jagung, dan Pati Singkong adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Roti bebas gluten adalah solusi untuk mengatasi celiac disease dan penyakit
lain yang membutuhkan pangan bebas gluten. Tujuan dari penelitian ini adalah
melihat pengaruh jenis hidrokoloid dan jumlah air yang ditambahkan terhadap
kualitas fisik roti bebas gluten. Roti dibuat dari campuran; tepung beras, pati
jagung, dan pati singkong. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan air (75
%, 80 %, 85 %) dan jenis hidrokoloid (CMC, gum xanthan). Parameter yang
diamati adalah volume spesifik, kekerasan, elastisitas, kohesivitas, dan
karakteristik pasting. Pemilihan produk terpilih menggunakan parameter analisis
kualitatif dan karakter fisik roti yang memiliki hasil terbaik. Formula terpilih
adalah roti bebas gluten dengan penambahan air 85 % dan penggunaan gum
xanthan, crumb dan crust yang terbentuk lebih baik, nilai volume spesifik 3.31
0.21 gr/ml, kekerasan 24.79 3.85 N, elastisitas 93.64 1.37 %, dan kohesivitas
68.27 1.46 %. Produk terpilih diamati proksimat dan kadar patinya, serta
karakter adonannya menggunakan farinograph dan extensograph.
Kata kunci: roti bebas gluten, tepung beras, pati jagung, pati singkong,
hidrokoloid, jumlah air
ABSTRACT
Keywords: Gluten free bread, rice flour, corn starch, cassava starch,
hydrocolloid
PENGARUH JUMLAH AIR DAN JENIS HIDROKOLOID
TERHADAP FORMULA ROTI TAWAR MINI BEBAS
GLUTEN BERBASIS TEPUNG BERAS, PATI JAGUNG, DAN
PATI SINGKONG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas segala
limpahan kasih dan sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah
Pengaruh Jumlah Air dan Jenis Hidrokoloid terhadap Formula Roti Tawar Mini
Bebas Gluten Berbasis Tepung Beras, Pati Jagung, dan Pati Singkong.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 8
Latar Belakang 8
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Bahan 3
Alat 3
Tahap Penelitian 3
Metode Analisis 6
Rancangan dan Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 26
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
1 Formula roti tawar terigu 3
2 Formula roti tawar bebas gluten 5
3 Parameter fisik roti tawar terigu 9
4 Perbandingan Hasil Proksimat Roti Tawar Terigu dan Bebas Gluten 11
5 Perbandingan Hasil Proksimat Roti Tawar Terigu dan Bebas Gluten
dengan Penambahan Gum Xanthan dan Air 85% 19
6 Perbandingan Karakteristik Adonan Roti Tawar Terigu dan Bebas
Gluten 20
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir proses pembuatan roti 4
2 Diagram alir proses pembuatan roti tawar bebas gluten 5
3 Profil Pasting Campuran Tepung dan Hidrokoloid 10
4 Crumb dan Crust Roti Tawar Bebas Gluten 13
5 Pengaruh jenis hidrokoloid dan penambahan air terhadap volume
spesifik roti tawar 14
6 Pengaruh jenis hidrokoloid dan penambahan air terhadap kekerasan roti
tawar 16
7 Pengaruh jenis hidrokoloid dan penambahan air terhadap elastisitas roti
tawar 17
8 Pengaruh jenis hidrokoloid dan penambahan air terhadap kohesivitas
roti tawar 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Parameter Fisik Roti Tawar Bebas Gluten 26
2 Hasil Uji Karakteristik Adonan 26
3 Analisis Statistik Parameter Fisik Roti Tawar Bebas Gluten 28
4 Analisis Statistik Uji Duncan untuk Parameter Fisik Roti Bebas Gluten
dan Profil Pasting 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pada roti tawar. Jumlah air yang tepat pada formula roti tawar bebas gluten akan
meningkatkan nilai volume spesifik roti, mengurangi tingkat kekerasan roti, dan
meningkatkan nilai elastisitas roti (Hera et al. 2013).
Hidrokoloid dalam formula roti bebas gluten digunakan sebagai bahan
pengganti fungsi gluten, yaitu membentuk lapisan tipis yang nantinya akan
menahan gas CO2 yang terbentuk dari proses fermentasi. Beberapa jenis
hidrokoloid telah digunakan dalam formulasi roti tawar bebas gluten, yaitu
hydroxypropylmethylcellulose (HPMC), methylcellulose (MC), psyllium gum,
locust bean gum, guar gum, carboxymethylcellulose (CMC), dan gum xanthan.
CMC merupakan salah satu jenis hidrokoloid yang mampu memperbaiki kualitas
roti bebas gluten. Dengan kemampuan untuk menyerap air, CMC mampu
membentuk jaringan yang dapat menyatukan komponen adonan roti bebas gluten.
CMC mampu meningkatkan volume roti dan memberikan nilai yang baik pada
porositas dan elastisitas crumb (Lazaridou et al. 2007). Gum xanthan dalam
pembuatan roti mampu membentuk lapisan film tipis dengan pati sehingga dapat
berfungsi seperti gluten dalam roti. Hasil interaksi ini mampu meningkatkan umur
simpan, menghasilkan struktur crumb yang baik dan mempertahankan
kelembaban (Whistler dan Be Miller 1993).
Perumusan Masalah
Roti bebas gluten merupakan salah satu solusi bagi para penderita celiac
disease yang menerapkan pola makan bebas gluten. Namun, roti bebas gluten
memiliki kekurangan dalam hal parameter kualitas fisik roti, sehingga diperlukan
beberapa modifikasi terhadap formula roti bebas gluten untuk mendapatkan
kualitas roti bebas gluten yang lebih baik secara fisik.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya,
diketahui bahwa jumlah air dan jenis hidrokoloid merupakan variabel yang
memberi pengaruh pada kualitas fisik roti tawar bebas gluten. Faktor penambahan
air berperan dalam pembentukan adonan agar jumlah air cukup untuk proses
pengolahannya dan semua komponen formula roti tawar bebas gluten dapat
tercampur. Hidrokoloid dalam formula roti tawar bebas gluten berperan sebagai
pengganti fungsi gluten, yaitu mampu membentuk lapisan tipis untuk menahan
gas yang terbentuk selama proses pembuatan roti tawar.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Memperoleh formula roti bebas gluten dengan parameter fisik roti dengan
volume yang besar, crumb yang halus, elastisitas dan kohesivitas yang baik, serta
memperoleh informasi mengenai karakter adonan, nilai proksimat, dan kadar pati
formula terpilih roti tawar bebas gluten.
3
METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari tepung beras Rose Brand, pati
jagung Maizenaku, pati singkong Tapioka Gunung Agung, air, putih telur, susu
bubuk, ragi fermipan, dan bahan kimia yang digunakan untuk analisis proksimat.
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah Mixer Miyako HM-620, Oven Mah Yih,
lemari final fermentation, Texture Profile Analyzer TAXT2, Rapid Visco Analyzer,
Farinograph, Extensograph, dan peralatan gelas untuk analisis proksimat.
Tahap Penelitian
Tepung, gula
pasir, margarin, Semua bahan dicampur merata
ragi roti, susu
skim, garam, air Bahan diaduk sampai adonan kalis
es
Adonan dibulatkan
terpilih dengan menggunakan uji statistik rancangan faktorial. Hasil yang didapat
nantinya akan dibandingkan juga dengan hasil uji terhadap roti tawar.
Pati jagung, tepung beras, dan pati singkong digunakan sebagai pengganti
tepung terigu dengan rasio 74.2 : 17.2 : 8.6. Formula pembuatan roti tawar bebas
gluten dapat dilihat pada Tabel 2, formula ini merupakan modifikasi dari formula
roti tawar bebas gluten Sanchez et al. (2002), modifikasi yang dilakukan adalah
pada perlakuan jenis hidrokolid dan jumlah air yang berbeda. Pembuatan roti ini
menggunakan cup dengan ukuran diameter 6 cm dan tinggi 7 cm. Diagram alir
proses pembuatan roti tawar mini bebas gluten dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 2. Formula roti tawar bebas gluten modifikasi Sanchez et al. (2002)
Metode Analisis
viskositas maksimum dengan viskositas pasta panas. Viskositas akhir merupakan nilai
viskositas pasta pati setelah tahap akhir pendinginan saat suhu 50 0C, viskositas
setback diperoleh dari selisih viskositas akhir dengan viskositas pasta panas.
Yijk : variabel respon ulangan ke-k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf
i faktor A dan taraf j faktor B (A= hidrokoloid, B= penambahan air)
: rata-rata
Ai : efek taraf ke-i faktor A (i= CMC, gum xanthan)
Bj : efek taraf ke-j faktor B (j= 75 %, 80 %, 85 %)
ABij : efek interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
ijk : galat percobaan pada taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B serta
ulangan ke-k
Diketahui bahwa roti tawar terigu memiliki nilai volume spesifik 3.69
0.04 gr/ml, nilai ini menunjukkan bahwa roti tawar terigu memiliki kemampuan
untuk mengembang dan menahan gas yang baik, karena terigu memiliki gluten
yang mampu membentuk lapisan tipis yang menahan gas CO2 yang terbentuk
selama proses fermentasi. Nilai kekerasan roti tawar terigu adalah 14.20 0.53 N,
hasil ini menunjukkan bahwa roti tawar terigu tidak bertekstur keras. Nilai
elastisitas roti tawar terigu adalah 89.03 0.48 %, artinya kemampuan roti tawar
10
terigu untuk dapat kembali ke posisi awal setelah kompresi pertama hingga saat
kompresi kedua dimulai baik hasilnya. Sedangkan nilai kohesivitas roti tawar
terigu adalah 56.98 2.70 % yang menunjukkan kemampuan ikatan internal
komponen roti tawar terigu untuk menyatukan produk cukup baik.
Dapat dilihat pada Gambar 3, diketahui bahwa profil pasting pada tiap
sampel berbeda-beda, namun memiliki pola yang sama. Profil pasting pada
formula roti tawar bebas gluten dengan penambahan CMC dan gum xanthan
relatif sama, namun formula dengan penambahan gum xanthan menunjukkan hasil
yang lebih rendah. Dengan mengetahui profil pasting ini, maka dapat diprediksi
modifikasi formula dan proses sebelum melakukan trial produksi, yaitu;
kemampuan mengembang, kebutuhan air, dan pola pemanasan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi sifat pola gelatinisasi pati diantaranya sumber pati,
ukuran granula, adanya asam, gula, lemak dan protein, enzim, suhu pemasakannya
serta pengadukannya (Kusnandar 2010).
Selanjutnya, data mengenai parameter yang diamati dalam profil pasting
dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai suhu pasting menunjukkan suhu saat pati mulai
11
mengalami gelatinisasi. Pada formula roti tawar bebas gluten dengan penambahan
CMC dan gum xanthan memiliki nilai suhu pasting yang lebih rendah
dibandingkan dengan tepung terigu. Suhu pasting pada tepung terigu adalah 85.28
0.53 0C, sedangkan pada formula dengan penambahan CMC 72.82 0.04 0C
dan dengan penambahan gum xanthan yaitu 72.02 0.53 0C. Suhu pasting yang
lebih rendah menunjukkan bahwa hidrasi air pada formula dengan penambahan
gum xanthan lebih mudah terjadi, sehingga pada suhu yang lebih rendah granula
pati sudah mulai tergelatinisasi. Gum xanthan bersifat mengikat air selama
pembentukan adonan, sehingga saat pemanggangan, air yang dibutuhkan untuk
gelatinisasi pati tersedia dan gelatinisasi lebih cepat terjadi (Whistler dan Be
Miller 1993).
Hidrasi air yang lebih mudah terjadi menunjukkan kemampuan mengikat air
yang lebih baik. Pada formula dengan penambahan CMC dan gum xanthan
memiliki nilai suhu pasting yang lebih rendah, hal ini membuktikan bahwa
dengan penambahan hidrokoloid mampu menaikkan kemampuan pati untuk
mengikat air. Kemampuan mengikat air yang tinggi akan menyebabkan nilai
viskositas maksimumnya lebih tinggi (Maziya-Dixon 2007).
Jenis hidrokoloid
Parameter Terigu CMC Gum xanthan
Suhu pasting (0C) 85.28 0.53b 72.82 0.04a 72.02 0.53a
Viskositas puncak (cP) 2405.50 23.33a 5321 96.17c 4363 168.29b
Viskositas pasta panas
(cP) 1177.50 4.95a 3352.50 50.20c 2719 22.63b
Viskositas akhir (cP) 2417.50 12.02a 5440 74.95c 4480.50 96.87b
Viskositas breakdown
(cP) 1228 28.28a 1968.50 45.96b 1644 190.92b
Viskositas breakdown
relatif 0.51 0.01b 0.37 0.00a 0.38 0.03a
Viskositas setback (cP) 1240 7.07a 2087.50 24.75c 1761.50 119.50b
Viskositas setback
relatif 1.05 0.00b 0.62 0.00a 0.65 0.05a
air lebih banyak dalam formula yang digunakan dibandingkan dengan roti tawar
terigu.
Viskositas breakdown menunjukkan kestabilan pasta pati terhadap
pemanasan. Nilai viskositas breakdown yang besar selama pemasakan
menunjukan bahwa granula pati yang telah membengkak secara keseluruhan
memiliki sifat yang rapuh. Selain itu, pengadukan yang kontinyu juga
menyebabkan granula pati yang rapuh akan pecah sehingga viskositas turun
secara tajam (Pomeranz 1991). Viskositas breakdown tepung terigu lebih rendah
dibandingkan formula dengan penambahan CMC dan gum xanthan. Viskositas
breakdown tepung terigu adalah 1228 28.28 cP, formula dengan penambahan
CMC 1968.50 45.96 cP, dan formula dengan penambahan gum xanthan 1644
190.92 cP. Pada nilai viskositas breakdown relatif, tepung terigu memiliki nilai
0.51 0.01, formula dengan penambahan CMC 0.37 0.00, dan formula dengan
penambahan gum xanthan 0.38 0.03. nilai ini menunjukkan, bahwa formula
dengan penambahan CMC dan gum xanthan lebih tidak tahan panas dibandingkan
dengan tepung terigu dalam proses pengolahannya, sehingga dilakukan modifikasi
pada suhu pemanggangan roti bebas gluten, yaitu dengan menurunkan suhu
pemanggangannya. Dari hasil ini, dapat diduga bahwa saat pengembangan adonan
nantinya, roti tawar bebas gluten mudah kempes, sehingga volume roti yang
dihasilkan lebih kecil.
Viskositas setback menunjukkan potensi pembentukan gel dan
kecenderungan retrogradasi. Semakin tinggi nilai viskositas setback, maka
semakin tinggi juga kemampuan pati beretrogradasi (Kusnandar 2010). Viskositas
setback tepung terigu lebih rendah dibandingkan formula dengan penambahan
CMC dan gum xanthan. Viskositas setback tepung terigu adalah 1240 7.07 cP,
formula dengan penambahan CMC 2087.50 24.75 cP, dan formula dengan
penambahan gum xanthan 1761.50 119.50 cP. Pada nilai viskositas setback
relatif, tepung terigu memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 1.05 0.00, formula
dengan penambahan CMC 0.62 0.00, dan formula dengan penambahan gum
xanthan 0.65 0.05. Hasil ini menunjukkan, sampel roti dengan bahan dasar
tepung terigu memiliki kecenderungan retrogradasi yang lebih tinggi
dibandingkan formula roti bebas gluten, dengan adanya mekanisme retrogradasi,
maka roti cenderung menjadi semakin keras dan kering selama masa
penyimpanan.
Analisis kualitatif
Pada analisis kualitatif dilakukan pengamatan pada penampakan fisik crumb
dan crust roti tawar bebas gluten, hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.
Roti bebas gluten ini dibuat menggunakan cetakan roti panggang berdiameter 6
cm dan tinggi 7 cm.
13
a b
c d
Keterangan: a = crumb roti bebas gluten dengan CMC, b = crust roti bebas gluten dengan CMC,
c = crumb roti bebas gluten dengan gum xanthan, d = crust roti bebas gluten dengan gum xanthan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penambahan CMC dan gum
xanthan pada formula roti bebas gluten menghasilkan penampakan fisik yang
berbeda. Terlihat bahwa formula roti tawar bebas gluten dengan penambahan
CMC menghasilkan volume roti yang lebih kecil dan padat, crumb yang
dihasilkan rapat dan kecil, namun lebih kasar. Bentuk dan tampilan luar crustnya
beraturan, crust terbentuk dengan baik pada bagian atas roti, tapi tidak terbentuk
di sekeliling roti, sehingga remah roti kurang menyatu.
Formula roti tawar bebas gluten dengan penambahan gum xanthan mampu
membentuk tekstur crumb dan crust yang baik. Gum xanthan menghasilkan roti
dengan volume lebih besar, namun bentuknya tidak teratur, crumb yang
dihasilkan tidak seragam dan lebih halus. Dari segi rasa, roti tawar bebas gluten
dengan penambahan gum xanthan memiliki rasa yang menyerupai rasa roti tawar
terigu. Jumlah air yang ditambahkan mempengaruhi volume roti yang dihasilkan,
semakin banyak air yang ditambahkan dalam adonan, maka semakin besar volume
roti yang dihasilkan. Dari trial produksi yang sudah dilakukan, diketahui bahwa
penambahan air sejumlah 90 % dari basis kering tepung menghasilkan adonan
roti yang terlalu encer, sehingga batas penambahan air yang digunakan dalam
formula adalah 85 %.
Jika dibandingkan, karakter fisik roti tawar terigu memiliki crumb halus,
pori-pori kecil dan seragam, dan volume yang lebih besar. Lapisan crust terbentuk
dengan baik sehingga tampilan fisik roti tawar terigu kompak dan membulat
dikarenakan adanya gluten yang mempu menahan gas dengan baik. Warna crust
cokelat keemasan akibat adanya reaksi Maillard pada protein terigu, sedangkan
14
roti yang dihasilkan dari kedua jenis hidrokoloid ini berwarna putih pucat dengan
sedikit ada warna kecoklatan pada lapisan crustnya. Hal ini diduga dikarenakan
suhu pemanggangan dan kadar protein pada formula roti tawar bebas gluten yang
lebih rendah, sehingga reaksi Maillard yang menghasilkan warna kecokelatan
pada roti kurang optimal terjadi.
Agar karakteristik roti tawar bebas gluten dapat mendekati karakteristik
roti tawar terigu, maka dilakukan beberapa modifikasi yang mencakup modifikasi
proses, yaitu dengan penambahan suhu dan waktu pemanggangan, maka roti yang
dihasilkan berwarna lebih kecoklatan, namun tekstur crust menjadi lebih keras.
Kemudian, pada modifikasi formula roti, yaitu dengan penambahan sumber gula
dan protein, roti yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, namun dari segi
rasa masih kurang diterima. Selanjutnya, pada modifikasi bahan baku, yaitu bahan
tepung yang digunakan digelatinisasi sebagian dahulu, maka roti yang dihasilkan
memiliki volume yang cukup baik namun lebih keras teksturnya.
4
Volume spesifik (gr/ml)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
CMC+75% CMC+80% CMC+85% Gum+75% Gum+80% Gum+85% Terigu
air air air air air air
Formula roti tawar
45
40
35
Kekerasan (N)
30
25
20
15
10
5
0
CMC+75% CMC+80% CMC+85% Gum+75% Gum+80% Gum+85% Terigu
air air air air air air
Formula roti tawar
Roti tawar bebas gluten memiliki nilai kekerasan yang sangat besar jika
dibandingkan dengan roti tawar terigu (14.20 0.53 N). Profil pasting pada
formula dengan penambahan CMC dan gum xanthan menunjukkan pola
kecenderungan untuk mengalami retrogradasi, sehingga produk roti tawar bebas
gluten memiliki akan mengeras setelah proses pemasakan dan selama masa
penyimpanan. Penambahan CMC maupun gum xanthan pada adonan roti tawar
bebas gluten tidak banyak memperbaiki nilai kekerasan roti tawar yang dihasilkan.
Nilai kekerasan roti tawar bebas gluten ini masih lebih tinggi dibandingkan roti
tawar terigu. Jumlah air dan jenis hidrokoloid tidak memberikan pengaruh pada
nilai kekerasan roti (P > 0.05). Menurut Hera et al. (2013), tingkat kekerasan roti
berkurang dengan bertambahnya jumlah air yang ditambahkan pada formula, nilai
kekerasan berkorelasi dengan nilai volume spesifik. Dari Gambar 6, dapat terlihat
bahwa penambahan bahan gum xanthan menghasilkan produk roti yang lebih
rendah tingkat kekerasannya dibandingkan dengan CMC.
Roti tawar bebas gluten yang memiliki nilai kekerasan paling kecil adalah
roti tawar bebas gluten dengan penambahan gum xanthan dan air sebanyak 85 %,
yaitu sebesar 24.80 3.85 N. Gum xanthan mempengaruhi penangkapan gas dan
pori-pori crumb yang terbentuk sehingga ikut mempengaruhi kekerasan produk
roti tawar yang dihasilkan. Gum xanthan mampu berinteraksi dengan pati
membentuk suatu lapisan film yang dapat menggantikan fungsi gluten dalam
pemerangkapan gas selama proses fermentasi (Whistler dan Be Miller 1993). Pada
uji Duncan di Lampiran 4, dapat terlihat bahwa rata-rata nilai kekerasan roti tawar
bebas gluten tidak berada pada kelompok yang sama dengan roti tawar terigu.
Pada kelompok lain dengan nilai yang lebih mendekati kekerasan roti tawar
terigu, terdiri dari formula dengan penambahan CMC dan air 80 %, CMC dan air
85 %, gum xanthan dan air 85 %.
Elatisitas
Elastisitas merupakan tinggi yang dapat dicapai oleh suatu makanan di
antara gigitan pertama dan kedua. Nilai elastisitas menggambarkan kemampuan
17
produk untuk dapat kembali ke posisi awal setelah kompresi pertama hingga saat
kompresi kedua dimulai (Haliza et al. 2012). Grafik yang menampilkan profil
parameter fisik elastisitas roti tawar bebas gluten dapat dilihat pada Gambar 7.
98
96
94
Elastisitas (%)
92
90
88
86
84
82
80
CMC+75% CMC+80% CMC+85% Gum+75% Gum+80% Gum+85% Terigu
air air air air air air
Formula roti tawar
Pada analisis ragam, jumlah air dan jenis hidrokoloid tidak memberikan
pengaruh pada nilai elastisitas (P > 0.05). Nilai elastisitas pada roti tawar bebas
gluten relatif lebih tinggi dibandingkan roti tawar terigu (89.03 0.48 %). Hasil
ini dapat dijelaskan dengan pernyataan Hera et al. (2013) bahwa semakin besar
penambahan air maka elastisitas roti bebas gluten semakin besar. Dari hasil
pengamatan pada profil pasting formula, maka dengan nilai viskositas puncak
yang tinggi, semakin banyak air yang terikat, sehingga nilai elastisitas roti tawar
bebas gluten lebih tinggi dibandingkan roti tawar terigu. Pada uji Duncan untuk
melihat rata-rata nilai kelompok yang sama dengan nilai parameter fisik roti tawar
terigu, didapatkan hasil bahwa formula dengan penambahan CMC dan 75 % air,
gum xanthan dan 75 % air, gum xanthan dan 80 air, gum xanthan dan 85 % air
berada pada kelompok yang sama, sehingga formula roti tawar bebas gluten ini
memiliki nilai rata-rata elastisitas yang sama dengan roti tawar terigu.
Kohesivitas
Kohesivitas merupakan indikasi dari kekuatan ikatan internal yang
membentuk makanan. Kohesivitas diukur dari rasio antara dua area kompresi pada
grafik yang dihasilkan oleh TPA, sehingga nilainya tidak memiliki satuan (Haliza
et al. 2012). Grafik kohesivitas roti bebas gluten dapat dilihat pada Gambar 8.
Nilai kohesivitas pada roti tawar bebas gluten lebih besar dibandingkan roti
tawar terigu dengan nilai 56.98 2.70 %. Penambahan CMC dan gum xanthan
pada formula roti tawar bebas gluten, menghasilkan nilai viskositas setback yang
lebih besar daripada formula dengan tepung terigu, artinya produk roti tawar
bebas gluten memiliki kecenderungan untuk mengeras pada akhir proses
pemasakan, sehingga produk olahannya tidak mudah hancur. Hal ini dapat
menjelaskan bagaimana roti tawar bebas gluten dapat memiliki nilai kohesivitas
yang lebih tinggi daripada roti tawar terigu. Dari hasil analisis ragam, diketahui
18
bahwa jumlah air berpengaruh signifikan (P < 0.05) terhadap nilai kohesivitas roti
tawar bebas gluten. Uji lanjut menunjukkan bahwa penambahan air sebanyak
75 % secara signifikan menghasilkan nilai kohesivitas yang lebih kecil
dibandingkan pada penambahan air sebanyak 80 % dan 85 %. Jumlah air yang
sedikit akan menghalangi interaksi antarmolekul pada bahan dasar, sehingga
crumb tidak menyatu dan menghasilkan nilai kohesivitas yang rendah (Parada dan
Aguilera 2011).
80
70
60
Kohesivitas (%)
50
40
30
20
10
0
CMC+75% CMC+80% CMC+85% Gum+75% Gum+80% Gum+85% Terigu
air air air air air air
Formula roti tawar
Faktor jenis hidrokoloid tidak memiliki pengaruh (P > 0.05) pada nilai
kohesivitas roti tawar bebas gluten. Pada uji Duncan, didapatkan hasil bahwa
formula dengan penambahan CMC dan 75 % air, gum xanthan dan 75 % air
berada pada kelompok yang sama, sehingga formula roti tawar bebas gluten ini
memiliki nilai rata-rata kohesivitas yang sama dengan roti tawar terigu.
Analisis proksimat
Dalam pembahasan ini, hasil analisis proksimat roti bebas gluten dengan
dibandingkan dengan roti tawar terigu. Pada pembuatan roti tawar terigu terdapat
perbedaan massa adonan, suhu, dan waktu dibandingkan dengan roti tawar bebas
gluten. Berikut merupakan data analisis proksimat dari produk roti bebas gluten
pada Tabel 5.
19
Tabel 5. Perbandingan Hasil Proksimat Roti Tawar Terigu dan Bebas Gluten
dengan Penambahan Gum Xanthan dan Air 85%
Roti Terigu
Parameter (%) Roti Bebas Gluten (Wijayanti 2007)
Kadar air 45.38 0.16 37.05 0.23
Abu 1.18 0.01 2.29 0.11
Protein 3.94 0.22 9.23 0.02
Lemak 2.53 0.34 3.33 0.45
Kadar pati 17.98 0.28 31.75 0.09
Kadar air pada roti tawar bebas gluten ini adalah 45.38 0.16 % lebih besar
dibandingkan dengan kadar air roti tawar terigu yaitu 37.05 0.23 %, hal ini
disebabkan jumlah air yang ditambahkan pada roti tawar bebas gluten ini sebesar
85 % sedangkan pada roti tawar terigu sekitar 55 - 60 %. Roti tawar bebas gluten
membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan roti tawar terigu karena
kemampuan mengikat air pada campuran tepung beras, pati jagung, dan pati
singkong dengan penambahan hidrokoloid menjadi lebih tinggi dibandingkan
tepung terigu. Saat trial, digunakan jumlah air 60 % pada formula roti bebas
gluten, hasilnya adalah crust roti yang terbentuk sangat keras.
Semua pati komersial yang berasal dari serealia dan umbi-umbian
mengandung sejumlah kecil garam anorganik yang dapat berasal dari bahan itu
sendiri atau dari air selama pengolahan. Kadar abu pada roti bebas gluten adalah
1.18 0.01 %, sedangkan pada roti terigu sebanyak 2.29 0.11 %, hal ini
menunjukkan residu anorganik pada roti tawar bebas gluten lebih sedikit. Kadar
abu mempengaruhi proses dan hasil akhir produk, yaitu warna produk dan
kestabilan adonan. Kadar abu yang tinggi memberikan warna crumb roti yang
tidak putih, semakin rendah kadar abu, maka warna crumb roti semakin putih.
Protein yang terkandung dalam roti tawar dipengaruhi oleh jenis tepung
yang digunakan dan penambahan sumber protein lainnya seperti susu dan telur.
Kandungan protein pada roti tawar bebas gluten yaitu 3.94 0.22 %, lebih sedikit
jika dibandingkan dengan roti tawar terigu 9.23 0.02 %. Terigu memiliki jumlah
protein yang lebih tinggi, fungsi protein adalah untuk mengikat air agar
membentuk gluten. Gluten nantinya akan menahan gas CO2 yang dihasilkan
proses fermentasi. Pada formula roti tawar bebas gluten digunakan tepung beras,
pati jagung, dan pati singkong yang memiliki kandungan protein lebih rendah jika
dibandingkan dengan terigu. Selain bersumber dari jenis tepungnya, protein dalam
roti bebas gluten ini berasal dari penambahan susu bubuk dan putih telur.
Kandungan lemak pada roti tawar dipengaruhi oleh margarin yang
digunakan dalam adonan. Margarin akan memberikan tekstur lunak pada roti
tawar dengan memberikan fungsi memperpendek struktur yang dibentuk massa
dari protein dan hidrokoloid yang menyebabkan roti memiliki kerangka dan
berpori, sehingga roti tidak kaku tetapi lunak oleh sifat plastisnya. Kandungan
lemak pada roti tawar bebas gluten sebesar 2.53 0.34 % dan sebagai
pembanding pada roti tawar terigu dengan kandungan lemaknya 3.33 0.45 %,
sumber lemak pada pembuatan roti tawar bebas gluten ini hanya berasal dari
margarin, sehingga nilainya kecil.
20
Tabel 6. Perbandingan Karakteristik Adonan Roti Tawar Terigu dan Bebas Gluten
Daya serap air adalah jumlah air yang diserap (%) dari titik 0 sampai 500
BU (adonan kalis), nilai ini menunjukkan jumlah air yang dibutuhkan untuk
tepung agar optimal diolah menjadi produk akhir. Daya serap air pada formula roti
21
bebas gluten ini adalah 57 %, pada tepung terigu daya serap air memiliki nilai
67.5 %. Daya serap air suatu tepung dipengaruhi salah satunya oleh kadar protein
tepung. Semakin tinggi kandungan protein tepung, maka daya serap air semakin
tinggi, sehingga adonan lebih kohesif dan menyatu. Kemampuan daya serap air
dalam tepung akan berkurang jika kadar air tepung terlalu tinggi atau tempat
penyimpanan lembab, sehingga untuk meningkatkan daya serap air, kadar air
tepung dijaga agar tetap rendah.
Peak time dari formula roti tawar bebas gluten adalah 1 menit. Peak time
adalah waktu yang dibutuhkan adonan (menit) dari titik 0 sampai 500 BU,
menunjukkan perkembangan adonan mulai saat air ditambahkan sampai adonan
mencapai kekentalan maksimum. Peak time yang kurang akan berakibat volume
tidak maksimal, crumb roti kasar, roti terlalu kenyal, aroma roti asam, roti cepat
keras, permukaan crust pecah dan tebal. Sedangkan jika terlalu lama
menyebabkan volume roti melebar, roti kurang mengembang, crumb kasar, warna
crust pucat, permukaan roti mengecil, dan roti tidak kenyal (McWilliams 2001).
Peak time pada tepung terigu adalah 3.5 menit. Peak time dari adonan roti tawar
bebas gluten lebih rendah sehingga adonannya bersifat lemah dan volume spesifik
yang dihasilkan lebih kecil daripada roti tawar terigu.
Nilai arrival time yaitu waktu dari awal kurva mulai menyentuh garis 500
BU. Nilai arrival time formula roti tawar bebas gluten adalah 0.75 menit,
sedangkan pada tepung terigu adalah 1.5 menit. Hal ini menunjukkan tingkat
hidrasi tepung, yaitu tingkat dimana air diambil oleh tepung. Arrival time pada
adonan roti bebas gluten lebih singkat sehingga hidrasi air lebih mudah terjadi, hal
ini sesuai dengan hasil profil pasting yang menunjukkan formula roti tawar bebas
gluten dengan penambahan gum xanthan memiliki nilai suhu pasting yang lebih
rendah.
Departure time adalah waktu selama penambahan air sampai dengan
meninggalkan garis 500 BU yaitu 1.5 menit. Nilai ini menunjukkan waktu ketika
adonan mulai gugur dan merupakan indikasi konsistensi adonan selama
pengolahan. Pada tepung terigu nilainya adalah 6.5 menit. Nilai departure time
yang lebih besar menunjukkan konsistensi adonan yang lebih baik.
Indeks toleransi pencampuran adalah selisih nilai BU di bagian atas kurva
pada saat puncak dan nilai di bagian atas dari kurva 5 menit setelah puncak. Nilai
indeks toleransinya adalah 60 BU, sedangkan nilai pada tepung terigu adalah 320
BU, hasil ini menunjukkan tingkat pelunakan selama pencampuran. Hasil ini
menunjukkan bahwa adonan roti tawar bebas gluten bersifat lebih lunak selama
pencampuran karena kemampuan mengikat air dari formulanya lebih rendah
dibandingkan adonan roti tawar terigu.
Stabilitas adalah waktu (menit) dari 500 BU sampai turun dari 500 BU.
Nilai stabilitas pada formula terpilih roti bebas gluten adalah 0.75 menit,
sedangkan waktu stabilitas tepung terigu adalah 5 menit. Waktu stabilitas adalah
perbedaan waktu antara waktu kedatangan dan waktu keberangkatan,
menunjukkan waktu adonan mempertahankan maksimum konsistensi dan indikasi
kekuatan adonan. Nilai stabilitas pada adonan roti tawar terigu lebih besar
daripada roti bebas gluten, sehingga adonan roti tawar terigu lebih kuat dan
mampu menahan konsistensi adonan.
Dari hasil ekstensogram (Lampiran 3), didapatkan hasil kurva yang panjang
namun tidak lebar, menunjukkan bahwa karakter adonan roti bebas gluten ini
22
keras tapi cepat putus. Luas kurva menyatakan elastisitas dari adonan tepung.
Luas kurva yang dimiliki oleh roti bebas gluten ini adalah 35.87 cm2, sedangkan
tepung terigu memiliki luas 102.19 cm2. Semakin besar luas kurva yang
dihasilkan oleh suatu tepung, maka semakin elastis sifat adonannya.
Ekstensibilitas merupakan panjang kurva dalam millimeter, panjang kurva
ini menandakan seberapa panjang adonan dapat diregangkan. Nilai
ekstensibilitasnya adalah 4.0 cm, sedangkan pada tepung terigu nilai
ekstensibilitasnya adalah 19.6 cm. Nilai ekstensibilitas yang besar menunjukkan
semakin baik kualitas dan kuantitas gluten tepung. Karena ketiadaan gluten,
sehingga kemampuan peregangan adonan pada adonan roti tawar bebas gluten
lebih rendah dari pada adonan roti tawar terigu.
Resistensi terhadap ekstensi adalah ukuran kekuatan adonan. Nilai resistensi
dari formula roti bebas gluten ini adalah 14.2 BU, sedangkan pada tepung terigu
nilainya adalah 7.3 BU. Resistensi yang tinggi membutuhkan kekuatan yang lebih
besar untuk meregangkan adonannya. Nilai rasio menunjukkan stabilitas dari
adonan selama fermentasi. Pada roti tawar bebas gluten, nilai rasionya adalah 3.55
BU/cm, sedangkan ada roti terigu bernilai 0.37 BU/cm, nilai rasio yang rendah
umumnya sangat mudah direntang dan adonannya sangat cepat menjadi lunak saat
fermentasi.
Simpulan
Profil pasting pada ketiga sampel formula roti (tepung terigu, formula roti
tawar bebas gluten dengan penambahan CMC dan gum xanthan) menunjukkan
hasil yang berbeda, namun memiliki pola yang sama. Profil pasting pada formula
roti tawar bebas gluten dengan penambahan CMC dan gum xanthan relatif sama,
namun formula dengan penambahan gum xanthan menunjukkan hasil yang lebih
rendah. Selanjutnya dengan analisis kualitatif, dapat dilihat bahwa sampel roti
tawar bebas gluten dengan penambahan gum xanthan menghasilkan tekstur crumb
dan crust yang lebih baik dan volume roti lebih besar dengan bentuk yang tidak
teratur. Roti tawar bebas gluten dengan penambahan CMC menghasilkan volume
roti yang lebih kecil, crumb yang rapat dan kecil namun kasar, dan bentuk crust
yang teratur di bagian atas roti.
Pada parameter fisik roti bebas gluten, nilai volume spesifik roti dipengaruhi
oleh jumlah air yang ditambahkan, secara signifikan penambahan air sebanyak 85
% meningkatkan volume spesifik roti. Faktor jumlah air dan jenis hidrokoloid
tidak memiliki pengaruh pada parameter kekerasan dan elastisitas. Sedangkan
pada parameter kohesivitas dipengaruhi oleh faktor jumlah air, secara signifikan
penambahan air sebanyak 75 % memberikan nilai kohesivitas yang paling kecil.
Pada uji Duncan untuk melihat rata-rata nilai kelompok yang sama dengan nilai
parameter fisik roti tawar terigu, didapatkan hasil bahwa formula dengan
penambahan CMC dan 80 % air, CMC dan 85 % air, gum xanthan dan 85 % air
berada pada kelompok yang sama, sehingga ketiga formula roti tawar bebas
gluten ini memiliki nilai rata-rata volume spesifik yang sama dengan roti tawar
23
terigu. Untuk parameter kekerasan roti, tidak ada formula roti tawar bebas gluten
yang memiliki rata-rata nilai yang sama dengan roti tawar terigu. Pada parameter
elastisitas roti, formula dengan penambahan CMC dan 75 % air, gum xanthan dan
75 % air, gum xanthan dan 80 air, gum xanthan dan 85 % air berada pada
kelompok yang sama dengan roti tawar terigu. Parameter kohesivitas roti tawar
terigu juga memiliki rata-rata nilai yang sama pada formula dengan penambahan
CMC dan 75 % air, gum xanthan dan 75 % air.
Dengan melihat hasil dari analisis kualitatif dan parameter fisik roti,
hidrokoloid yang memberikan efek terbaik adalah gum xanthan dengan
penambahan jumlah air terhadap basis kering tepung 85 %. Formula tersebut
menghasilkan produk roti dengan parameter dan penampakan fisik yang lebih
baik. Selanjutnya pada analisis proksimat, nilai kadar abu, protein, dan lemak
pada roti tawar bebas gluten dengan penambahan gum xanthan, nilainya lebih
kecil dibandingkan roti tawar terigu. Kadar air roti tawar bebas gluten lebih tinggi
karena penambahan air pada formula rotinya lebih besar. Karakter adonan roti
tawar bebas gluten memiliki hasil yang lebih rendah untuk nilai daya serap air,
peak time, arrival time, departure time, indeks toleransi pencampuran, stabilitas,
ekstensibilitas, dan luas kurva dibandingkan adonan roti tawar terigu. Sedangkan
pada parameter resistensi dan nilai rasio, adonan roti tawar bebas gluten memiliki
nilai yang lebih besar.
Saran
Produk roti tawar bebas gluten yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah
baik secara parameter fisik, serta karakter crumb dan crust roti yang terbentuk,
sehingga nantinya dapat dikembangkan lebih jauh lagi dalam hal penampakan
fisik roti (warna dan aroma), untuk warna dapat ditambahkan protein tambahan
agar reaksi Maillard lebih optimal terjadi dan dilakukan penelitian dengan tujuan
optimasi proses dengan mengatur waktu dan suhu panggang roti, untuk
menghasilkan penampakan fisik yang lebih menarik. Pada faktor aroma
dipengaruhi oleh jenis protein tepung, sehingga dapat direkayasa dengan
modifikasi formula atau dengan penambahan BTP untuk memperbaiki aroma roti
tawar bebas gluten. Untuk jenis loyang yang digunakan, bentuk yang tidak teratur
pada formula roti tawar dengan penambahan gum xanthan dapat diperbaiki
dengan menggunakan loyang yang memiliki penutup di atasnya, sehingga bentuk
roti tawar yang dihasilkan lebih teratur dan rapi.
DAFTAR PUSTAKA
Parada J dan Aguilera JM. 2011. Review: Starch Matrices and the Glycaemic
Response. Food Science and Technology International. 17:187-204
Pomeranz Y. 1991. Functional Properties of Food Components. California (US):
Academic Pr.
Sanchez HD, Osella CA, De La Torre MA. 2002. Optimization of Gluten-Free
Bread Prepared from Cornstarch, Rice Flour, and Cassava Starch. J Food
Science. Vol 67(1): 416-419.
Singh N, Singh J, Kaur L, Sodhi NS, Gill BS. 2003. Morphological, thermal and
rheological properties of starches from different botanical sources-review.
Food Chem. 81:21 9-231.
Singh H, Chang Y, Lin J, Singh N, Singh N. 2011. Influence of heat-moisture
treatment and annealing on functional properties of sorghum starch. Food
Research International. 44: 2949-2954.
Whistler RL, Be Miller JN. 1993. Industrial Gum : Polysaccharides and Their
Derivatives. New York (US): Academic Pr.
Wijayanti YR. 2007. Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum) dengan
Tepung Garut (Maranta arundinaceae l) pada Pembuatan Roti Tawar [skripsi].
Jogjakarta (ID): Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.
Xie F, Liu H, Chen P, Xue T, Chen L, Yu L, Corrigan P. 2006. Starch
gelatinization under shearless and shear conditions. International J Food
Engineering. 2 (5): Art. 6
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Parameter Fisik Roti Tawar Bebas Gluten
Volume
Sampel spesifik Kekerasan Elastisitas Kohesivitas
RBG-A1 3.08 0.36a 35.50 5.02c 90.76 4.09ab 59.80 1.40ab
RBG-A2 3.25 0.04ab 33.38 1.01bc 94.25 2.22b 64.83 4.91bc
RBG-A3 3.71 0.08b 34.55 7.92bc 94.85 0.89b 64.34 3.45bc
RBG-B1 3.01 0.30a 38.76 0.96c 92.54 1.84ab 61.29 1.00abc
RBG-B2 2.99 0.03a 35.55 2.67c 93.93 0.07ab 66.41 2.38bc
RBG-B3 3.31 0.21ab 24.79 3.85b 93.64 1.37ab 68.27 1.46c
Keterangan:
RBG-A1 = CMC + Air 75 %, RBG-A2 = CMC + Air 80 %, RBG-A3 = CMC + Air 85 %, RBG-
B1 = Gum xanthan + Air 75 %, RBG-B2 = Gum xanthan + Air 80 %, RBG-B3 = Gum xanthan +
Air 85 %
Keterangan:
Setiap dua kotak pada grafik, menunjukkan waktu 1 menit., B = resistensi, C = ekstensibilitas
Volume Spesifik
Univariate Analysis of Variance
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Subset
Jumlah Air N 1 2
80% 4 3.118980
85% 4 3.509912
29
Kekerasan
Univariate Analysis of Variance
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Subset
Jumlah Air N 1
80% 4 34.466512
75% 4 37.130526
Sig. .057
Elastisitas
Univariate Analysis of Variance
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 21.750a 5 4.350 .941 .516
Intercept 104528.387 1 104528.387 22620.074 .000
HIDRO .023 1 .023 .005 .946
JMLAIR 16.974 2 8.487 1.837 .239
HIDRO * JMLAIR 4.753 2 2.376 .514 .622
Error 27.726 6 4.621
Total 104577.863 12
Corrected Total 49.476 11
Elastisitas
Subset
Jumlah Air N 1
80% 4 94.093068
85% 4 94.248758
Sig. .150
Kohesivitas
Univariate Analysis of Variance
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Subset
Jumlah Air N 1 2
80% 4 65.619757
85% 4 66.304040
Sig. 1.000 .741
31
Lampiran 4 Analisis Statistik Uji Duncan untuk Parameter Fisik Roti Bebas
Gluten dan Profil Pasting
Volume Spesifik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Volume Spesifik
Volume Spesifik
a,b
Duncan
Subset
Formula Roti N 1 2
Kekerasan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kekerasan
Kekerasan
a,b
Duncan
Subset
Formula Roti N 1 2 3
Terigu 2 14.200716
GUM+AIR 85% 2 24.796115
CMC+AIR 80% 2 33.379290 33.379290
CMC+AIR 85% 2 34.553570 34.553570
CMC+AIR 75% 2 35.502720
GUM+AIR 80% 2 35.553734
GUM+AIR 75% 2 38.758332
Sig. 1.000 .052 .246
Elastisitas
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Elastisitas
Elatisitas
a,b
Duncan
Subset
Formula Roti N 1 2
Terigu 2 89.030325
CMC+AIR 75% 2 90.755390 90.755390
GUM+AIR 75% 2 92.547710 92.547710
GUM+AIR 85% 2 93.644700 93.644700
GUM+AIR 80% 2 93.931900 93.931900
CMC+AIR 80% 2 94.254235
CMC+AIR 85% 2 94.852815
Sig. .056 .098
Kohesivitas
33
Kohesivitas
a,b
Duncan
Subset
Formula Roti N 1 2 3
Terigu 2 56.980010
CMC+AIR 75% 2 59.803305 59.803305
GUM+AIR 75% 2 61.289065 61.289065 61.289065
CMC+AIR 85% 2 64.338895 64.338895
CMC+AIR 80% 2 64.828830 64.828830
GUM+AIR 80% 2 66.410685 66.410685
GUM+AIR 85% 2 68.269185
Sig. .179 .062 .052
Suhu pasting
Suhu pasting
34
Duncana,b
Subset
Formula N 1 2
GUM 2 72.0250
CMC 2 72.8250
Terigu 2 85.2750
Sig. .162 1.000
Viskositas puncak
Viskositas puncak
a,b
Duncan
Subset
Formula N 1 2 3
Terigu 2 2405.5000
GUM 2 4363.0000
CMC 2 5321.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Total 40040504.000 6
Corrected Total 5008503.333 5
Subset
Formula N 1 2 3
Terigu 2 1177.5000
GUM 2 2719.0000
CMC 2 3352.5000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Viskositas akhir
Viskositas akhir
Duncana,b
Subset
Formula N 1 2 3
Terigu 2 2417.5000
GUM 2 4480.5000
CMC 2 5440.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Viskositas breakdown
Viskositas breakdown
a,b
Duncan
Subset
Formula N 1 2
Terigu 2 1228.0000
GUM 2 1644.0000
CMC 2 1968.5000
Sig. 1.000 .066
Subset
Formula N 1 2
CMC 2 .3700
GUM 2 .3800
Terigu 2 .5150
37
Viskositas setback
Viskositas setback
a,b
Duncan
Subset
Formula N 1 2 3
Terigu 2 1240.0000
GUM 2 1761.5000
CMC 2 2087.5000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Subset
Formula N 1 2
CMC 2 .6200
GUM 2 .6450
Terigu 2 1.0500
Sig. .446 1.000
39
RIWAYAT HIDUP