LP Ca Prostat
LP Ca Prostat
LP Ca Prostat
Oleh:
Nanda Veir Yursyidah
NIM. 180070300111061
Oleh :
Nanda Veir Yursyidah
180070300111061
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
CA PROSTAT
Oleh:
Nanda Veir Yursyidah
NIM. 180070300111061
A. Pengertian CA Prostat
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat dengan
sel-sel kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Prostat adalah kelenjar
seks pada pria, ukurannya kecil dan terletak di bawah kandung kemih, mengelilingi
saluran kencing (uretra) (Widjojo, 2007).
B. Klasifikasi CA Prostat
Derajat diferensiasi sel yang sering digunakan adalah sistem Gleason. Sistem ini
didasarkan atas pola perubahan arsitektur dari kelenjar prostat yang dilihat secara
makroskopik dengan pembesaran rendah (60-100 kali). Dari pengamatan dibedakan
dua jenis pola tumor, yaitu pola ekstensif (primary pattern) dan pola tidak ekstensif
(secondary pattern). Kedua tingkat itu dijumlahkan sehingga menjadi grading dari
Gleason (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
C. Etiologi CA Prostat
Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor resiko
kanker prostat adalah sebagai berikut.
1. Usia Resiko
Menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria kulit putih,
dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat. Sedangkan pada pria
kulit hitam pada usia 40 tahun dengan riwayat keluarga satu generasi sebelumnya
menderita kanker prostat. Data yang diperoleh melaui autopsi di berbagai negara
menunjukkan sekitar 15 – 30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat
secara samar. Pada usia 80 tahun sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran
histology kanker prostat. (K. OH, William et al, 2000).
2. Ras dan tempat tinggal
Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras Afrika –
Amerika.Pria kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita kanker
prostat dibandingkan dengan pria kulit putih (Moul, J. W., et al, 2005).
3. Riwayat keluarga
Carter dkk menunjukkan bahwa kanker prostat didiagnosa pada 15% pria
yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang menderita kanker prostat, bila
dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang tidak memiliki kerabat yang
terkena kanker prostat (Haas, G. P dan Wael A. S., 1997). Pria yang satu generasi
sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar
menderita kanker prostat dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk
pria yang 2 generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10
kali lipat lebih besar menderita kanker prostat.
4. Faktor hormonal
Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel Leydig pada
testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa dihidrotestosteron (DHT)
di organ prostat oleh enzim 5 - α reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa
kanker prostat terjadi karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria,
tetapi hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian
menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker
prostat. Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita prostat,
tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar testosteron. (Haas, G. P dan Wael A. S.,
1997).
5. Pola makan
Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan berbagai jenis
kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam terjadinya kanker prostat
belum dapat dijelaskan secara rinci karena adanya perbedaan konsumsi makanan
pada rasa atau suku yang berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi dan
lain sebagainya.
D. Patofisiologi CA Prostat
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh
mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai
berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-
pembuluh darah, melalui pembuluh tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam
tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain
(Brunner & Suddarth, 2002).
E. Manifestasi Klinis CA Prostat
Pasien kanker prostat stadium dini seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda
klinis. Tanda-tanda itu biasanya muncul setelah kanker berada pada stadium lanjut.
Keluhan sulit miksi, nyeri saat miksi, atau hematuria menandakan bahwa kanker telah
menekan uretra. Kanker prostat yang sudah bermetastasis ke tulang dapat
memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastase, atau kelainan
neurologis jika metastasis pada tulang vertebra (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
F. Penatalaksanaan CA Prostat
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium,
umur harapan hidup, dan derajat diferensiasi (Presti, 2004; Purnomo, 2009).
1. Observasi Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup
kurang dari 10 tahun.
2. Prostatektomi radikal Ditujukan untuk pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0
M0. Tindakan ini berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesikula
seminalis. Beberapa penyulitnya antara lain perdarahan, disfungsi ereksi, dan
inkontinensia.
3. Radiasi Ditujukan untuk pasien tua atau pasien dengan tumor loko-invasif dan
tumor yang telah mengalami metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya
didahului dengan limfadenektomi.
4. Terapi hormonal Jenis obat untuk terapi hormonal antara lain estrogen (anti
androgen), LHRH agonis (kompetisi dengan LHRH), antiandrogen non steroid
(menghambat sintesis dan aktivitas androgen), dan blokade androgen total
(menghilangkan sumber androgen dari testis maupun dari kelenjar suprasternal).
5. Biopsi prostat Indikasi tindakan ini adalah pada peningkatan serum PSA atau DRE
abnormal. Pengambilan contoh jaringan pada area yang dicurigai keganasan
melalui biopsi aspirasi dengan jarum halus (BAJAH) dengan bantuan TRUS
(Presti, 2004; Purnomo, 2009; Kava, 2008).
H. Komplikasi CA Prostat
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah:
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan
mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut
dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan
pielonefritis.
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
pasien harus mengedan.
I. Asuhan Keperawatan
Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Dengan proses keperawatan, perawat memakai latar belakang,
pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah dan diagnosa merencanakan intervensi,
mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi intervensi keperawatan.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan
klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi
prostektomi dan penkajian post operasi prostatektomi
a. Pengkajian pre operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang
meliputi:
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis
miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya
menjadi retensio urine.
c. Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan
masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan
mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi data, mengelompokkan,
mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan
standart, menginterpretasikan serta akhirnya membuat kesimpulan. Penulis
membagi analisa menjadi 2, yaitu analisa sebelum operasi dan analisa setelah
operasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa keperawatan
yang merupakan penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
keoerawatan. Dari analisa data diatas dapat dirumuskan suatu diagnosis
keperawatan yang dibagi menjadi 2, yaitu diagnosa sebelum operasi dan diagnosa
setelah operasi.
1. Diagnosa sebelum operasi
a. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi,
retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan
dengan obstruksi mekanik: pembesaran prostat.
b. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder
terhadap pelebaran prostat.
c. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan,
kurang pengetahuan tantang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
d. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun
sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi,
nokturia.
2. Diagnosa setelah operasi
a. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder
pada prostatektomi
b. Perubahan eliminasi urine berhubungandengan obstruksi sekunder dari
prostatektomi bekuan darah odema
c. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering
d. Potensial untuk menderita cedera: perdarahan berhubungan dengan
tindakan pembedahan
e. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan
impoten akibat dari prostatektomi
f. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi berhubungan dengan
kurang informasi
g. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri.
3. PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktifitas
keperawatan perlu di tetapkan untuk untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan klien. Tahap ini disebut sebagai perencanaan
keperawatan yang terdiri dari: menentukan prioritas diagnosa keperawatan,
menetapkan sasaran (goal), dan tujuan (obyektif), menetapkan kriteria evaluasi,
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan. Selanjutnya dibuat
perencanaan dari masing–masing diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, resistancy, inkontinensi, retensi,
nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obtruksi
mekanik: pembesaran prostat.
2. Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap
pelebaran prostat.
3. cemas berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang
pengetahuan tentang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
4. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunde
5. Risiko cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan .
6. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat
dari prostatektomi
7. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang
informasi
Pathway
Faktor Penyebab
- Genetik
- Hormonal
- Infeksi
- Lingkungan, diet
Pertumbuhan
Abnormal Sel
sel abnormal
meningkat
Gg. Rasa
obstruksi saluran nyaman nyeri Kehilangan
kemih nafsu makan
intake tidak
adekuat
Resiko Gangguan
Infeksi Eliminasi Kelemahan fisik Ketidakseimbangan
Urine Nutrisi: kurang dari
Hambatan kebutuhan tubuh
Mobilitas fisik
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat R dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Medica
Aesculpalus
Long B.C. 1999. Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Bandung :YPKI
Nanda. 2016. Panduan Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :
EGC
Purnomo, B. B. 2008. Dasar dasar urologi. Ed. 2. Jakarta: CV Infomedika
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda Juall Carpenito ; Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Monica Ester, Edisi 8. Jakarta: EGC
Price, S. A dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit,
Edisi 6, Volume 2, Alih Bahasa Brham,(dkk). Jakarta: EGC