Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Vol 6 No 2 TH 2010 Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Gizi Ibu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Vol 6 no 2 Th 2010 Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN


TINGKAT
KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK TK NURUL BAHRI
DESA WUKIR SARI KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG

Erma Handarsari1, Ali Rosidi 2 , Juju Widyaningsih3


1,2,3
Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan danKesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
E-mail : erma_handarsari@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Children who excel are the investment of valuable human resources for
families, homeland, and nation. To realize the dream of the children who excel, in
addition to required education of good quality, must also consider the need for
adequate nutrition. The adequacy of a child's nutritional needs can be seen from the
menu and consumption patterns of children daily. In the field of nutritional science
and health, children can be grouped into: Children kindergarten (4-6 years), School
Children (7-12 years), and Youth (13-18 years). Objective: analyze the relationship
between education and knowledge of women with a low consumption of energy and
protein kindergartner Nurul Bahri Wukir Sari Village District Batang Batang.
Methods: This research is explanatory research and the study was cross sectional
approach. The population in this study are all children enrolled as a pupil TK Nurul
Bahri Wukir Sari Village District Batang, Batang, as many as 38 children. The
sample is children who are registered as Nurul Bahri kindergarten students who meet
the criteria: not being sick which can affect food consumption, Mrs. available for
interviews to provide the necessary data. Samples taken from the total population
that meets the inclusion of 20 children and the respondent is a mother of a
kindergartner. Results: Showed that: the level of education mostly mothers (85%)
were SD, the mother has nutritional knowledge was (70%), average energy
consumption of 1282.25 ± 136.05 kcal, the majority of kindergarten children (40%)
mild deficit in the category level, the average protein intake was 34.16 g ± 3.78,
kindergarten children (40%) in the category of energy consumption level of a mild
deficit, most kindergarten children (45%) in the category of normal levels of protein
consumption. Conclusion:There was no relationship between the educational level of
energy and protein consumption kindergartner, there is a correlation between
nutrition knowledge of mothers with children kindergarten level energy consumption,
and there is no relationship between nutrition knowledge of mothers with children
kindergarten level of protein consumption.
Keyword:education,knowledge,level of energy and protein consumption,
kindergarten children

http://jurnal.unimus.ac.id 79
Erma Handayani, Ali Rosidi J Kesehat Masy Indones

ABSTRAK
Anak yang berprestasi adalah investasi sumber daya manusia yang berharga bagi
keluarga, nusa, dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak yang berprestasi,
selain diperlukan pendidikan yang baik dan berkualitas, juga harus memperhatikan
kebutuhan gizi yang cukup. Tingkat kecukupan pemenuhan kebutuhan gizi anak
dapat dilihat dari menu dan pola konsumsi anak sehari-hari. Dalam bidang ilmu gizi
dan kesehatan, anak dapat dikelompokkan menjadi: Anak TK (4-6 tahun), Anak
Sekolah (7-12 tahun), dan Remaja (13-18 tahun). Tujuan penelitian : menganalisis
hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi energi dan
protein anak TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten
Batang. Metode : Jenis penelitian ini merupakan explanatory research dan
pendekatan penelitiannya adalah crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari
Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, sebanyak 38 anak. Sampel adalah seluruh
anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri yang memenuhi kriteria: tidak
sedang sakit yang dapat mempengaruhi konsumsi makan, Ibu bersedia diwawancarai
untuk memberikan data yang diperlukan. Sampel diambil dari total populasi yang
memenuhi inklusi sebanyak 20 anak dan responden adalah ibu anak TK.Hasil:
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar (85%)
adalah SD, ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (70%), rata-rata konsumsi energi
1282,25 Kkal ± 136,05, sebagian besar anak TK (40%) dalam katagori defisit tingkat
ringan, rata-rata konsumsi protein adalah 34,16 gr ± 3,78, anak TK (40%) dalam
katagori tingkat konsumsi energi defisit ringan, sebagian besar anak TK (45%)
dalam katagori tingkat konsumsi protein normal Kesimpulan : Tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan tingkat konsumsi energi dan protein anak TK, ada
hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK, dan
tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein
anak TK.
Kata kunci : pendidikan,pengetahuan ,tingkat konsumsi energi dan protein, anak TK

PENDAHULUAN

Anak yang berprestasi adalah investasi sumber daya manusia yang berharga
bagi keluarga, nusa, dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak yang
berprestasi, selain diperlukan pendidikan yang baik dan berkualitas, juga harus
memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup. Hal itu untuk menunjang proses tumbuh
kembang anak agar dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal. Sehingga lebih
mudah dan cepat menerima masukan dalam proses belajar-mengajar anak di sekolah
serta meningkatkan konsentrasi belajar.
Tingkat kecukupan pemenuhan kebutuhan gizi anak dapat dilihat dari menu
dan pola konsumsi anak sehari-hari. Dalam bidang ilmu gizi dan kesehatan, anak

http://jurnal.unimus.ac.id 80
Vol 6 no 2 Th 2010 Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

dapat dikelompokkan menjadi: Anak TK (4-6 tahun), Anak Sekolah (7-12 tahun),
dan Remaja (13-18 tahun). Anak TK (usia 4-6 tahun) rawan terhadap masalah gizi,
yaitu gizi buruk dan gizi kurang. Anak usia TK sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga kebutuhan energi dan protein meningkat dibandingkan dengan kelompok
umur yang lain. Anak TK belum bisa memilih menu yang banyak mengandung
energi dan protein untuk aktifitas mereka. (Anonim, 2004).
Pemberian menu sangat berhubungan dengan pendidikan dan pengetahuan
gizi ibu. Seorang ibu yang pendidikan dan pengetahuan gizinya baik akan sangat
berperan dalam menyiapkan menu yang cukup mengandung energi dan protein, serta
zat gizi lainnya. Salah satu contoh penyakit defisiensi zat gizi adalah penyakit KEP
(Kurang Energi Protein) yang banyak diderita anak-anak dari masyarakat yang
tergolong miskin dan berpendidikan rendah.
Kejadian gizi kurang dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup
pengetahuan tentang gizi dan mengatur makanan anak. Selain itu pendidikan yang
cukup tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibanding dengan
ibu yang mempunyai pendidikan yang cukup atau rendah.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, ditemukan
prevalensi status gizi anak TK Nurul Bahri yaitu 4 dari 20 anak (20%) mengalami
status gizi kurang. Lebih lanjut diketahui bahwa sebagian besar ibu anak TK
berpendidikan rendah (tidak lulus SD dan lulusan SD).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan antara pendidikan dan
pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein anak TK Nurul
Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research ( penelitian


penjelasan ) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel atau lebih.
Metode yang digunakan adalah survai dengan wawancara menggunakan kuesioner,
pendekatan penelitian adalah cross sectional yaitu variabel sebab dan akibat diambil
pada waktu yang bersamaan .
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang terdaftar sebagai
murid TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang, Kabupaten Batang.
Populasi penelitian ini sebanyak 38 anak. Adapun sampel adalah seluruh anak yang
terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Tidak sedang sakit, yang dapat mempengaruhi konsumsi makan.
2. Ibu bersedia diwawancarai untuk memberikan data yang diperlukan.
Sampel diambil dari total populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
20 anak dan responden adalah ibu anak TK.
Data yang dikumpulkan terdiri dari : data pendidikan ibu diperoleh dari
lama sekolah (tahun) yang telah diselesaikan dengan sukses oleh ibu, pengetahuan
gizi, tingkat konsumsi makanan diolah menggunakan program food processor.

http://jurnal.unimus.ac.id 81
Erma Handayani, Ali Rosidi J Kesehat Masy Indones

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi, nilai rata-rata,


nilai maksimal, nilai minimal, dan standar deviasi, yaitu: konsumsi energi, konsumsi
protein, pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu.
Data hasil penelitian yaitu data pendidikan (dalam tahun), pengetahuan gizi
(%), dan konsumsi energi dan protein (%) yang diuji kenormalannya menggunakan
Kolmogorov Smirnov Test. Uji hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi
Rank Spearman karena data berdistribusi tidak normal. Analisis dilakukan dengan
alat bantu komputer menggunakan program SPSS Versi 11,5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Responden


Pendidikan Ibu
Jenjang pendidikan responden yang paling banyak adalah pendidikan tamat
SD (0-6 tahun) sebanyak 17 orang dengan persentase (85,%) dan SLTP sebanyak 3
orang (15%). Di lihat dari tingkat pendidikan ibu masih sangat rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu, akan lebih mudah mendapat informasi tentang
makanan seimbang dan pola makan yang baik. Pada umumnya salah satu faktor yang
berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Sehingga dengan
tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuannya, karena dengan
pendidikan yang lebih tinggi seseorang lebih mudah menerima hal-hal baru yang
berpengaruh pada sikap yang positif (Singarimbun, 1998)

Pengetahuan Ibu
Pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh pada terpenuhinya kebutuhan gizi
anak Biasanya, pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak berbanding searah. Artinya,
bila pengetahuan gizi ibu tinggi, maka status gizi anak juga baik (Roedjito, 1989).
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hampir semua responden masuk dalam
katagori pengetahuan gizi sedang yaitu sebanyak 14 orang (70,0 %). Walaupun
sebagian besar pendidikan ibu adalah rendah, namun pengetahuan gizi ibu dikatakan
lebih baik. Karena ibu-ibu di wilayah ini sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan
yang biasanya diselenggarakan oleh Kader Posyandu.

Dari 20 anak TK yang menjadi sampel penelitian, 9 anak (45%) adalah laki-
laki, sedangkan 11 anak (55%) adalah perempuan. Umur anak TK yang paling
banyak adalah umur (4 tahun) dan umur (5 tahun) Rata-rata umur anak TK adalah 4,6
tahun . Anak TK merupakan golongan individu paling rentan terhadap

http://jurnal.unimus.ac.id 82
Vol 6 no 2 Th 2010 Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

pengaruh gizi dan lingkungan sehingga kecukupan gizi harus terpenuhi untuk proses
tumbuh kembang.

Tingkat Konsumsi Energi


Untuk memenuhi kecukupan zat-zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang
bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jumlah yang cukup, baik
frekuensi dan macamnya. Rata-rata konsumsi energi dari 20 anak TK adalah 1282,25
Kkal ± 136,05. Konsumsi yang terendah adalah 941 Kkal dan tertinggi adalah 1510
Kkal. Responden dengan konsumsi terendah karena menu responden kurang sesuai
dengan menu seimbang yang dianjurkan, sedangkan menu responden dengan
konsumsi tertinggi yaitu menu lengkap dan susu.
Hasil perhitungan konsumsi energi 20 anak TK, sebagian besar (40%)
mengalami tingkat konsumsi energi defisit ringan. Keadaan ini disebabkan karena
anak TK kurang mengkonsumsi makanan bergizi atau orang tua yang tidak
menyiapkan menu seimbang bagi anak TK. Menu yang biasanya disajikan orang tua
yaitu: nasi megono atau mie instan yang menurut orang tua lebih mudah dan cepat
disajikan. Adapun distribusi anak TK berdasarkan tingkat konsumsi energi dapat
dilihat pada Tabel 1.

TABEL 1
DISTRIBUSI ANAK TK BERDASARKAN
TINGKAT KONSUMSI ENERGI
Katagori N %
Defisit tingkat berat 1 5,0
Defisit tingkat sedang 6 30,0
Defisit tingkat ringan 8 40,0
Normal 5 25,0
Total 20 100,0

Tingkat Konsumsi Protein


Anak TK membutuhkan zat-zat gizi yang mencukupi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Rata-rata konsumsi protein adalah 34,16 gr ± 3,78. Konsumsi
protein terendah adalah 28,4 gr dan tertinggi adalah 42,4 gr. Responden dengan
konsumsi terendah karena menu responden kurang sesuai dengan menu seimbang
yang dianjurkan, sedangkan menu responden dengan konsumsi tertinggi yaitu menu
lengkap dan susu.
Hasil perhitungan konsumsi protein, sebagian besar anak TK (45%) berada
dalam katagori tingkat konsumsi protein normal. Adapun distribusi anak TK
berdasarkan tingkat konsumsi protein dapat dilihat pada Tabel 2

http://jurnal.unimus.ac.id 83
Erma Handayani, Ali Rosidi J Kesehat Masy Indones

TABEL 2
DISTRIBUSI ANAK TK BERDASARKAN
TINGKAT KONSUMSI PROTEIN
Katagori N %
Defisit tingkat sedang 6 30,0
Defisit tingkat ringan 5 25,0
Normal 9 45,0
Total 20 100,0
Tingkat konsumsi protein normal bisa terjadi karena daerah ini berada di
pesisir pantai yang menyebabkan masyarakatnya mudah untuk mendapatkan bahan
makanan sumber protein terutama protein hewani. Menu yang biasanya disajikan
adalah ikan yang didapat dari hasil melaut sang ayah.

Winarno (1997) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan sosial


yang rendah pada masyarakat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Pendidikan ibu yang rendah akan mengakibatkan ibu tidak mengetahui
bagaimana susunan makanan yang baik dan telah mencukupi kebutuhannya. Bila
pendidikan dan kemampuan sosial ibu rendah, penggunaan makanan akan rendah
pula. Sehingga balita yang memiliki ibu berpendidikan rendah, besar kemungkinan
konsumsi energi juga rendah. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan ibu,
maka akan semakin baik pula konsumsi energinya.

100

90

80
tingkat konsumsi energi

70

60
4 5 6 7 8 9 10

lama tahun pendidikan ibu

GAMBAR 1
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN
TINGKAT KONSUMSI ENERGI ANAK TK

Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman r= 0,380 dan nilai p=0,098
(p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu
dengan tingkat konsumsi energi. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi
energi kurang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan tetapi ada faktor lain

http://jurnal.unimus.ac.id 84
Vol 6 no 2 Th 2010 Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

misalnya: kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan gizi yang kurang,
penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Tingkat Konsumsi Protein


Anak TK
Pendidikan yang tinggi akan berpengaruh maka dalam pemilihan bahan
makanan karena pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas
makanan. Sehingga dalam pemilihan bahan makanan yang baik, ibu berpendidikan
tinggi seharusnya akan memilih bahan makanan berprotein tinggi pula. Bila
pendidikan seseorang rendah, kemampuan dalam menerima pembaharuan juga
kurang. Sehingga balita yang memiliki ibu berpendidikan rendah, besar kemungkinan
konsumsi proteinnya juga rendah. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan ibu,
maka akan semakin baik pula konsumsi proteinnya.
110

100

90
tingkat konsumsi protein

80

70
4 5 6 7 8 9 10

lama tahun pendidikan ibu

GAMBAR 2
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN
TINGKAT KONSUMSI PROTEIN ANAK TK

Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman r= -0,001 dan nilai p=0,997
(p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu
dengan tingkat konsumsi protein. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi
protein kurang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan tetapi ada faktor lain
misalnya: kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan gizi yang kurang,
penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Pengetahuan gizi ibu sangat berhubungan dengan tingkat konsumsi energi.


Anak TK adalah konsumen pasif yang belum dapat memilih makanan sesuai dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu, peran ibu sangat penting dalam pemberian makanan
yang baik bagi anak TK. Bila pengetahuan gizi ibu tinggi, kemampuan dalam

http://jurnal.unimus.ac.id 85
Erma Handayani, Ali Rosidi J Kesehat Masy Indones

pemilihan, pembelian, dan pengolahan bahan bahan makanan juga baik. Ada
kecenderungan semakin tinggi pengetahuan gizi ibu, maka akan semakin baik pula
tingkat konsumsi energinya. Dari hasil recall diketahui bahwa anak TK banyak
mengkonsumsi bahan makanan sumber energi tinggi, seperti: nasi, mie instan, dan
nasi megono.
100

90

80
tingkat konsumsi energi

70

60
40 50 60 70 80 90 100

skor pengetahuan ibu

GAMBAR 3
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN
TINGKAT KONSUMSI ENERGI ANAK TK

Hasil analisis uji korelasi Pearson r= 0,489 dan nilai p = 0,029 (p>0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu
dengan tingkat konsumsi energi. Pada hasil penelitian ini menerangkan bahwa
semakin baik pengetahuan ibu diikuti dengan tingkat konsumsi energi yang baik pula.
Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan ibu yang baik diterapkan dalam menyajikan
menu seimbang baik keluarga, terutama anak TK.

Pengetahuan gizi ibu sangat berhubungan dengan tingkat konsumsi protein.


Anak TK adalah konsumen pasif yang belum dapat memilih makanan sesuai dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu, peran ibu sangat penting dalam pemberian makanan
yang baik bagi anak TK. Bila pengetahuan gizi ibu tinggi, kemampuan dalam
pemilihan, pembelian, dan pengolahan bahan bahan makanan juga baik. Ada
kecenderungan semakin tinggi pengetahuan gizi ibu, maka akan semakin baik pula
tingkat konsumsi proteinnya.

http://jurnal.unimus.ac.id 86
Vol 6 no 2 Th 2010 Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

110

100

90
tingkat konsumsi protein

80

70
40 50 60 70 80 90 100

skor pengetahuan ibu

GAMBAR 4
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN
TINGKAT KONSUMSI PROTEIN ANAK TK

Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman r= 0,053 dan nilai p = 0,825
(p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan tingkat
pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein. Pada hasil penelitian ini
menerangkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tidak selalu diikuti dengan
tingkat konsumsi protein yang baik pula. Hal ini dapat disebabkan karena ibu tidak
memberikan makanan berprotein tinggi kepada anak TK yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Dari hasil recall, diketahui bahwa sebagian besar anak TK makan
dengan lauk-pauk seadanya seperti: tahu, tempe, bahkan snack dijadikan lauk untuk
makan. Hal inilah yang membuat anak TK mengalami defisit pada ingkat konsumsi
proteinnya. Selain faktor makanan, ada pula faktor lain misalnya: pola pengasuhan,
kesehatan lingkungan, dan mutu pelayanan kesehatan.

SIMPULAN
1. Tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar (85%) adalah tamat SD.
2. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (70%).
3. Sebagian besar anak TK (40%) dalam katagori tingkat konsumsi energi defisit
ringan.
4. Sebagian besar anak TK (45%) dalam katagori tingkat konsumsi protein
normal.
5. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK
( p=0,098).
6. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi protein
anakTK(p =0,0997)
7. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK
( p=0,029).
8. Tidak ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein
anak TK

http://jurnal.unimus.ac.id 87
Erma Handayani, Ali Rosidi J Kesehat Masy Indones

( p=0,825).

SARAN
1. Perlu kebijakan dari Kepala Sekolah untuk memasukan program PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) bagi anak TK.
2. Memberikan penyuluhan kepada ibu untuk menyediakan makanan yang
bergizi bagi anaknya dengan cara memberikan makanan bergizi.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
BPS,Unicef, Bappeda,2000. Peningkatan Kemasyarakatan Propinsi Profil
Kesehatan Propinsi Jateng, 1999.Semarang: Proyek Jawa Tengah
Budiyanto, Agus.2001, Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Revisi, Malang
Dainur, 1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat KIA di Puskesmas dan Permasalahannya
Jakarta: EGC
Depkes RI. Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah
Tangga
Hidayat Syarif, Asep Rustiawan; Vandal Julia, 1992. Petunjuk Laboratorium Kaji
Tindak Partisipatif dalam Pangan dan Gizi Masyarakat, Bogor: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingkat Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor
Khomsan, Ali, 2002, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT, Rajagafrindo Persada:
Jakarta
Kodyat, AB, Minarto R, Golopong S, Iryonis, 1996. Status Konsumsi Gizi di
Indonesia, Gizi Indonesia. Persagi ; Bogor
Notoatmojo, Suekidjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta
Notoatmojo Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar,
Rineka Cipta: Jakarta
Roedjito, 1989, Kajian Penelitian Gizi, Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Singarimbun, Masri.1998. Penduduk dan Perubahan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Supariasa, Bakrie, dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi, EGC; Jakarta
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004. Angka Kecukupan Gizi. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia : Jakarta
Winarno, F.G,1997. Keamanan Pangan, ITB : Bandung

http://jurnal.unimus.ac.id 88

Anda mungkin juga menyukai