Skrining Resep
Skrining Resep
Skrining Resep
A. SKRINING RESEP
Menurut Jas (2009) dalam Amira (2011), resep terdiri dari 6 bagian:
Inscriptio
Nama dokter, No. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal
penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota
provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription
suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada
praktik pribadi.
Invocatio
Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya
ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan
apoteker di apotek.
Prescriptio atau Ordonatio
Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan.
Signatura
Tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi.
Subscrioptio
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas
dan keabsahan resep tersebut.
Pro (diperuntukkan)
Dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien. Teristimewa untuk obat
narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke
Dinkes setempat).
Pelayanan resep Menurut KepMenkes No.1027/MENKES/SK/1X/2004
standar pelayanan resep di apotek meliputi skrining resep dan penyiapan
obat.
Skrining resep meliputi 3 aspek, yaitu:
Persyaratan administrasi meliputi nama dokter, SIP, alamat dokter,
tanggal penulisan resep, nama, umur, berat badan, alamat pasien,
tanda tangan/paraf dokter, jenis obat, dosis, potensi/indikasi, cara
pemakaian, dan bentuk sediaan jelas.
Kesesuaian farmasetis meliputi bentuk sediaan, dosis,
inkompatibiltas, stabilitas dan cara pemberian.
Kesesuaian klinis meliputi adanya efek samping, alergi, dosis dan
lama pemberian. Jika resep tidak jelas dapat langsung menghubungi
dokter yang bersangkutan dan memberikan alternatif bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan langsung.
1. Skrining Administratif (Kelengkapan Resep)
Pada Resep
No. Uraian
Ada Tidak Ada
Incription
Identitas Dokter :
1.
Nama Dokter
2.
SIP Dokter
3.
Alamat Dokter
4.
Nomor Telepon
5.
Tempat dan tanggal penulisan resep
Invocatio
6. Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat
8. Kekuatan OBat
9. Jumlah Obat
Signature
10. Nama Pasien
11. Jenis Kelamin
12. Umur Pasien
13. Berat Badan
14. Alamat Pasien
15. Aturan Pakai Obat
16. Iter/tanda lain
Subscriptio
17. Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut = Tidak Lengkap
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai:
- Nama dokter, SIP dan Nomor telepon dokter.
- Jenis kelamin, berat badan pasien.
- Kekuatan sediaan tidak semua dituliskan pada resep.
Cara Mengatasi:
- Nama dokter, SIP, dan nomor telepon dokter dapat ditanyakan
lagsung kepada dokter/klinik/rumah sakit tempat dokter praktek.
- Jenis kelamin dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung
kepada pasien/keluarga pasien.
- Kekuatan sediaan dapat dilihat pada ketersediaan obat yang ada
pada apotek atau menanyakan langsung kepada dokter yang
meresepkan obat.
2. Skirining Farmasetis
No. Kriteria Permasalahan Pengatasan
1. Bentuk Sediaan - Sesuai
2. Stabilitas Obat - Sesuai
3. Inkompatibilitas - Sesuai
4. Cara Pemberian - Sesuai
5. Jumlah dan aturan pakai Tidak Sesuai -
Kesimpulan:
Dosis pada Dexamethasone sebaiknya ditingkatkan menjadi 1 tab pada
sekali pemakaian, karena pasien berusia 21 tahun dan dosis
dexamethasone hanya diberikan ½ tab, sehingga lebih baik ditingkatkan
menjadi 1 tab agar dosis tidak subterapi.
B. SKRINING KLINIS
Skrining klinis adalah bagian dari proses perhitungan, agar dokter
mengetahui apakah penderita beresiko terhadap suatu penyakit, sehingga
harus dilakukan skrining klinis untuk mengetahui penyakit yang ditangani.
Tujuan skrining yaitu untuk mendeteksi pasien yang memiliki penyakit
pada tahap awal, ringan, dan tidak bergejala.
Kesesuaian klinis meliputi dosis obat, uraian obat yang berupa
indikasi, kontra indikasi, efek samping, dan mekanisme kerja dari masing-
masing obat. Skrining klinis perlu dilakukan agar apabila resep tidak jelas
dapat langsung menghubungi dokter yang bersangkutan dan memberikan
alternatif bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan
langsung.
1. Dosis
Jenis Dosis Dosis
Sediaa Obat Kandungan Resep Lazim Keterangan
n (DR) (DL)
4,5 tab DR<DL
Dexamethasone (IX Caps) 0,75-9 mg Rekomendasi :
Dexa
0,5 mg 1,5 tab (Depkes 9 tab
(ISO,2014)
(ISO, 2014) (sehari) RI, 1979) 3x1
3x1 0,5 mg
5 tab (IX
Codein caps) 15-30 mg
Codein
10 mg 1,6 tab (Depkes DR=DL
(ISO,2014)
(sehari) RI, 1979)
Racikan 3x1 tab
Kapsul 5 tab (IX
Gliseril caps) 30-60 mg
GG DR>DL
Guaiacolat 1,6 tab (Depkes
(ISO,2014)
100 mg (sehari) RI, 1979)
3x1 tab
4,5 tab
5-10 mg
(IX Caps)
Cetrizine Cetirizine perhari
1,5 tab DR=DL
(ISO,2014) 10 mg (MIMS,
(sehari)
2015)
3x1
1-2 g
perhari
terbagi
Cefadroxil Cefadroxil 2x1
Tablet dalam 2 DR = DL
(ISO,2014) 500 mg 500 mg
dosis
(MIMS,
2015)
Vitamin B1 2
mg,
Vitamin B2 2
1x1
B-Comp mg, Vitamin B6
Tablet 50 mg 1 x sehari DR = DL
(ISO,2014) 2 mg, ka.
Pantotenate 10
mg, nikotinamid
20 mg
2. Uraian Obat
a. Cefadroxil (MIMS, 2015)
Indikasi
Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, ISK dan infeksi
kelamin, Osteomielitis, Artritis, Septikemia, Sepsis puerperium.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap sefalosporine
Efek Samping
Gangguan GI, reaksi hipersensitif. Jarang kolitis
pseudomembran.
Dosis
- Dewasa = 1-2 g perhari terbagi dalam 2 dosis, tiap 12 jam.
- Sisitis = 1-2 g perhari
- ISK = 2 g perhari terbagi dalam 2 dosis
- Infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran nafas atas
dan bawah = 1 g perhari. Pada infeksi berat, dosis dapat
ditingkatkan sampai dengan 2 g perhari, diberikan dalam 2
dosis terbagi. Faringitis dan tonsilitis karena
Streptococcus β Hemolitikus 1 g perhari dalam dosis
terbagi selama 10 hari.
- Anak = 25 – 50 mg / kgBB/ hari diberikan dalam 2 dosis
terbagi.
Mekanisme Kerja
Cefadroxil merupakan sefalosporine oral yang aktif terhadap
mikroorganisme gram positif dan gram negatif serta bersifat
bakterisid. Aktifitasnya dengan jalan menghambat biosintesa
mukopetida pada dinding sel bakteri. Memiliki spektrum
antimikroba terhadap organisme gram positif: Staphylococcus,
Streptococcus ; terhadap gram negatif: E. Coli, Salmonella
typhi, Sigella, Nesseria, P. Mirrabilis, H. Influenza dan K.
Pneumonia.
b. Dexamethasone (MIMS, 2015)
Indikasi
Alergi, penyakit colagen, reumatik, leukimia dan limfoma, syok,
penyakit pernafasan, gangguan hematologik, dan edematis.
Kontra Indikasi
Tukak peptik, osteoporosis, psikosis/psikoneurosis berat, TB
aktif atau statis, infeksi akut, vaksin hidup.
Efek Samping
Retensi air dan garam, edema, hipertensi, amenore,
hiperhidrosis, gangguan mental, pankreatitis akut,
osteonekrosis, lemah otot, sindrom cushing, peningkatan TIO,
gangguan penglihatan, atropi lokal, nafsu makan meningkat,
pertumbuhan terlambat.
Dosis
- Dewasa = 0,5-9 mg dalam dosis terbagi.
- Anak 6-12 tahun = 0,25-2 mg diberikan 2 kali sehari.
Terapi intensif atau darurat 2-4 mg 6-8 kali perhari (IM
atau IV) maksimal 50 mg perhari.
- Syok = 1-6 mg/KgBB dosis tunggal.
Mekanisme Kerja
Dexamethasone bekerja dengan mengurangi inflamasi dengan
menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator
inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula
tinggi dan menekan reseptor imun. Dexamethasone merupakan
kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang mempunyai
efek antiinflamasi yang adekuat. Pemberian dexamethasone
akan menekankan pembentukan bradikinin dan juga pelepasan
neuropeptida dari ujung-ujung saraf, hal tersebut dapat
menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang mengalami
proses inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh
dexamethasone akan menghasilkan efek analgesia melalui
penghambatan sintesis cyclooksigenase di jaringan perifer
tubuh. Dexamethasone juga menekan mediator inflamasi
seperti tumor nekrosis factor-alfa (TNF-α), interleukin 1-beta
(IL1-β), dan interleukin 6 (IL6).
c. Codein (MIMS, 2015)
Indikasi
Terapi simptomatik untuk batuk iritatif (batuk kering/non
produktif) yang disebabkan alergi.
Kontra Indikasi
Insufisiensi pernafasan, asma akut, koma, hipertrofi prostat
dengan pembentukkan urin residu, glaukoma sudut sempit,
gangguan GI, hamil dan laktasi, anak dibawah 2 tahun.
Efek Samping
Mual, muntah, pruritis, reaksi kulit, reaksi hipersensitifitas,
peningkatan BB, konstipasi, gangguan visual, depresi
pernafasan.
Dosis
- Antitusif dewasa = 10-20 mg tiap 4-6 jam. Maksimal 60
mg perhari.
- Anak 6-12 tahun = 5-10 mg tiap 4-6 jam. Maksimal 60 mg
perhari.
- Anak 2-6 tahun = 1 mg/ KgBB/ hari dalam dosis terbagi.
Maksimal 30 mg perhari.
- Analgesik dewasa = 30-60 mg tiap 4-6 jam.
- Analgesik anak = 0,5 mg/ KgBB/ hari tiap 4-6 jam.
Mekanisme Kerja
Codein merangsang reseptor SSP yang dapat menyebabkan
depresi pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak
peristaltik usus, stimulasi kremoreseptor dan penekanan reflek
batuk. Efek analgesik codein tergantung pada afinitas codein
terhadap reseptor opioid tersebut. Codein merupakan antitusif
yang bekerja pada SSP dengan menekan pusat batuk.
d. GG (Gliseryl Guaiacolat) (MIMS, 2015)
Indikasi
GG digunakan untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh
flu, bronkitis, dan penyakit pernafasan lainnya.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap GG.
Efek Samping
Mual, muntah, diare dan nyeri perut bagian bawah, pusing,
sakit kepala, nefrolitiasis, hipourisemia, dan ruam pada kulit.
Dosis
- Dewasa = 200-400 mg tiap 4 jam sekali dengan batas
maksimum 2,4 g perhari.
- Anak ≥ 12 tahun= 200-400 mg tiap 4 jam sekali dan tidak
lebih dari 2,4 g perhari.
- Anak 6-11 tahun = 100-200 mg tiap 4 jam sekali dan tidak
lebih dari 1,2 g perhari.
- Anak 2-5 tahun = 50-100 mg tiap 4 jam sekali, tidak lebih
dari 600 mg perhari.
- ≤ 2 tahun = 12 mg/ KgBB/ hari dibagi dalam 6 dosis.
Mekanisme Kerja
GG merupakan ekspektoran yang bekerja dengan cara
meningkatkan dahak (sputum) dan sekresi bronkial dengan
mengurangi daya lekat dahak pada saluran nafas. Sehingga
menjadikannya lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan,
kemudian dahak akan dikeluarkan melalui jalur nafas dengan
proses batuk.
Amira, Afra. 2011. Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji Adam
Malik Periode Mei 2011. Medan: Fakultas Kedokteran, USU.
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta: Gadjah Mada University
Press.