Cerpen
Cerpen
Cerpen
Hari pun telah tiba. Hari dimana aku memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas, hari
dimana aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan hari dimana aku harus mengenal
orang-orang baru. Hari pertama adalah hari yang mungkin bisa dikatakan sulit bagiku. Bahkan
mungkin orang lain merasakan hal yang sama. Sekolah baruku adalah sekolah swasta yang bisa
dikatakan cukup terkenal. Sekali aku menyebut nama sekolahku orang lain cepat mengetahui
sekolahku. Entah karena pendidikannya atau karena orang-orang yang ada di dalamnya.
Hari pertamaku nggak bisa dikatakan baik dan nggak bisa juga dikatakan buruk. Aku
dapat teman sihh, tapi yah gitu deh. Aku orangnya kalau baru kenal dengan orang lain yah diam
saja. Mau ditemanin atau nggak yahh aku nggak pusing. Tapi kalau udah berteman bisa dibilang
nggak ada diamnya deh hehehe. Dari awal aku sudah tidak nyaman dengan sekolah baru ku ini.
“Sabar nanti juga terbiasa kok”, ucapan mama yang selalu keluar dari mulutnya setiap aku
menceritakan hariku di sekolah
Masa ospek pun telah berakhir. Satu minggu telah ku lewati dengan gitu-gitu aja. Tidak
ada yang berubah sama sekali. Aku masih jadi orang pendiam, mau bicara juga malu. Pada saat
pembagian kelas aku memberanikan diri untuk mengajak teman ku kenalan yang sekarang telah
menjadi sahabatku. Tidak malu sih, hanya canggung saja. Ternyata memang sangat sulit
beradaptasi dengan orang yang bahkan tidak pernah aku dengar namanya. Teman-teman kelasku
banyak yang sudah berkenalan. Jadi aku hanya sendiri orang asing pada saat itu.
Satu minggu berjalannya sekolah dengan normal. Aku pun telah berteman dengan semua
teman kelasku. Aku mulai cerita-cerita sampai makan bersama pun aku ikut. Namanya juga
masih baru jadi belum tau sifat masing-masing. Yang aku tau hanya nama mereka dan perlakuan
mereka kepada ku. Pada saat itu aku merasa baik-baik saja. Aku juga bersyukur karena mendapat
teman di sekolah yang awalnya aku tidak suka. Mama pun tidak pernah lagi mendengar keluhan
ku tentang sekolah.
Satu semester telah berjalan. Aku merasakan ada yang aneh kepada temanku. Aku merasa
mereka berubah. Yang awalnya aku anggap baik tapi gitu deh. Mungkin hanya perasaan ku saja.
Namanya juga anak SMA yang masih labil akan pertemanan. Aku santai sihh selagi mereka
tidak berbuat jahat. Akan tetapi, aku semakin merasakan keanehan. Mereka menjadi egois.
Mereka memang pintar dan cerdas tapi mereka sering meremehkan orang lain. Walaupun
maksudnya bercanda tapi aku tidak menganggapnya bercanda ketika berbicara yang mungkin
membuat orang lain sakit hati, termasuk diriku.
“Kamu kenapa sih nyontek terus, cari jawaban sendiri dong”. Kalimat itu adalah salah satu
kalimat yang membuatku merasakan keanehan kepada mereka. Memang bagus karena membuat
orang lain sadar untuk terus belajar tapi tidak seperti itu juga. Memang bukan aku sih yang
diperlakukan seperti itu tapi kalau melihat mereka memperlakukan orang lain seperti itu hatiku
yang sakit. Menurut aku itu salah. Kita sekolah untuk membagi ilmu dan belajar bersama, bukan
yang pintar makin pintar dan yang bodoh makin bodoh.
Semakin hari aku semakin geram melihat mereka. Mereka tampak jadi egois. Yang
dulunya mengerjakan tugas bersama-sama sekarang hanya ada mereka. Aku dan empat teman
lainnya hanya melihat mereka seperti itu. Aku semakin tidak suka melihat mereka seperti itu.
Aku tidak tahan lagi. Aku menceritakan apa yang aku rasa kepada sahabatku orang yang pertama
kali aku ajak kenalan di kelas ini. Ternyata itu hanya bukan perasaan ku. Sahabatku juga
merasakannya. Tiga teman ku yang lain pun merasakannya. Tapi kami memilih diam melihat
mereka yang berlagak seperti itu.
Satu tahun berjalan. Yang tadinya aku berlima sekarang berempat karena temanku
memutuskan untuk pindah sekolah. Sikap mereka tidak berubah. Tetap sama, egois. Padahal aku
berharap setelah naik ke kelas XI aku sudah tidak sekelas lagi dengan mereka. Tapi takdir
berkata lain. Sudahlah jalani saja.
Pada suatu hari bu guru tidak masuk kelas. Ia memberikan kami tugas. Tugasnya ada di
ponsel mereka. Mereka mengerjakannya sendiri tanpa memberitahu kami. Setelah selesai
mengerjakannya mereka baru mengirim foto tugas tersebut kepada kami. Aku sudah tidak tahan
lagi. Aku marah sebesar-besarnya dan berkelahi dengan mereka. Nggak berempat. berkelahi
hanya adu mulut saja. Aku tidak suka dengan sikap mereka yang seperti itu. Seakan-akan hanya
mereka yang ingin naik kelas dan mendapatkan nilai. Aku ditenangkan oleh sahabat-sahabatku.
Aku mulai tenang dan diam. Semenjak itu aku tidak lagi menemani mereka bicara.
Tetapi, teman kelas tetaplah teman kelas. Bagaimanapun mereka akan kita butuhkan
suatu saat nanti.
Nilai yang terkandung
1. Nilai Sosial : Pada saat pembagian kelas aku memberanikan diri untuk mengajak teman ku
kenalan yang sekarang telah menjadi sahabatku.
2. Nilai Moral : - “Kamu kenapa sih nyontek terus, cari jawaban sendiri dong”
- Setelah selesai mengerjakannya mereka baru mengirim foto tugas
tersebut kepada kami.
3. Nilai Pendidikan : Kita sekolah untuk membagi ilmu dan belajar bersama, bukan yang
pintar makin pintar dan yang bodoh makin bodoh.
BIODATA PENGARANG
17 JANUARI 2004
Hobi : NONTON