536 KM
536 KM
536 KM
545 Km
Rindu
Kamu merindukan-
Bukan karena ia jauh,
Namun karena ia
Telah ada,
Di dalam kamu.
(e.d)
KATA MEREKA
Mereka bilang, menjalani suatu kisah LDR bukanlah hubungan yang wajar. Mereka bilang, hubungan LDR
adalah hubungan yang tidak jelas.
Mereka bilang, cewek atau cowok yang mau mau saja menjalani hubungan LDR itu bodoh,
Siapa bilang? menjalani kisah LDR gak wajar, hubungan kita wajar. Kita menjalani hari hari
Siapa bilang? hubungan LDR tidak jelas, kalo tidak jelas mengapa banyak orang yang menjalani
kisah LDR tapi berakhir bahagia.
siapa bilang? hubungan LDR hanya untuk cewek atau cowok bodoh, kita yang menjalani LDR gak
bodoh, kami kuat dan kami percaya kami bisa mengatasi jarak dan waktu.
Siapa bilang? hubungan LDR gak bakal berhasil, mereka hanya gak tau seperti apa itu LDR?
Mereka hanya mampu berkomentar tanpa mau melihat secara lebih jelas apa yang mereka bilang itu
benar atau tidak.
Ah, dan ini salah satu kisahku, kisah hubungan LDR ku dengan kekasihku yang masih tetap
berlanjut sampai sekarang.
Namaku Aulia, dan nama pacarku Ikhbal kami menjalani kisah LDR sudah hampir tiga tahun
lebih, Kami LDR Bengkulu-Padang.
Aku masih duduk di kelas 3 SMP saat ini begitupun dengan dia. Sebelum kami memutuskan
untuk menjalin suatu hubungan, kami adalah teman.
Teman yang bertemu di lapangan sekolah saat itu. Saat pertama kami bertemu, dia adalah lelaki
yang sangat pendiam, cuek, bahkan tidak mau berinteraksi dengan siapapun, dia hanya berbicara
seadanya dan kemudian pergi begitu saja. Hal itu yang membuatku tertarik kepada nya. Rambutnya
yang ikal, bulu mata yang lentik dengan warna mata yang coklat serta senyum nya yang indah
membuatku semakin ingin berlama lama dekat dengannya.
Aku selalu mencari perhatiannya dengan caraku yang mungkin terkesan aneh dan berlebihan.
Aku sering pergi ke kelas nya hanya untuk melihat dia dengan alasan meminjam sapu ijuk ataupun
sekedar lewat saja, bahkan aku rela berangkat lebih awal hanya untuk melihat dia datang dari arah luar
pagar.
Aku juga selalu mempertanyakan tentang dia kepada teman kelas nya, namun sayangnya tidak
banyak yang tau tentang nya karena dia sangat pendiam. Tapi aku tidak menyerah sampai disitu, aku
berusaha mencari media sosial yang dia pakai dengan bantuan Handphone lama ku.
Setelah aku berusaha untuk mencari tau tentang dia, akhirnya kami bisa berkenalan secara
langsung, walaupun hanya sekedar tau nama lengkap nya dan alamat tempat tinggalnya. Hal itu yang
membuatku semangat untuk berangkat sekolah setiap harinya da mengikuti segala kegiatan sekolah.
Kami bertman layaknya teman biasa. Kami saling mengabari, kami saling berkomunikasi baik
dalam via Masangger, WhatsApp, Facebook dan sebagainya, kami masih SMP pada saat itu. Kami juga
masih tinggal tinggal di kota yang sama denganku, yaitu Kota Bengkulu.
Pertemanan kami terus berlanjut hingga pada suatu waktu saat aku sedang menyapu halaman
rumah, Ikhbal mengirim ku pesan singkat lewat Masangger, karena saat itu kami lebih sering
berhubungan di Masangger ketimbang media sosial lainnya. Pesan itu awalnya hanya seperti pesan
biasa seperti dia yang menanyakan kegiatan ku, makanan kesukaan ku dan sebagainya. Aku sangat
senang saat itu, rasanya seperti mendapatkan kejutan di siang bolong.
Ikhbal selalu mengirimku pesan singkat yang membuat ku salah tingkah setiap membaca pesan
darinya, tak jarang pula ia menceritakan kegiatan sehari-hari nya kepadaku. Hal itu memang terlihat
biasa saja, namun bagiku itu adalah sebuah kesenangan tersendiri bisa bercerita dengan dia walaupun
hanya via media sosial.
Setelah beberapa hari kami saling mengirim pesan, Ikhbal mulai membahas soal lain seperti
menanyakan aku yang sudah memiliki pasangan atau belum. Aku jawab dengan jujur jika aku tidak
memiliki pasangan karena memang aku belum berani untuk mencoba hal itu, dengan alasan lain aku
juga menunggunya untuk peka. Tapi dia tetap tidak percaya kepadaku, karena aku memang memiliki
banyak teman lelaki yang membuat dia berfikir tidak mungkin aku belum memiliki pasangan.
Saat itu, di sekolahku sedang ada acara pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS. Kebetulan kakak
tingkat ku menawarkan aku untuk ikut serta dalam organisasi OSIS tersebut. Awalnya aku tidak mau
untuk ikut organisasi itu karena aku tidak memiliki banyak teman disana. Aku kembali ke kelas dan
bermain seperti biasa bersama teman-temanku, tak lama kemudian perwakilan dari OSIS kembali
menghampiriku untuk membujukku ikut dalam organisasi itu. Aku sempat mengelak dari mereka,
namun tiba-tiba Ikhbal lewat di depan kelas ku dan tersenyum lalu bertanya kepadaku
Seketika aku tersenyum lebar “Oh ini, aku di tawarin jadi OSIS tapi males banget.”
Ikhbal pun mendekat kepadaku dan melihatku dengan tatapan tajam nya “Terima aja, lagian buat
belajar jadi tanggung jawab juga kan.”
Setelah mendengar jawaban itu, tanpa pikir panjang aku langsung menerima tawaran menjadi salah satu
anggota OSIS di sekolahku. Dan semenjak itu, aku lebih sering mengikuti kegiatan di lapangan.
Beberapa hari setelah aku mencoba untuk terus mendekati Ikhbal, dia tetap saja cuek kepadaku
bahkan tidak mau menyapaku layaknya orang yang tidak saling mengenal. Walaupun saat dia mengirim
pesan di media sosial, kami terlihat begitu dekat, namun pada kenyataannya kami tidak saling menyapa.
Aku terus mencoba mendekatinya sampai aku sering tidur larut malam untuk belajar supaya aku bisa
mengerjakan soal ujian dengan cepat dan keluar lebih awal hanya untuk melewati depan kelas nya.
Melihat dia secara sekilas dengan waktu yang sangat singkat pun sudah cukup menurut ku.
Walaupun dia tidak pernah merespon aku tapi setidaknya dia tau kalau aku selalu memperhatikannya.
Aku lebih sering main di depan kelas di bawah pohon bunga pucuk merah, sembari menunggunya keluar
kelas terkadang aku membaca buku di bawah pohon ataupun bernyanyi bersama teman temanku.
***
Satu bulan pun berlalu, namun aku masi saja belum bisa dekat dengan Ikhbal. Dia tidak pernah
merespon semua hal yang aku lakukan untuk menarik perhatiannya. Bahkan ketika aku ingin berbicara
ataupun sekedar menyapa, dia selalu menghindar. Tapi aku masih terus melakukan hal-hal konyol di
depan dia.
Waktu terus berjalan dan aku pun mulai lelah untuk terus bersikap aneh di depannya, tanpa aku
sadari aku juga mulai menjauhi nya karena aku sadar bahwa semua yang aku lakukan akan sia sia jika ia
pun tidak pernah merespon semua yang aku lakukan. Aku mulai membalas pesan dia secara singkat,
tidak lagi menyapa dia ketika bertemu di sekolah, memilih untuk lebih banyak diam di kelas supaya tidak
bertemu dengannya. Awalnya memang susah untuk membiasakan itu, karena kami selalu bertemu di
sekolah, apalagi kelas nya hanya bersebelahan dengan kelas ku.
Anehnya, ketika aku mulai terbiasa untuk bersikap biasa saja kepadanya, dia justru menujukkan
perhatian-perhatian kecil kepadaku. Aku semakin ragu untuk menjauhinya, karena aku pikir dia sudah
mulai berubah dan bukan Ikhbal cuek yang aku kenal. Namun aku sudah terlanjur move on dari nya, dan
melihatnya pun sudah biasa saja.
Ikhbal selalu menghubungi ku lewat pesan pesan singkat yang ia kirimkan, memang terkadang
pembicaraan kami sangat tidak masuk akal . Tapi hal itu yang membuat aku semakin sulit untuk
menjauh dari dia. Aku memutuskan untuk tidak membalas pesannya untuk waktu yang lama, supaya aku
bisa menjauh dari dia dan melupakan dia.
Aku terus mencoba untuk tidak mencari tahu semua tentang dia dan berusaha tidak peduli
tentang apapun yang berhubungan dengan dia. Sampai pada di satu waktu, dia hampir menabrakku di
depan kelas, yang membuat dia harus menarik tanganku dengan keras supaya aku tidak terjatuh
Dia pun menatapku sembari menarik tanganku “Hampir aja jatuh, maaf ga sengaja”
Aku pun langsung berlari kedalam kelas sambil tertawa riang. Dan dari situlah aku berfikir untuk tetap
melanjutkan pertemananku dengan dia, tanpa harus menjauhinya.
Seperti halnya menyukai senja yang tak perlu ku jelaskan, aku selalu menyukai matamu. Menatap lebih
dalam ke sana, lalu menenggelamkan diriku berlama lama. Tidak ingin berlari lagi. Segala penat seolah
menemukan obatnya. Matamu selalu bisa menenagkan segala yang gusar. Menenangkan segala yang
sudah terlalu jauh berjalan. Aku melihat diriku semakin dalam, semakin tidak mau keluar dari matamu.
Itulah sebab mengapa aku suka mengajakmu duduk berlama-lama. Terkadang tidak terlalu banyak
bicara. Kita hanya menikmati udara sambil saling menata. Dalam hati, aku selalu memanjatkan doa, agar
denganku saja kamu ingin menetap.
Ujian kenaikan kelas pun tiba,kami subuk dengan tugas kami masing masing hingga kami lupa
untuk saling mengabari. Malam sebelum ujian, aku mengulang Kembali materi yang diberikan oleh
guruku. Ikhbal menghubungi lewat telefon ku untuk menanyakan materi yang tidak dia pahami sembari
mengobrol dan bercanda tawa. Dia juga memberikanku semangat untuk mengerjakan ujian esok hari.
Seperti hal nya yang lain, saat menelpon kalimat yang akan di ucapkan pasti tidak jaug dari kata `halo’
dan selanjutnya obrolan pun tercipta. DItengah percakapan , Ikhbal bertanya kepadaku
“Oh ya, dari tadi ikan kita udah bahas masalah pelajaran terus. Aku mau nanya sesuatu deh sama kamu
sya”
“Apa kamu siap kalo ada orang baru yang siap masuk ke kehidupan kamu dan jadi bagian di hidup
kamu?”
Aku sangat terkejut mendengar pertanyaannya, juju raku tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.
Namun aku mencoba bertanya Kembali kepadanya untuk memperjelas pertanyaannya.
“Maksud kamu gimana yaa, aku kurang paham. Cobalangsung ke inti nya aja ball”
“Aku mau jadi bagian di hidup kamu, Aku udah suka kamu dari lama tapi aku baru berani bilang
sekarang. Mungkin kedengaran aneh tapi itulah kenyatannya syaa.”
Aku ga menjawab, jujur aku masih bingung harus jawab apa. Aku juga masih heran kenapa ikhbal tiba
tiba ngomong itu. Aku masih diam tak berani berbicara sepatah kata pun
Dengan nada rendah, aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari ikhbal.
“Aku serius ya, aku tau kamu mungkin ga percaya sama aku. Aku tau ini terlalu cepat buat kita. Tapi, Aku
serius sayang sama kamu yaa”
Aku bingung saat itu, aku ingin menerimanya namun aku tidak mau hal itu bisa mengganggu
sekolah ku dan membuat ku tidak fokus sekolah. Tapi di sisi lain aku juga takut kalo dia sakit hati.
“Eumm bal, maafin aku yaa, aku belum bisa jawab sekarang. Tapi mungkin aku bakal jawab itu besok ,
soalnya ini udah malem juga kan aku mau istirahat.”
“Iya gapapa, aku pasti nunggu kok. Tapi jangan kelamaan ya hehe. Semangat ujiannya yaa semoga dapet
nilai yang baguss”
Aku pun langsung mematikan telfon dan tidur dengan pikiran yang kacau.
Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah bersama temanku, indra namanya. Dia sahabat ku
dari SD. Kami berjalan melewati lapangan menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku bertemu dengan
ikhbal yang sudah menungguku bersama teman temanku. Aku mendadak takut untuk menyapa ikhbal,
padahal bertemu dengannya adalah hal yang selalu aku tunggu.
“Heii tumben berangkat agak siang hari ini?” suara nya yang lembut menyapaku di pagi hari.
“Oh iya, tadi aku telat bangun jadi agak telat gini deh.”
Aku pun membalasnya hanya dengan senyuman kemudian pergi ke dalam kelas untuk bersiap
mengerjakan ujian.
Setelah ujian selesai, aku dan teeman-teman ku bergegas pergi ke kantin karena kami belum
sempat sarapan. Aku bertemu Ikhbal lagi di kantin, dia tidak melihatku namun aku memandanginya dari
jauh. Senyumnya yang indah membuatku tidak fokus saat makan. Terkadang aku cemburu melihat dia
tersenyum di depan banyak orang karena mereka bisa saja menyukai senyuman Ikhbal yang manis.
Ujian hari pertama pun selesai dan aku segera pulang , aku langsung membuka telfon genggam
ku hanya untuk mengecek pesan dari Ikhbal. Dan benar Ikhbal sudah mengirimkan pesan untukku. Dia
menanyakan tentang jawaban ku tentang pertanyaan semalam. Aku masih ragu untuk menjawabnya,
namun akhirnya aku menerima dia menjadi kekasihku. Ya memang ini adalah harapan terbesarku dari
awal bertemu dengan dia, namun aku juga merasa takut ketika aku sudah menjalani hubungan ini
dengan dia.
Ujian pun telah selesai dan sekolah kami mengadakan berbagai macam lomba, Dia ikut lomba
tarik tambang dan futsal sedangkan aku menjadi suporter nya di pinggir lapangan. Aku melihat dia
sangat bersemangat mengikuti lomba itu, melihat tubuhnya yang penuh keringat membuat ku ingin
cepat cepat mengusap kepalanya menggunakan tissue yang sudah aku beli sebelumya. Setelah
pertandingan selesai, dia menghampiri ku ke pinggir lapangan dan mengajakku untuk pulang. Di tengah
lapangan dia menggandeng tanganku, aku sangat salah tingkah di buatnya dan dia juga tidak
mengatakan apa apa , hanya tersenyum memandangku yang sedang menahan malu menahan malu.
***
Libur semester pun telah tiba, dan kami pergi berlibur ke kota kelahiran kami masing masing.
Aku pergi ke kota Jogja dan dia pergi ke kota Medan. Kami berlibur selama 2 minggu dan selalu berkabar
melalui masangger. Kami sangat sibuk dengan kegiatan kami masing masing. Sampai pada di satu hari
saat aku sedang menonton film horor, dia mengirim pesan singkat padaku yang bertuliskan kata
“putus”. Padahal sebelumnya kami baik baik saja dan tidak ada pertengkaran sama sekali. Aku pun
menanyakan kepadanya, kenapa dia meminta putus secepat itu. Tapi dia tidak menjawan dan terus
mengatakan kata itu. Bak petir di siang bolong rasanya, sedang berlibur tiba tiba mendapat pesan
singkat yang isinya kata seperti itu, aku sedih tapi aku juga bingung. Tiba-tiba dia menelfonku
“Haii, kita putus ya” ujar nya dengan suara yang lembut
“Loh kenapa? Ada apa kok tiba tiba gini? Jawabku dengan penuh kebingungan
“Aku mau sendiri aja, dan aku rasa kita juga ga cocok”
Aku pun langsung mematikan telfon itu, dan masih dalam kesadaan bingung dengan ucapannya
tadi. Tapi aku tidak terlalu memikirkan itu karena aku juga sedang berlibur jadi kenapa aku harus
bersedih.
Aku tetap melanjutkan liburanku tanpa harus memikirkan dia yang mungkin juga tidak
memikirkan ku. Aku terus menyibukkan diri hingga aku bisa melupakan kesedihanku, aku berkeliling
kota bersama kakakku dan saudara ku yang lain. Hingga beberapa hari kemudian dia menghubungiku
lagi melalui masangger . Masih dengan candaan nya yang tidak lucu, dia menanyakan kabarku
“Oh , baik” jawabku dengan singkat karena masih menyimpan rasa kesal dengannya.
“Kamu masih marah ya sama aku tentang hal kemaren?, maaf ya aku ga bermaksud kok buat nyakitin
kamu” ujarnya .
“Hahaha biasa aja lagi, yaudah aku mau lanjut main. Bye” Aku langsung mematikan telepon ku supaya
dia tidak menghubungiku terus, dan aku bisa melanjutkan aktivitas ku.
Tak terasa liburan pun hampir usai dan aku harus kembali bersekolah , aku sangat malas untuk
pergi sekolah karena harus bertemu dia di sekolah. Ditambah lagi kelas aku dan kelas dia sangat
berdekatan, pasti kami akan selalu bertemu.
Setiap pagi aku berangkat lebih awal, bukan lagi untuk melihat dia datang dari luar gerbang, melainkan
ingin cepat-cepat masuk kelas supaya tidak bertemu dengan dia. Sekarang bertemu dengan dia adalah
suatu hal yang sangat menakutkan untukku.
Aku masih aktif di kegiatan osis, salah satunya yaitu meminta sumbangan pada hari jumat ke
seluruh kelas, lagi lagi aku tidak punya alasan untuk menghindar dari dia. Tibalah saat aku meminta
sumbangan ke dalam kelas nya, Dia senyum lebar kepada ku seakan akan kami masih dekat.
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus tersenyum juga atau mungkin pergi begitu
saja. Aku gugup dibuat nya, ingin rasanya cepar cepat keluar dari kelas itu. Setelah semua dimintai
sumbangan, aku buru-buru keluar ruangan karena aku sudah malas untuk melihat nya terlalu lama.
Teman temanku selalu bertanya kepadaku tentang sikapku yang tiba tiba berubah saat bertemu
dengan dia.
“Kamu kenapa sih kok menghindar terus dari tadi? Ada masalah ya? Tanya mereka dengan muka datar
“Ah engga, Cuma lagi banyak pikiran aja” jawabku dengan sangat gugup.
“Oh yaudh deh, kalo ada apa apa bilang ke kita yaa, kita pasti bantu” .
Tentang Kita
Ternyata dunia tak memperkenankan kita bersatu untuk waktu yang lama.
Aku terus mencoba untuk mendekatinya, berharap dia masih bisa menerimaku sebagai seorang
teman. Tapi dia tetap tidak mau melihatku, aku juga bingung dengan sikap nya sekarang . Aku tidak
merasa memiliki kesalahan yang besar dengan dia, tapi dia selalu menjauhi ku tanpa sebab. Sampai satu
saat kami bertemu di depan kelas dan aku menanyakan tentang dia yang selalu menjauh dariku.
“Heii, mau kemana kamu? Kalo ke kantin titip dong” ujarku sambil menjulurkan uang kepadanya
“mau main” . Jawabnya dengan sangat singkat dan pandangan yang tajam
“Gausah.” Dia menjawab dengan sangat singkat lalu pergi meninggalkan ku.
“MAAIINNN”…
Disitu aku langsung terdiam dan duduk di depan kelas, aku berfikir dia sedang menjauhi ku tapi aku tidak
tau alasannya.
Aku mencoba mendekati temannya dan mencoba bertanya tentang dia kepada temannya. Namun
sayangnya semua tidak ada yang tau tentang dia. Sampai pada satu waktu aku bertemu dengan sahabat
dekat nya yang bernama Yoga, aku bertanya kepadanya kenapa Ikhbal menjauhi ku sampai tidak mau
lagi menyapaku.
Jawaban Yoga membuatku sangat terkejut, dia berkata bahwa ikhbal telah dekat dengan wanita lain
yang bernama Via. Aku terus menggali info tentang Ikhbal dan Via, ternyata Ikhbal memang sudah
sangat dekat dengan via. Aku mencoba menyapa ikhbal untuk kedua kalinya untuk menanyakan hal itu
“Mau nanya tentang via hehe, ciee udah sama via yaa? Tanyaku sambil menahan rasa marah dan
cemburu
“So tau ih” . Setelah mengatakan itu, Ikhbal langsung pergi meninggalkanku sendiri di depan kelas.
Aku merasa belum puas dengan jawaban itu, aku terus mencari tahu tentang Ikhbal dan via namun
memang tidak ada seorang pun yang tau.
Aku tidak bisa berbuat banyak, cemburu pun aku tidak bisa karena dia bukan siapa siapa ku saat ini.
Rasanya setelah mengetahui hal itu, aku jadi sangat sedih dan kehilangan harapan untuk dekat dengan
dia lagi. Aku mulai menjauhinya perlahan dan tidak lagi menyapa ataupun melihatnya di sekolah, karena
aku tidak mau terus terusan jatuh cinta kepada orang yang tidak mencintaiku. Sulit memang untuk
melupakannya karena aku sudah sangat lama menyukai dia secara diam-diam.
Setelah beberapa minggu , akhirnya aku berhasil untuk menjauhi Ikhbal dan sama sekali tidak
berkomunikasi dengan dia. Bukan aku mau memutus pertemanan dengan dia, tapi karena aku mau
melupakan dia secara perlahan.
“Huftt, akhirnya udah bebas dari masa-masa gamon ituu dan udah bisa buat fokus ke hal lain
lagi, tapi iya sih masih suka keinget kalo pas ketemu di sekolah, yaudah deh lupain” gumam ku sembari
berjalan memasuki kelas.
Aku sering duduk melamun di depan kelas bersama sahabat ku , Fitri. Dia sahabat ku di kelas 2
SMP ini, dan dia selalu mendengarkan segala cerita dan keluh kesahku.
Saat aku sedang asik mengobrol bersama Fitri, tiba tiba aku disapa oleh kakak kelas ku yang aku sendiri
sama sekali tidak kenal dia sebelumnya
“Bau bau PDKT nihh” dia terus mengejekku hingga aku kesal.
Setelah selesai jam istirahat, kami belajar seperti biasa hingga waktunya pulang. Jam
menunjukkan pukul 12.00. Dimana itu adalah jam pulang. Aku pun buru buru pulang karena banyak PR
yang diberikan guruku di hari itu. Setelah sampai di rumah, aku membuka ponsel ku untuk mengecek
tugas tugas yang dikirimkan melalui file oleh guruku.
Tiba tiba ponsel ku berdering dan setelah aku cek ternyata kakak kelas ku, Tama. Dia mengirimkan pesan
kepadaku , aku malas untuk meresponnya karena aku belum mengenalinya. Dia terus mengirim pesan
kepadaku sampai akhirnya aku membalas pesannya walau secara singkat. Kami berkenalan dan saling
bercerita tentang keseharian kita masing masing. Aku merasa percakapan kami semakin lama semakin
tidak masuk akal, membicarakan hal random tapi dia selalu membuat aku tertawa dengan pesan singkat
yang ia kirimkan. Menurutku, dia orang yang baik walaupun sedikit aneh dan menyebalkan.
Pertemanan kami pun terus berlanjut hingga kami saling dekat dan sering bertemu di sekolah
walaupun hanya sekedar memanggil nama ataupun mengusap kepalaku. Aku merasa senang waktu itu,
namun aku memang menganggapnya seperti kakakku saja, karena dia memang satu tahun lebih tua dari
pada aku. Aku sering duduk di depan kelas hanya untuk melihatnya bersama sahabatku, dia juga sering
keluar kelas dengan alasan membuang sampah.
Aku dan Tama semakin dekat dan sering mengirim pesan hingga tengah malam, dia sering memberikan
perhatian-perhatian kecil kepadaku, menanyakan keseharian ku dan tugas tugas ku. Aku selalu bersikap
biasa saja dengan dia, namun karena dia sering memberikan perhatian-perhatian kecil nya , aku jadi
semakin terbuka dengan dia.
Sampai pada di satu waktu , dia mengutarakan perasannya kepadaku melalui pesan singkat namun aku
langsung menolaknya karena aku tidak mau mengulang hal yang sama seperti aku dan Ikhbal
“Apa bang?”
“Yaudah deh gapapa, mungkin lain kali kamu bisa terima aku”
Aku merasa bersalah telah menolaknya, tapi aku juga tidak mau mengulang kejadian yang sama. Aku
belum siap untuk patah hati lagi.
Setelah kejadian itu, aku dan Tama masih menjalin hubungan baik, kami masih sering menyapa
dan mengirim pesan melalui masangger. Awalnya aku takut untuk bertemu dengan dia, tapi dia tidak
mempermasalahkan aku yang telah menolaknya, dia bilang dia akan terus menungguku.
Aku bercerita tentang hal ini kepada sahabatku, Fitri saat bertemu di sekolah keesokan harinya. Dan dia
sangat mendukung hubungan ku dengan Tama, namun aku masih ragu untuk itu.
“Aduhhh liaa, aneh kamu tuu. Terima aja lagiii ga kenapa napaaa”
“WLEEEEE..”