Pawas B.INDO
Pawas B.INDO
Pawas B.INDO
Andai dulu aku tidak pernah bertemu dengannya mungkin hati ini
tidak akan pernah terluka tapi apalah dayaku yang selalu hidup di
neraka yang bernama kesepian ini.Apakah ini cuman sekedar ujian
ataukah cuman pembelajaran untuk diriku? Entahlah, aku tidak peduli
suatu hari mungkin terulang kembali mau bagaimana lagi inilah
kehidupan terkadang kita berada di atas pun sebaliknya. Tidak ada
kebahagiaan tanpa adanya luka atau pengorbanan jika ada mungkin itu di
syurga jika ingin meraihnya usaha mu apa? Ingat!! Kamu hanya manusia
biasa tempatnya salah dan juga dosa.
Aku tak tahu ini sebuah kisah, motivasi, atau hanya suara hati
bahkan bisa jadi keduanya. Oh ya, aku belum cerita siapa orang ini
yang mungkin bisa merubah hidup ku dan bisa mengisi kekosongan di
dalam hati ini.
Waktu itu, awal masuk sekolah ditengah pandemi yang sedang ganas-
ganas nya beribu-ribu orang yang tewas. Sekolah di ubah yang awal nya
tatap muka menjadi daring, semua siswa di Nusantara mendadak lebih
sering bermain dengan HandPhone daripada dengan temannya.
Aku dekat dengan dia berawal dari bergurau bersama. Dia itu
sukanya mencoret-coret tanganku, pertanyaannya kenapa harus aku? kan
masih banyak yang lain. Jawabannya simpel karena kalau dia mencoret-
coret tangan ku, aku tidak pernah marah. Memang benar, buat apa juga
marah selagi bisa di hapus kan. Dia tiap-tiap hari saat di kelas
melakukan hal itu saat aku tidur, saat dia gabut, saat bermain.
Sepertinya dia sekolah itu cuman buat coret-coret tanganku tapi tak
apalah selagi dia bahagia akupun bahagia. Hingga suatu hari perasaan
itu muncul kembali secara tiba-tiba.
Cerita, cerita dan cerita itu yang aku lakukan di bulan itu
hingga tinggal sehari dia berulang tahun. Aku bingung ingin memberi
hadiah apa. Boneka? Dia takut boneka, coklat? Mungkin saja sih tapi
itu terlalu berlebihan bagiku. Setelah lama memikirkannya akhirnya aku
memutuskan untuk memberinya puisi. Sederhana sih, tapi mau memberinya
apa lagi kalau bukan itu. Malam itu aku langsung membuatkan puisi
tersebut. Tepat pada tanggal duapuluh enam Oktober aku berencana
meberikan puisi itu secara diam-diam agar dia tidak mengetahuinya.
Sebenarnya rencanaku sederhana. Saat dia keluar, puisi itu aku letak
kan di tempat alat tulis miliknya agar saat pulang nanti dia bisa
membacanya di rumah tapi dia malah membaca puisi itu di kelas tak
apalah yang penting dia membacanya daripada puisi itu di buang kan
jadi sia-sia usaha ku kemarin, biarlah dia bahagia hari itu.
Libur sekolah hampir tiba. Seluruh siswa senang mendengar hal itu
kebanyakan orang berlibur bersama keluarga, teman bahkan ada yang
berlibur bersama pasangannya. Hanya aku yang tidak beruntung
keluargaku sibuk semua, pasangan tidak punya tapi ada teman yang
mengajak ku pergi jalan-jalan. Dialah satu-satunya sosok teman yang
mengerti diriku. Waktunya telah tiba, hari pertama liburan masih
seperti biasanya bermain game, scroll instagram, dan banyak lagi hal-
hal yang tidak berguna. Hingga di hari kedua aku dan teman ku
berangkat menuju suatu tempat dimana tempat itu adalah air yang jatuh
dihimpit oleh dua tebing tinggi. Yah, itu air terjun banyak yang tahu
tentang fenomena alam tersebut. Hari itu semua berjalan sesuai
rencana, tidak ada hambatan. Mungkin kalian bertanya soal air terjun
tadi apakah indah? Jelas. Kalian meragukan ciptaan Tuhan? Jangan
sampai, itu kesalahan terbesar jika kalian melakukannya. Hari demi
hari yang bosan telah kulalui ingin sekali aku menghilangkan rasa
bosan itu tapi mau bagaimana lagi. Mengajak dia jalan-jalan? Liburan
bersama? Atau mungkin makan bersama? Itu semua hanya angan-angan
diriku bisa disebut dengan halu!. Kenapa? Bukankah itu mudah tinggal
mengajaknya. Aku tidak sebodoh itu kawan, Aku hanya seseorang yang
mencintai bukan dicintai olehnya. Sungguh, jika itu terjadi aku
berteriak kepada Tuhan "Terimakasih Tuhan! Engkau telah mengabulkan
do'a ku". Tetapi apa yang terjadi? Aku hanya dianggap sebagai teman
bahkan sebuah pelampiasan baginya. Sungguh sangat sakit sekali hati
ini setelah lama sekali aku berjuang ternyata berujung
menjadi pelampiasan.
Itulah kehidupan kadang ada orang yang menyukai kita tetapi kita malah
menyukai orang lain pun berlaku sebaliknya. Kita hanya perlu berjuang,
berjuang dan berjuang sampai kapanpun tetap jalani meskipun banyak
rintangan dan hambatan sampai kita menunaikan janji yang
hakiki yaitu Mati.