Nama: Lia Dewi Septiani NIM: 2108140020 Kelas: 3 D
Nama: Lia Dewi Septiani NIM: 2108140020 Kelas: 3 D
Nama: Lia Dewi Septiani NIM: 2108140020 Kelas: 3 D
NIM : 2108140020
KELAS : 3 D
HARUS BERBOHONG
Dimulai dari mimpiku ingin menjadi seorang paskibraka tingkat kabupaten, aku mengenal
dia. Ehemm sebelumnya perkenalkan namaku Sofia baru naik kelas 2 SMA aku termasuk
pendiam saat berada di terlalu keramaian. Ketika di barak atau tempat penginapan pendidikan
paskibraka aku benar-benar menjadi seorang yang sangat pendiam dengan segala kedongkolan
yang ku terima dari semua seniorku. Di sana aku mengenal banyak orang dan kegalauanku pun
mulai berkurang. Kurang lebih 3 minggu aku dididik menjadi seorang paskibraka di sana
“Sa, tahu nggak di sana itu banyak senior-senior tampan dan baik pula,” kataku dengan
semangat.“Ahh, pacarku yang lebih ganteng dari siapa pun,” ujar Elsa sahabatku.
“Yah baiklah, jadi ceritanya mau sombong udah punya pacar, aku belum, oke,” kataku sambil
menghadap ke arah lain.“Hehe,” cengengesan, “iya maaf maaf, ya kamu deketinlah, pdkt gitu,”
Aku memikirkan kata-kata Elsa tadi memangnya siapa yang mau sama aku? pikirku dalam
hati. Tiba-tiba handphone-ku berdering sms masuk ternyata temanku saat di barak dia cerita
kalau dia naksir sama seorang senior cowok kami, aku tiba-tiba deg-degan mendengar namanya,
Kak Aldo sapaan itu yang selalu ku panggil padanya. Dia sosok cowok tampan dan manis
berusia 19 tahun yang rajin salat hehe. Cerita temanku terputus katanya akan disambung saat
Duta belia adalah semacam liburan untuk kami anggota paskibraka yang telah berhasil
menjalankan tugasnya. Tujuan duta belia kami adalah kota Palembang selama 5 hari. Aku
bertemu dengan teman-temanku kembali termasuk dia yang menyukai Kak Aldo dan tak
disangka kami dapat satu kamar di hotel. Dia bercerita kalau dia udah nembak Kak Aldo tapi
ditolak padahal dia nggak punya pacar. Aku mulai penasaran dan mencoba untuk melontangnya
(ngetes dia) aku sms dia dengan nomor yang diberi temanku. Dengan banyak sekali basa-basi
Dari awal niatku hanya main-main tetapi suatu hari dia nembak aku walaupun hanya lewat
sms malam itu, tidak menyangka dia bilang kalau dari awal masuk barak dia menyukaiku.
Malam itu dia benar-benar sukses membuatku terdiam aku tidak bicara dan berusaha untuk
bilang “ya”. Akhirnya kami jadian, 7 september 2015 hari yang benar-benar ku ingat sampai
sekarang. Seminggu pertama masih terasa manis hingga malam itu kami bertemu karena kami
berhubungan LDR. Minggu berikutnya mulai berubah dia mulai menyebalkan membuatku kesal
dengan singkat cerita dia menyakitiku dengan kata-katanya itu (masih mau lanjut nggak nih?)
Pertanyaan itu yang sulit ku jawab. Dalam hatiku selalu bertanya apa maksudnya apa dia mau
Pikirku melayang ke mana ke mari ku mencari jawaban mencurahkan isi hatiku pada
semuanya dan mencoba untuk bertahan hingga masa pacaran kami sampai satu bulan. Dengan
dua kali pertanyaannya yang membuatku kesal. “Aku harus bertindak!” kataku dalam hati. Aku
mengetesnya dengan tidak menghubunginya dalam waktu seminggu tetapi hasilnya dia benar-
benar tidak mempedulikanku. Tanpa berpikir panjang lagi dengan segala kekecewaanku, aku
putuskan untuk menyudahi hubungan pacaran kami dan kami berubah kembali menjadi teman.
Hari terus berlalu setelah ku putus dengannya, 11 oktober 2015 yang lalu. Aku terus
menghubunginya selalu memikirkannya dan aku benar-benar belum bisa move on. Sampai dia
pacaran sama orang lain lalu putus lagi aku tetap masih sayang sama dia. Beberapa bulan
kemudian aku masih sama seperti dulu masih dengan sayang yang sama mungkin karena dia
cinta pertama dan pacar pertamaku dan belum ada orang lain yang mengubah posisinya. Suatu
hari di latihan paskibra sekolah kami dia datang. Aku benar-benar malu saat itu mengingat kalau
Teman-teman tiba-tiba meledek kami berdua karena kami pernah cinlok di barak. Tetapi satu
kata dari dia yang membuatku terdiam dia berkata usia kami adalah usia pacaran yang memang
untuk putus kalau tidak putus maka akan menikah karena nafsu atau berzina. Cukup tidak suka
aku mendengar dia berkata seperti itu aku pun berucap, “Lebih baik cari yang lain.” mau
bagaimana lagi aku sudah terucap walaupun dalam hati aku masih menyayanginya belum bisa
move on darinya dengan segala kekesalan, ku putuskan untuk membunuh perasaanku padanya.