LKPD 3.1
LKPD 3.1
LKPD 3.1
Langkah_langkah:
1. Peserta didik membaca penggalan teks cerita pendek berjudul “Rajin Belajar”
“Rajin Belajar”
Hari Senin yang sangat cerah. Setelah anak-anak selesai melaksanakan
upacara bendera, mereka semua menuju kelasnya masing-masing untuk belajar di
kelas nya.
Hari ini ada empat mata pelajaran yakni, matematika, bahasa indonesia, bahasa
inggris, dan sejarah. Mata pelajaran yang pertama adalah matematika. Bapak guru
menyuruh untuk mengerjakan halaman 7 sampai 8.
Suasana di dalam kelas nampak hening ketika para siswa sedang mengerjakan
soal yang diberikan oleh bapak guru tersebut. Setelah selesai, kemudian pak guru
berpesan kepada murid-muridnya untuk mempelajari materi perkalian dan
pembagian dengan soal cerita karena sewaktu-waktu akan diadakan tes dadakan.
Usai melaksanakan proses belajar di sekolah, para siswa pulang ke rumahnya
masing- masing.
Dinda, Nuryati, dan Indah pulang bersama, mereka bertiga berjalan kaki
karena memang jarak sekolah ke rumah mereka tidak terlalu jauh.
“Setelah makan siang nanti kita bermain bersama ya? Di rumahku ada boneka baru
yang dibelikan ayahku dari Bandung.” pinta Indah kepada kedua temannya.
“Asyik.” ucap Dinda dengan penuh kegembiraan.
“Gimana, Nur, kamu bisa ikut gak?”
“Aku tidak bisa ikut. Aku mau belajar saja, karena tadi kan pak guru berpesan
untuk belajar untuk persiapan karena akan ada tes dadakan.” jawab Nuryati
dengan polosnya.
Sesampai di rumahnya, Nuryati langsung ganti baju, makan siang, kemudian
tidur siang agar malamnya dia bisa belajar dengan tenang dan bisa konsentrasi.
Malamnya Nuryati belajar. Sesekali ia bertanya kepada ayahnya jika ada yang
kurang paham dengan materi di buku.
Sedangkan Dinda dan Indah asyik bermain boneka hingga larut sehingga
mereka tidak sempat mempelajari materi. Keesokan harinya mereka berangkat
bersama, sesampai di kelas, ternyata memang ada tes dadakan.
Dinda dan Indah merasa kesulitan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh pak
guru. Akhirnya mereka mendapat nilai jelek sehingga mereka harus mengulang tes
susulan.
Lain halnya dengan Nuryati. Ia mendapat nilai terbaik di antara teman satu
kelasnya karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh sesuai nasihat
gurunya. Bapak guru meminta agar Dinda dan Indah belajar dengan temannya,
Nuryati.
“Wah, Nur, selamat ya, kamu mendapat nilai terbaik. Besok kita akan ikut belajar
denganmu ya.” ucap Dinda pada Nuryati.
Hari itu matahari bersinar dengan sangat terik, seakan-akan sang raja
siang itu ingin membakar semua yang ada di bawahnya. Namun, di
tengah-tengah panasnya hari tersebut, seorang anak laki-laki sedang duduk
di bawah pohon sambil menjaga keranjang kuenya. Dia adalah Doni, seorang
anak kurus dengan rambut hitam yang sedikit ikal.
“Hey, Don, berapa harga donat itu?” tanya Aisyah, sambil menunjuk ke
arah kue yang ada di dalam keranjang miliknya.
“Murah kok, hanya lima ribu,” jawab Doni.
“Kalau begitu berikan aku satu dong,” pinta Aisyah.
Aisyah adalah seorang gadis yang baik, salah satu teman sekolah Doni.
Mereka berdua bersekolah di SMP Teladan, sebuah sekolah yang sangat
bagus dan kebanyakan muridnya berasal dari keluarga yang kaya. Kecuali
Doni, dia berbeda dengan teman-temannya. Ayahnya telah meninggal dunia,
yang ada hanyalah ibunya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Doni dan
ibunya hidup dengan sangat susah, bahkan dia harus membantu ibunya
berjualan kue di sekolah untuk membiayai sekolahnya.
Meskipun dia harus berjualan di sekolah, dia sama sekali tidak merasa
malu. Padahal banyak teman-temannya yang selalu mengejek dirinya.
Bahkan ada sebagian guru yang tidak menyukai perbuatanya tersebut, tetapi
itu semua tidak menjadi masalah bagi Doni. Dia telah kebal dengan itu
semua karena dia memiliki cita-cita yang lebih kuat dari ejekan-ejekan yang
menghampirinya.
“Kamu masih membeli makanan kotor itu, Aisyah?” kata Anjar dengan
nada menghina.
“Kenapa kamu berbicara seperti itu”
“Apa kamu tidak malu makan makanan seperti itu. Donat itu
mengandung kuman yang sangat banyak. Kalau kamu mau nanti aku
belikan Pizza,” Anjar menjawab sambil merampas donat yang ada di tangan
Aisyah dan membuangnya ke tanah..
Melihat perbuatan Anjar, Aisyah menjadi marah. Dia pun hendak
menampar wajah Anjar, tetapi Doni menghalanginya.
“Sudahlah Aisyah, nanti aku ganti yang baru. Jangan dipermasalahkan”
“Apa kamu tidak tersinggung dengan perbuatannya?”
“Sudah, tidak apa-apa kok?” jawab Anton.
“Kau dengar sendiri kan, dia pun mengakui kalau kue yang dia jual tidak
sehat?” ejek Anjar.
Meskipun Anjar terus saja mengejeknya, Doni tetap bersabar. Dia
memang sudah mengetahui watak Anjar yang sombong. Dia pun tahu, Anjar
berperilaku begitu karena ayahnya merupakan ketua komite di sekolah ini.
“Anjar, kenapa kau sombong sekali? Aku tidak menyangka kau berkata
seperti itu? Kau bukan seperti Anjar kecil yang dahulu aku kenal. Mulai
sekarang aku tidak mau lagi berbicara denganmu” bentak Aisyah kepada
Anjar sambil menarik tangan Doni dan menjauhinya.
Semenjak dari kejadian itu, Anjar semakin membenci Doni. Dia selalu
mengganggunya seperti menyembunyikan sepatu Doni, melempar keranjang
Doni, bahkan dia juga sengaja mengancam teman-temannya untuk tidak
membeli kue Doni.
Akibat dari perbuatan Anjar tersebut, penjualan kue Doni semakin
berkurang. Bahkan untuk mengembalikan modal pun sangat susah. Doni
pun semakin kebingungan karena dia tidak bisa membayar SPP untuk bulan
depan. Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan sekolahnya untuk
sementara waktu dan berjualan kue di pasar.
Satu minggu sudah Doni tidak masuk ke sekolah, dia terus berjualan di
pasar mencari uang untuk membayar SPPnya. Aisyah yang tidak mengetahui
hal tersebut merasa khawatir dengan Doni, lalu dia berusaha mencari tahu
keberadaan Doni, tetapi usahanya tersebut nihil.
Doni berusaha dengan sekuat tenaga untuk berjualan di pasar. Dia
telusuri lorong demi lorong pasar itu, dan dia juga menawarkan kuenya
kepada semua orang yang dia temui. Doni terus mengitari isi pasar tersebut
hingga hari menjadi sangat terik, lalu dia beristirahat di sebuah kursi
panjang dekat tempat parkiran mobil. Ketika dia sedang menghitung hasil
yang diperolehnya, Doni melihat seorang yang mencurigakan tengah
membuntuti laki-laki tua yang sedang membawa tas hitam. Benar saja, pria
misterius itu hendak merampas tas milik bapak itu. Doni pun berteriak
untuk memperingatinya hingga dia bisa menghindari perampokan itu.
“Terimakasih, nak, berkatmu perampok itu gagal mengambil tas ini,”
“Tidak apa-apa kok, Pak, kita sesama manusia sudah sepatutnya saling
membantu.”
Pria itu merasa kasihan dengan Doni, dia juga bertanya mengapa dia
tidak bersekolah. Akhirnya Doni menceritakan semua permasalahannya, dia
harus mencari uang di pasar untuk membayar SPP karena ulah temannya si
Anjar.
Dia lalu beranjak dari tempat duduknya dan berkata, “Teruskan
mimpimu nak, aku salut dengan perjuanganmu untuk terus bersekolah.
Andai saja anakku bisa sepertimu.”
..........................
https://brainly.co.id/tugas/18416692
TUGAS
1 Latar :
Waktu
Tempat
2 Penokohan
3 Sudut pandang
4 Alur