Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

4B - Laporan Drosophila

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 44

PRAKTIKUM PADA LALAT BUAH (Drosophila )

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika
dosen pengampu :
Drs. Suhara, M.Pd
Dr. Riandi, M.Si

Oleh :
Kelompok 4
Pendidikan Biologi B 2017
Alshela Hadista Dhiya 1701923
Fildza Huaina Arrifa 1702108
Mulke Choerunisa F 1705041
Sanchia Azaria Sulaeman 1701584
Yulia Sari Surachman 1700942

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
1. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila sp)
2. Determinasi pada Lalat Buah (Drosophila sp)
3. Pengenalan Mutan Lalat Buah (Drosophila sp)
4. Pola Pewarisan Sifat Melalui Penyilangan Lalat Buah (Drosophila sp)
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Pengamatan siklus hidup lalat buah (Drosophila sp)
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Septermber – Kamis, 03 Oktober 2019
Waktu : 09.30 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Hari/Tanggal : Rabu, 02 Oktober 2019
Waktu : 09.30 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Hari/Tanggal : Rabu, 09 Oktober 2019
Waktu : 09.30 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Hari/Tanggal : Selasa, 01 Oktober - Selasa, 10 Desember 2019
Waktu : 09.30 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
C. Tujuan
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
a. Melakukan pengamatan siklus hidup Drosophila sp
b. Membedakan stadia telur-larva-pupa-imago dalam siklus hidup
Drosophila sp
c. Membuat kesimpulan tentang siklus hidup Drosophila
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
a. Melakukan identifikasi lalat jantan dan betina tipe liar berdasarkan
struktur tubuh dan ciri morfologisnya
b. Melakukan identifikasi species berdasarkan struktur tubuh dan ciri
morfologisnya
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
a. Mengidentifikasi tipe – tipe mutan Drosophila sp berdasarkan fenotip
morfologinya
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
a. Memperkirakan galur kedua induknya berdasarkan hasil keturunan pada
generasi F1 dan F2
b. Menghitung dan membandingkan jumlah keturunan serta melakukan uji
statistika terhadap hasilnya untuk mennetukan tingkat kekeliruan
percobaan
c. Menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan hasil uji statistika tersebut
D. Dasar Teori
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah, dimasukkan
dalam filum Artropoda classis Insekta ordo Diptera, sub ordo Cyclophorpha
(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw
hooks), seri Acaliptrata (imago menetas dengan keluar dari bagian anterior
pupa), familia Drosophilidae, Jenis Drosophila melanogaster di Indonesia
terdapat sekitar 600 jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari familia
drosophilidae (Wheeler, 1981).
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan
betinanya. Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya
dan memiliki sisir kelamin.Sedangkan pada yang betina ukuran relatif lebih
besar,memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin
(Soemartomo, 1979).
Pada Drosophila lalat jantan dapat dengan mudah dibedakan dari lalat
betina dengan melihat kaki depannya,alat kelaminnya dan ujung abdomennya
maupun bentuk abdomennya.Pada kaki depan hewan jantan pada tarsal
keduanya terdapat sekelompok rambut yang agak tepat tersusun seperti sisir
yang disebut sisir kelamin (sex comb). Selain itu hewan jantan berukuran lebih
kecil mempunya ujung abdomen yang tumpul dan berwarna hitam. Jumlah
segmen hewan jantan hanya 7 buah karna segmen terakhirnya bersatu (Nio,
1990).
Telur lalat buah berukuran sekitar 0,5 mm. pada ujuang anteriornya,
terdapat sebuah lubang yang disebut “micropyle” dan dibatasi oleh dua sampai
empat buah tonjolan yang memanjang berbetuk sendok. Telur tersebut dibuahi
di dalam tubuh dan sperma masuk melalui “micropyle”. Telur yang baru
dikeluarkan, pada umunya sudah memasuki tahap blastula atau tahap lebih
lanjut apabila proses peneluran terganggu. Telur tersebut mengalami
perkembangan selama kurang lebih 24 jam dan menetas menjadi larva
(Hartati, 2008).
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu
dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai
pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang
lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti untuk makan
(Silvia, 2003).
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva,
pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi
lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur
Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah
menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina
meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam
10 hari (Silvia, 2003).
Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin
tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion)
di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion
mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing,
dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan
pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung
anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit
untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru
diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian
kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai
pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah
gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar
ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva
instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang
kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila,
destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang
berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar
II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke
imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan
jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan
berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding
botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan
diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa. Saat larva Drosophila
membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan
berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa
ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium
(bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium
pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva
berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985).
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil
jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan
preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah
untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya
berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih
pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin
setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat
banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat
spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke
dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus
betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan
embrio (Borror, 1992).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup
Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut:
a. Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam
kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C.
Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal.
Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180°C, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu
sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril
(Shorrocks, 1972).
b. Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun
apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan
akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk
pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi
individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat
menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur – telur ini juga dipengaruhi
oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks,
1972).
c. Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan
tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam
botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada
Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang
(tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40
hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan
menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada
individu dewasa (Shorrocks, 1972).
d. Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan
akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang
gelap (Shorrocks, 1972)
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Determinasi sex pada Drosophila
Jumlah kromosom pada Drosophila melanogaster sebanyak 4 pasang.
Kromosom tersebut terdiri atas kromosom tubuh dan kromosom kelamin.
Pada sel tubuh lalat buah yang diploid (2n), terdapat empat pasang kromosom.
Satu pasang kromosom berupa kromosom seks (gonosom) dan tiga pasang
kromosom lainnya merupakan kromosom tubuh (autosom).
Autosom:
6A+XY atau 3AA+XY (rumus kromosom autosom Drosophila
melanogaster jantan)
6A+XX atau 3AA+XX (rumus kromosom autosom Drosophila
melanogaster betina)
Gonosom :
3A+X dan 3A+Y (rumus kromosom gonosom Drosophila
melanogaster jantan)
3A+X (rumus kromosom gonosom Drosophila melanogaster betina)
Jika dilakukan pembasataran lalat buah yang berkaitan dengan adanya
kromosom seks, yaitu X dan Y, lalat buah jantan akan menghasilkan 2 jenis sel
sperma, yaitu sperma dengan kromosom X dan Y. Pada lalat buah betina akan
dihasilkan satu macam sel telur yaitu kromosom X. Bila sel telur X dibuahi sel
sperma X , akan menghasilkan Lalat buah betina. Bila sel telur X dibuahi sel
sperma Y, maka akan menghasilkan Lalat buah jantan. (Anonim, 2016)
Drosophila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan struktur
morfologinya. Karakter yang dapat digunakan di antaranya adalah ukuran
tubuh, bentuk abdomen, dan segmen pada abdomen. Karakter ini dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop perbesaran lemah maupun melalui
pengamatan langsung. Ciri lain yang dapat digunakan untuk determinasi sex
adalah ada atau tidaknya sex comb. Ciri ini dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop.
betina jantan
Gambar 1. Perbandingan lalat buah jantan dan betina
(L.M., 2016)
Drosophila jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari pada
betina. Ujung abdomen lalat betina agak runcing, sedangkan ujung abdomen
lalat jantan agak membulat. Abdomen lalat betina dewasa biasanya lebih besar
dibandingkan jantan karena berisi telur. Segmen yang berupa garis gelap terang
pada abdomen lalat betina berumlah tujuh pasang, sedangkan pada abdomen
lalat jantan, beberapa segmen terakhir menyatu sehingga abdomen bagian akhir
tampak berwarna hitam. (Tim Genetika, 2019)

Gambar 2. Perbandingan kaki depan Drosophila jantan dan betina


(Deringer, tanpa tahun)
Sex comb (sisir kelamin) hanya ditemukan pada lalat Drosophila
jantan, yakni pada kedua kaki depan pada tarsal ke dua. Sex comb berupa
beberapa atau sekelompok sisir rambut yang agak rapat dan tersusun seperti
sisir. Sisir kelamin ini tidak terdapat pada Drosophila betina. (Nio, 1990) Sex
Comb digunakan untuk membersihkan kepala dan mata mereka (Szebenyi AL.,
1969).

Gambar 3. Sex comb pada Drosophila jantan


(Lucic, 2013)
Determinasi spesies pada Drosophila
Drosophila adalah jenis lalat buah yang termasuk ke dalam filum
Arthropoda, kela Insekta dan bangsa Diptera. Lalat ini digolongkan ke dalam
anak bangsa Cyclophorpha, yaitu kelompok lalat yang pupanya terdapat pada
kulit instar ke-3 dan mempunyai Jaw Hooks, serta golongan seri Acaliptrata,
yaitu imagonya menetas melalui bagian anterior pupa. Drosophila termasuk ke
dalam suku Drosophilidae, marga Drosophila (Djoko,1987).
Di Indonesia, ada sekitar 600 jenis, dan di pulau Jawa ada sekitar 120
jenis dari suku Drosophilidae. (Wheeler, 1981, dalam Buku Pedoman
Praktikum Genetika, 2017). Di Bandung terdapat sekitar 150 jenis Drosophila,
yang beberapa di antaranya belum dipertelakan (Djoko T. Iskandar, 1987).
Drosophila yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia Tengara adalah
jenis Drosophila annassae, D. kikkiwai, D. Malerkotliana, D. Repleta, D.
Hypocausta, D imigrans. ( Tim Genetika, 2019)
Sex comb merupakan struktur evolusi yang baru, dan menjadi salah satu
karakter yang digunakan untuk membedakan spesies Drosophila (Kopp A.
2012). Namun mayoritas Drosophila jarang memiliki sex combs. Hingga saat
ini sex comb hanya ditemukan pada jenis D. melanogaster, D. obscura, D.
fima, dan dentissima, di mana mereka adalah spesies yang termasuk ke dalam
submarga Sophophora (Tsacas, 1980). Perbedaan yang jelas terdapat pada
spesies tersebut berdasarkan arah berdirinya sex comb, jumlah gigi sex comb,
dan derajat modifikasinya (Kopp, 2012).

(a) D. mauritiana prothoracic leg; 14 teeth. (b) D.


mauritiana mesothoracic leg; no TBRs and no sex combs. (c) D.
simulansprothoracic leg; the mean sex-comb tooth is ∼10.
Gambar 4. Contoh perbedaan sex comb pada beberapa spesies
(Graze, 2007)
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada materi genetik,
terdapat dua tipe mutasi yaitu mutasi titik dan mutasi kromosom. Mutasi
dapat mempengaruhi genotipe maupun fenotipe. (Russel, 1994)
Mutasi pada Drosophila melanogaster terdapat 4 jenis, yaitu bentuk
mata, warna mata, warna tubuh, dan bentuk sayap. Mutasi pada bentuk sayap
antara lain cut wings, miniature, dumpy, vestigial, curly, dan taxi. Mutasi
pada warna tubuh antara lain yellow, black, dan ebony. Mutasi pada
warna mata antara lain white, sepia, scarlet, clot, dan claret, Sedangkan pada
mutasi bentuk mata adalah eyemissing (Russel, 1994).
Penguasaan Drosophila dalam mempelajari pewarisan sifat memiliki
sejumlah keuntungan. Pertama, siklus hidupnya pendek, kedua mudah
dipelihara, ketigas terdapat sejumlah mutan yang mudah diamati fenotipnya
secara morfologis. Penampakan morfologis dari mutan tersebut antara lain
dalam hal mata, sayap, warna tubuh dan rambut-rambut pada tubuh. Fenotip
mutan yang mudah diamati mellaui mata Drosophila adalah dalam hal warna
dan bentuk atau ukuran dibandingkan dengan tipe liar. Fenotip mutan yang
dapat diamati melalu sayap adalah dalam hal ukuran, poisis waktu istirahat,
pola venasi dan warnanya. (Suhara dkk, 2019)
Prosedur pendeskripsian symbol mutan berdasarkan Bridges dan
Brehme adalah nama mutan diikuti dengan nomor kromosom tempat gen
mutan dan lokasi pautannya pada kromosom dimaksud. Misalnya sex sepia (3-
26,0), artinya gen mutan yang menyebabkan sepia berada pada kromosom
ketiga dengan lokasi pautan berjarak 26 unit dari slaah satu ujung kromosom.
(Suhara dkk, 2019)
Contoh beberapa mutan dengan symbol dan kromosom tempat terdapatnya
gen mutan yang dapat saudara amati pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
a. Cu = curled (3-50,0), sayap melengkung ke atas dan ke depan, tubuh
berwarna gelap.
b. Dp = dumpy (2-13,0), ukuran sayap mereduksi menjadi 2/3 dari ukuran
sayap norma, seperti tampak terpotong, bristle pada toraks dan rambut-
rambut tubuh susunannya tidak sama rata
c. E = ebony (3-70,7), warna tubuh secara gradual berubah menjadi hitam
pada yang dewasa, selubuh spiracle pada larva tampak gelap jika
dibandingkan dengan yang normal
d. Se = sepia (3-26,0), warna mata merah kecoklatan yang menjadi gelap
coklat tua dan akhirnya menjadi hitam, tetapi oceliusnya sama dengan
pada tipe liar.
e. Vg = vesgial (2-67,0), sayap sangat tereduksi
f. W = white (1-5,5), warna mata putih dan ocellusnya tidak berwarna
g. Tx = taxi (3-91), sayap membentang sekitar 75% dari axis tubuh,
biasanya melengkung atau berombak. (Suhara dkk, 2019)
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum
yang dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865 (Jennings, 2011).
Secara garis besar, hukum pemisahan Mendel menjelaskan terkait
keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan setiap karakter akan
memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas, Mendel
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang
berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain (Klug, dkk., 2012; Snustad
dan Simmons, 2012; Corebima, 2013). Istilah faktor yang dijelaskan oleh
Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen.
Genetika berkembang melalui penelitian yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Persilangan dilakukan para peneliti terdahulu sebagai usaha untuk
mengungkap berbagai pola pewarisan sifat. Drosophila melanogaster adalah
satu organisme model yang sering digunakan dalam mempelajari berbagai
konsep biologi. Organisme ini telah digunakan sebagai organisme model
selama berabad-abad untuk mempelajari berbagai aspek dalam proses
biologi, termasuk genetika dan pewarisan sifat, perkembangan embrio,
perilaku, dan penuaan (Jennings, 2011).
Dalam Hukum Mendel dikenal adanya hukum segregasi dan
berpasangan secara bebas. Untuk menghasilkan keturunan dan adanya
pewarisan sifat dapat dilakukan persilangan. Tim Genetika (2016) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa jenis persilangan, di antaranya:
1. Persilangan monohybrid
Merupakan persilangan yang melibatkan satu sifat beda. Persilangan
dapat dilakukan dengan menyilangkan lalat mutan dengan lalat tipe liar
(wild). Persilangan ini dapat dilakukan secara resiprokal, yaitu boleh
memilih jantan mutan dan betina liar, atau sebaliknya. Misalnya Sepia
dengan Wild, Vestigial dengan Wild, Dumpy dengan Wild, dsb. Lalat
betina yang disilangkan harus virgin dan pada konteks ini sifat yang
diwariskan dibawa oleh kromosom tubuh (autosom).
2. Persilangan dihibrid
Merupakan persilangan yang melibatkan dua sifat beda. Pada
persilangan ini biasanya dilakukan antara mutan satu dengan mutan
lainnya, misalnya Sepia dengan Dumpy, Ebony dengan Vestigial, Sepia
dengan Vestigial, dsb. Sama halnya dengan persilangan monohibrid, pada
persilangan ini pun lalat betina yang disilangkan harus virgin dan pada
konteks ini sifat yang diwariskan dibawa oleh kromosom tubuh (autosom).
3. Persilangan terpaut seks
Morgan berhasil menemukan adanya tautan seks dengan
menyilangkan ♀ Drosophila Melanogaster bermata merah dengan ♂
Drosophila Melanogaster bermata putih. Menghasilkan F1 100% bermata
merah. Kemudian F1 dikawinkan dengan sesamanya menghasilkan F2
yaitu 75% bermata merah dan 25% bermata putih. Tetapi semua keturunan
F2 yang bermata putih hanya jantan. Hal ini menunjukkan gen yang
menentukan warna mata Drosophila tertaut pada kromosom x.
Berdasarkan hasil di atas, morgan mengambil kesimpulan bahwa
generasi yang menentukan warna putih itu hanya memperlibatkan
pengaruh pada lalat jantan saja. lagi pula gen yang menentukan warna mata
terdapat pada kromosom x. (Sisunandar:2011)
Pada persilangan ini harus dipilih sifat yang dibawa oleh kromosom
seks (gonosom), misalnya persilangan antara lalat tipe White dengan Wild
Yellow dengan Wild, dsb. Karena sifat warna teredapat pada kromosom
tubuh, pada persilangan ini harus diperhatikan jenis kelamin kedua
induknya, misalnya persilangan antara lalat Wild betina dengan White
jantan akan menghasilkan keturunan yang berbeda dari hasil persilangan
antara lalat White betina dengan Wild jantan.
E. Alat dan Bahan
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
Tabel E.1. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Botol kultur 5 Unit
Lup 3 Unit
Mikroskop 3 Unit
Alat Dokumentasi 1 Unit
Kuas kecil 3 Unit
Alat tulis 1 Set

Tabel E.2. Bahan yang digunakan


Bahan Jumlah
Medium APRG (agar-pisang-
5 Unit
ragi-gula merah)
Drosophila 50 Ekor

2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)


Tabel E.3. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Kuas ukuran 1-3 1 Buah
Lup 2 buah
Mikroskop 3 Unit
Alat Dokumentasi 1 Unit
Botol bius 1 Unit
Alat tulis 1 Set

Tabel E.4. Bahan yang digunakan


Bahan Jumlah
Chlorofom 2 tetes / 1x bius
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Tabel E.5. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Kaca objek dan kaca penutup 9 Unit
Jarum pentul 2 Unit
Mikroskop 3 Unit
Alat Dokumentasi 1 Unit
Botol bius 1 Unit
Cawan petri 1 Unit
Alat tulis 1 Set

Tabel E.6 Bahan yang Digunakan


Bahan Jumlah
Ether Secukupnya
Larutan detergen secukupnya
Stock mutan Drosophila 1 botol

4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)


Tabel 7. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Botol nescafe 4 Unit
Busa penutup 2 Unit
Mikroskop 3 Unit
Alat Dokumentasi 1 Unit
Botol bius 1 Unit
Alat tulis 1 Set

Tabel 8. Bahan yang Digunakan


Bahan Jumlah
Chlorofom 2 tetes / 1x bius
Medium Drosophila secukupnya
F. Langkah Kerja
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)

Perubahan
Drosophila sp. perkembangan
Alat dan bahan
dimasukkan pada pada medium
disediakan
botol kultur selama 4-6 jam
setiap hari

Setiap tahap
Data dihimpun dan perkembangan
dianalisis dicatat dan
didokumentasikan

Bagan F.1. Langkah kerja siklus hidup pada Drosophila


2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Lalat dibius dengan cara
Kloroform
Alat dan bahan mengetukkan botol
diteteskan ke
disiapkan kultur dan memindahkan
botol bius
lalat ke botol bius

Hasil pengamatan Sex comb lalat


Lalat dipindahkan
dicatat dan diamati di
ke cawan petri
didokumentasikan mikroskop

Laporan di buat

Bagan F.2. Langkah kerja determinasi pada Drosophila


3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)

Mutan Drosophila
Stok Drosophila
Alat dan bahan dibius. Hindari
tipe mutan
disediakan terlepasnya muatan
disediakan
ke luar

Drosophila yang
Drosophila yang sudah
telah dibius lalu
diidentifikasi selanjutnya
dimasukan kedalam
dibandingkan dengan
cawan petri untuk
Drosophila tipe liar
diidentifikasi

Bagan F.3. Langkah kerja determinasi pada Drosophila


4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)

Pelihara kultur, dicatat waktu memulai


Alat dan bahan disediakan pemeliharaan dan diamati kapan
munculnya larva

Ketika sudah muncul banyak Ketika di dalam botol kultur sudah


imago F1, dilakukan penghitungan banyak larva instar 3 dan pupa,
dan dipisahkan lalat jantan dan imago dikeluarkan dan dilakukan
lalat betina pembiusan

Diamati warna mata, tubuh, ukuran


Semua hasil pengamatan
relatif, dan keadaan sayap serta ciri
dicatat
morfologisnya.

Ketika di dalam botol kultur


Dilakukan pengamatan
sudah banyak larva instar 3
terhadap larva dan pupa
dan pupa, imago dikeluarkan
untuk F2
dan dilakukan pembiusan.

Ketika sudah muncul banyak


Diamati warna mata, tubuh,
imago F2, dilakukan
ukuran relatif, dan keadaan
penghitungan dan dipisahkan
sayap serta ciri morfologisnya
lalat jantan dan lalat betina

Semua hasil pengamatan dicatat dan


dilakukan uji chi kuadrat dan dibuat
kesimpulan tentang galur indungnya
serta hasil percobaannya

Bagan F.4. Langkah kerja determinasi pada Drosophila


G. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
a) Sampel 1 (Alshela Hadista Dhiya)
Tabel G.1.1 Hasil pengamatan sampel 1(Alshela Hadista Dhiya)
Waktu Stadium
No Gambar Pengamatan Keterangan
Pengamatan Perkembangan

Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.04 WIB) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.1.1 Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)

Mulai terlihat telur


Sabtu,
pada bagian
2 21 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 13.22 WIB)
dinding.
Gambar G.1.1.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)

Larva mulai muncul


dari bawah medium
Minggu,
Tahap Larva dengan ukuran yang
3 22 September 2019
Instar 1 kecil dan tipis
(Pukul 19.00 WIB)
seperti benang
Gambar G.1.1.3. Tahap dengan warna putih
larva instar 1
(Kelompok 4B, 2019)

Larva berkembang
Senin,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 23 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 20.15 WIB)
yang besar
GambarG.1.1.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah
berukuran besar dan
Selasa,
Tahap Larva merayap ke atas
5 24 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 20.10 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.1.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)

Terbentuk pupa
Rabu,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 25 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 19.25 WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.1.6. Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)

Pupa mulai
menghitam
Kamis,
Tahap Pupa menandakan telah
7 26 September 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 21.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.1.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)

Imago telah keluar


Jumat,
dari pupa dan mulai
8 27 September 2019 Imago
berterbangan di
(Pukul 19.00 WIB)
dalam medium.
Gambar G.1.1.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)
b) Sampel 2 (Fildza Huaina Arrifa)
Tabel G.1.2 Hasil pengamatan sampel 2 (Fildza Huaina Arrifa)

Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan

Hari pertama
parental
Sabtu,
Parental dimasukan ke
1 21 September 2019
Drosophila sp dalam medium,
(Pukul 12.26)
terdapat jantan
Gambar G.1.2.1. Tahap dan betina.
awal
(Kelompok 4B, 2019)

Mulai terlihat
Mingu,
telur pada bagian
2 22 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 20.19 WIB)
dinding.
Gambar G.1.2.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)

Larva mulai
muncul dari
bawah medium
Senin,
Tahap Larva dengan ukuran
3 23 September 2019
Instar 1 yang kecil dan
(Pukul 19.00 WIB)
tipis seperti
Gambar G.1.2.3. Tahap benang dengan
larva instar 1 warna putih
(Kelompok 4B, 2019)

Larva
Selasa, berkembang dan
Tahap Larva
4 24 September 2019 beberapa sudah
Instar 2
(Pukul 17.15 WIB) memiliki ukuran
yang besar
Gambar G.1.2.4 Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)

Larva telah
berukuran besar
Rabu, dan merayap ke
Tahap Larva
5 25 September 2019 atas permukaan
Instar 3
(Pukul 13.10 WIB) medium makanan
ke tempat yang
Gambar G.1.2.5. Tahap kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Sabtu, tahap awal pada
Tahap Pupa
6 28 September 2019 dinding,
Awal
(Pukul 07.10 WIB) warnanya coklat
pucat.
Gambar G.1.2.6. Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)

Pupa mulai
menghitam
Rabu,
Tahap Pupa menandakan telah
7 2 Oktober 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 06.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.2.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)

Imago telah
Sabtu, keluar dari pupa
8 5 Oktober 2019 Imago dan mulai
(Pukul 06.15 WIB) berterbangan di
dalam medium.
Gambar G.1.2.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)

c) Sampel 3 (Mulke Choirunnisa)


Tabel G.1.3. Hasil pengamatan sampel 3 (Mulke Choirunnisa)

Waktu Stadium
No Gambar Pengamatan Keterangan
Pengamatan Perkembangan

Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.30) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.3.1. Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Mulai terlihat telur
Minggu,
pada bagian
2 22 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 23.30 WIB)
dinding.
Gambar G.1.3.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)

Larva mulai muncul


dari bawah medium
Selasa,
Tahap Larva dengan ukuran yang
3 24 September 2019
Instar 1 kecil dan tipis
(Pukul 16.10 WIB)
seperti benang
Gambar G.1.3.3. Tahap dengan warna putih
larva instar 1
(Kelompok 4B, 2019)

Larva berkembang
Kamis,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 26 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 21.15 WIB)
yang besar
Gambar G.1.3.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)

Larva telah
berukuran besar dan
Sabtu,
Tahap Larva merayap ke atas
5 28 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 17.10 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.3.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Senin,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 30 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 15.50. WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.3.6 Tahap pupa
awal
(Kelompok 4B, 2019)

Pupa mulai
menghitam
Rabu,
Tahap Pupa menandakan telah
7 03 Oktober 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 15.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.3.7 Tahap pupa dari lalat buah.
akhir
(Kelompok 4B, 2019)

Imago telah keluar


dari pupa dan mulai
8. - Imago -
berterbangan di
dalam medium.

d) Sampel 4 (Sanchia Azaria S)


Tabel G.1.4 Hasil pengamatan sampel 4 (Sanchia Azaria S)

Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan

Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.00) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.4.1. Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)

Mulai terlihat telur


Sabtu,
pada bagian
2 21 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 23.00 WIB)
dinding.
Gambar G.1.4.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)
Larva mulai muncul
dari bawah medium
Minggu,
Tahap Larva dengan ukuran yang
3 22 September 2019
Instar 1 kecil dan tipis
(Pukul 11.00 WIB)
seperti benang
Gambar G.1.4.3. Tahap dengan warna putih
larva instar 1
(Kelompok 4B, 2019)

Larva berkembang
Senin,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 23 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 23.00 WIB)
yang besar
Gambar G.1.4.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)

Larva telah
berukuran besar dan
Rabu,
Tahap Larva merayap ke atas
5 25 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 05.00 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.4.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)

Terbentuk pupa
Rabu,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 25 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 11.00 WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.4.6 Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)

Pupa mulai
menghitam
Kamis,
Tahap Pupa menandakan telah
7 26 September 2019
Akhir terbentuknya
(Pukul 17.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.4.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)
Imago telah keluar
dari pupa dan mulai
8. Imago
berterbangan di
dalam medium.
Gambar G.1.4.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)

e) Sampel 5 (Yulia Sari S)


Tabel G.1.5 Hasil pengamatan sampel 5 (Yulia Sari S)

Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan

Hari pertama parental


Senin,
Parental Drosophila dimasukan ke dalam
1 23 September 2019
sp medium, terdapat
(Pukul 11.00 WIB)
jantan dan betina.

Gambar G.1.5.1 Tahap awal


(Kelompok 4B, 2019)

Selasa, 24 September Mulai terlihat telur


2 2019 Tahap Telur pada bagian medium
(Pukul 11.46 WIB) dan dinding.

Gambar G.1.5.2 Tahap telur


(Kelompok 4B, 2019)

Larva mulai muncul


dari bawah medium
Selasa, 24 September
Tahap Larva Instar dengan ukuran yang
3 2019
1 kecil dan tipis seperti
(Pukul 05.02 WIB)
benang dengan warna
putih
Gambar G.1.5.3. Tahap
larva instar 1
(Kelompok 4B, 2019)

Larva berkembang
Rabu, 25 September
Tahap Larva Instar dan beberapa sudah
4 2019
2 memiliki ukuran yang
(Pukul 05.02 WIB)
besar
Gambar G.1.5.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah berukuran
Rabu, 25 September besar dan merayap ke
Tahap Larva Instar
5 2019 atas permukaan
3
(Pukul 20.06 WIB) medium makanan ke
tempat yang kering
Gambar G.1.5.5.. Tahap
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)

Terbentuk pupa tahap


Kamis, 26 September
awal pada dinding,
6 2019 Tahap Pupa Awal
warnanya coklat
(Pukul 07.00 WIB)
pucat.
Gambar G,1,5,6. Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)

Pupa mulai
menghitam
Kamis, 26 September
menandakan telah
7 2019 Tahap Pupa Akhir
terbentuknya
(Pukul 18.02 WIB)
beberapa bagian dari
lalat buah.
Gambar G.1.5.7. Tahap
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)

Imago telah keluar


Minggu, 29
dari pupa dan mulai
8. September 2019 Imago
berterbangan di
(Pukul 20.00 WIB)
dalam medium.
Gambar G.1.5.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Tabel G.2.1 Hasil Pengamatan Morfologi Drosophila
No. Kepala dan Dada Abdomen Sayap

1.

Gambar G.2.1.1 Kepala dan Gambar G.2.1.2 Abdomen Gambar G.2.1.3. Sayap
Dada Betina Betina Betina
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019) (Dok.kelompok 4, 2019)

2.

Gambar G.2.1.4 Kepala dan Gambar G.2.1.5. Abdomen Gambar G.2.1.6. Sayap
dada Jantan Jantan Jantan
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019)

Tabel G.2.2. Hasil pengamatan Determinasi Species Drosophila


Gambar Bagian Tubuh Hasil
Sex Comb Sayap Abdomen Akhir determinasi

Drosophila
melanogaster

Gambar G.2.2.3
Gambar G.2.2.1
Gambar G.2.2.2 Sayap Abdomen Akhir
Sex Comb
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4,
(Dok. kelompok 4, 2019)
2019)
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Tabel G.3.1 Hasil Pengamatan Drosophila mutan
Warna Warna Kondisi
Label Sex Tipe mutan
Tubuh Mata Sayap

Cokelat Merah
A Betina Normal
(normal) (normal)

Gambar G.3.1.1
Drosophila Normal
(Kelompok 4B, 2019)

Cokelat Cokelat
B Betina Normal
(normal) kehitaman

Gambar G.3.1.2
Drosophila Sepia
(Kelompok 4B, 2019)

Putih,
Cokelat ocellus
C Jantan Normal
(normal) tidak
berwarna
Gambar G.3.1.3
Drosophila White
(Kelompok 4B, 2019)

Cokelat Merah
D Jantan Normal
(Normal) lonjong

Gambar G.3.1.4
Drosophila Bar
(Kelompok 4B, 2019)

Cokelat Tidak ada


E Betina Normal
(normal) mata

Gambar G.3.1.5.
Drosophila Eye missing
(Kelompok 4B, 2019)
Merah
F Jantan Hitam Normal
(normal)

Gambar G.3.1.6
Drosophila Eboni
(Kelompok 4B, 2019)

Merah
G Hitam Normal
terang

Gambar G.3.1.7
Drosophila Black
(Kelompok 4B, 2019)

Coklat Merah Sayap


H
(normal) (normal) tereduksi

Gambar G.3.1.8
Drosophila Vestigial
(Kelompok 4B, 2019)

Selalu
Coklat Merah membentang
I Betina
(normal) (normal) 75% axis
tubuh
Gambar G.3.1.9
Drosophila Taxi
(Kelompok 4B, 2019)
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Kode Botol : F1 Betina dan F1 Jantan
Tanggal Mulai Pengamatan : 02/12/2019
Parental : Vestigial >< Taxy

Tabel G.4.1 Hasil pengamatan morfologi F1

Vestigial Taxy
Tanggal Keterangan
Jantan Betina Jantan Betina

25/12/2019 5 3 1 -

Gambar G.4.1.1
Drosophila Jantan Taxy
26/11/2019 9 3 1 1 (Dok. Kel 4B, 2019)

27/11/2019 13 3 5 2
Gambar G.4.1.2
Drosophila Jantan
(Dok. Kel 4B, 2019)

30/11/2019 15 6 7 3

Gambar G.4.1.3
Drosophila Betina Taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)

02/12/2019 18 8 9 6

Gambar G.4.1.4
Drosophila Betina normal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Berdasarkan perhitungan generasi F1 diatas, tipe lalat buah yang diperoleh
adalah berjenis Mutan vestigial dan Mutan Taxy, dimana mutan Taxy adalah
mutan yang bagian sayapnya selalua terbuka dan tidak pernah tertutup.

Tabel G.4.2 Hasil pengamatan morfologi F1

Tipe dan Jumlah Lalat


Tanggal Taxy Vestigeal Wild Keterangan
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
06/12/2019 6 5 3 3 4 9

Gambar G.4.2.1
Drosophila Jantan F2 normal
(Dok. Kel 4B, 2019)

Gambar G.4.2.2
Drosophila Jantan F2 taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)

Gambar G.4.2.3
Drosophila Jantan F2
Vestigeal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G. 4.2.4
Drosophila Betina F2
normal
(Dok. Kel 4B, 2019)

Gambar G.4.2.5
Drosophila Betina F2 Taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)

Gambar G.4.2.6
Drosophila Betina F2
Vestigial
(Dok. Kel 4B, 2019)

H. Pembahasan
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
Untuk melakukan pengamatan ini, kami memindahkan Drosophila sp.
dewasa ke dalam botol berisi medium APRG (Agar Pisang Ragi Gula) yang
sudah kami siapkan. Pemilihan Drosophila dilakukan berdasarkan gendernya.
Pada setiap medium dimasukkan minimal 1 ekor Drosophila jantan dan 5 ekor
Drosophila betina. Hal ini dikarenakan 1 ekor jantan dapat membuahi
beberapa betina, yang mana 1 ekor betina mampu menghasilkan banyak telur
(hingga 300 butir). Botol medium ini disimpan di tempat yang cukup sejuk
atau disimpan dengan alas (mangkuk) yang berisi air agar suhu botol
mediumnya terjaga tetap sejuk.
Pengamatan terhadap siklus Drosophila sp. yang kami lakukan dimulai
dari mengamati tahap telur hingga tahap imago. Tahap telur dimulai rata-rata
2 hari setelah dimasukkannya parental ke dalam medium. Tahap ini ditandai
dengan adanya telur yang berbentuk lonjong dan kecil berukuran kurang dari
1 mm yang menempel pada dinding kaca atau permukaan medium. Pada
beberapa pengamatan, tidak tampak adanya tahap telur yang ditemukan di
dalam botol medium. Hal ini kemungkinan disebabkan ukuran telur yang
sangat kecil sehingga tidak teramati, atau bisa juga karena telur tersebut
berada di permukaan medium dan tersamarkan oleh warna dari medium.
Tahap telur ini berlangsung selama sehari hingga masuk ke tahap selanjutnya.
Lama periode tahap pertama pada pengamatan ini sesuai dengan teori yang
meyebutkan bahwa biasanya telur Drosophila sp. menetas dalam waktu 24
jam.
Tahap selanjutnya yaitu fase larva yang ditandai dengan munculnya
larva berukuran sekitar 1 mm, berwarna keputihan dan bergerak-gerak dan
mulai menyebar di dinding kaca atau permukaan medium. Menurut teori,
tahap larva ini dibagi menjadi 3 instar. Untuk membedakan larva instar 1,
instar 2 dan instar 3, kami memperkirakan tahap instar ini berdasarkan
ukurannya. Ukuran larva yang semakin besar menandakan larva memasuki
tahap instar selanjutnya hingga instar 3. Pada pengamatan yang kami lakukan,
periode tahap larva hingga memasuki tahap pupa, rata-rata selama 2 hingga 3
hari. Namun ada juga yang berlangsung selama 4-6 hari. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan dikarenakan perbedaan spesies.
Tahap pupa ditandai dengan perubahan warna larva dari keputih-
putihan menjadi kecoklatan. Pupa ini letaknya juga tersebar dan menempel
statis pada dinding kaca maupun permukaan medium yang relatif kering.
Pupa tahap akhir ditandai dengan warna pupa yang mulai menghitam dan
menandakan mulai siap menetas Tahap pupa yang kami amati, rata-rata
berlangsung selama 5-6 hari, namun ada pula yang berlangsung selama 7-8
hari, lebih singkat dari yang diperkirakan berdasarkan teori, yakni 8-11 hari.
Hal ini mungkin disebabkan karena spesiesnya yang berbeda-beda serta
kondisi penyimpanan medium. Kondisi lokasi penyimpanan yang gelap
menyebabkan tertundanya penetasan pupa menjadi imago. Sedangkan
kondisi yang terang mendukung berlangsungnya penetasan pupa menjadi
imago.
Tahap imago ditandai dengan munculnya Drosophila dewasa yang
sudah mampu terbang dan menyebar di dalam botol medium. Untuk
membedakan tahap imago ini dari parental, kami mengeluarkan terlebih
dahulu parental saat anak berada pada tahap pupa.
Siklus hidup Drosophila selama di dalam botol berbeda-beda. Jumlah
Drosophila yang dimasukkan pun berbeda-beda dan tidak diketahui pula
berapa jumlah dari tiap jenis kelaminnya. Perkembangan belum terlihat pada
hari pertama dan kedua pada semua pengamatan. Perkembangan tercepat
terlihat dari tabel Drosophila sampel 5 (Yulia) yang sudah terlihat munculnya
telur pada jam 11.46 WIB. Hal ini disebabkan karena, Drosophila yang
dimasukkan ke dalam botol oleh setiap orang dilakukan secara random.
Mungkin saja pada kondisi saat dimasukkan ke dalam botol, Drosophila pada
sampel 5 (Yulia) sudah dalam kondisi sedang mengandung telur. Sedangkan
sampel yang lainnya baru muncul telur pada hari ke-3, 4 dan 5.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dicatat pada tabel,
perkembangan lamanya Drosophila dari telur menjadi larva relatif sama.
Larva menetas 24 jam setelah Drosophila bertelur. Perkembangan
selanjutnya dari larva instar 1 menuju instar 2 membutuhkan waktu 24 jam
pula. Instar 2 hanya memerlukan waktu 18 jam untuk berubah menjadi
instar 3. Sama dengan instar 2, 18 jam kemudian instar 3 sudah menjadi pupa.
Saat Drosophila menjadi pupa, induk pun dilepaskan keluar. Dari masa
menjadi pupa sampai membentuk imago baru membutuhkan waktu sekitar 5-
11 hari setelah itu,imago yang baru menetas dihitung dan pengamatan
dihentikan.
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Drosophila adalah jenis lalat buah yang termasuk ke dalam Filum
Arthropoda, Classis Insekta dan Ordo Diptera. Lalat ini digolongkan ke dalam
sub Ordo Cyclophorpha, yaitu kelompok lalat yang pupanya terdapat pada
kulit instar ke-3 dan mempunyai Jaw Hooks, serta golongan seri Acaliptrata,
yaitu imagonya menetas melalui bagian anterior pupa. Drosophila termasuk
ke dalam suku Drosophilidae, marga Drosophila. (Nio, 1990)
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui mana perbedaan
Drosophila jantan dan betina berdasarkan morfologinya. Drosophila jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, ujung abdomen yang lebih
meruncing dan terdapat tanda berwarna hitam yamg berasal dari penyatuan
beberapa segmen terakhir dari tubuhnya. Sedangkan Drosophila betina
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar karena berisi telur di dalam tubuhnya,
ujung abdomen yang lebih membulat dibandingan jantan, dan memiliki
abdomen yang beruas-ruas.
Sex comb (sisir kelamin) hanya ditemukan pada lalat Drosophila
jantan, yakni pada kedua kaki depan pada tarsal ke dua. Sex comb berupa
beberapa atau sekelompok sisir rambut yang agak rapat dan tersusun seperti
sisir. Sisir kelamin ini tidak terdapat pada Drosophila betina. (Nio, 1990) Sex
Comb digunakan untuk membersihkan kepala dan mata mereka (Szebenyi
AL, 1969).
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, kelompok kami berhasil
mengidentifikasi spesies Drosophila, yaitu Drosophila melanogaster. Kami
dapat menyimpulkan bahwa lalat tersebut adalah Drosophila .melanogaster
berdasarkan jumlah sex comb yang dimilikinya. Drosophila melanogaster
memiliki sex comb berkisar 7-20.
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Drosophila melanogaster memiliki beberapa macam jenis, seperti hasil
yang telah diamati adalah mata eyemissing atau Drosophila melanogaster
yang tidak memiliki organ mata. Pada mutasi warna mata, dapat diamati
bahwa penampakan warna mata Drosophila melanogaster wild type (normal)
berwarna merah bata sedangkan pada mutannya berwarna putih (white), atau
cokelat kehitaman (sepia). Mutasi pada mata adalah Lobe (mata tereduksi),
eyemissing (tidak mempunyai mata) (Hartwell 2010: 217). Mutasi pada
warna tubuh dapat diamati dengan jelas seperti warna mutan Drosophila
melanogaster hitam (black), kuning (yellow) atau cokelat tua (ebony).
Mutasi yang terjadi pada sayap Drosophila melanogaster berdasarkan
pengamatan dibedakan menjadi sayap curly (melengkung ke atas), taxi
(panjangnya terentang menjauhi tubuh), dan vestigeal (sayap hampir tidak
ada, lalat buah tidak bisa terbang).
Pembiusan Drosophila melanogaster dengan menggunakan larutan
dietileter bertujuan untuk menjaga Drosophila melanogaster tetap berada
dalam keadaan pasif atau diam ketika diamati di bawah mikroskop stereo.
Penggunaan kuas bertujuan agar morfologi Drosophila melanogaster tidak
rusak sedikitpun ketika dipindahkan karena permukaan bulu kuas yang
lembut. Penggunaan gelas arloji berfungsi sebagai wadah untuk Drosophila
melanogaster ketika diamati di bawah mikroskop. Penggunaan mikroskop
stereo berfungsi agar spesimen yang diamati di bawah mikroskop dapat
terlihat lebih jelas bila dibandingkan dengan pengamatan menggunakan lup.
Hal tersebut dilakukan karena mikroskop stereo memiliki medan kerja yang
lebih besar. (King dkk. 2001: 251-252).
Fungsi alat-alat pada praktikum seperti botol medium adalah untuk
memisahkan antara masing-masing jenis mutan, sedangkan sumbat busa
berfungsi untuk mencegah bebasnya Drosophila melanogaster keluar dari
wadah. Selain itu, alasan menggunakan mikroskop stereo karena perbesaran
mikroskop stereo mencapai 7 hingga 30 kali dan dapat memperjelas
permukaan objek karena cahaya jatuh dipermukaan objek dan bayangannya
diterima oleh mata pengamat (Joni 2013: 5).
Hasil identifikasi sejumlah sembilan preparat Drosophila, didapatkan:
a. Drosphila Normal (++)
Pada preparat 1, tipenya adalah Drosophila Normal (++)
dengan ciri warna tubuh cokelat, warna mata merah, dan kondisi
sayap normal.
b. Sephia (se)
Pada preparat 2, tipe mutannya adalah Sephia (se). Saat
mengamati jenis mutan sephia, yang terlihat adalah terdapat
perbedaan antara Drosophila melanogaster yang normal dengan
Drosophila melanogaster yang mengalami mutan sephia (se)
adalah pada warna matanya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
pada Drosophila normal, warna mata adalah merah. Tetapi, pada
Drosophila yang mengalami jenis mutan sephia, warna mata
menjadi coklat hingga kehitaman. Hal ini dapat terjadi karena
mutan kelebihan pigmen sepiapterin (Russell, 1994). Jenis mutan
sephia (se) terjadi karena adanya mutasi pada kromosom ketiga
dengan lokasi pautan berjarak 26 unit dari salah satu ujung
kromosom (3 – 26).
c. White (ww)
Pada preparat 2, tipe mutannya adalah White (ww). Ketika
mengamati mutan Drosophila ini, terlihat perbedaan yang
signifikan antara Drosophila yang mutan dengan yang normal.
Pada Drosophila yang normal, kondisi tubuh berwarna coklat,
dengan sayap yang lebih panjang dari tubuh, serta warna mata yang
merah. Tetapi, ketika mengamati Drosophila ini, ciri-ciri tubuhnya
hampir sama dengan Drosophila normal, tubuhnya berwarna
coklat, ukuran sayap lebih panjang dari tubuh, hanya saja warna
matanya adalah putih. Warna putih terlihat secara keseluruhan
menutupi ruang mata majemuk mutan ini. Mutan white adalah jenis
mutan dengan warna mata putih karena tidak memiliki pigmen
pteridin dan ommokrom yang menyebabkan warna coklat pada
mata dan tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali. Mutasi
ini terjadi pada kromosom pertama dengan lokasi pautan berjarak
5,5 unit dari salah satu ujung kromosom (1 – 5,5).
d. Drosophila Bar
Pada preparat 4, tipe mutannya adalah Drosophila bar dengan
ciri warna tubuh cokelat, warna mata merah dengan mata sipit, dan
kondisi sayap normal`Eyemissing (eym)
Pada preparat 5, tipe mutannya adalah Drosophila Eyemissing
(eym). Drosophila melanogaster yang mengalami mutan
eyemissing memiliki ciriciri utama yaitu tidak mempunyai organ
mata, sesuai dengan nama jenis mutannya. Setelah diamati melalui
mikroskrop, memang terlihat jelas bahwa pada lalat yang
mengalami mutan eym ini tidak terlihat dengan jelas organ
matanya. Keadaan mata terlihat sama warnanya dengan bagian
tubuh di sekitar matanya. Jadi tidak ada yang mencirikan bagian
mata di sana. Mata hanya terlihat seperti bentuk titik. Mutan ini
dapat terjadi karena kesalahan ketika sel yang seharusnya dibentuk
untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk sama sekali dan
akhirnya terjadi mutasi (Russel, 1994). Tipe mutan ini terjadi pada
kromosom ke empat dengan lokasi pautan berjarak 2,0 unit dari
salah satu ujung kromosom (4 – 2,0).
e. Ebony (e)
Pada preparat 6, tipe mutannya adalah Drosophila Ebony (e).
Saat pengamatan, kami mengamati seekor Drosophila yang
memiliki warna tubuh yang unik. Jika pada umumnya warna tubuh
Drosophila adalah coklat, tidak dengan Drosophila mutan yang
kami amati. Warna tubuhnya dominan hitam (khususnya bagian
ventral abdomen). Drosophila mutan ini memiliki kesalahan pada
gen yang berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi
warna pada tubuh Drosophila normal. Jenis mutan ini terjadi
karena adanya mutasi pada kromosom ketiga dengan lokasi pautan
berjarak 70,7 unit dari salah satu ujung kromosom.
f. Black
Pada preparat 7, tipe mutannya adalah black. Secara
keseluruhan lalat yang memiliki mutan black memiliki warna
tubuh hitam pekat, dengan warna mata dan bentuk sayap normal.
Hal tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada kromosom nomor 2
lokus 48,5 yang menyebabkan keabnormalan warna badan, kaki,
dan urat sayap yang menghitam namun tidak mengkilap.
g. Vestigeal (vg)
Mutasi pada Drosophila dapat terjadi pada bagian sayap. Salah
satu jenis mutan yang kami amati adalah jenis mutan vestigeal
ppada preparat 8. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat
perbedaan yang spesifik antara Drosophila normal dengan
Drosophila mutan pada bagian sayapnya. Sayap pada mutan ini
terlihat lebih pendek. Bahkan ukuran panjang antara sayap normal
dengan sayap jenis mutan vestigeal (vg) ini terlihat berbeda jauh.
Jika pada sayap normal ukuran panjangnya melebihi panjang tubuh
Drosophila, maka kondisi sayap pada jenis mutan vestigeal terlihat
sangat tereduksi lebih dari 2/3 bagian sayap. Karena adanya mutasi
ini, dapat dipastikan bahwa Drosophila yang mengalami mutan ini
tidak dapat terbang. Jenis mutan ini terjadi karena adanya mutasi
pada kromosom kedua dengan lokasi pautan berjarak 67,0 unit dari
salah satu ujung kromosom (2 – 67,0).
h. Taxi (tx)
Selain jenis vestigeal, kami juga mengamati Drosophila
melanogaster yang mengalami mutasi pada sayap dengan jenis
mutan yang berbeda pada preparat 9. Setelah diamati dengan
menggunakan kaca pembesar (lup), sudah terlihat jelas bahwa
bentuk sayap pada Drosophila mutan ini mengalami keanehan.
Tidak seperti Drosophila normal yang dapat merapatkan kembali
sayap mereka setelah terbang, Drosophila mutan ini tidak dapat
merapatkan sayap mereka. Sayapnya membentang sekitar 75% dari
axis tubuh (Tim Dosen Genetika, 2015). Sayap pada mutan ini akan
terus terbentang ketika terbang maupun hinggap (Russell, 1994).
Jenis mutan ini terjadi karena adanya mutasi pada kromosom ketiga
dengan lokasi pautan berjarak 91 unit dari salah satu ujung
kromosom.
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Tipe persilangan : Dihibrib
Galur induk (P) : Black >< Taxy
Tipe penyilangan merupakan dihibrid karena individu mutan
disilangkan dengan individu mutan lainnya. Hal ini karena sifat beda yang
diturunkan terdapat dua jenis. Sifat yang diturunkan merupakan pewarisan
kromosom tubuh (autosom).
Tabel H.1.Uji chi-kuadrat untuk penyilangan dihibrid
Kelas
O E (O-E)=d (d-1/2) (d-1/2)2 (d-1/2)/E
Fenotip
Taxy 11 5.6 5.4 4.9 24.01 0.875
Vestigeal 6 5.6 0.4 -0.1 0.01 0.018
Wild 13 16.8 -3.8 -4.3 18.49 0.256
Taxy-
0 2 -2 -2.5 6.25 1.250
vestigeal
Jumlah 30 30 18 48.76 2.399

2
2 (𝑑−1⁄2) 48.76
𝑥 = ∑| |= = 1.62
𝐸 30

𝑥 2 pada tabel (db=3) = 7.815


H0 : Hasil perbandingan sesuai teori dihibrid 9:3:3:1
Kesimpulan :
Hasil perhitungan < hasil pada table sehingga hipotesis diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa data hasil praktikum sesuai dengan teori
kemungkinan yang ada pada hukum mendel terkait dihibrid. Penyimpangan
yang terjadi masih berada di tahap normal perbandingan hukum mendel.
Pada praktikum kali ini, hal yang dilakukan adalah menentukan
parental berdasarkan hasil anakan yang muncul. Berdasarkan hasil yang
teramati, parental yang ditemukan adalah vestigial dan taxy. Hal ini dapat
terlihat dari hasil perbandingan dihibrid 9:3:3:1 yang menunjukkan
kesesuaian teori sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa parental yang
digunakan dalam praktikum adalah taxy dan vestigial. Hasil percobaan
dihibrid pada generasi F2 selalu mempunyai perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3 :
1. Berdasarkan hasil tersebut dapat dirumuskan hukum Mendel II (hukum
pengelompokkan bebas, asortasi) yang menyatakan bahwa selama
pembentukangamet, masing- masing alel berpadu secara bebas. Setiap sifat
adalah bebas dan tidak bergantung pada sifat yang lain.
Pada tahap metaphase 1 dari pembelahan meiosis, terjadi pemisahan
kromosom secara bebas dengan susunan yang sembarang. Hal ini
memungkinkan terbentuknya gamet dengan perbandingan yang sama, yaitu
normal, taxy, vestigeal, dan taxy-vestigeal sehingga dari persilangan individu
yang heterozygote akan diperoleh perbandingan diatas (Sisunandar, 2013).
F2 yang diperoleh dari percobaan ini adalah 13 normal, 11 taxy, 6 vestigeal
dan 2 taxy-vestigeal. Lalu setelah dianalisis dengan menggunakan tekhnik
analisis chi-kuadrat dan diperoleh derajat kebebasan 3, diperoleh hasil 1,62.
Dibandingkan dengan data pada tablechi-kuadrat yaitu 7,815 maka pada
percobaan ini menerima hipotesis nol dengan kepercayaan 95%.
Jenis mutan yang diamati memiliki beberapa karakteristik hasil
mutasinya. Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika
terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus
91,0. (Russell, 1994: 113). Sedangkan jenis mutas vestigial memiliki sayap
berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu untuk
terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam “gen vestigial” mereka pada
kromosom ke dua. Lalat ini memiliki mutasi resesif.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah setiap tipe mutan dapat diamati fenotipnya secara morfologis?
Jawab:
Ya, setiap tipe mutan dapat diamati berdasarkan fenotipnya. Contohnya
warna mata, warna tubuh dan bentuk sayapnya.
2. Mutan manakah menurut saudara yang fenotipnya sangat mudah dibedakan
dengan fenotip tipe liar ?
Jawab:
Fenotip liar (normal) memiliki mata yang berwarna merah, yang sangat
mudah dibedakan berdasarkan fenotipnya yaitu tipe eyemissing karena tidak
mempunyai mata.
J. Kesimpulan
1. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila sp)
a. Hasil pengamatan siklus hidup Drosophila sp. berlangsung sekitar 10 hari
dari stadium telur-larva-pupa-imago. Perbedaan lamanya waktu tiap
stadium pengaruh dari lingkungan medium maupun penyimpanan botol
kultur.
b. Setiap stadium dapat dibedakan pada telur berbentuk benda kecil bulat
panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan, lalu larva
berwarna putih, bersegmen, dan pada instar 2/3 terdapat sungut, pada fase
pupa Kutikula menjadi keras dan berpigmen, tidak bergerak (diam) dan
fase terakhir imago ukuran relatif kecil dan kurus, berwarna pucat, dan
sayap belum terbentang
c. Siklus hidup lalat Drosophila sp. dimulai dari fase telur ke fase larva lalu
larva dan menjadi lalat buah dewasa (imago) yang berlangsung sekitar 10
hari, dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari
pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang.
2. Determinasi pada Lalat Buah (Drosophila sp)
a. Drosophila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan struktur
morfologinya. Karakter yang dapat digunakan di antaranya adalah ukuran
tubuh, bentuk abdomen, dan segmen pada abdomen. Drosophila jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari pada betina. Ujung abdomen
lalat betina agak runcing, sedangkan ujung abdomen lalat jantan agak
membulat. Sex comb (sisir kelamin) hanya ditemukan pada lalat
Drosophila jantan, yakni pada kedua kaki depan pada tarsal ke dua.
3. Pengenalan Mutan Lalat Buah (Drosophila sp)
a. Pada pengamatan dapat dibedakan Drosophila tope normal (Wild type) dan
tipe mutan berdasarkan fenotipe yang tampak. Adapaun tipe mutan yang
ditemukan diantaranya adalah tipe eyemissing (eym), bertubuh coklat
(ebony), bertubuh hitam (black), bermata coklat (sephia), bermata sipit
(bar), bermata putih (white), sayap yang hampir tidak ada (vestigial), dan
sayap yang selalu terentang (taxy). Drosophila tersebut dapat diamati
fenotipnya secara morfologis
4. Pola Pewarisan Sifat Melalui Penyilangan Lalat Buah (Drosophila sp)
a. Dari hasil yang teramati dapat disimpulkan bahwa parental yang
ditemukan pada F2 yaitu vestigial dan taxy. Hal ini dapat dilihat hasil
perbandingan dihybrid 9:3:3:1 yang menunjukan kesesuaian teori.
b. Dengan menggunakan analisis statistika yaitu dengan Teknik analisis chi-
kuadrat diperoleh derajat kebebasan 3, dan diperoleh hasil 1,62
Dibandingkan dengan data pada tabel chi-kuadrat yaitu 7,815 maka pada
percobaan ini menerima hipotesis nol dengan kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA
Ashburner, Michael. (1989). Drosophila, A Laboratory Handbook. USA:
Coldspring Harbor Laboratory Press.
Anonim. 2016. Kromosom pada Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
Jantan dan Betina. [Online] Tersedia:
http://www.generasibiologi.com/2016/10/kromosom-lalat-buah-
drosophila-melanogaster.html
Borror.J.D,Triplehorn. (1992). Pengenalan Pengajaran Serangga.
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.
Deringer. Tanpa tahun. Live Cycle. [Online] Tersedia:
http://mrsdlovesscience.com/lifecycle.html
Djoko T. Iskandar. 1987. Penuntun Praktikum Genetika. PAU Ilmu Hayati &
Jurusan Biologi ITB: Bandung.
Graze R.M dkk. 2007. New Candidate Genes for Sex-Comb Divergence
Between Drosophila mauritiana and Drosophila simulans. [Online]
Tersedia: http://www.genetics.org/content/176/4/2561
Hartati. (2007). Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Jurusan
Biologi FMIPA UNM
Hartwell, L.H., dkk. (2010). Genetics: From Genes To Genomes. 4th ed.
McGraw-Hill Companies, Inc: New York.
Joni, A. 2013. Laporan Biologi 1 Menggunakan Mikroskop. [Online]
http://academia.edu/8752733/Laporan_Biologi_1_Penggunaan_
Mikroskop (Diakses 06 Desember 2019)

Kopp A. 2012. Drosophila Sex Combs as a Model of Evolutionary


Innovations. [Online] Tersedia:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462374/#R144
King, T. J, M.Reiss & M.B.V. Roberts. (2001). Practical Advanced Biology.
Nelson Thornes: United Kingdom.
Lucic. 2013. https://www.researchgate.net/figure/259077753_fig1_Fig-1-
Sex-comb-in-Drosophila-melanogaster-male-a-front-leg-with-sex-
comb-marked-with
Nio, T.K. (1990). Genetika Dasar. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Russel, P.J, 1994. Fundamental of Genetics. New York : Harper Colins.
Silvia, Triana. (2003) . Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi
Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila.
Bandung: Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran.
Shorrocks, B. (1972). Drosophila. London: Ginn & Company Limited.
Soemartono. (1979) . Pedoman Praktikum Biologi Umum 3. Jakarta:
Djambatan
Suryo. (2008) . Genetika Strata 1. Yogyakarta: UGM Press.
Soemartono. 1979. Pedoman Praktikum Biologi umum 3. Djambatan: Jakarta.
Suryo. 2002. Genetika. UGM Press: Yogyakarta.
Szebenyi AL. 1969. Cleaning behaviour in Drosophila melanogaster. Anim
Behav.
Suhara dkk (2019). Pedoman Praktikum Genetika. Bandung : Departemen
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Tim Genetika. 2019. Pedoman Praktikum Genetika. UPI: Bandung
Tsacas L. 1980. Les especes montagnardes afrotropicales de Drosophilidae
(Diptera) Annales de la Societe entomologique de France.
Wheeler, MR. (1981). The Drosophilidae. New York: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai