4B - Laporan Drosophila
4B - Laporan Drosophila
4B - Laporan Drosophila
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika
dosen pengampu :
Drs. Suhara, M.Pd
Dr. Riandi, M.Si
Oleh :
Kelompok 4
Pendidikan Biologi B 2017
Alshela Hadista Dhiya 1701923
Fildza Huaina Arrifa 1702108
Mulke Choerunisa F 1705041
Sanchia Azaria Sulaeman 1701584
Yulia Sari Surachman 1700942
Perubahan
Drosophila sp. perkembangan
Alat dan bahan
dimasukkan pada pada medium
disediakan
botol kultur selama 4-6 jam
setiap hari
Setiap tahap
Data dihimpun dan perkembangan
dianalisis dicatat dan
didokumentasikan
Laporan di buat
Mutan Drosophila
Stok Drosophila
Alat dan bahan dibius. Hindari
tipe mutan
disediakan terlepasnya muatan
disediakan
ke luar
Drosophila yang
Drosophila yang sudah
telah dibius lalu
diidentifikasi selanjutnya
dimasukan kedalam
dibandingkan dengan
cawan petri untuk
Drosophila tipe liar
diidentifikasi
Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.04 WIB) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.1.1 Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Larva berkembang
Senin,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 23 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 20.15 WIB)
yang besar
GambarG.1.1.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah
berukuran besar dan
Selasa,
Tahap Larva merayap ke atas
5 24 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 20.10 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.1.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Rabu,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 25 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 19.25 WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.1.6. Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)
Pupa mulai
menghitam
Kamis,
Tahap Pupa menandakan telah
7 26 September 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 21.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.1.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)
Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan
Hari pertama
parental
Sabtu,
Parental dimasukan ke
1 21 September 2019
Drosophila sp dalam medium,
(Pukul 12.26)
terdapat jantan
Gambar G.1.2.1. Tahap dan betina.
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Mulai terlihat
Mingu,
telur pada bagian
2 22 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 20.19 WIB)
dinding.
Gambar G.1.2.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)
Larva mulai
muncul dari
bawah medium
Senin,
Tahap Larva dengan ukuran
3 23 September 2019
Instar 1 yang kecil dan
(Pukul 19.00 WIB)
tipis seperti
Gambar G.1.2.3. Tahap benang dengan
larva instar 1 warna putih
(Kelompok 4B, 2019)
Larva
Selasa, berkembang dan
Tahap Larva
4 24 September 2019 beberapa sudah
Instar 2
(Pukul 17.15 WIB) memiliki ukuran
yang besar
Gambar G.1.2.4 Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah
berukuran besar
Rabu, dan merayap ke
Tahap Larva
5 25 September 2019 atas permukaan
Instar 3
(Pukul 13.10 WIB) medium makanan
ke tempat yang
Gambar G.1.2.5. Tahap kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Sabtu, tahap awal pada
Tahap Pupa
6 28 September 2019 dinding,
Awal
(Pukul 07.10 WIB) warnanya coklat
pucat.
Gambar G.1.2.6. Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)
Pupa mulai
menghitam
Rabu,
Tahap Pupa menandakan telah
7 2 Oktober 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 06.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.2.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)
Imago telah
Sabtu, keluar dari pupa
8 5 Oktober 2019 Imago dan mulai
(Pukul 06.15 WIB) berterbangan di
dalam medium.
Gambar G.1.2.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)
Waktu Stadium
No Gambar Pengamatan Keterangan
Pengamatan Perkembangan
Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.30) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.3.1. Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Mulai terlihat telur
Minggu,
pada bagian
2 22 September 2019 Tahap Telur
medium dan
(Pukul 23.30 WIB)
dinding.
Gambar G.1.3.2. Tahap
telur
(Kelompok 4B, 2019)
Larva berkembang
Kamis,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 26 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 21.15 WIB)
yang besar
Gambar G.1.3.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah
berukuran besar dan
Sabtu,
Tahap Larva merayap ke atas
5 28 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 17.10 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.3.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Senin,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 30 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 15.50. WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.3.6 Tahap pupa
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Pupa mulai
menghitam
Rabu,
Tahap Pupa menandakan telah
7 03 Oktober 2019
akhir terbentuknya
(Pukul 15.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.3.7 Tahap pupa dari lalat buah.
akhir
(Kelompok 4B, 2019)
Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan
Hari pertama
Jumat, parental dimasukan
Parental
1 20 September 2019 ke dalam medium,
Drosophila sp
(Pukul 11.00) terdapat jantan dan
betina.
Gambar G.1.4.1. Tahap
awal
(Kelompok 4B, 2019)
Larva berkembang
Senin,
Tahap Larva dan beberapa sudah
4 23 September 2019
Instar 2 memiliki ukuran
(Pukul 23.00 WIB)
yang besar
Gambar G.1.4.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah
berukuran besar dan
Rabu,
Tahap Larva merayap ke atas
5 25 September 2019
Instar 3 permukaan medium
(Pukul 05.00 WIB)
makanan ke tempat
Gambar G.1.4.5. Tahap yang kering
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Terbentuk pupa
Rabu,
Tahap Pupa tahap awal pada
6 25 September 2019
Awal dinding, warnanya
(Pukul 11.00 WIB)
coklat pucat.
Gambar G.1.4.6 Tahap
pupa awal
(Kelompok 4B, 2019)
Pupa mulai
menghitam
Kamis,
Tahap Pupa menandakan telah
7 26 September 2019
Akhir terbentuknya
(Pukul 17.00 WIB)
beberapa bagian
Gambar G.1.4.7. Tahap dari lalat buah.
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)
Imago telah keluar
dari pupa dan mulai
8. Imago
berterbangan di
dalam medium.
Gambar G.1.4.8. Tahap
imago
(Kelompok 4B, 2019)
Stadium
No Waktu Pengamatan Gambar Pengamatan Keterangan
Perkembangan
Larva berkembang
Rabu, 25 September
Tahap Larva Instar dan beberapa sudah
4 2019
2 memiliki ukuran yang
(Pukul 05.02 WIB)
besar
Gambar G.1.5.4. Tahap
larva instar 2
(Kelompok 4B, 2019)
Larva telah berukuran
Rabu, 25 September besar dan merayap ke
Tahap Larva Instar
5 2019 atas permukaan
3
(Pukul 20.06 WIB) medium makanan ke
tempat yang kering
Gambar G.1.5.5.. Tahap
larva instar 3
(Kelompok 4B, 2019)
Pupa mulai
menghitam
Kamis, 26 September
menandakan telah
7 2019 Tahap Pupa Akhir
terbentuknya
(Pukul 18.02 WIB)
beberapa bagian dari
lalat buah.
Gambar G.1.5.7. Tahap
pupa akhir
(Kelompok 4B, 2019)
1.
Gambar G.2.1.1 Kepala dan Gambar G.2.1.2 Abdomen Gambar G.2.1.3. Sayap
Dada Betina Betina Betina
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019) (Dok.kelompok 4, 2019)
2.
Gambar G.2.1.4 Kepala dan Gambar G.2.1.5. Abdomen Gambar G.2.1.6. Sayap
dada Jantan Jantan Jantan
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4, 2019)
Drosophila
melanogaster
Gambar G.2.2.3
Gambar G.2.2.1
Gambar G.2.2.2 Sayap Abdomen Akhir
Sex Comb
(Dok. kelompok 4, 2019) (Dok. kelompok 4,
(Dok. kelompok 4, 2019)
2019)
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Tabel G.3.1 Hasil Pengamatan Drosophila mutan
Warna Warna Kondisi
Label Sex Tipe mutan
Tubuh Mata Sayap
Cokelat Merah
A Betina Normal
(normal) (normal)
Gambar G.3.1.1
Drosophila Normal
(Kelompok 4B, 2019)
Cokelat Cokelat
B Betina Normal
(normal) kehitaman
Gambar G.3.1.2
Drosophila Sepia
(Kelompok 4B, 2019)
Putih,
Cokelat ocellus
C Jantan Normal
(normal) tidak
berwarna
Gambar G.3.1.3
Drosophila White
(Kelompok 4B, 2019)
Cokelat Merah
D Jantan Normal
(Normal) lonjong
Gambar G.3.1.4
Drosophila Bar
(Kelompok 4B, 2019)
Gambar G.3.1.5.
Drosophila Eye missing
(Kelompok 4B, 2019)
Merah
F Jantan Hitam Normal
(normal)
Gambar G.3.1.6
Drosophila Eboni
(Kelompok 4B, 2019)
Merah
G Hitam Normal
terang
Gambar G.3.1.7
Drosophila Black
(Kelompok 4B, 2019)
Gambar G.3.1.8
Drosophila Vestigial
(Kelompok 4B, 2019)
Selalu
Coklat Merah membentang
I Betina
(normal) (normal) 75% axis
tubuh
Gambar G.3.1.9
Drosophila Taxi
(Kelompok 4B, 2019)
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Kode Botol : F1 Betina dan F1 Jantan
Tanggal Mulai Pengamatan : 02/12/2019
Parental : Vestigial >< Taxy
Vestigial Taxy
Tanggal Keterangan
Jantan Betina Jantan Betina
25/12/2019 5 3 1 -
Gambar G.4.1.1
Drosophila Jantan Taxy
26/11/2019 9 3 1 1 (Dok. Kel 4B, 2019)
27/11/2019 13 3 5 2
Gambar G.4.1.2
Drosophila Jantan
(Dok. Kel 4B, 2019)
30/11/2019 15 6 7 3
Gambar G.4.1.3
Drosophila Betina Taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)
02/12/2019 18 8 9 6
Gambar G.4.1.4
Drosophila Betina normal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Berdasarkan perhitungan generasi F1 diatas, tipe lalat buah yang diperoleh
adalah berjenis Mutan vestigial dan Mutan Taxy, dimana mutan Taxy adalah
mutan yang bagian sayapnya selalua terbuka dan tidak pernah tertutup.
Gambar G.4.2.1
Drosophila Jantan F2 normal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G.4.2.2
Drosophila Jantan F2 taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G.4.2.3
Drosophila Jantan F2
Vestigeal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G. 4.2.4
Drosophila Betina F2
normal
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G.4.2.5
Drosophila Betina F2 Taxy
(Dok. Kel 4B, 2019)
Gambar G.4.2.6
Drosophila Betina F2
Vestigial
(Dok. Kel 4B, 2019)
H. Pembahasan
1. Pengamatan siklus hidup lalat Buah (Drosophila sp)
Untuk melakukan pengamatan ini, kami memindahkan Drosophila sp.
dewasa ke dalam botol berisi medium APRG (Agar Pisang Ragi Gula) yang
sudah kami siapkan. Pemilihan Drosophila dilakukan berdasarkan gendernya.
Pada setiap medium dimasukkan minimal 1 ekor Drosophila jantan dan 5 ekor
Drosophila betina. Hal ini dikarenakan 1 ekor jantan dapat membuahi
beberapa betina, yang mana 1 ekor betina mampu menghasilkan banyak telur
(hingga 300 butir). Botol medium ini disimpan di tempat yang cukup sejuk
atau disimpan dengan alas (mangkuk) yang berisi air agar suhu botol
mediumnya terjaga tetap sejuk.
Pengamatan terhadap siklus Drosophila sp. yang kami lakukan dimulai
dari mengamati tahap telur hingga tahap imago. Tahap telur dimulai rata-rata
2 hari setelah dimasukkannya parental ke dalam medium. Tahap ini ditandai
dengan adanya telur yang berbentuk lonjong dan kecil berukuran kurang dari
1 mm yang menempel pada dinding kaca atau permukaan medium. Pada
beberapa pengamatan, tidak tampak adanya tahap telur yang ditemukan di
dalam botol medium. Hal ini kemungkinan disebabkan ukuran telur yang
sangat kecil sehingga tidak teramati, atau bisa juga karena telur tersebut
berada di permukaan medium dan tersamarkan oleh warna dari medium.
Tahap telur ini berlangsung selama sehari hingga masuk ke tahap selanjutnya.
Lama periode tahap pertama pada pengamatan ini sesuai dengan teori yang
meyebutkan bahwa biasanya telur Drosophila sp. menetas dalam waktu 24
jam.
Tahap selanjutnya yaitu fase larva yang ditandai dengan munculnya
larva berukuran sekitar 1 mm, berwarna keputihan dan bergerak-gerak dan
mulai menyebar di dinding kaca atau permukaan medium. Menurut teori,
tahap larva ini dibagi menjadi 3 instar. Untuk membedakan larva instar 1,
instar 2 dan instar 3, kami memperkirakan tahap instar ini berdasarkan
ukurannya. Ukuran larva yang semakin besar menandakan larva memasuki
tahap instar selanjutnya hingga instar 3. Pada pengamatan yang kami lakukan,
periode tahap larva hingga memasuki tahap pupa, rata-rata selama 2 hingga 3
hari. Namun ada juga yang berlangsung selama 4-6 hari. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan dikarenakan perbedaan spesies.
Tahap pupa ditandai dengan perubahan warna larva dari keputih-
putihan menjadi kecoklatan. Pupa ini letaknya juga tersebar dan menempel
statis pada dinding kaca maupun permukaan medium yang relatif kering.
Pupa tahap akhir ditandai dengan warna pupa yang mulai menghitam dan
menandakan mulai siap menetas Tahap pupa yang kami amati, rata-rata
berlangsung selama 5-6 hari, namun ada pula yang berlangsung selama 7-8
hari, lebih singkat dari yang diperkirakan berdasarkan teori, yakni 8-11 hari.
Hal ini mungkin disebabkan karena spesiesnya yang berbeda-beda serta
kondisi penyimpanan medium. Kondisi lokasi penyimpanan yang gelap
menyebabkan tertundanya penetasan pupa menjadi imago. Sedangkan
kondisi yang terang mendukung berlangsungnya penetasan pupa menjadi
imago.
Tahap imago ditandai dengan munculnya Drosophila dewasa yang
sudah mampu terbang dan menyebar di dalam botol medium. Untuk
membedakan tahap imago ini dari parental, kami mengeluarkan terlebih
dahulu parental saat anak berada pada tahap pupa.
Siklus hidup Drosophila selama di dalam botol berbeda-beda. Jumlah
Drosophila yang dimasukkan pun berbeda-beda dan tidak diketahui pula
berapa jumlah dari tiap jenis kelaminnya. Perkembangan belum terlihat pada
hari pertama dan kedua pada semua pengamatan. Perkembangan tercepat
terlihat dari tabel Drosophila sampel 5 (Yulia) yang sudah terlihat munculnya
telur pada jam 11.46 WIB. Hal ini disebabkan karena, Drosophila yang
dimasukkan ke dalam botol oleh setiap orang dilakukan secara random.
Mungkin saja pada kondisi saat dimasukkan ke dalam botol, Drosophila pada
sampel 5 (Yulia) sudah dalam kondisi sedang mengandung telur. Sedangkan
sampel yang lainnya baru muncul telur pada hari ke-3, 4 dan 5.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dicatat pada tabel,
perkembangan lamanya Drosophila dari telur menjadi larva relatif sama.
Larva menetas 24 jam setelah Drosophila bertelur. Perkembangan
selanjutnya dari larva instar 1 menuju instar 2 membutuhkan waktu 24 jam
pula. Instar 2 hanya memerlukan waktu 18 jam untuk berubah menjadi
instar 3. Sama dengan instar 2, 18 jam kemudian instar 3 sudah menjadi pupa.
Saat Drosophila menjadi pupa, induk pun dilepaskan keluar. Dari masa
menjadi pupa sampai membentuk imago baru membutuhkan waktu sekitar 5-
11 hari setelah itu,imago yang baru menetas dihitung dan pengamatan
dihentikan.
2. Determinasi pada lalat buah (Drosophila sp)
Drosophila adalah jenis lalat buah yang termasuk ke dalam Filum
Arthropoda, Classis Insekta dan Ordo Diptera. Lalat ini digolongkan ke dalam
sub Ordo Cyclophorpha, yaitu kelompok lalat yang pupanya terdapat pada
kulit instar ke-3 dan mempunyai Jaw Hooks, serta golongan seri Acaliptrata,
yaitu imagonya menetas melalui bagian anterior pupa. Drosophila termasuk
ke dalam suku Drosophilidae, marga Drosophila. (Nio, 1990)
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui mana perbedaan
Drosophila jantan dan betina berdasarkan morfologinya. Drosophila jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, ujung abdomen yang lebih
meruncing dan terdapat tanda berwarna hitam yamg berasal dari penyatuan
beberapa segmen terakhir dari tubuhnya. Sedangkan Drosophila betina
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar karena berisi telur di dalam tubuhnya,
ujung abdomen yang lebih membulat dibandingan jantan, dan memiliki
abdomen yang beruas-ruas.
Sex comb (sisir kelamin) hanya ditemukan pada lalat Drosophila
jantan, yakni pada kedua kaki depan pada tarsal ke dua. Sex comb berupa
beberapa atau sekelompok sisir rambut yang agak rapat dan tersusun seperti
sisir. Sisir kelamin ini tidak terdapat pada Drosophila betina. (Nio, 1990) Sex
Comb digunakan untuk membersihkan kepala dan mata mereka (Szebenyi
AL, 1969).
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, kelompok kami berhasil
mengidentifikasi spesies Drosophila, yaitu Drosophila melanogaster. Kami
dapat menyimpulkan bahwa lalat tersebut adalah Drosophila .melanogaster
berdasarkan jumlah sex comb yang dimilikinya. Drosophila melanogaster
memiliki sex comb berkisar 7-20.
3. Pengenalan mutan pada lalat buah (Drosophila sp)
Drosophila melanogaster memiliki beberapa macam jenis, seperti hasil
yang telah diamati adalah mata eyemissing atau Drosophila melanogaster
yang tidak memiliki organ mata. Pada mutasi warna mata, dapat diamati
bahwa penampakan warna mata Drosophila melanogaster wild type (normal)
berwarna merah bata sedangkan pada mutannya berwarna putih (white), atau
cokelat kehitaman (sepia). Mutasi pada mata adalah Lobe (mata tereduksi),
eyemissing (tidak mempunyai mata) (Hartwell 2010: 217). Mutasi pada
warna tubuh dapat diamati dengan jelas seperti warna mutan Drosophila
melanogaster hitam (black), kuning (yellow) atau cokelat tua (ebony).
Mutasi yang terjadi pada sayap Drosophila melanogaster berdasarkan
pengamatan dibedakan menjadi sayap curly (melengkung ke atas), taxi
(panjangnya terentang menjauhi tubuh), dan vestigeal (sayap hampir tidak
ada, lalat buah tidak bisa terbang).
Pembiusan Drosophila melanogaster dengan menggunakan larutan
dietileter bertujuan untuk menjaga Drosophila melanogaster tetap berada
dalam keadaan pasif atau diam ketika diamati di bawah mikroskop stereo.
Penggunaan kuas bertujuan agar morfologi Drosophila melanogaster tidak
rusak sedikitpun ketika dipindahkan karena permukaan bulu kuas yang
lembut. Penggunaan gelas arloji berfungsi sebagai wadah untuk Drosophila
melanogaster ketika diamati di bawah mikroskop. Penggunaan mikroskop
stereo berfungsi agar spesimen yang diamati di bawah mikroskop dapat
terlihat lebih jelas bila dibandingkan dengan pengamatan menggunakan lup.
Hal tersebut dilakukan karena mikroskop stereo memiliki medan kerja yang
lebih besar. (King dkk. 2001: 251-252).
Fungsi alat-alat pada praktikum seperti botol medium adalah untuk
memisahkan antara masing-masing jenis mutan, sedangkan sumbat busa
berfungsi untuk mencegah bebasnya Drosophila melanogaster keluar dari
wadah. Selain itu, alasan menggunakan mikroskop stereo karena perbesaran
mikroskop stereo mencapai 7 hingga 30 kali dan dapat memperjelas
permukaan objek karena cahaya jatuh dipermukaan objek dan bayangannya
diterima oleh mata pengamat (Joni 2013: 5).
Hasil identifikasi sejumlah sembilan preparat Drosophila, didapatkan:
a. Drosphila Normal (++)
Pada preparat 1, tipenya adalah Drosophila Normal (++)
dengan ciri warna tubuh cokelat, warna mata merah, dan kondisi
sayap normal.
b. Sephia (se)
Pada preparat 2, tipe mutannya adalah Sephia (se). Saat
mengamati jenis mutan sephia, yang terlihat adalah terdapat
perbedaan antara Drosophila melanogaster yang normal dengan
Drosophila melanogaster yang mengalami mutan sephia (se)
adalah pada warna matanya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
pada Drosophila normal, warna mata adalah merah. Tetapi, pada
Drosophila yang mengalami jenis mutan sephia, warna mata
menjadi coklat hingga kehitaman. Hal ini dapat terjadi karena
mutan kelebihan pigmen sepiapterin (Russell, 1994). Jenis mutan
sephia (se) terjadi karena adanya mutasi pada kromosom ketiga
dengan lokasi pautan berjarak 26 unit dari salah satu ujung
kromosom (3 – 26).
c. White (ww)
Pada preparat 2, tipe mutannya adalah White (ww). Ketika
mengamati mutan Drosophila ini, terlihat perbedaan yang
signifikan antara Drosophila yang mutan dengan yang normal.
Pada Drosophila yang normal, kondisi tubuh berwarna coklat,
dengan sayap yang lebih panjang dari tubuh, serta warna mata yang
merah. Tetapi, ketika mengamati Drosophila ini, ciri-ciri tubuhnya
hampir sama dengan Drosophila normal, tubuhnya berwarna
coklat, ukuran sayap lebih panjang dari tubuh, hanya saja warna
matanya adalah putih. Warna putih terlihat secara keseluruhan
menutupi ruang mata majemuk mutan ini. Mutan white adalah jenis
mutan dengan warna mata putih karena tidak memiliki pigmen
pteridin dan ommokrom yang menyebabkan warna coklat pada
mata dan tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali. Mutasi
ini terjadi pada kromosom pertama dengan lokasi pautan berjarak
5,5 unit dari salah satu ujung kromosom (1 – 5,5).
d. Drosophila Bar
Pada preparat 4, tipe mutannya adalah Drosophila bar dengan
ciri warna tubuh cokelat, warna mata merah dengan mata sipit, dan
kondisi sayap normal`Eyemissing (eym)
Pada preparat 5, tipe mutannya adalah Drosophila Eyemissing
(eym). Drosophila melanogaster yang mengalami mutan
eyemissing memiliki ciriciri utama yaitu tidak mempunyai organ
mata, sesuai dengan nama jenis mutannya. Setelah diamati melalui
mikroskrop, memang terlihat jelas bahwa pada lalat yang
mengalami mutan eym ini tidak terlihat dengan jelas organ
matanya. Keadaan mata terlihat sama warnanya dengan bagian
tubuh di sekitar matanya. Jadi tidak ada yang mencirikan bagian
mata di sana. Mata hanya terlihat seperti bentuk titik. Mutan ini
dapat terjadi karena kesalahan ketika sel yang seharusnya dibentuk
untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk sama sekali dan
akhirnya terjadi mutasi (Russel, 1994). Tipe mutan ini terjadi pada
kromosom ke empat dengan lokasi pautan berjarak 2,0 unit dari
salah satu ujung kromosom (4 – 2,0).
e. Ebony (e)
Pada preparat 6, tipe mutannya adalah Drosophila Ebony (e).
Saat pengamatan, kami mengamati seekor Drosophila yang
memiliki warna tubuh yang unik. Jika pada umumnya warna tubuh
Drosophila adalah coklat, tidak dengan Drosophila mutan yang
kami amati. Warna tubuhnya dominan hitam (khususnya bagian
ventral abdomen). Drosophila mutan ini memiliki kesalahan pada
gen yang berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi
warna pada tubuh Drosophila normal. Jenis mutan ini terjadi
karena adanya mutasi pada kromosom ketiga dengan lokasi pautan
berjarak 70,7 unit dari salah satu ujung kromosom.
f. Black
Pada preparat 7, tipe mutannya adalah black. Secara
keseluruhan lalat yang memiliki mutan black memiliki warna
tubuh hitam pekat, dengan warna mata dan bentuk sayap normal.
Hal tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada kromosom nomor 2
lokus 48,5 yang menyebabkan keabnormalan warna badan, kaki,
dan urat sayap yang menghitam namun tidak mengkilap.
g. Vestigeal (vg)
Mutasi pada Drosophila dapat terjadi pada bagian sayap. Salah
satu jenis mutan yang kami amati adalah jenis mutan vestigeal
ppada preparat 8. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat
perbedaan yang spesifik antara Drosophila normal dengan
Drosophila mutan pada bagian sayapnya. Sayap pada mutan ini
terlihat lebih pendek. Bahkan ukuran panjang antara sayap normal
dengan sayap jenis mutan vestigeal (vg) ini terlihat berbeda jauh.
Jika pada sayap normal ukuran panjangnya melebihi panjang tubuh
Drosophila, maka kondisi sayap pada jenis mutan vestigeal terlihat
sangat tereduksi lebih dari 2/3 bagian sayap. Karena adanya mutasi
ini, dapat dipastikan bahwa Drosophila yang mengalami mutan ini
tidak dapat terbang. Jenis mutan ini terjadi karena adanya mutasi
pada kromosom kedua dengan lokasi pautan berjarak 67,0 unit dari
salah satu ujung kromosom (2 – 67,0).
h. Taxi (tx)
Selain jenis vestigeal, kami juga mengamati Drosophila
melanogaster yang mengalami mutasi pada sayap dengan jenis
mutan yang berbeda pada preparat 9. Setelah diamati dengan
menggunakan kaca pembesar (lup), sudah terlihat jelas bahwa
bentuk sayap pada Drosophila mutan ini mengalami keanehan.
Tidak seperti Drosophila normal yang dapat merapatkan kembali
sayap mereka setelah terbang, Drosophila mutan ini tidak dapat
merapatkan sayap mereka. Sayapnya membentang sekitar 75% dari
axis tubuh (Tim Dosen Genetika, 2015). Sayap pada mutan ini akan
terus terbentang ketika terbang maupun hinggap (Russell, 1994).
Jenis mutan ini terjadi karena adanya mutasi pada kromosom ketiga
dengan lokasi pautan berjarak 91 unit dari salah satu ujung
kromosom.
4. Pola pewarisan sifat melalui penyilangan lalat buah (Drosophila sp)
Tipe persilangan : Dihibrib
Galur induk (P) : Black >< Taxy
Tipe penyilangan merupakan dihibrid karena individu mutan
disilangkan dengan individu mutan lainnya. Hal ini karena sifat beda yang
diturunkan terdapat dua jenis. Sifat yang diturunkan merupakan pewarisan
kromosom tubuh (autosom).
Tabel H.1.Uji chi-kuadrat untuk penyilangan dihibrid
Kelas
O E (O-E)=d (d-1/2) (d-1/2)2 (d-1/2)/E
Fenotip
Taxy 11 5.6 5.4 4.9 24.01 0.875
Vestigeal 6 5.6 0.4 -0.1 0.01 0.018
Wild 13 16.8 -3.8 -4.3 18.49 0.256
Taxy-
0 2 -2 -2.5 6.25 1.250
vestigeal
Jumlah 30 30 18 48.76 2.399
2
2 (𝑑−1⁄2) 48.76
𝑥 = ∑| |= = 1.62
𝐸 30