Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

C.

Landasan ijma’

Ijma’ dapat diakui sebagai dalil atau landasan hukum bilamana dalam pembentukannya mempunyai
landasan shara’ yang disebut sanad ijma’.

Adapun landasan ijma’ adalah :

1. Al-Qur’an

Para ulama’ sepakat atas keabsahan al-Qur’an sebagai landasan ijma’. Contoh ijma’ yang
berlandaskan al-Qur’an adalah kesepakatan para ulama’ atas keharaman menikahi nenek dan cucu
perempuan. Sebagaimana ayat 23 dari surat an-nisa’ yang artinya :

Ayatnyo belum
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu
yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[22]

Para ulama’ sepakat bahwa yang dimaksud dengan kata ummahat (para ibu) dalam ayat tersebut
mencakup nenek keatas. Dan kata banat (anak-anak perempuan) dalam ayat tersebut mencakup
cucu perempuan ke bawah.[23]

2. al-Sunnah

Para ulama’ juga sepakat al-Sunnah sebagai landasan ijma’. Adapun contoh ijma’ yang dilandaskan
atas al-Sunnah adalah kesepakatan ulama’ tentang kedudukan nenek mengantikan ibu dalam hal
waris dan mendapat 1/6 dari harta waris bilamana ibu kandung si mayit sudah wafat.

Dari ibnu Umar berkata : ada seorang nenek yaitu ibu kandung ibu dan ibu kandung ayah yang dating
kepada Abu bakar (menanyakan sesuatu) maka Abu Bakar bertanya kepada orang-orang dan al-
Mughirah bin Shu’bah yang bisa memberitahu bahwa sesungguhnya Rasulullah saw memberikan
warisan kepada nenek sperenam.[24]

3. Qiyas

Landasan ijma berdasarkan qiyas, para ulama’ berbeda pendapat. Daud al-Zhahiri dan Ibn Jarir al-
T{abari menolak Qiyas sebagai landasan dari pada ijma’. Sedangkan mayoritas ulama’ mengatakan
bahwa qiyas sebagai landasan ijma’. Sebagaimana ijma’ para ulama’ dalam mengharamkan minyak
babi berdasarkan qiyas atas keharaman dagingnya.
G.    Implikasi Perbedaan Pendapat Para Ulama’ Tentang Ijma’ Dalam Masalah-Masalah
Fiqh
Dari perbedaan pendapat para ulama’ dalam masalah ijma’ ini, maka terjadi perbedaan juga
dalam masalah-masalah fiqh, diantaranya adalah :
1.      Jumhur ulama’ berpendapat bahwa secara ijma’ seorang suami wajib menafkahi istrinya,
baik suami tersebut kaya ataupun miskin.
Namun hal ini berbeda dengan pendapat al-Zhahiriyyah yang menyatakan bahwa istri yang
kaya wajib menafkahi suaminya yang fakir. Sebagaiman yang dikatakan oleh ibn al-Hazm,
apabila suami tidak mampu menfkahi dirinya sendiri, sedangkan istrinya orang yang kaya,
maka istri tersebut terbebani untuk menafkahi suaminya.
2.      Jumhur ulama’ berpendapat bahwa secara ijma’ menikahi seorang perempuan dan
berpoligami dengan bibi perempuan tersebut, hokumnya haram.
Namun, menurut Shiah imamiyah dan khawarij, hal tersebut boleh.
3.      Jumhur ulama’ menyatakan secara ijma’ bahwa nikah mut’ah telah diharamkan yang
mana sebelumnya hal ini dibolehkan.
Namun menurut ijma’ kelompok shiah, nikah mut’ah ini dibolehkan selamanya.
4.      Jumhur ulama’ secara ijma’ menetapkan bahwa membayar hutang si mayit lebih
didahulukan dari pada melaksanakan wasiat.
Namun kelompok Khawarij tetap mengutamakan wasiat dari pada membayar hutang si mayit

Pengertian menurut para ahli


Kemudian, pengertian dari ijma sendiri terus berkembang karena baik para ahli ushul fiqh
maupun para ulama. Adapun ahli ushul fiqh yang menyampaikan pengertian ijma adalah;

1. Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali menyatakan bahwa ijma merupakan sebuah kesepakatan dari umat Nabi
Muhammad SAW mengenai suatu perkara atau persoalan yang berhubungan dengan
persoalan agama.

2. Imam Al Subki
Sedangkan menurut Imam Al Subki, ijma didefinisikan sebagai suatu kesepakatan dari para
mujtahid setelah Nabi Muhammad SAW wafat dan berkenaan dengan segala persoalan yang
berkaitan dengan hukum syara.

Sedangkan dari para ulama, berikut beberapa ulama ushul kontemporer yang mencoba
menyampaikan pengertian ijma:
3. Ali Abdul Razak
Melalui buku yang disusun oleh Ali Abdul Razak dan bertajuk al Ijma Fi al Syari’at al
Islamiyat. Beliau menerangkan bahwa ijma merupakan kesepakatan dari para mujtahid Islam
yang terjadi pada suatu masa dan atas perkara hukum syara.

4. Abdul Karim Zaidah


Dalam bukunya yang berjudul al Wajiz Fi Ushul al Fiqh, Abdul Karim Zaidah menjelaskan
bahwa ijma merupakan kesepakatan dari para mujtahid umat Islam pada suatu masa
mengenai hukum syara’ setelah Rasullallah SAW wafat.

Masih banyak pendapat lain yang mengemukakan mengenai pengertian dari ijma, namun
yang pasti ijma merupakan kesepakatan para ahli atau para ulama dalam menyelesaikan suatu
perkara atau persoalan yang berkaitan dengan agama Islam.

Sehingga ketika ada masalah yang mengarah ke agama Islam, dan belum ada ketentuannya di
dalam Al Quran maupun Al hadits . Maka dicari penyelesaiannya dengan ijma tadi, setelah
didiskusikan oleh para ahli dan para ulama. Selain menggunakan ijma, perkara Islam juga
diselesaikan dengan qiyas yang nanti dijelaskan di bawah.

contoh dari ijma sendiri tentu cukup banyak, beberapa diantaranya adalah:

Berikut merupakan beberapa contoh ijma’.


1.Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai oleh
sahabat Utsman bin Affan r.a. pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat lainnya tidak ada
yang memprotes atau menolak ijma’ Beliau tersebut dan diamnya para sahabat lainnya
adalahtanda menerimanya mereka atas prakarsa tersebut. Contoh tersebut merupakan ijma’
sukuti.
2.Saudara-saudara seibu– sebapak, baik laki-laki ataupun perempuan (banu al-
a’yan wa al-a’lat) terhalang dari menerima warisan oleh bapak. Hal ini ditetapkan dengan
ijma’.
3. Diputuskannya untuk membukukan Al Quran dan dilakukan pada masa kepemimpinan
Abu Bakar As Shidiq.
4.Menjadikan as Sunah sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Para
mujtahid bahkan seluruh umat Islam sepakat menetapkan as Sunah sebagai salah satu
sumberhukum Islam.
6.Contoh ijma’ yang dilakukan pada masa sahabat seperti ijma’ yang diland
askan pada Al-Qur’an adalah kesepakatan para ulama’ tentang keharaman menikahi nenek
dan cucuperempuan berdasarkan QS. An-Nisa’ ayat 23.
Para ulama sepakat bahwa kata
ummahat (para ibu) dalam ayat tersebut mencakup ibukandung dan nenek, sedangkan kata
banat(anak-anak wanita) dalam ayat tersebut mencakupanak perempuan dan cucu perempuan.
7.Kesepakatan ulama atas keharaman minyak babi yang di-qiyaskan atas
keharamandagingnya.
8.Shalat tarawih adalah shalat dilakukan sesudah sholat isya’ sampa
i waktu fajar. Bilanganrakaatnya yang pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah 8 rakaat.
Umar bin Khattab mengerjakannya sampai 20 rakaat. Amalan Umar bi Khattab ini disepakati
oleh ijma’. Ijma’ini tergolong ijma’ fi’ly dari Khulafa’ Rosyidin.
9.Para ulama Mujtahid sepakat bahwa jual beli dihalalkan, sedangkan riba diharamkan.
10.Para imam madzhab sepakat atas keharaman Ghasab (merampas hak orang lain).
11.Jual beli madhamin (jual beli hewan yang masih dalam perut) menurut jumhur ulama’
tidak dibolehkan. Alasannya adalah mengandung unsur gharar (yang belum jelas barangnya
14.Hak menerima waris atas kakek bersama-sama dengan anak, apabila seseorang
meninggaldunia dan meninggalkan ahli waris (yakni ) anak dan kakek. Kakek ketika tidak
ada bapak bisa menggantikan posisinya dalam penerimaan warisan, sehingga bisa menerima
warisanseperenam harta sebagaimana yang diperoleh bapak, meski terdapat anak dari orang
yangmeninggal.
19.Para ulama sepakat bahwa zakat fitrah adalah wajib.

https://www.academia.edu/11098196/USHUL_FIQH_IJMA
https://www.academia.edu/34671663/Contoh_Contoh_Ijma
https://deepublishstore.com/materi/ijma-dan-qiyas/

Anda mungkin juga menyukai