Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

FIstum Dormansi Asli

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

DORMANSI BIJI

LAPORAN

OLEH:
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301096
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
DORMANSI BIJI

LAPORAN

OLEH :
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301096
AGROTEKNOLOGI- 2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani, MP.)


NIP. 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Dormansi Biji” yang merupakan salah satu
syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Praktikum Fisiologi Tumbuhan,
Program Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada. Selaku dosen penanggung jawab praktikum Fisiologi
Tumbuhan :Ir Meiriani, MP serta abang dan kakak asisten laboratorium yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penuliis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat


bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, 18 Mei
2023

Penulis

ii
1

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar belakang................................................................................................2
1.2 Tujuan praktikum...........................................................................................3
1.3 Kegunaan penulisan.......................................................................................3
TINJAUAN FUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Botani Biji Jarak (Jatropha Curcas L.)...........................................................4
2.2 Syarat tumbuh biji jarak.................................................................................6
A. Iklim.............................................................................................................6
B. Tanah............................................................................................................7
2.3 Botani Biji Saga (Acanthus ilicifolius L )......................................................8
2.4 Syarat Tumbuh biji saga...........................................................................11
A. Tanah.........................................................................................................11
B. Iklim........................................................................................................12
2.5 Dormansi Biji...............................................................................................13
BAHAN DAN METODE......................................................................................15
3.1 Waktu danTempat.....................................................................................15
3.2 Bahan dan Alat.........................................................................................15
3.3 Prosedur Percobaan..................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................17
4.1 Hasil..........................................................................................................17
4.2 Pembahasan..............................................................................................18
KESIMPULAN......................................................................................................21
DAFTAR FUSTAKA............................................................................................22
LAMPIRAN...........................................................................................................26
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan tanaman yang memiliki arti

penting bagi kelanjutan pertumbuhan tanaman.Biji atau benih yang akan digunakan

sering kali mengalami kerusakan oleh berbagai mcam organisme perusak berupa hama

dan patogen,atau juga karena kulit biji yang tebal,sehingga menyebabkan kualitas benih

menjadi turun,atau sangat rendah.Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah

membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat

mematahkan dormansi dn memulai proses perkecambahannya(Lima,2013).

Banyaknya manfaat dari saga tersebut menyebabkan saga mempunyai potensi untuk

dibudidayakan. Disisi lain budidaya atau perkecambahan benih saga terdapat kendala,

yakni terkait dengan dormansi benih yang dialaminya. Benih saga termasuk benih yang

cukup lama dan sulit berkecambah (TampubolonI et al., 2016)

Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan tanaman, yang memiliki arti

penting bagi kelanjutan pertumbuhan tanaman. Biji yang telah masak dan siap untuk

berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk

dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Lima, 2013).

Potasium nitrat (KNO3) merupakan salah satu perangsang perkecambahan yang

sering digunakan baik dalam hubungannya dengan pengujian maupun dalam

operasional perbanyakan tanaman karena KNO3 mampu memasakan embrio terutama

embrio yang belum masak fisiologis. KNO3 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

persentase perkecambahan dan vigor pada perlakuan pendahuluan asam benih Acacia

nilotica (Simatupang, 2014).


3

Dormansi benih dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu

jenis benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Dormansi dapat dibedakan menjadi

dua yaitu dormansi embrio, dormansi kulit benih dan dormansi kombinasi keduanya.

Dormansi dapat dipatahkan dengan perlakuan pendahuluan untuk mengaktifkan kembali

benih yang dorman (Yuniarti, 2015)

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal beberapa tipe-tipe

dormansi dan untuk mengetahui pengaruh kulit biji yang keras terhadap

perkecambahan.

Kegunaan Penulisan

            Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk penilaian

dan syarat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai salah

satu bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Biji Jarak (Ricinus communis L.)

Jarak (Jatropha curcas L.)merupakan salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae

yang berasal dari Afrika Timur khususnya di daerah Ethiopia yang tersebar ke daerah-

daerah tropis di Dunia, salah satunya di Indonesia. Tanaman jarak kepyar dimanfaatkan

sebagai sumber bahan baku minyak dari biji yang digunakan untuk kebutuhan industri

cat, pelumas, bahan baku kosmetik, tinta, tekstil, obat-obatan, pertanian, dan sebagainya

(Rismawati.2013).

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman perdu yang berasal dari Meksiko,

Amerika Tengah dan mulai ditanam di Indonesia semenjak jaman penjajahan Jepang,

yaitu tahun 1942 untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan perang milik Jepang.

Klasifikasi botani tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Euphorbiales Famili :

Euphorbiaceae Genus : Jatropha Spesies : Jatropha curcas Linn (Puspitaningtyas,2017).

Jarak merupakan tanaman yang dimanfaatkan pada bagian bijinya. Biji jarak

kepyar mengandung sekitar 60% minyak, yang disebut dengan minyak kastor.

Minyak kastor sering digunakan pada berbagai kepentingan industri, sehingga

perlu adanyapeningkatan produksi biji jarak kepyar. Salah satu upaya untuk

meningkatkan produksi biji jarak kepyar yaitu dengan pemberian kolkisin sehingga

menghasilkan perubahan karakter pada biji (Lalita ,2019).


5

Bunga jarak tidak memiliki daun mahkota, tetapi mempunyai 3-5 kelopak bunga.

Bunga jantan serbuk sari masak (setiap menyerbuki) umumnya sekitar 2-3 jam setelah

matahari terbit sampai tengah hari. Kepala sari berwarna kekuningan dan setiap bunga

jantan mempunyai serbuk sari sampai seratus butir. Serbuk sari cepat berhamburan pada

suhu antara 26-29oC dengan kelembaban sekitar 60%. Bunga betina mempunyai 3

bakal biji dengan kepala putik terdiri dari 3 cabang. Tanaman jarak dapat menyerbuk

sendiri dan dapat pula menyerbuk silang sampai 36% (Opir,2013).

Benih jarak pagar memiliki periode viabilitas yang pendek yaitu kurang dari 6

bulan, selama penyimpanan benih jarak pagar tetap aktif bermetabolisme meskipun

dalam keadaan terbatasnya air dan cadangan makanan pada benih sehingga benih yang

disimpan lama akan menunjukkan jumlah pati dan protein yang larut berkurang dan

benih menjadi keriput .Konsentrasi gula yang semakin berkurang menyebabkan

terjadinya glikolisis protein dan peroksidasi lemak yang dapat meningkatkan terjadinya

kebocoran elektrolit dan akibatnya embrio menjadi rusak (Moncaleano-Escandon et al.,

2013).

Buah jarak berwarna hijau, ada yang berduri dan tidak berduri. Duri buah memiliki

2 kategori yaitu duri panjang dan pendek. Terdapat sekitar 150 duri tiap buah. Buah

tidak berduri memiliki kulit buah yang halus. Ukuran buah dikelompokkan menjadi 4

yaitu sangat kecil, kecil, sedang dan besar Buah matang berumur 140-160 hari (Salihu

et al., 2014).

Biji Warna biji jarak bermacam-macam yaitu merah, putih, abu-abu, coklat gelap,

coklat muda, ungu, dan hitam. Biji jarak kepyar berbentuk memanjang, oval atau
6

persegi. Biji berukuran kecil dan memiliki pelindung biji (seed coat). Biji berukuran

panjang 25 mm, lebar 5-16 mm, dan berat 100 biji dari 9-100g (Salihu et al.,2014).

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) juga memiliki potensi yang besar untuk

pengembangan produk di bidang obatobatan, pertanian maupun industri kimia. Jarak

pagar (Jatropha curcas) merupakan tumbuhan liar berbentuk perdu dengan tinggi 1-7

meter, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka

mengeluarkan getah. Tanaman ini termasuk dalam family Euphorbiaceae (Riani, 2018)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman Biji jarak pagar ditanam penduduk sebagai tanaman pagar. Tanaman

jarak pagar tumbuh sangat baik didaerah tanah yang tidak begitu subur atau daerah

gersang mempunyai iklim sangat panas sehingga tumbuhan tanaman jarak pagar bisa

tumbuh dengan baik, tanaman ini bisa tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian

300 meter di atas permukaan laut. Tanaman jarak pagar berasal dari Amerika

tropis,pada saat ini tanaman jarak pagar tersebar di beberapa Negara tropis, termasuk

juga di Negara Indonesia banyak tumbuhan jarak pagar ditanam di Pulau Jawa dan

Madura.(Afifah, 2013).

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki sifat yang tangguh dan mudah

beradaptasi dengan lingkungan tumbuhannya. Tanaman jarak pagar tumbuh secara

optimal karena memenuhi persyaratan lingkungan yang sesuai.Curah hujan mencapai

antara 300 hingga 1200 mm per tahun, yang juga merupakan kondisi yang cocok bagi

tanaman jarak pagar (Elpawati, 2013)


7

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman yang mudah

beradaptasi dengan lingkungan baru, dan banyak dibudidayakan di daerah subtropika

dan tropika pada ketinggian antara 0-800 mdpl, tetapi alangkah baiknya jika tanaman

jarak pagar tumbuh dilingkungan yang optimal. Lingkungan yang optimal bagi

pertumbuhan jarak pagar yaitu, dengan ketinggian tempat 0-1000 mdpl, suhu berkisar

antara 18℃.-30℃., curah hujan sekitar 300 mm – 1200 mm per tahun (Rusmayadi,

2013).

Tanah

Jarak pagar merupakan tanaman tropis yang memiliki kemampuan adaptasi yang

baik pada kondisi lingkungan yang kurang mengguntungkan. Idealnya jarak pagar

tumbuh pada tanah dengan pH 5,6-6, 5.Namun jarak pagar dapat tumbuh dengan baik

pada pH 5,0 dikarenakan kamampuan adaptasinya (Firdaus et al, 2014).

Tanaman jarak pagar memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi

lingkungan yang keras. Mereka dapat tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang memiliki

kualitas tanah yang buruk, seperti lahan tandus dan marjinal. Tanaman jarak pagar

memiliki akar yang kuat dan dapat menyerap nutrisi dari tanah yang miskin, serta

mampu bertahan dalam kondisi kekeringan (Firdaus et al, 2014).

Tanah yang memiliki drainase yang baik. Tanah dengan kemampuan drainase yang

baik akan mencegah genangan air dan memungkinkan akar tanaman untuk mendapatkan

oksigen dengan baik. Selain itu, tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang

cukup juga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman Jatropha curcas

L (Husnain dan suswati, 2017).


8

Botani Saga (Acanthus ilicifolius L )

Tanaman Saga pohon dikenal dengan bermacam-macam nama antara lain bead

tree, circassian bean, circassian seed, coral wood, crab’s eyes, false sandalwood, jumbie

bead, readbead tree, red sandalwood, redwood (Inggris) : anikundumani, lopa, manjadi,

raktakambal, Saga (India) ; Saga, Saga daun tumpul, Saga tumpil (Malaysia) ; kitoke

laut, Saga telik, segawe sabrang (Indonesia) dan masih banyak nama daerah lainnya.

Klasifikasi Saga pohon termasuk dalam Kingdom: Planta, Subkerajaan: Tracheobionta,

Superdivisi: Spermathophyta, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: MAgnoliopsida,

Subkelas: Rosidae, Ordo: Fabales, Famili: Fabaceae (Leguminosae), Genus:

Adenanthera, Spesies: Adenanthera pavonina L (Prasetya, 2018)

Saga pohon besar yang berusia lebih dari 10 tahun tingginya dapat mencapai 25

meter, daun majemuk, berbentuk oval, berukuran kecil, tulang daun menyirip genap,

jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian daun 6-12 pasang, panjang tangkai

sekitar 25 cm, daun berwarna hijau muda atau merah kekuningan pada daerah pucuknya

. Saga pohon termasuk tanaman deciduos atau berganti daun setiap tahun, menyukai pH

sedikit asam, dapat tumbuh di daerah tropis dengan curah hujan 3000-5000

mm/tahun .Dapat tumbuh di bawah cekaman naungan yang berat. Tumbuh subur mulai

dari daerah pantai hingga ketinggian 600 m dpl (Edi, 2022).


9

Pohon saga dapat mencapai tinggi 30 m, kulit batang berwarna abu-abu dan

bertekstur halus. Pohon saga berdaun majemuk menyirip ganda dengan jumlah anak

daun yang berjumlah genap dan tata daun berseling. Helaian anak daun berukuran kecil

dengan lebar 0,75-1 cm dan panjangnya 2-2,5 cm. Bentuk helaian anak daun

memanjang, bentuk pangkal dan ujung helaian anak daun membulat, serta bertepi rata

(Indriyanti, 2013).

Bunga pohon saga tersusun dalam bentuk bunga tandan yang panjang tandannya

25-40 cm, berwarna putih kekuningan dan beraroma harum. Bunga terletak secara

terminal di ujung ranting. (Indriyanti, 2013).

Buah saga bertipe buah polong, jika sudah tua akan pecah. Panjang polong buah

saga 5-11 cm dan setiap buah berisi sebanyak 1-6 butir biji. Kulit buah muda berwarna

hijau dan kulit tua berwarna coklat. Biji yang telah tua berkulit keras dan berwarna

merah tua. Pemanenan dilakukan setelah polong tua yang ditandai dengan warna polong

cokelat tua kehitaman, sebelum polong buah merekah, polong mudah merekah apabila

terkena panas matahari, sehingga biji terpencar berhamburan di sekitar pohon.

Pemanenan dapat dilakukan dengan cara pemanjatan langsung menggunakan galah atau

pengumpulan dari biji-biji yang jatuh di permukaan tanah, biasanya polong kering ikut

jatuh dan biji masih banyak menempel (Indriyanti, 2013).

Bunga saga pohon berbentuk kuncup, berbulir-bulir dalam satu rangkaian

(malai) dan bersifat hermaphrodites, bunganya berwarna kekuningkuningan. Mahkota

bunga berwarna kuning, berbentuk bintang dengan jumlah 4-5 helai, benang sari

berjumlah 8-10 berwarna kuning pucat, warna kepala sari coklat muda . Polong muda
10

berwarna hijau, berbentuk menyerupai petai, panjang dapat mencapai 15-20 cm, polong

yang tua akan kering berwarna coklat tua dan pecah dengan sendirinya, dengan

diameter 0,45-0,70 cm, berbentuk segitiga tumpul, keras dan berwarna merah

mengkilap (Edi, 2022)

Produktivitas tumbuhan saga pohon dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya adalah skarifikasi biji pada saat pembenihan, umur pemotongan, defoliasi,

tingkat naungan dan ketersediaan air tanah (Maulana, 2021).

Kulit tanaman saga pohon berwarna coklat, permukaan kasar, kayunya yang

sudah besar dapat digunakan untuk furniture ,tidak mudah retak, mengkerut, terpilin dan

kulitnya banyak digunakan untuk proses penyamakan . Ekstrak kulit kayu saga pohon

mempunyai sifat antibakteri dan dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa,

Bacillus subtilis, Enterbacter aerogenes,Staphylococcus epidermidis, dan Salmonella

typhimurium (Edi, 2022).


11

Syarat tumbuh

Iklim

Tumbuhan saga pohon terdapat di Pulau Jawa mulai dari daerah pantai

sampai ketinggian 600 mdpl. Tidak tumbuh berkelompok dan tidak begitu

menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi mengenai kualitas tanah. Habitat dan

penyebaran alaminya di Srilangka, Selatan Myanmar, IndoChina, Selatan China,

Thailand, seluruh daerah Malesian, Kepulauan Solomon dan Utara Australia. Pohon

saga dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar

matahari secara langsung baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (Putri, 2022).

Suhu merupakan syarat penting bagi perkecambahan biji, tetapi tidak

bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air dimana biji membutuhkan

tingkat kelembaban minimal yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Pada

suhu 30-40°C atau suhu maksimum perkecambahan masih mungkin untuk

berlangsung secara normal. Suhu di atas maksimum dan atau di bawah minimum

biasanya mematikan biji karena keadaan tersebut menyebabkan mesin

metabolisme biji menjadi nonaktif sehingga biji menjadi busuk dan mati. Biji

akan berkecambah dengan baik pada suhu optimum yaitu antara 26,5-35 °C

dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi

tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung (Putri, 2022).


12

Tanaman pohon saga (Adenanthera pavonina L.) harus mendapat sinar matahari

penuh hingga sebagian agar tumbuh dengan baik. Tanaman pohon saga membutuhkan

setidaknya 4-6 jam sinar matahari langsung setiap hari untuk tumbuh subur dan

menghasilkan buah yang baik. Di daerah dengan sinar matahari yang kuat atau cuaca

yang sangat panas, tanaman ini bisa mengering dan mati jika terlalu lama terkena sinar

matahari. Oleh karena itu, pada daerah dengan kondisi cuaca seperti itu, sebaiknya

bibit pohon saga ditempatkan di tempat yang agak teduh atau ternaung (Rukmana,

2019).

Tanah

Pohon saga biasanya digunakan untuk pohon peneduh, tumbuh liar di pekarangan

sebagai pembatas, tumbuh baik didaerah tropik, dapat tumbuh di lahan kritis atau

berbatu, daerah payau, tidak memerlukan lahan khusus atau di tanah alang-alang, tidak

perlu pemupukan dan perawatan intensif (Becker et al., 2016).

Tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L.) juga memerlukan pH tanah

yang seimbang, yaitu berkisar antara 6,0-7,5. Sebelum menanam tanaman saga pohon,

sebaiknya melakukan uji tanah terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas tanah di area

tersebut agar dapat melakukan upaya penyesuaian tanah sesuai dengan karakter tanah

yang baik bagi tanaman saga pohon (Kurniawan, 2017).

Idealnya, tanaman saga pohon ditanam pada ketinggian tanah yang berkisar

antara 50-500 meter di atas permukaan laut. Namun, hal ini dapat berbeda-beda

tergantung dari faktor-faktor lain seperti iklim, suhu udara, dan jenis tanah yang

tersedia. Sebelum menanam tanaman saga pohon, sebaiknya melakukan uji tanah
13

terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas tanah dan kondisi lingkungan di area tersebut

(Nurhayati dan Haryanto, 2018).

Dormansi Biji

Dormansi adalah keadaan ketika benih tidak dapat berkecambah walaupun telah

berada dalam lingkungan yang mendukung. Hal ini terjadi karena benih mengeluarkan

zat yang mencegah benih untuk berkecambah. Dormansi merupakan suatu mekanisme

pertahanan diri agar benih dapat bertahan hidup ketika mengalami kondisi yang kurang

menguntungkan seperti kemarau tahunan, kebakaran, serangan serangga maupun

penyakit (Purnomosidhi, 2013).

Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan

sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Masa

dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan skarifikasi mekanik maupun

kimiawi (Fahmi, 2013).

Penyebab dan mekanisme dormansi merupakan hal yang sangat penting diketahui

untuk dapat menentukan cara pematahan dormansi yang tepat sehingga benih dapat

berkecambah dengan cepat dan seragam. Ada beberapa penyebab dormansi pada biji

yaitu faktor internal dan eksternal. Penyebab dormansi eksternal yaitu berasal dari

lingkungan tempat biji berada, sedangkan faktor internal yaitu yang berasal dari biji itu

sendiri. Salah satu faktor internal dari biji yaitu kulit biji yang keras yang menyebabkan

imbibisi atau masuknya air ke dalam biji sulit terjadi. Masa dormansi tersebut dapat

dipatahkan dengan skarifikasi mekanik maupun kimiawi (Tripratama, 2017).


14

Dormansi terbagi atas beberapa tipe yaitu tipe endogenus, berhubungan dengan

keadaan embrio, dan tipe eksogenus, berhubungan dengan endosperm atau jaringan-

jaringan lain pada benih atau buah. Tipe dormansi endogenus terbagi atas tiga bagian,

yaitu 1) dormansi endogenus yang disebabkan oleh hambatan fisiologi embrio, 2)

dormansi endogenus yang disebabkan oleh tidak berkembangnya embrio secara

sempurna atau disebut juga morphological dormancy 3) dormansi endogenus yang

disebabkan oleh gabungan kedua sebab di atas yang disebut juga morphophysiological

dormancy. Tiga tipe dormansi eksogenus adalah 1) physical dormancy, yang disebabkan

oleh impermiabilitas benih atau kulit benih terhadap air, 2) chemical dormancy yang

disebabkan oleh senyawa penghambat perkecambahan, 3) mechanical dormancy yang

disebabkan oleh struktur keras dari benih yang menghalangi pertumbuhan kecambah

(Fauziyah, 2014).
15

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan

Adapun praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan pada hari kamis,4 mei 2023 s/d selesai

pada ketinggian tempat 25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bak kecambah yang

berfungsi sebagai tempat biji berkecambah, kertas digunakan sebagai penanda setiap

perlakuan, kertas pasir digunakan untuk mengkikir biji dan cup sebagai wadah

perendaman biji.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji jarak (Jatropha

curcas L.) dan biji saga (Adenanthera pavonina L) sebagai objek percobaan, aquadest

digunakan untuk merendam biji, dan pasir sebagai media perkecambahan.

Prosedur Percobaan

1. Disiapkan biji tanaman saga (Adenanthera pavonina L) dan biji jarak (Jatropha

curcas L.) masing-masing 9 biji.

2. Kemudian semua biji tersebut direndam didalam aquades selama kurang lebih

60 menit.

3. Kemudian diberikan perlakuan skarifikasi 900 dari embrio pada 3 masing-

masing biji, skarifikasi 1800 dari embrio juga pada 3 masing-masing biji, dan 3

masing-masing biji lainnya tidak diberi perlakuan.


16

4. Disediakan media perkecambahan, yakni bak yang sudah diisi oleh pasir steril.

5. Bak pasir dibagi atas 6 daerah bidang dan diberi pembatas

6. Masing-masing daerah diisi oleh 3 biji dengan perlakuan yang sama, kemudian

diberi label agar mudah di identifikasi.

7. Setelah biji ditanam semua, lalu disiram dengan air secara merata hingga tak

terlihat permukaan pasir yang kering. Perlakuan ini diulangi dikala media

tumbuh terlihat kering atau sedang mengering.

8. Bak kecambah diamati setiap hari, dan dicatat setiap perubahan yang terjadi

pada biji selama satu minggu.


17

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Komoditi Pinang (Arecha catechu L.)
Perlakuan Tanggal Tanam Tanggal Berkecambah
Kontrol (tanpa kikir) 4 Mei 2023 -
900 dari embrio 4 Mei 2023 a. 12 Mei 2023
b. -
c. 16 Mei 2023
1800 dari embrio 4 Mei 2023 a. 15 Mei 2023
b. -
c. -

Komoditi Saga (Adenanthera pavonina L.)


Perlakuan Tanggal Tanam Tanggal Berkecambah
Kontrol (tanpa kikir) 4 Mei 2023 -
900 dari embrio 4 Mei 2023 a. 12 Mei 2023
b. 15 Mei 2023
c. 15 Mei 2023
1800 dari embrio 4 Mei 2023 -
18

Pembahasan

Dormansi biji adalah keadaan ketika biji-biji tanaman tidak tumbuh meskipun

sudah dalam kondisi yang memungkinkan untuk tumbuh. Dormansi merupakan suatu

mekanisme alami yang dimiliki oleh banyak biji tanaman untuk melindungi diri dari

kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau tidak menguntungkan untuk pertumbuhan.

Hal ini sesuai dengan literatur Purnomosidhi (2013) yang menyatakan bahwa Dormansi

adalah keadaan ketika benih tidak dapat berkecambah walaupun telah berada dalam

lingkungan yang mendukung. Hal ini terjadi karena benih mengeluarkan zat yang

mencegah benih untuk berkecambah.

Dormansi dapat dipatahkan dengan menggunakan metode skarifikasi mekanik atau

kimiawi. Skarifikasi mekanik melibatkan tindakan fisik untuk merusak atau melobangi

lapisan keras pada biji, seperti mengikis permukaan biji, meremukkan, atau merobek

lapisan biji yang menghalangi embrio untuk tumbuh. Contoh metode skarifikasi

mekanik termasuk abrasi, pengikisan dengan pasir, atau perlakuan panas. Hal ini sesuai

dengan literatur fahmi (2013) yang menyatakan bahwa Masa dormansi tersebut dapat

dipatahkan dengan skarifikasi mekanik maupun kimiawi.

Faktor internal dormansi biji meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, masa

dormansi, dan zat penghambat perkecambahan. Tingkat kemasakan biji mempengaruhi

potensi perkecambahan, di mana biji yang matang sepenuhnya cenderung memiliki

kemampuan berkecambah yang lebih tinggi. Ukuran biji juga berperan, karena biji yang

lebih besar umumnya memiliki cadangan makanan yang lebih besar untuk mendukung

pertumbuhan awal. Hal ini sesuai dengan literatur Tripratama (2017) yang menyatakan

bahwa sedangkan faktor internal yaitu yang berasal dari biji itu sendiri.
19

Faktor eksternal dormansi biji meliputi air, suhu, oksigen, cahaya, dan media

tanam. Air adalah faktor penting dalam memicu perkecambahan biji. Keberadaan air

yang cukup membantu melembabkan biji dan memulai proses perkecambahan. Selain

itu, suhu juga memainkan peran penting dalam perkecambahan biji. Setiap jenis

tanaman memiliki rentang suhu optimal yang diperlukan untuk perkecambahan yang

baik. Oksigen juga penting karena embrio biji membutuhkan oksigen untuk respirasi

yang diperlukan dalam pertumbuhan awal. Cahaya juga mempengaruhi perkecambahan

biji, di mana beberapa biji memerlukan cahaya untuk memicu perkecambahan,

sedangkan biji lain memerlukan kegelapan. Hal ini sesuai dengan literatur Tripratama

(2013) yang menyatakan bahwa Penyebab dormansi eksternal yaitu berasal dari

lingkungan tempat biji berada.

Dormansi Embrio adalah salah satu tipe endogenus dari dormansi biji yang

terkait dengan kondisi embrio dalam biji. Pada tipe dormansi embrio, embrio dalam biji

belum matang sepenuhnya atau berada dalam keadaan dorman yang membuatnya tidak

dapat berkecambah. Embrio biji adalah bagian biji yang berpotensi untuk tumbuh

menjadi tanaman baru. Selama masa dormansi embrio, perkembangan embrio terhenti

dan tidak ada aktivitas pertumbuhan yang terjadi. Embrio dapat berada dalam keadaan

dorman karena beberapa faktor seperti ketidakseimbangan hormon, kekurangan air atau

nutrisi, atau kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini sesuai dengan

literatur Fauziyah (2014) yang menyatak bahwa dormansi endogenus yang disebabkan

oleh hambatan fisiologi embrio.

Dormansi fotoblastik terjadi ketika biji membutuhkan paparan cahaya tertentu

untuk memecahkan dormansi. Beberapa biji memerlukan cahaya untuk memicu


20

perkecambahan, sementara biji lain membutuhkan kegelapan. Selain itu, suhu juga

memainkan peran penting dalam dormansi biji. Beberapa biji membutuhkan suhu

rendah atau periode kedinginan tertentu untuk melampaui dormansi, sementara yang

lain membutuhkan suhu tinggi atau perlakuan panas. Air juga merupakan faktor penting

dalam dormansi biji, di mana keberadaan air yang cukup diperlukan untuk memicu

perkecambahan. Selain itu, ketersediaan oksigen dan komposisi gas dalam lingkungan

juga dapat mempengaruhi dormansi biji. Terakhir, media tanam yang digunakan juga

dapat mempengaruhi dormansi biji, di mana kondisi media yang sesuai dengan

ketersediaan air, sirkulasi udara, dan nutrisi dapat mempengaruhi keberhasilan

perkecambahan biji.Hal ini sesuai dengan literatur Fauziyah (2014) yang menyatakan

bahwa Tiga tipe dormansi eksogenus adalah 1) physical dormancy, yang disebabkan

oleh impermiabilitas benih atau kulit benih terhadap air, 2) chemical dormancy yang

disebabkan oleh senyawa penghambat perkecambahan, 3) mechanical dormancy yang

disebabkan oleh struktur keras dari benih yang menghalangi pertumbuhan kecambah.
21

KESIMPULAN
1. Dormansi biji adalah keadaan ketika biji-biji tanaman tidak tumbuh meskipun

sudah dalam kondisi yang memungkinkan untuk tumbuh

2. Dormansi dapat dipatahkan dengan menggunakan metode skarifikasi mekanik

atau kimiawi.

3. Faktor internal dormansi biji meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, masa

dormansi, dan zat penghambat perkecambahan

4. Faktor eksternal dormansi biji meliputi air, suhu, oksigen, cahaya, dan media

tanam. Air adalah faktor penting dalam memicu perkecambahan biji.

5. Dormansi Embrio adalah salah satu tipe endogenus dari dormansi biji yang

terkait dengan kondisi embrio dalam biji.

6. Dormansi fotoblastik terjadi ketika biji membutuhkan paparan cahaya tertentu

untuk memecahkan dormansi.


22

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L. 2013. Eksplorasi Nematoda Entomopatogen Pada Lahan Tanaman Jagung,

Kedelai Dan Kubis Di Malang Serta Virulensinya Terhadap Spodoptera Litura

Fabricius. Jurnal HPT. 2(1).

Becker, J., Bahri, S., & Herman, S. 2016. Pembuatan Biodiesel dari Biji Saga

(Adhenantera Pavonina) dengan Katalis Padat H-Zeolit. Jom FTEKNIK, 3(1) :

1-5

Edi, D. 2022. Potensi Biji dan Daun Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Sebagai

Alternatif Bahan Pakan Ternak Unggas dan Ruminansia (Ulasan). Jurnal Riset

dan Konsetual. 7(2) : 489 – 502

Elpawati. 2013. ANALISIS PRODUKSI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.)

BIBIT UNGGUL. Jurnal Agribisnis. 7(2) : 235 - 246

Fahmi, Z, I. 2013. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih Dengan Skarifikasi

Mekanik Dan Kimiawi. Surabaya: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan

Fauziyah, E. 2014. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Dalam Larutan Asam

Sulfat (H2so4) Terhadap Pematahan Dormansi Biji Sengon (Paraserianthes

Falcataria L. Nielsen). UIN Malang :Malang

Firdaus L. N., Nursal dan Sulistino. 2014. Karakteristik Pertumbuhan Jarak Pagar Pada

Media Bekas Pertambangan Bauksit Untuk Pengembangan Desain

Pembelajaran Biologi. Jurnal biogenesis,11(3),50-54


23

I Puspitaningtyas ,2017. “Biji Jarak”universitas Diponegoro

Indrayati, F., Wibowo, M. A., & Idiawati, N. 2016. Aktivitas antijamur ekstrak daun

saga pohon (Adenanthera pavonina L.) terhadap jamur Candid albicans. Jurnal

Kimia Khatulistiwa, 5(2) : 20-26

Kurniawan, A. (2017). Pertumbuhan dan Produksi Saga (Adenanthera pavonina L.)


pada Beberapa Jenis Tanah di Lahan Kering. Jurnal Online Agroekoteknologi,
5(4), 1745-1754.
Lalita Permatasari,Budi Waluyo,Kuswanto,2019. “ Karakteristik biji tanaman

Jarak akibat perlakuan kolosin. Universitas Brawijaya.

Opir Rupame.2013. “ Isolasi identifikasi senyawa antifeedant dari daun Jarak (jatropha

curcus L)terhadap kembang epilachna veritas muslant,Universitas Negeri

Gorontalo.

Maulana, A. R. 2021. Pengaruh Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Terhadap

Pertumbuhan, Alokasi Produk Pertumbuhan Dan Morfologi Bibit Tanaman Saga

Pohon (Adenanthera pavonina L.). Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas

Peternakan. Universitas Brawijaya.

Nurhayati, A. P., & Haryanto, E. (2018). Pertumbuhan dan Produksi Saga (Adenanthera

pavonina L.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda. Jurnal Hutan Lestari, 6(1),

1-7.

Putri W. D. 2022. Pematahan Dormansi Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Menggunakan Asam Sulfat Dengan Lama Perendaman Yang Berbeda. Skripsi,


24

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Negeri Sultan Syarif Kasium Riau Pekan Baru. Riau

Purnomosidhi, A., 2013. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya

Berkecambah Benih Dan Pertumbuhan Awal Bibit Dua Varietas Padi(Oryza

Sativa L.). Universitas Jember: Jember

Prasetya, E. 2018. Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Produksi Biomassa Bibit

Tanaman Saga Pohon ( Adenanthera Pavonina L.). Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Fakultas Perternakan. Universitas Brawijaya : Malang

Riani. 2018. PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAUN JARAK+MINYAK KAYU

PUTIH DENGAN DAUN JARAK TANPA MINYAK KAYU PUTIH

TERHADAP KESEMBUHAN PERUT KEMBUNG PADA BAYI 0 – 2

TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKINANG KOTA

TAHUN 2017/2018. Jurnal Ners. 2(2) : 71 - 81

Rismawati ,2013. “Morfologi jarak “.Universitas muhammadiyah malang

Rukmana, R. (2019). Kajian Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Saga (Adenanthera

pavonina L.) di Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi Tropika, 7(3), 500-506.

Rusmayadi. 2013. Jarak pagar (Jatropha Curcas L) dan Upaya Mitigasi Perunahan

Iklim. Seminar Nasional PSDAL. Fakultas Pertanian. Universits Lambung

Mangkrut. Banjarmasin.
25

Salihu. A. I., Annuar. A. H., Salihu. A. I., & Obid. S. N. S. (2014). Corporate

Ownership, Governance and Tax Avoidance: An Interactive Effects. Malaysia.

International Conference on Accounting Studies, 18-19.

Tampubolon, A. Mardiansyah, M and Arlita T. 2016. Perendaman Benih Saga

(Adenanthera pavonina, L.) dengan Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Untuk

Meningkatkan kualitas Kecambah. Jom Faperta UR Vol 3 No 1 Februari 2016.

Riau: Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

Tripratama A. 2017. Laporan Fisiologi Tumbuhan Dormansi Biji Keras. Prodi

Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negreri (UIN) Raden Fatah. Palembang.


26

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai