Skrip Si
Skrip Si
Skrip Si
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Biologi
Oleh
MEY DIANA WULANDARI
NPM : 1411060344
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Biologi
Oleh
MEY DIANA WULANDARI
NPM : 1411060344
Oleh
Mey Diana Wulandari
Penelitian ini di latar belakangi oleh Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
yang masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
strategi pembelajaran socio scientific issu berbasis problem based learning terhadap
keterampilan proses sains peserta didik pada materi ipa kelas VIII SMP Negeri 7
Bandar Lampung. Metode dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian quasy
eksperimen. Populasi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 10 kelas sedangkan
sampel yang digunakan yaitu 2 kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan tes
(posttest), lembar observasi dan dokumentasi, setelah itu test dan lembar observasi
dikumpulkan dan akan dianalisis menggunakan analisis statistik dengan
menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji t independen. Hasil uji t
independen untuk nilai gabungan nilai tes dan lembar observasi keterampilan
proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh sig. (2 tailed) < ɑ (0,05),
dengan sig. 0,00. Sesuai dengan kriteria uji t independen berarti H0 ditolak dan H1
diterima, artinya strategi pembelajaran socio scientific issu berbasis problem based
learning berpengaruh terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi
ipa kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung, maka strategi pembelajaran socio
scientific issu berbasis problem based learning dijadikan alternatif strategi
pembelajaran terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi ipa kelas
VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung.
Kata Kunci : Strategi Socio Scientific Issu berbasis Problem Based Learning,
Keterampilan Proses Sains.
MOTTO
1
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2013), h.596.
PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, Penulis persembahkan skripsi ini
membantku baik secara materi maupun non materi demi keberhasilan penulis
Mey Diana Wulandari, dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1996 di Kota Bandar
Lampung. Penulis adalah anak Tunggal, lahir dari pasangan bapak Sutarji dan ibu
Pariyem.
Langkapura Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjut
kegiatan ekstrakulikuler seperi Pramuka dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya
Lampung dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, yang sekarang
telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Bologi sampai dengan sekarang, dan
menjadi angkatan 2014. Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Bandar Lampung.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Allah SWT, Pemelihara seluruh alam raya atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam disampaikan
Kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya yang senantiasa menjadi uswatun
bagi umat manusia. Skripsi ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat guna
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena
belajar merupakan sesuatu yang tidak terbatas. Terselesaikannya skripsi ini tentunya
tidak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah
kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan dan
2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan ibu
3. Bapak Drs. Ahmad, MA dan Ibu Laila Puspita, M.Pd selaku dosen
ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, yang
bangku kuliah.
6. Ibu Nurmaini, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 7 Bandar Lampung yang
7. Ibu Susan, S.Pd. selaku guru mata pelajaran IPA serta dewan guru dan staff
mengadakan peelitian.
Renita Apriana, Nurul Wahidah, Putri Sofie, Merlis dan Sahabat yang lainnya
yang selalu memberikan bantuan, semangat serta dukungan yang tiada henti.
KKN, PPL yang selalu menjadi teman mengejar impian dan mengukir sejarah
10. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusun skripsi ini baik langsung
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga Allah memberikan
Halaman
ABSTRAK. ................................................................................................ ii
MOTTO. .................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN. ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 12
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 13
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 14
G. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 105
B. Saran................................................................................................ 105
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ..................................................... 49
Gambar 3.1 Pengaruh Variabel X Terhadap Y ......................................... 55
Gambar 4.1 Persentase Nilai Ketercapaian Tes Perindikator Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol SMP Negeri 7 Bandar Lampung............................ 76
Halaman
Tabel 1.1 Data Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kelas VIII di SMP Negeri 7 Bandar Lampung ................................. 9
Tabel 4.1 Hasil Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ............................................................................ 74
Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Gabungan Antara Nilai Tes dan Lembar
Observasi Keterampilan Proses Sains .......................................... 85
Halaman
LAMPIRAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
Lampiran 1 Silabus Eksperimen .................................................................... 111
Lampiran 2 Silabus Kontrol ........................................................................... 116
Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 120
Lampiran 4 RPP Kelas Kontrol...................................................................... 136
Lampiran 5 Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen .............................. 152
Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol .................................... 170
LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Tes Keterampilan Proses Sains ........................... 179
Lampiran 8 Soal Tes Keterampilan Proses Sains .......................................... 191
Lampiran 9 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................... 199
PENDAHULUAN
mungkin, serta mendapatkan informasi dengan cara bertanya kepada guru, hal
tersebut bertujuan agar peserta didik dapat bertambah lagi wawasan dan
mencari dan menggali lagi informasi serta pengetahuan yang dimilikinya serta
menumbuhkan interaksi antar peserta didik yang lain untuk bertukar informasi
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta: Rajawali press,2012), h. 122.
3
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2013), h. 272.
dan menggali ilmu pengetahuan, dengan begitu peserta didik dapat
memiliki daya saing tinggi untuk menghasilkan sumber daya yang maksimal.
Salah satu upaya langsung guna membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas yaitu melalui pendidikan IPA. IPA sebagai suatu ilmu yang
menjadikan peserta didik memiliki kepribadian yang baik dan menanamkan sikap
ilmiah, memupuk daya kreatif, inovatif serta dapat mengembangan potensi yang
terdapat di alam sebagai sumber ilmu yang dapat digunakan serta diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan
tetapi IPA atau Pendidikan IPA dalam bentuk pengajarannya lebih menekankan
dalam sains merupakan cara untuk membuat pengajaran sains lebih nyata dan
lebih berarti, meningkatkan perhatian kepada sains, dan menolong para peserta
didik untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, serta tindakan mereka dalam
memecahkan masalah sangat sejalan dengan hakikat sains, yaitu sains sebagai
suatu produk, proses dan sikap ilmiah. Sains sebagai suatu proses merupakan
ilmu pengetahuan yang diperoleh peserta didik secara mandiri mengenai apa
dalam kerja ilmiah yaitu proses dalam pemecahan masalah, tanggap terhadap
masalah yang sedang terjadi sehingga peserta didik dapat mengetahui adanya
berkualitas, karena IPA merupakan salah satu dasar ilmu pengetahuan dan
yang memiliki kaitan erat dengan teknologi, harus dikelola dengan baik dan
bertanggung jawab selaras dengan kepentingan etika, moral, agama, sosial dan
budaya.
4
Sumaji, et. al. Pendidikan Sains yang Humanistis (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1998), h.
42.
5
Laila Puspita, Suciati, Maridi, “Pengaruh Model Problem Based Learnig Dengan Metode
Eksperiment Disertai Teknik Concep Map Dan Mind Map Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau
Dari Motivasi Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa”, Jurnal Inkuiri, Vol. 3 No. 2 (FKIP UNS:
Pendidikan Sains, 2014), h. 85.
Belajar merupakan kebutuhan pokok yang sangat mendasar bagi setiap
laku. Perubahan tingkah laku ini dapat ditunjukan seperti berubahnya tingkat
proses belajar mengajar dan metode penelitian yang menitik beratkan konsep
pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi peserta didik dalam
suatu proses pembelajaran yang aktif. Peserta didik tidak hanya terfokus oleh
guru semata, melainkan aktif dalam memahami dan mencari informasi serta data
6
Muh. Tawil Liliasari, Keterampilan-Keterampilan Proses Sains dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran IPA (Makasar: Universitas Negeri Makasar,2014), h. 3-4.
Tujuan pendidikan IPA sebagai proses adalah untuk meningkatkan
keterampilan berpikir peserta didik, sehingga peserta didik bukan hanya mampu
dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga bukan sekedar ahli
menghafal. Untuk memberikan porsi yang lebih besar pada aspek proses, kepada
kemampuan berpikir anak dan materi pelajaran yang sejalan dengan kurikulum
yang berlaku.7 Pembelajaran biologi pada saat ini melibatkan komponen sikap
ilmiah serta proses, proses sebagai keterampilan komplek yang digunakan untuk
membiasakan belajar melalui proses kerja ilmiah, sehingga dapat melatih detail
keterampilan ilmiah dan kerja secara sistematis, serta menjadikan peserta didik
Dengan adanya keterampilan proses sains peserta didik diberi kesempatan agar
7
Sumaji, et. al. Op.Cit. h. 147.
dan pengalaman pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran dengan
pada peserta didik untuk bekerja dengan fakta dan konsep, tidak hanya sekedar
yang pasif.
masalah pada materi sistem pencernaan. Pembelajaran pun masih berpusat pada
guru (teacher centered), sehingga peserta didik cenderung pasif dan hanya
belum bervariasi, media yang digunakan hanya berupa buku pelajaran, padahal
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA yaitu ibu Susan, S.Pd di
peserta didik.
memberikan soal tes keterampilan proses sains pada materi hama dan penyakit
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Konsep Diri Peserta Didik SMP Negeri
19 Bandar Lampung. Soal kemudian diuji cobakan pada kelas VIII yang telah
mempelajari materi tersebut pada kelas VII. Soal yang digunakan menggunakan
sains serta diperkuat dengan masih rendahnya nilai keterampilan proses sains
peserta didik. Berikut adalah data nilai keterampilan proses sains peserta didik
Tabel 1.1
Data Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung T.A 2018/2019
No. Kelas Junlah Kategori Keterampilan Proses Sains
Peserta
Didik Tinggi Sedang Rendah
1. VIII.1 32 4 12,5% 10 31,25% 18 56,25%
2. VIII.4 32 5 15,62% 8 25% 19 59,37%
∑64 9 14,06% 18 28,12% 37 57,81%
Sumber :Nilai Pra Penelitian Keterampilan Proses Sains peserta didik kelas VIII
SMPN 7 Bandar Lampung T.A 2018/2019
keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII.1 dengan jumlah 32 peserta
didik yang termasuk kedalam kategori tinggi berjumlah 4 peserta didik dengan
56,25%. Sedangkan kelas VIII.4 dengan jumlah 32 peserta didik yang termasuk
kategori sedang 8 peserta didik dengan presentase 25%, dan kategori rendah
berjumlah 21 peserta didik dengan presentase 59,37%. Dari hasil pemetaan nilai
peserta didik dengan presentase 57,81%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses sains peserta didik SMP Negeri 7 Bandar Lampung masih
dijelaskan bahwa pada kegiatan pembelajaran IPA hanya sesekali saja melakukan
hanya beberapa materi saja yang dapat dilakukan kegiatan praktikum. Dengan ini
tidak hanya berpusat pada guru semata, dan terfokus pada ruang kelas saja,
konsep.
Learning memiliki dampak positif pada pencapaian hasil belajar peserta didik.
manusia. Materi sistem pencernaan pada manusia ini dipilih karena materi ini
8
Andi Wahyudi dkk. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses
Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Jurnal BIO-PEDAGOGI Vol 4 Nomor 1 (April 2015) h. 7.
dinilai identik dengan permasalah-permasalahan nyata serta dapat mengangkat
suatu permasalahan sosial yang ada di masyarakat yang berkaitan erat dengan
sains.
Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Materi
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung pada materi
3. Masih rendahnya nilai keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII
dilakukan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan agar lebih terarah dan
didik melalui framework Muh. Tawil Liliasari yang terdiri dari indikator
penyelidikan.
3. Materi yang digunakan yaitu sistem pencernaan pada manusia kelas VIII
7 Bandar Lampung.
D. Perumusan Masalah
Problem Based Learning terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada
Based Learning terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi
F. Manfaat Penelitian
dan pengalaman praktek secara langsung sebagai bekal untuk menjadi calon
2. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat menjadikan peserta didik untuk lebih
di tingkat SMP.
G. Ruang Lingkup Penelitian
sebagai berikut:
2. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar
Lampung.
ajaran 2018/2019.
4. Waktu Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Pembelajaran
didik dengan guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar
rasio guru dan peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran, b) berdasarkan
peranan guru dan peserta didik dalam mengolah “pesan” atau materi
materi pembelajaran.9
dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Strategi juga dapat di
9
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Wali Press,2012), h.
195.
katakan sebagai cara untuk mencapai tujuan yang berupa rencana. Dengan kata
berawal dari suatu proses belajar mengajar yang bertujuan untuk membuat peserta
didik belajar dan berubah tingkat lakunya. Untuk memperoleh tujuan ini, di
rumuskan suatu strategi pembelajaran yang efektif, efisien, dan ekonomis. Pada
evaluasi.10
pembelajaran yang diatur sesuai pola-pola umum yang telah dibuat oleh guru
guna memberikan fasilitas dan kemudahan kepada peserta didik sehingga peserta
nilai etika dengan persoalan atau issu-issu yang terdapat dalam kehidupan
masalah terbuka tanpa solusi yang jelas, pada kenyataanya mereka cenderung
10
Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2015), hl. 138.
memiliki beberapa solusi yang masuk akal. Solusi ini dapat diinformasikan
oleh prinsip-prinsip ilmiah, teori dan data, tetapi solusi tidak dapat
ekonomi, dan etika. SSI mungkin bersifat global seperti perubahan iklim dan
didik untuk terlibat dalam dialog, diskusi dan debat aktif yang dapat
konsep mereka berkaitan berkaitan dengan konsep yang mereka pelajari dari
11
T.D. Sadler. Socio-Scientific Issues In The Classroom: Teaching, Learning and Research
(USA: Springer Science+Business Media B.V. 2011), h. 4.
12
Ibid.
13
A. Cahyarini, S. Rahayu dan Yahmin, “Pengaruh 5E Learning Cycle Model Instruksional
Menggunakan Socio Scientific Issu (SSI) Learning konteks Terhadap Berpikir Kritis Siswa”. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, Vol. 5 No. 2 (Oktober 2016), h. 223.
14
Ibid.
SSI menjadi suatu sarana, untuk menciptakan pembelajaran bermakna
oleh peserta didik dalam menggali ilmu pengetahuan, dengan mengangkat isu-
keputusan mengenai SSI tersebut. SSI sangat potensial jika digunakan sebagai
diskusi sebelum mencoba debat juga dapat membantu baik guru dan
17
Diana Ayu Rostikawati, “Rekonstruksi Bahan Ajar dengan Konteks Socio Scientific Issu Pada
Mteri Zat Aditif Makanan Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa”. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA,
Vol. 2 No. 2 (2016), h. 157.
1. Peningkatan partisipasi dalam diskusi
berikut :
terfasilitasi. 19
18
Yanti Herlanti, BLOQQUEST+ : Pemanfaatan Media Sosial Pada Pembelajaran Sains
Berbasis Issu Socio Scientific Untuk Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi Dan Literasi
Sains (Bandung: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, 2014), h. 1-2.
19
Ibid.
menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah, masalah tersebut
atau higher order thinking) dalam situasi yang berorientasi pada masalah,
termasuk belajar “how to learn”. Peran guru dalam PBL adalah mengajukan
ditata sedemikian rupa sehingga nyaman dan terbuka untuk saling bertukar
ide.21
didik berperan aktif dalam proses pemecahan masalah, kerja sama tim serta
20
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014), h. 271.
21
Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati, Op.Cit. h. 88.
dalam model PBL lebih nyata, maka pemecahannya pun akan lebih mudah.
masalah tersebut juga dengan lebih mudah dan bermakna olehnya akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar nyata dikelas, maka pintu kearah
22
Rahmad kono,dkk. Pengaruh Model Problem based Learning Terhadap Pemahaman Konsep
Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tentang Ekosistem dan Lingkungan di Kelas X di
SMAN 1 Sigi. Jurnal sains dan teknologi tadulako Vol 5 No 1 halaman 35 . ISSN : 2089-8630 Januari
2016.
23
Cony Semiawan. et. al. Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 13.
2. Bentuk-Bentuk Khusus Problem Based Learning
yang dapat dikaji dalam berbagai disiplin ilmu, penyelidikan hal-hal nyata,
dan masalah yang disampaikan, agar dapat berguna bagi peserta ddik itu
yang disajikan harus memenuhi kriteria sebagau berikut, yaitu : (1) situasi
didik, (4) masalah harus mempunyai cakupan luas sehingga guru dapat
e. Kolaborasi
24
Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowat, Op.Cit. h. 89-90.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective).
melakukan presentasi.25
karena dalam PBL peserta didik diberikan suatu masalah yang harus
25
M.Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melaui Problem Based Learning (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), h. 22.
tinggi. Berpikir dalam PBL sendiri menurut Arends terdapat beberapa
definisi, yaitu :
kejadian.
swatantra/mandiri.26
didik. Pada awal pembelajaran PBL, seperti semua tipe pelajaran lainnya,
peserta didik yang lebih muda atau belum pernah terlibat dalam PBL,
atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan peserta didik dalam
identifikasi permasalahan
dan pelaporannya.
artifact artifact dan exhibit. Artifact lebih dari sekedar laporan tertulis.
and evaluate the problem solving process). Fase terakhir PBL melibatkan
pelajaran
27
Richard I. Arend, Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh, terjemahan Helly
Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2008), h. 56-60.
c. Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik
didik dapat lebih paham mengenai pembelajaran, PBL melatih peserta didik
untuk dapat menggali lebih luas ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan yang
semakin luas menjadikan peserta didik lebih aktif serta kreatif dalam aktivitas
28
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenata Media, 2008), h. 220.
didik akan berkembang serta dapat mengaplikasikan pengetahuan barunya
berikut :
persiapan.
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
Learning
pembelajaran dimana peserta didik dapat berperan aktif dalam proses diskusi,
sains. Pada tahap ini peserta didik diarahkan untuk mencari sumber atau
didik beorientasi pada situasi masalah dan membentuk kelompok, guru dan
4. Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini
5. Tahap kelima, menganalisis dan evaluasi proses berpikir peserta didik serta
1. Pengertian
proses belajara mengajar dan metode penelitian yang menitik beratkan konsep
30
Lutfi Rizkita, Hadi Suwono dan Herawati Susilo, “Pengaruh Pembelajaran Socio-Scientific
Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas
X SMAN Kota Malang”, Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 4 (April 2016), h. 736.
pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar kehidupan keseharian
ditekakan.31
terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains (science
pertanyaan yang diajukan, maka keterampilan ini dapat juga diterapkan dalam
tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dari nilai dalam diri anak didik.
Konsep di satu pihak serta sikap dan nilai dilain pihak harus disatukaitkan.
31
Muh.Tawil liliasari, Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2014), h. 4.
32
Ibid. h .7.
pengembangan sikap dan nilai, akibatnya adalah intelektualismenya yang
mental intelektual peserta didik. Lebih dari pada itu, KPS tidak mungkin
secara aktif (dahulu kita mengenal dengan istilah CBSA). KPS berjalan
33
Cony Semiawan. et. al. Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 15.
34
Shinta dewi, Keterampilan Proses Sains (Bogor: CV Regina. 2009), h. 5
35
Muh.Tawil iliasari,Op.Cit. h . 4.
secara optimal apabila kadar keterlibatan aktifitas peserta didik berlangsung
dalam yang tinggi dan sebaliknya. Dengan kata lain, KPS berinteraksi secara
dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang
Sains.
berikut:
memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri
peserta didik.
36
Ibid.h, 9
37
Cony Semiawan. et. al, Loc.Cit.
c. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan
hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu
sangat dibutuhkan.
ilmu.
e. Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan
Tabel 2.1
Indikator Keterampilan Proses Sains39
No. Keterampilan Proses Sains Indikator
1. Mengamati
(Observasi) a. Menggunakan berbagai indera
b. Mengumpulkan atau menggunakan
fakta yang relevan
38
Muh.Tawil liliasari. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA (Makassar: Universitas Negeri Makassar. 2014), h. 10.
39
Ibid. h, 37
No. Keterampilan Proses Sains Indikator
2. Mengelompokan a. Mencatat setiap pengamatan secara
(Klasifikasi) terpisah
b. Mencari perbedaan dan persamaan
c. Mengontraskan ciri-ciri
d. Membandingkan
e. Mencari dasar pengelompokkan
atau penggolongan
mulut (oral cavity). Digesti mekanis dimulai saat gigi dari beberapa bentuk
mulut.
melewati proses-proses yang amat panjang dan rumit di dalam tubuh kita
hingga sampai kepada proses akhir yang dikeluarkan melalui anus. Sumber
dengan baik oleh tubuh, dimulai dari masuknya makanan melalu mulut
akan disalurkan dan masuk kedalam lambung, lalu masuk kedalam usus halus
glukosa dari tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan) menjadi
lapisan mulut dari abrasi. Musin juga melumasi makanan agar lebih mudah
40
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2013), h. 343.
antibakteri (seperti lisozim), yang melindungi dari mikroorganisme yang
paru. Oleh karna itu, menelan harus dilakukan secara hati-hati agar makanan
tidak masuk dan menyumbat saluran napas. Jika refleks menelan gagal,
menjadi fatal jika material tidak segera dikeluarkan melalui batuk-batuk hebat
Esofagus mengandung otot lurik maupun otot polos. Otot lurik terletak
bagian esofagus yang lain, otot polos berfungsi dalam peristalsis. Siklus
2. Lambung
41
Campbell, N.A & J.B Reece. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3, terjemahan Damaring Tyas
Wulandari (Jakarta: Erlangga,2008), h. 39-40.
getah lambung (gastric juice) dan mencampur sekresi ini dengan makanan
yang rendah ini tidak hanya membunuh sebagian besar bakteri, namun
b. Dinamika Lambung
pencampuran dan kerja enzim ini, makanan yang baru saja ditelan
menjadi bubur kaya nutrient yang asam, dikenal sebagai kimus.. hampir
3. Pankreas
simpul yang terbentuk dari duodenum dan permukaan bawah lambung. Sel
bekerja yang lebih lama, maka ia memegang peran yang lebih penting
42
Ibid. h. 41-42.
e. Karboksipeptidase. Enzim ini memindahkan satu persatu, asam amino
4. Usus Kecil
vilus (jonjot) yang membatasi permukaan dalam dari usus halus. Vilus-vilus
ini meningkatkan daerah permukaan usus halus menjadi berlipat kali, dari
berupa tabung sederhana dengan dinding halus. Selain itu permukaan sel
5. Hati
Empedu dihasilkan dihasilkan secara terus menerus oleh hati, tapi ditampung
penting nutrisi yang dilakukan oleh hati. Sebelum darah yang meninggalkan
melalui absorpsi dari usus, atau setiap jumlah kelebihan dari komponen-
6. Usus Besar
lewatnya bahan-bahan dari satu kebagian lainnya. Tepat setelah sfingter ada
sebuah kantung buntu, ialah saekum. Melekat pada saekum ada sebuah cuatan
kecil, ialah apendiks. Apendiks dianggap sebagai sisa vestigial dari suatu
moyang pramanusia yang agak jauh. Perhatian utama kita ialah suatu fakta
infeksi pada membran yang menyelaputi rongga perut serta menunjang alat-
Fungsi utama dari usus besar adalah reabsorpsi air. Sejumlah besar air
dehidrasi dan haus. Sebagian besar air diserab kembali (reabsorpsi) dalam
usus besar, dalam 12 sampai 14 jam ketika makanan ada di situ. Kadang-
G. Penelitian Relevan
Wirda, Abdul Gani dan Ibnu Khaldun, penelitian ini tentang Penerapan
proses sains dan motivasi belajar peserta didik pada materi alat-alat optik
keterampilan proses sains peserta didik dan motivasi peserta didik dalam belajar
Scientific Isu (SSI) di lihat reaksi topik dan pengaruhnya terhadap keterampilan
berpikir kritis sekolah tinggi. Penelitian ini menunjukan hasil pelaksanaan isu
pembelajaran ini, isu isu kontroversial timbul sebagai karakteristik dari SSI
44
Ibid, h. 451-452.
45
Wirda, Abdul Gani Haji dan Khaldun, “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based
Learning (PBL)”, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia Vol. 03 No. 2 (2015), h. 141.
mendorong siswa untuk lebih aktif mendiskusikan dan memperdebatkan untuk
reflective judgment dan pemahaman konsep peserta didik. Dari penelitian ini
kategori rendah untuk kelas XI MIPA 7 serta kategori sedang untuk kelas XI
proses sains dasar pada pelajaran biologi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17
46
YN Pratiwi, S. Rahayu, F. Fajaroh, “Socio Scientific Isu (SSI) Di Lihat Reaksi Topik dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Sekolah Tinggi”. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, Vol. 5 No. 2 (Oktober 2016), h. 169.
47
Livia Alvita, Wasis, “Penerapan Socio Scientific Issu Based Instruction Pada Materi Pemanasan
Global Untuk Meningkatkan Reflective Judgmen dan Pemahaman Konsep Siswa”. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika, Vol. 6 No. 3 (September 2017), h. 191.
48
Wiwin Ambarsari, Slamet Sentosa, dan Maridi,” Penerapan pembelajaran inquiry terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 17
surakarta, Jurnal Pendidikan Biologi Vol 3, No 1, (Januari 2013), h. 93.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,
proses sains peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung, Peneliti
proses sains peserta didik pada materi pencernaan kelas VIII SMP Negeri 7
Bandar Lampung.
H. Kerangka Berpikir
Harapan Fakta
Langkah Penelitian
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan permasalahan yang telah dijelaskan maka dapat
terhadap permasalahan yang akan diteliti. Peneliti akan mengadakan suatu penelitian
Based Learning sebagai variabel (X) dan keterampilan proses sains peserta didik
sebagai variabel terikat (Y), adapun kerangka pemikiran yang akan penulis paparkan
antara pendidik dengan peserta didik yang memiliki empat aspek utama yaitu proses,
produk dan sikap ilmiah. Sains sebagai proses merupakan ilmu pengetahuan yang
didapatkan oleh peserta didik secara mandiri apa yang akan dipelajari dalam proses
pembelajaran. IPA sebagai suatu ilmu yang menjadikan peserta didik memiliki
kepribadian yang baik dan menanamkan sikap ilmiah, memupuk daya kreatif, inovatif
serta dapat mengembangan potensi yang terdapat di alam sebagai sumber ilmu yang
berpusat kepada guru (teacher centered), serta penerapan strategi pembelajaran yang
proses sains peserta didik masih tergolong rendah. Faktor penggunaan strategi
sains peserta didik. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna apabila peserta didik
terlibat aktif dalam proses pembelajaran secara kognitif, manual dan sosial.
sebuah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif
issu berbasis problem based learning pembelajaran yang membuat peserta didik aktif
dalam proses pembelajaran secara fisik maupun mental intelektual. Keterampilan ini
memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif dalam diskusi dan penyelidikan
isu-isu sosial yang berkaitan erat dengan sains melalui kegiatan praktikum.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan oleh penulis, maka peneliti
digunakan oleh guru IPA di lokasi penelitian, untuk dapat mengetahui mengetahui
peserta didik.
I. Hipotesis
1. Hipotesis Penelitian
Sains peserta didik pada materi IPA kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar
Lampung.
2. Hipotesis Statistik
H0 : (μ0 ≠ μ1)
H1 : (μ0=μ1)
METODE PENELITIAN
waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober semester ganjil tahun
ajaran 2018/2019.
Secara umum, cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
praktis, yang didalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel
49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 2.
50
Sumaji Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press,2013), h. 93.
Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelas untuk diteliti. Kelas
pertama adalah kelas eksperimen yaitu kelas dimana peserta didik mendapat
Learning. Kelas kedua yaitu kelas kontrol, dimana peserta didik akan
Tabel 3.1
Desain penelitian Quasy Eksperiment
Kelompok Perlakuan Tes akhir
Eksperimen X1 O1
Kontrol X2 O2
Keterangan :
Treatment group : Kelas eksperimen
Control group :Kelas Kontrol
X1 : Perlakuan berupa penggunaan strategi pembelajaran Socio Scientific
Issu berbasis Problem Based Learning
X2 : Perlakuan berupa penggunaan strategi pembelajaran ekspository
O1 : Hasil postest kelas ekperimen
O2 : Hasil postest kelas kontrol
C. Variabel Penelitian
51
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta :RINEKA CIPTA,2013), h. 212.
Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel yang mempengaruhi
2. Variabel terikat dengan sub variabel (Y) yaitu Keterampilan Proses Sains
peserta didik.
X Y
Gambar 3.1
Pengaruh variabel X terhadap variabel Y
Keterangan :
X : Pengaruh strategi pembelajaran Socio Scientific Issu berbasis
Problem Based Learning
Y : Keterampilan proses sains peserta didik
D. Definisi Operasional
52
Lutfi Rizkita, Hadi Suwono, dan Herawati Susilo, Pengaruh Pembelajaran Socio-Scientific
Issu Problem Based Learning terhadap Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas X SMAN Kota Malang, Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 4 (April 2016), h. 735.
pada strategi pembelajaran Socio Scientific Problem Based Learning. Yang
pertama yaitu tahap orientasi peserta didik pada masalah-masalah sosial sains,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan tahap yang kelima yaitu
guru kepada peserta didik dengan maksud agar peserta didik menguasai
53
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (jakarta: Kencana, 2009), h. 299.
54
Ibid, h. 302.
55
Muh.Tawil liliasari. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA (Makassar: Universitas Negeri Makassar. 2014), h. 8.
klasifikasi, menafsirkan/interprestasi, meramalkan/prediksi, melakukan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 7 Bandar Lampung yang berjumlah 302 peserta didik yang
tersebar di 10 kelas.
Tabel 3.2
Distribusi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung
No Kelas Jumlah peserta didik
1 8.1 32
2 8.2 32
3 8.3 32
4 8.4 32
5 8.5 32
6 8.6 28
7 8.7 30
8 8.8 28
9 8.9 28
10 8.10 28
Jumlah keseluruhan ∑ 302
Sumber: Dokumen SMP Negeri 7 Bandar Lampung
2. Teknik Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Acak
secara acak sehingga didapatkan kedua kelas yaitu sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Pada pengambilan sampel acak pertama untuk kelas
berbasis Problem Based Learning dan pada pengambilan sampel acak kedua
3. Sampel
VIII.4 yang dipilih secara acak dengan masing-masing kelas berjumlah 32 dan
1. Tes
pokok bahasan, atau setelah slesai satu caturwulan atau satu semester. 56 Tes
56
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Wali Press,2012), h.
56.
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tes berbentuk soal multiple
choice pada materi sistem pencernaan pada manusia yang berjumlah 20 soal
2. Non-Test
aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis
57
Ibid, h. 58.
58
Ibid
59
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori & Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,2011), h.
62
melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis,
b. Wawancara
c. Dokumentasi
didik.
G. Instrumen Penelitian
60
Ibid, h. 39.
Beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini,
Tabel 3.3
Instrumen penelitian dan Tujuannya
No Jenis Tujuan instrumen Sumber Waktu
instrumen data
1. Soal Untuk mengetahui keterampilan Peserta Pada kegiatan
proses sains peserta didik didik pembelajaran
sesudah menggunakan strategi
pembelajaran Socio Scientific
Issu berbasis Problem Based
Learning
2. Lembar Untuk mengetahui keterampilan Peserta Selama
observasi proses sains peserta didik pada didik proses
saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran
praktikum pada materi sistem berlangsung
pencernaan pada manusia
dengan menggunakan lembar
observasi KPS
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
p
γ pbi =
q
Keterangan :
61
V. Wiratna Sujarweni, Poly Endrayanto, Statistika Untuk Penelitian (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2012), h. 176.
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2014), h.
121.
63
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,2016), h. 93.
dari r tabel (0,361), butir soal yang dinyatakan valiid dapat dilihat pada
Tabel 3.4
Butir Validitas Soal Keterampilan Proses Sains
Keterangan No. Item Butir Soal Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 20
Tidak Valid - 0
Sumber : Hasil Perhitungan Validitass Soal Tes Keterampilan Proses Sains
diatas, 20 butir soal dinyatakan valid, sedangkan soal yang tidak valid 0.
belajar, sedangkan soal yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai
evaluasi belajar.
2. Uji Reliabilitas
KR 20.65
64
V. Wiratna Sujarweni, Poly Endrayanto,Op.Cit. h. 186.
65
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 115
n s 2 pq
r11
n 1 s2
Keterangan :
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : Banyaknya item
s : Standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians)
reliabilitasnya 0,79 , sehingga hasil uji coba tes keterampilan proses sains
Tabel 3.5
Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains
rhitung rtabel Kesimpulan
3. Tingkat Kesukaran
Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran item soal di gunakan rumus :66
Keterangan :
P = Angka indeks kesukaran item
B = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
66
Ibid, h. 223.
JS = Jumlah peserta yang mengikuti test.
Tabel 3.6
Interpretasi Angka Indeks Kesukaran Item
Besar P Interpretasi
P ≤ 0,29 Sukar
0,29 < P ≤ 0,69 Sedang
P > 0,69 Mudah
Sumber : Suharsimi Arikunto dalam buku Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan
Tabel 3.7
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
No. Soal Tingkat Kesukaran Keterangan
1. 0,56667 Sedang
2. 0,6 Sedang
3. 0,6 Sedang
4. 0,5 Sedang
5. 0,56667 Sedang
6. 0,56667 Sedang
7. 0,56667 Sedang
8. 0,46667 Sedang
9. 0,53333 Sedang
10. 0,5 Sedang
11. 0,53333 Sedang
12. 0,66667 Sedang
13. 0,53333 Sedang
14. 0,5 Sedang
15. 0,7 Mudah
16. 0,6 Sedang
17. 0,66667 Sedang
18. 0,5333 Sedang
19. 0,5333 Sedang
20. 0,43333 Sedang
Sumber : Hasil Perhitungzn Uji Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan
Proses Sains
4. Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda pada setiap butir soal, maka peneliti
BA BB
D PA PB
JA JB
Keterangan :
D = Indeks yang berbeda
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
67
Ibid, h. 228.
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.9
Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda (DP) Keterangan
1. 0,4667 Baik
2. 0,4 Baik
3. 0,5333 Baik
4. 0,3333 Cukup
5. 0,466667 Baik
6. 0,4667 Baik
7. 0,3333 Cukup
8. 0,2667 Cukup
9. 0,4 Baik
10. 0,3333 Cukup
11. 0,4 Baik
12. 0,5333 Baik
13. 0,2667 Cukup
14. 0,2 Cukup
15. 0,4667 Baik
16. 0,1333 Jelek
17.. 0,2667 Cukup
18. 0,4 Baik
19.. 0,4 Baik
20. 0,3333 Cukup
Berdasarkan hasil uji daya beda item soal pada tabel diatas, bahwa
item soal yang termasuk kedalam kategori baik yaitu soal nomor 1, 2, 3, 5,
6, 9, 11, 12, 15, 18, 19 yang memiliki index daya beda 0,40 - 0,70, butir
soal yang masuk kedalam kriteria cukup yaitu soal nomor 4, 7, 8, 10, 13,
14, 17, 20 dengan index daya beda 0,20 - 0,40, dan 1 soal yang termasuk
68
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002), h. 103.
R
NP = 100%
SM
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Jumlah skor yang diperoleh peserta didik
SM = Total skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Keterampilan Proses Sains
Tingkat penguasaan Predikat
85 ≤ NP ≤ 100% Sangat baik
75 ≤ NP < 85% Baik
59 ≤ NP < 75% Cukup
54 ≤ NP < 59% Kurang
NP < 54% Kurang sekali
Sumber : Ngalim Purwanto dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
J. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
mengetahui apakah sampel yang akan diteliti berdistribusi normal atau tidak.
69
V. Wiratna Sujarweni, Poly Endrayanto,Op.Cit. h. 172.
70
Sudjana, Metode Statistik (Bandung, Pustaka Tarsito,2001), h. 466.
a. Pengamatan x1, x2, . . .., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . ., zn dengan
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribus normal
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . . ., zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka S(zi) =
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara dua
F= atau F =
Keterangan :
F = Homogenitas
S12 = Varians terbesar
S22 = Varians terkecil
K. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan tes “t”. Uji
t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan
71
Ibid, h. 249-250.
dua kondisi/perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
t=
√( )( )
Keterangan :
M = Nilai rata-rata hasil perkelompok
N = Banyaknya subjek
X = Deviasi setiap nilai X2 dan X1
Y = Deviasi nilai Y2 dan mean Y1
Adapun kriteria pengujiannya adalah :
H0 ditolak, jika thitung≥ttabel
72
Subana, Moersetyo, Sudrajat, Statistik Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia,2000), h. 168.
73
Subana, dkk, Statistik Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.
2. H0 = Tidak ada Pengaruh Strategi Pembelajaran Socio Scientific Issu berbasis
Hipotesis statistik
H0 : μ1 ≠ μ2
H1 : μ1 = μ2
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Terhadap Keterampilan Proses Sains peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7
yaitu kelas VIII.1, VIII.2, VIII.3, VIII.4, VIII.5, VIII.6, VIII.7, VIII.8, VIII.9,
penelitian yaitu kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai
sains yang terdiri dari 11 indikator, yang digunakan untuk melihat dan
Dalam pengujian hipotesis terdapat uji normalitas, uji homogenitas dan uji t
1. Hasil Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Tabel 4.1
Hasil Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Tes Keterampilan Proses Sains
Nilai
Eksperimen Kontrol
Nilai Tertinggi 90 85
Nilai Terendah 65 60
Jumlah 2520 2240
Rata-Rata 78,75 70
Sumber : Data Hasil Tes KPS Peserta Didik Kelas Eksperimen dan
kelas Kontrol
Berdasarkan hasil nilai tes keterampilan proses sains kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada tabel diatas, menunjukan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
kelas eksperimen yaitu, 78,75 dan nilai yang diperoleh kelas kontrol yaitu, 70.
sains peserta didik, nilai rata rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Selain itu berikut ini merupakan nilai
sains diatas terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
hasil ketercapaian nilai rata-rata tes keterampilan proses sains pada materi sistem
kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata tes keterampilan proses sains sebesar
70,31% . Perbedaan nilai rata-rata tes perindikator pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol, karena pada saat pembelajaran dikelas eksperimen menggunakan
hari sehingga peserta didik aktif dalam diskusi, argumentasi serta penyelidikan
dalam proses pemecahan masalah. Sehingga dari presentase nilai tes perindikator
dibandingkan dengan nilai tes perindikator keterampilan proses sains pada kelas
kontrol.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% Kelas Eksperimen
0%
Kelas Kontrol
Hasil penilaian lembar observasi peserta didik dalam 3 kali pertemuan pada
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Pada
Pertemuan Pertama
No. Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Mengamati (observasi)
2 Mengelompokan (klasifikasi)
3. Menafsirkan (interpretasi)
4. Meramalkan (prediksi)
5. Melakukan komunikasi
6. Mengajukan pertanyaan
7. Mengajukan hipotesis
Merencanakan
8.
percobaan/penyelidikan
9. Menggunakan alat/bahan/sumber
10. Menerapkan konsep
11. Melaksanakan percobaan/penyelidikan
Rata-Rata 75,71% 60,08%
Sumber : Data Penelitian Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Pertemuan Pertama
pertemuan pertama diatas, nilai rata-rata yang didapatkan kelas eksperimen yaitu,
75,71%. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata lembar
terdapat perbedaan pada setiap indikator keterampilan proses sains peserta didik
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. untuk lebih jelasnya, mengenai
dan kelas kontrol, dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% Kelas Eksperimen
0%
Kelas Kontrol
keterampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol,
proses sains peserta didik kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas
eksperimen.
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Pada
Pertemuan Kedua
No. Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Mengamati (observasi)
2 Mengelompokan (klasifikasi)
3. Menafsirkan (interpretasi)
4. Meramalkan (prediksi)
5. Melakukan komunikasi
6. Mengajukan pertanyaan
7. Mengajukan hipotesis
Merencanakan
8.
percobaan/penyelidikan
9. Menggunakan alat/bahan/sumber
10. Menerapkan konsep
11. Melaksanakan percobaan/penyelidikan
Rata-Rata 79,61% 64,63%
Sumber : Data Penelitian Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Pertemuan Kedua
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil lembar observasi keterampilan proses
sains diatas, didapatkan hasil nilai rata-rata pada kelas eksperimen yaitu 79,61%,
keterampilan proses sains yaitu 64,63%. Pada pertemuan kedua peserta didik
proses sains kelas eksperimen lebih meningkat dari kelas kontrol. Mengenai
dan kelas kontrol pada pertemuan kedua , dapat dilihat dalam bentuk grafik
sebagai berikut :
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% Kelas Eksperimen
0%
Kelas Kontrol
Gambar 4.3 Presentase Hasil Lembar Observasi keterampilan Proses Sains
keterampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Pada
Pertemuan Ketiga
No. Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Mengamati (observasi)
2 Mengelompokan (klasifikasi)
3. Menafsirkan (interpretasi)
4. Meramalkan (prediksi)
5. Melakukan komunikasi
6. Mengajukan pertanyaan
7. Mengajukan hipotesis
Merencanakan
8.
percobaan/penyelidikan
9. Menggunakan alat/bahan/sumber
10. Menerapkan konsep
11. Melaksanakan percobaan/penyelidikan
Rata-Rata 84,96% 64,98%
Sumber : Data Penelitian Hasil Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Pertemuan Ketiga
pada pertemuan ketiga, rata-rata dari setiap indikator keterampilan proses sains
pada kelas eksperimen yaitu 84,96% , sedangkan nilai rata-rata lembar observasi
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas kontrol memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari kelas eksperimen.
Mengenai hasil lembar observasi keterampilan proses sains kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada pertemuan ketiga, dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai
berikut :
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% Kelas Eksperimen
0%
Kelas Kontrol
keterampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
hasil keterampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen lebih baik
keterampilan proses sains peserta didik. Dengan presentasi yang didapatkan lebih
baik pada setiap pertemuan dan presentase pada kelas eksperimen lebih besar
dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat terjadi karena pada kelas eksperimen
learning sehingga peserta didik lebih aktif dan semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Gabungan Lembar Observasi Perindikator Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Mengamati (observasi) 87,50% 64,06%
2 Mengelompokan (klasifikasi) 79,16% 64,84%
3. Menafsirkan (interpretasi) 75,00% 60,15%
4. Meramalkan (prediksi) 77,08% 61,20%
5. Melakukan komunikasi 83,85% 65,88%
6. Mengajukan pertanyaan 77,34% 63,80%
7. Mengajukan hipotesis 77,08% 62,24%
Merencanakan
8. 77,15% 62,76%
percobaan/penyelidikan
9. Menggunakan alat/bahan/sumber 82,55% 64,84%
10. Menerapkan konsep 86,19% 62,24%
11. Melaksanakan percobaan/penyelidikan 78,12% 63,80%
Rata-Rata 80,09% 63,25%
Sumber : Data Penelitian Hasil Gabungan Lembar Observasi Keterampilan
Proses Sains
Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil gabungan lembar observasi keterampilan
proses sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat perbedaan hasil rata-rata
pada kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen didapatkan nilai rata-rata gabungan
lembar observasi keterampilan proses sains yaitu 80,09%, sedangkan pada kelas
proses sains yaitu 63,25%. Dengan demikian kelas kontrol memiliki nilai yang lebih
proses sains kelas eksperimen, untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik dibawah
ini:
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
Kelas Eksperimen
10%
0% Kelas Kontrol
Gambar 4.5
Presentase Rekapitulasi Hasil Gabungan Lembar Observasi Perindikator
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
keterampilan proses sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen indikator mengamati/mengobservasi mendapatkan nilai tertinggi 87,50%,
menggunakan alat/bahan dan sumber mendapatkan nilai 84,64% . Nilai hasil lembar
yaitu 60,15%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kelas kontrol memiiki nilai
lembar observasi yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat
pembelajaran Socio Scientific Issu berbasis Problem Based Learning, dan kelas
Berdasarkan hasil rekapitulasi antara nilai tes dan lembar observasi antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.7
Rekapitulasi Nilai Gabungan Antara Nilai Tes dan Lembar Observasi
Keterampilan Proses Sains
Nilai Gabungan Tes dan Lembar Observasi
Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Peserta Didik 32 32
Nilai Tertinggi 88,18 76,58
Nilai Terendah 71,13 61,43
Jumlah 2546,14 2131,88
Rata-Rata 79,56 66,62
Sumber: Data Penelitian Hasil Nilai Gabungan Antara Nilai Tes dan Lembar
Observasi Keterampilan Proses Sains
eksperimen dan kelas kontrol, perbedaan hasil nilai rata-rata gabungan antara tes dan
lembar observasi keterampilan proses sains yaitu, 79,56% untuk kelas eksperimen,
mendapatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelas
eksperimen. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat perlakuan yang berbeda
socio scientific issu berbasis problem based learning dan kelas kontrol menggunakan
a. Uji Normalitas
atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hasil uji
normalitas terhadap data hasil rekapitulasi nilai gabungan antara nilai tes
keterampilan proses sains peserta didik dan nilai hasil lembar observasi
Tabel 4.8
Uji Normalitas Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kriteria nilai Sig. (2-
Kesimpulan Sig. > 0,05
Kelas Sig. tailed) tabel > ɑ
(berdistribusi Normal)
(0,05)
Eksperimen 1,000
0,05 Berdistribusi Normal
Kontrol 0,524
Berdasarkan hasil uji normalitas, dengan kriteria nilai Sig. (2-tailed) >
keterampilan proses sains peserta didik kelas ekperimen dan kelas kontrol
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji levene
statistic yang digunakan untuk mengetahui hasil uji kedua varian memiliki
karakteristik yang sama atau tidak. Dengan bantuan program SPSS Versi
Tabel 4.9
Uji Homogenitas Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Kriteria nilai Sig. (2-
Levene Kesimpulan Sig. > 0,05
Sig. tailed) tabel > ɑ
Statistic (Data Homogen)
(0,05)
tailed)>ɑ (0,05), maka dengan ini disimpulkan bahwa hasil nilai gabungan
kontrol berasal dari data yang homogen. Kemudian setelah uji prasyarat
terpenuhi, yang terdiri dari uji normalitas dan homogenitas, maka analisis
independen.
c. Uji- t Independen
peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang diberikan perlakuan berbeda pada setiap kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Uji t independen dianalisis dari hasil gabungan
dari nilai tes keterampilan proses sains dan nilai lembar observasi pada 3
kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil
Tabel 4.10
Uji t Independen Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia
Independent Samples Test
Strategi Pembelajaran t-test for Equality of Mean
Socio Scientific Issu Mean Std. Error
Sig. (2-tailed)
berbasis Problem Based Difference Difference
Learning dan Equal variances .000 12.94594 1.01562
Keterampilan Proses assumed
Equal variances .000 12.94594 1.01562
Sains
not assumed
keterampilan proses sains peserta didik diperoleh nilai dengan Sig.(2-tailed) < ɑ
(0,05) yaitu sig. 0,00, maka dari itu H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat
berbasis Problem Based Learning terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik.
B. Pembahasan
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai pengaruh strategi pembelajaran Socio
Scientific Issu berbasis Problem Based Learning terhadap keterampilan proses sains
peserta didik pada materi sistem pencernaan pada manusia. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui
validitas butir soal, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran item soal. Uji coba
dilakukan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung yang memiliki delapan kelas yang
terdiri dari kelas IX.1 hingga IX.8. Peneliti melakukan uji coba soal di SMP Negeri
kecurangan dan kebocoran soal apabila uji coba soal di lakukan di sekolah yang
sama. Peneliti melakukan uji coba soal pada kelas IX.2 yang berjumlah 30 peserta
didik.
Kemudian setelah melakukan uji coba soal di SMP Negeri 13 Bandar Lampung,
Lampung. Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di dalam kelas dimana
peneliti sebagai guru dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
Scientific Issu berbasis Problem Based Learning dan kelas kontrol menggunakan
kelas VIII memiliki jumlah kelas sebanyak 10 kelas yang terdiri dari VIII.1,VIII.2,
VIII.3, VIII.4, VIII.5, VIII.6, VIII.7, VIII.8, VIII.9, dan VIII.10. Dalam penelitian ini
Eksperimen dan Kelas VIII.4 dengan jumlah 32 peserta didik sebagai kelas kontrol
dimana pemilihan kelas ini dipilih berdasarkan teknik acak kelas. Penelitian ini
dilaksanakan 4 kali pertemuan, dimana pertemuan ke 4 digunakan untuk mengerjakan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes keterampilan
proses sains yang digunakan pada akhir pertemuan yaitu pertemuan keempat,
sains peserta didik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung selama 3
kali pertemuan, dan LKK yang digunakan pada setiap pertemuan saat proses
jumlah 20 soal multiple choice dengan 4 alternatif jawaban yang telah diuji validitas
, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran sehingga memiliki kelayakan sebagai
instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang terdiri dari soal, lkk, silabus, rpp
telah di validasi terlebih dahulu oleh validator pendidikan biologi UIN Raden Intan
Lampung yaitu Bapak Supriyadi, M.Pd dan Ibu Nurhaida Widiani, M. Biotech.
mengorganisasi peserta didik pada isu sosial sains, mengorganisasi peserta didik
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir peserta didik.
Pertemuan pertama, dimulai dengan guru memberikan salam ketika memasuki kelas,
dan guru memerintahkan peserta didik untuk berdoa dan mengabsen kehadiran
kandungan nutrisi pada makanan, seperti apakah kalian sering makan nasi? dari
tanaman apakah nasi? apakah manfaat nasi? dengan begitu peserta didik menjawab
seperti sering sebagai makanan pokok, berasal dari tanaman padi, memberikan energi
pada tubuh. Setelah peserta didik merespon pertanyaan dari guru, lalu guru
Kemudian masuk kedalam inti pembelajaran yaitu pada langkah yang pertama
tahuan peserta didik mengenai isu sosial sains dalam kehidupan sehari- hari seperti,
apakah kalian sering makan berlebih? Lebih baik kekurangan makanan atau
kelebihan makan. Apakah kalian pernah membaca sebuah artikel mengenai isu
dampak kelebihan makan? Pada tahap ini peserta didik akan membangun
pengetahuan mengenai isu sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pada langkah yang kedua peserta didik diarahkan guru untuk membentuk suatu
kelompok yang sudah ditentukan oleh guru yang terdiri dari 5-7 orang perkelompok.
Kelompok yang sudah dibentuk kemudian guru membagikan lkk pada masing-
masing kelompok, dimana dalam lkk yang sudah dibagikan berisikan wacana atau
artikel mengenai isu sosial sains mengenai dampak makan berlebih. Peserta didik
bahasa sendiri. Sejalan dengan penelitian Ely Rohmawati, Wahono Widodo, Rudiana
Agustina tahun 2017 bahwa isu-isu yang disajikan dalam proses pembelajaran,
merupakan isu-isu yang ada disekitar peserta didik dan sangat berkaitan dengan
Masuk kedalam langkah yang ketiga guru menginstruksi peserta didik secara
bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, pipet tetes, tabung reaksi,
larutan lugol, benedict, bunsen, kaki tiga, rak tabung reaksi dll. Selanjutnya tahap
peserta didik untuk melakukan diskusi dalam proses pemecahan masalah serta
mempresentasikan hasil laporan praktikum dan lkk yang telah peserta didik kerjakan.
74
Ely Rohmawati, Wahono Widodo, Rudiana Agustina. Membangun Literasi Sains Siswa
Melalui Pembelajaran Berkonteks Socio-Scientific Issues Berbantuan Media Weblog in Seminar
Nasional Pendidikan IPA VIII” Masa Depan Pendidikan IPA di Indonesia”. Universitas Negeri
Surabaya, 2017.
argumentasi mengenai pendapatnya terhadap isu dampak kelebihan makanan
tersebut.
dalam langkah yang terakhir ini guru mengkonfirmasi pernyataan serrta pertanyaan
pembelajaran dengan isu sosial sains. Setelah guru slesai mengevaluasi proses
pesan untuk mempelajari materi selanjutnya mengani susunan dan fungsi pada sistem
Pertemuan yang kedua, diawali dengan guru memberikan apresepsi seperti zat
apakah yang terkandung dalam nasi? bagaimanakah nasi dicerna oleh tubuh? Setelah
membangun keingin tahuan peserta didik mengenai isu sosial sains mengenai
pertanyaan dari guru mengenai isu sosial sains. Guru memerintahkan peserta didik
agar duduk sesuai kelompok yang telah dibagi pada pertemuan pertama, kemudian
guru kembali membagikan lkk 2 yang berisikan wacana/ artikel mengenai isu
gangguan enzim pencernaan, setelah lkk dibagikan secara kelompok guru memberi
arahan untuk membaca dan memahami terlebih dahulu menganai artikel isu sosial
sains yang terdapat pada lkk. Peserta didik berdiskusi kembali sesuai kelompok untuk
amilum di ruang kelas menggunakan alat dan bahan seperti air liur, tepung kanji,
gelas beker, pembekar spritus, plat tetes, larutan lugol, larutan benedict dan lain-lain.
melanjutkan mengerjakan lkk. Kemudian setelah slesai guru meminta peserta didik
tahap ini juga dibuka sesi tanya jawab antar kelompok mengenai argumen atau
tanggapan mereka mengenai isu sosial sains tersebut. Langkah pembelajaran yang
dengan memberikan klasifikasi serta meluruskan materi pelajaran dengan isu sosial
untuk mempelajari materi selanjutnya mengenai gangguan dan penyakit pada sistem
kehadiran peserta didik. Setelah itu guru memberikan apresepsi pada pertemuan
ketiga ini berupa pertanyaan, enzim apakah yang terdapat pada mulut? Apakah kalian
langkah yang pertama guru memusatkan perhatian peserta didik dengan memberikan
pernyataan untuk membangun keingintahuan peserta didik mengenai isu sosial sains
mengenai bahaya penyakit maag. Selanjutkan pada langkah kedua guru kembali
memberikan perintah untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibagi pada
pertemuan pertama dan kedua. Di lanjutkan dengan membagikan lkk 3 pada masing-
masing kelompok yang berisikan wacana mengenai issu dampak penyakit maag bagi
sistem pencernaan. Lalu guru mengarahkan peserta didik untuk membaca dan
memahami terlebih dahulu artikel yang disajikan didalam lkk serta berdiskusi
maag, praktikum dilakukan didalam kelas menggunakan beberapa alat dan bahan
seperti obat antasida, air jeruk, cuka, kertas lakmus dan gelas beker. Selama kegiatan
praktikum berlangsung peserta didik diberikan arahan oleh guru untuk membuat
mempresentasikan laporan hasil praktikum dan hasil lkk yang telah di kerjakan di
depan kelas. Pada tahap ini kembali di buka sesi tanya jawab dan penyampaian
pendapat serta argumentasi mengenai isu sosial sains pada masing-masing kelompok.
Kemudian langkah pembelajaran yang terakhir yaitu setelah peserta didik slesai
serta pendapat peserta didik dan tidak menyalahkan hasil peserta didik. Kemudian
guru memberikan klarifikasi dan meluruskan materi pembelajaran dengan isu sosial
sains tersebut. Di akhir kegiatan proses pembelajaran guru meminta maaf apabila
selama tiga kali pertemuan, peserta didik diminta untuk mengerjakan soal tes
keterampilan proses sains dengan jumlah 20 soal yang dibagikan pada kelas
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes keterampilan proses sains kelas
eksperimen didapatkan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Pada kelas kontrol
didapatkan nilai tertinggi yaitu 85, dan terendah yaitu 60. Kemudian nilai rata-rata
kelas eksperimen sebesar 78,70 sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata
sebesar 70. Dengan demikian, dari hasil tes keterampilan proses sains peserta didik
mendukung penelitian oleh Andi Wahyudi, dkk bahwa problem based learning
learning sangat baik untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa karena
Dalam penelitian ini, peneliti selain menggunakan soal tes keterampilan proses
sains juga menggunakan lembar observasi keterampilan proses sains peserta didik.
Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi keterampilan proses sains pada tabel
75,71% , kelas kontrol sebesar 60,08%. Pada pertemuan kedua mendapatkan nilai
rata-rata lembar observasi keterampilan proses sains kelas eksperimen 79,61% dan
kelas kontrol yaitu 64,63%, selanjutnya pada pertemuan ketiga memiliki nilai rata-
rata yang semakin meningkat yaitu kelas eksperimen 84,96% dan kelas kontrol
64,98%.
Hal ini dapat terjadi karena, pada awal kegiatan pembelajaran peserta didik
masih belum biasa terhadap keterampilan proses sains bahkan belum mengetahui
mengenai keterampilan proses sains. Menurut Muh. Tawil Liliasari bahwa penerapan
KPS selalu menuntut adanya keterlibatan fiisik maupun mental intelektual peserta
75
Andi Wahyudi dkk. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses
Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Jurnal BIO-PEDAGOGI Vol 4 Nomor 1 (April 2015) h. 7
didik.76 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 7 Bandar Lampung
dan mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan bagian dari
strategi pembelajaran socio scientific issu berbasis problem based learning dikelas
eksperimen, terjadi peningkatan pada setiap pertemuan dalam perolehan nilai pada
lembar observasi keterampilan proses sains peserta didik. Seperti perolehan rata-rata
nilai lembar observasi pada pertemuan ketiga kelas eksperimen yaitu 84,96 yang
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 75,71%. Hal ini menunjukan adanya pengaruh
didik.
76
Muh. Tawil Liliasari, Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA (Makasar: Universitas Negeri Makassar, 2014), h. 9.
indikator melakukan komunikasi 83,85%,indikator mengajukan pertanyaan 77,34%,
fakta-fakta dalam proses pemecahan masalah yang disajikan di dalam lkk. Sedangkan
peserta didik pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga kelas kontrol yaitu,
sains kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol, dalam
Scientific Issu berbasis Problem Based Learning mendesain peserta didik secara aktif
berdiskusi serta berperan aktif dalam proses investigasi atau penyelidikan mengenai
isu sosial sains dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki kaitan erat dengan sains.
proses sains memiliki presentase yang lebih rendah, karena dalam proses
pembelajaran masih berpusat kepada guru, dengan kata lain guru menyampaikan
materi secara lisan kepada peserta didik sehingga peserta didik bersifat pasif dan
hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Sejalan dengan pendapat Troy D.
Sadler, bahwa Socio Scientific Issu telah dibangun diatas pendekatan lain yang
berbagi tujuan yang lebih baik mempersiapkan peserta didik untuk terlibat dalam
wacana dan keputusan yang terkait dengan isu-isu sosial yang relevan terkait dengan
sains.77
77
Troy D. Sadler. Socio Scientific Issu In The Classroom: Teaching,Learning and Research.
(Contemporary Trends and Issues in Science Education 39: Springer,2011), h. 4
Sebelum peneliti melakukan pengujian prasyarat, peneliti menghitung terlebih
dahulu nilai gabungan dari tes dan lembar observasi dari pertemuan pertama hingga
dengan cara menjumlahkan hasil nilai tes peserta didik dan lembar observasi
keterampilan proses sains peserta didik kemudian dibagi dua, sehingga didapatkan
nilai rata-rata gabungan kelas eksperimen yaitu sebesar 79,56, sedangkan kelas
kontrol sebesar 66,62. Berdasarkan data tersebut, kelas eksperimen dan kelas kontrol
bantuan program SPSS Versi 17.0 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, uji
normalitas dilakukan guna mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak
sedangkan uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah data homogen atau
tidak. Setelah dianalisis, diketahui data berdistribusi normal dan homogen, kemudian
t independen dengan bantuan program SPSS Versi 17.0 diperoleh nilai dengan Sig.(2-
tailed) < ɑ (0,05) yaitu sig 0,00, maka dari itu H0 ditolak dan H1 diterima.
pembelajaran Socio Scientific Issu berbasis Problem Based Learning lebih tinggi
Strategi pembelajaran Socio Scientific Issu berbasis Problem Based Learning lebih
ekspository.
Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian sebelumnya oleh Livia
strategi Socio Scientific Issu Based Instruction adalah sangat baik. Keterampilan
Issu Problem Based Learning yaitu Lutfi Rizkita dkk menunjukan penelitian dengan
peserta didik. Socio Scientific Issu Problem Based Learning merupakan strategi
78
Livia Alvita, Wasis, “Penerapan Socio Scientific Issu Based Instruction Pada Materi
Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Reflective Judgmen dan Pemahaman Konsep Siswa”. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 6 No. 3 (September 2017), h. 189.
pembelajaran yang membantu siswa untuk mengembangkan keaktifan dalam kegiatan
berbasis Problem Based Learning ini dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
ini dapat memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelajaran sains, dan dalam
penelitian ini khususnya keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 7 Bandar Lampung. Berdasarkan hpotesis dalam penelitian ini bahwa terdapat
pengaruh strategi pembelajaran Socio Scintific Issu berbasis Problem Based Learning
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi IPA kelas
79
Lutfi Rizkita, Hadi Suwono dan Herawati Susilo, “Pengaruh Pembelajaran Socio-Scientific
Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas X SMAN Kota Malang”, Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 4 (April 2016), h. 735.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
cukup banyak.
Learning
DAFTAR PUSTAKA
Andi Wahyudi dkk. “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun
Pelajaran 2013/2014.” Jurnal BIO-PEDAGOGI Vol 4 Nomor 1 (April 2015)
Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2015.
Campbell, N.A & J.B Reece. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3, terjemahan Damaring Tyas
Wulandari. Jakarta: Erlangga, 2008.
Diana Ayu Rostikawati. “Rekonstruksi Bahan Ajar dengan Konteks Socio Scientific Issu
Pada Materi Zat Aditif Makanan Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa”.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 2 No. 2 (2016).
Dilek Karisan dan Dana L. Zeidler. “Konstektualisasi Nature Of Sains Dalam Masalah Socio
Scientific”. International Journal Of Education Mathematics, Science and
Thecnology, Vol 5, No. 2 (November 2016).
Ely Rohmawati, Whono Widodo, Rudiana Agustina. “Membangun Literasi Sains Siswa
Melalui Pembelajaran Berkonteks Socio-Scientific Issues Berbantuan Media
Weblog in Seminar Nasional Pendidikan IPA VIII” Masa Depan Pendidikan IPA
di Indonesia”. Universitas Negeri Surabaya, (2017).
Joko Subagyo. Metode Penelitian Dalam Teori & Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
John Kimbal W, Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 1994.
Laila Puspita, Suciati, Maridi. “Pengaruh Model Problem Based Learnig Dengan Metode
Eksperiment Disertai Teknik Concep Map Dan Mind Map Terhadap Prestasi
Belajar Biologi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa”,
Jurnal Inkuiri, Vol. 3 No. 2 FKIP UNS: Pendidikan Sains, 2014.
Livia Alvita, Wasis. “Penerapan Socio Scientific Issu Based Instruction Pada Materi
Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Reflective Judgmen dan Pemahaman
Konsep Siswa”. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 6 No. 3 (September
2017)..
Lutfi Rizkita, Hadi Suwono dan Herawati Susilo. “Pengaruh Pembelajaran Socio-Scientific
Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar
Kognitif Siswa Kelas X SMAN Kota Malang”. Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 4
(April 2016).
M. Taufik Amir. Inovasi Pendidikan Melaui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Rahmad kono,dkk. Pengaruh Model Problem based Learning Terhadap Pemahaman Konsep
Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tentang Ekosistem dan
Lingkungan di Kelas X di SMAN 1 Sigi. Jurnal sains dan teknologi tadulako
Vol 5 No 1 (Januari 2016).
Sumaji, et. al. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998.
Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Wali Press, 2012.
T.D. Sadler. Socio-Scientific Issues In The Classroom: Teaching, Learning and Research
(USA: Springer Science+Business Media B.V, 2011.
Wirda, Abdul Gani Haji dan Khaldun. “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based
Learning (PBL)”. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia Vol. 03 No. 2 (2015).
Wiwin Ambarsari, Slamet Sentosa, dan Maridi. ” Penerapan pembelajaran inquiry terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VIII
SMP Negeri 17 surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi Vol 3, No 1, (Januari
2013).
YN Pratiwi, S. Rahayu, F. Fajaroh. “Socio Scientific Isu (SSI) Di Lihat Reaksi Topik dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Sekolah Tinggi”. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, Vol. 5 No. 2 (Oktober 2016).