Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kriiiinggggg

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

1

Kriiiinggggg.....

Alarmku sudah berbunyi 7 kali. Hari ini adalah hari pertama aku sekolah
menjadi siswa kelas 1 SMA di sekolah baru. SMA bangsa harapan. Dengan malas
kuambil handuk dan pergi mandi

Apakah aku akan mendapatkan teman disekolah baruku ?

Biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Hana Annastasia. Aku pindah ke


Bandung sejak 1 bulan yang lalu. Tempatku yang dulu berada di Jakarta. Sejak lahir
aku memang tinggal dijakarta. Namun karena pekerjaan papa yang menuntut untuk
pindah dinas ke bali,akhirnya keluargaku pindah ke Bandung.

Sebenarnya aku bukan anak kandung dari papa dan mama angkatku. Aku tak
ingat jelas masa laluku karena kecelakaan besar terjadi saat aku berumur 13 tahun.
Dan pada saat itu juga papa mama kandungku meninggal dan kata dokter aku
mengalami amnesia. Aku tak ingat lagi siapa keluargaku. Dan aku berusaha
melupakan masa laluku itu.

Setelah mandi, aku segera mengambil tas pink-ku, lalu lari menuju tangga
untuk mengejar sarapan pagi

“Hati-hati Hana..”

“Harus cepat ma,” aku mengambil roti selai nanas dimeja makan, lalu berlari
keluar mengejar bus sekolah.

***

Setiba disekolah aku melihat papan pengumuman pembagian kelas. Kulihat


aku mendapatkan kelas 12 C dan ketika kulihat nama lain di kelas baruku itu. Tak ada
yang kukenal. Ah tentu saja bukankah aku baru pindah dari kota ini?

Dengan langkah malas ku masuki kelas baruku itu. Ketika aku masuk sudah
tercium aroma tak sedap. Perlu kalian tau kelas ini adalah kelas paling nakal dan
terjorok yang pernah ada. Lantainya pun tak kelihatan berwarna putih. Tentu saja
karena saking kotornya

“sabar tinggal menunggu 1 tahun lagi Hana.” Aku menghibur diriku sendiri.

Ntah mengapa perhatianku tertuju pada anak laki-laki yang sedang asyiknya
berfantasy ria bermain drum sambil menyanyi. Tanpa sadar aku tersenyum menatap
anak laki-laki itu.

"kenapa tersenyum? Apakah ada yang lucu?" anak laki-laki itu menatapku
heran.

1 -
"Ngga, suaramu bagus” pujiku sambil tersenyum.

"Judulnya I Like Me Better, dari Lany. Kamu tau?"

"Iya, aku tau, itu lagu favoritku. Btw, suaramu sedikit mirip Lany"

Anak laki-laki itu tersenyum kepadaku. Lalu, ia kembali menyanyikan lagu


tadi kan kamipun menyanyi bersama, lalu mengobrol sedikit. Saking asyiknya
mengobrol aku sampai lupa menanyakan namanya.

***

Besoknya..

"MAMA, MENGAPA MAMA TELAT MEMBANGUNKANKU


KESEKOLAH?” dengan roti masih kugigit kuterus mengomel pada mamaku.

"Yee mana mama tau, habis kamu sendiri menghidupkan lagu keras-keras,
yasudah cepat berangkat sana sudah jam setengah 8!"

Sayang sekali aku tak bisa menikmati udara pagi hari ini. Untuk menoleh
kebelakangpun tak bisa.

Gerbang sekolah sudah dekat. Kukerahkan seluruh kekuatanku untuk berlari


dan akhirnya..

BRUGHH !!!!

“Maaf aku sedang terburu-buru"

DEG! Anak laki-laki kemarin!

"ah ya aku juga minta maaf"

"Loh, kita sekelas kan? Kamu yang kemarin itu kan?” ucapnya sambil
menunjukkan telunjuknya kepadaku. Aku tersenyum.

“Namaku Aidan, senang berkenalan denganmu, namamu?” Aidan


menjulurkan tangannya kepadaku.

"Namaku hana, senang berkenalan denganmu juga" “senyumnya imut


sekali!!” gumamku.

"Yasudah ayo kita kekelas bareng!" ajak Aidan sambil menarik tangan
mungilku.

Sesampainya dikelas aku langsung pergi menghampiri 2 temanku. Namanya


Sarah dan Yasmine. Aku mengenal mereka, karna mereka duluan yang menyapaku.

2 -
Hahaha jangan anggap aku sombong atau apa. Karna aku ini pemalu jika
berkenalan duluan.

Aku mempunyai geng baru disekolah, namanya Ceribel. Ini karna berawal dari
Sarah dan Yasmine. Mereka seenaknya memasukkanku kedalam geng aneh ini, yang
beranggotakan 5 orang. Yaitu aku, Sarah, Yasmine, Ghea dan Anna. Dan walaupun
sedikit aneh, aku merasa nyaman berteman dengan mereka.

“Kalian kenal anak laki-laki yang namanya Aidan?" tanyaku sambil menunjuk
Aidan.

"Tau, kenapa Han? Jangan bilang lo suka dia ya." goda Sarah.

"Hah? Suka Aidan? Enggaklah, kebetulan aja hobi musikku sama dengannya."

Sarah dan Yasmine mendengar jawabanku. Entahlah apa yang ada dipikiran
mereka. Lagipun, aku juga baru kenal Aidan. Ga mungkinkan, kalau aku langsung
suka sama dia?

Waktu istirahat tiba. Sarah sedang pergi ke kantin, katanya sedang mencari
kakak kelas yang ditaksirnya. Aku dan Yasmine memilih untuk berada dikelas.

Aku mengambil buku coret-coretku, lalu iseng menggambar tokoh kartun dan
desain baju sementara Yasmine sibuk smsan dengan pacarnya.

"Gambarnya bagus, sudah cocok itu jadi desainer terkenal," Suara yang serak-
serak basah ini..

Aku mendongakkan kepalaku keatas dan... Wajah imutnya langsung


menyapaku dengan senyuman lebar.

“Terimakasih, tapi aku lebih suka membeli daripada merancang,” ucapku


sambil melihat detail gambar yang kubuat.

Aidan tertawa kecil, mengelus rambutku pelan lalu pergi.

3 -
2
Hari-hari berlalu dengan cepat karena aku menghabiskan waktu bersama
teman-teman. Terutama terhadap reyhan. Entah aku merasa sangat nyaman jika
berbicara dengannya. Dia yang membuat hari-hariku yang dulunya bagaikan kertas
putih dan sekarang hari-hariku berwarna hanya dengan bersamanya. Saking
bahagianya, aku tak ingin waktu cepat berlalu. Ingin rasanya dapat menghentikan
sang waktu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang dan istirahat segera berakhir. Aku
harus cepat agar tak terlambat menuju kelas, kalau tidak, bisa di hukum oleh guru
bahasa inggrisku yang killer.

Aku berjalan cepat disepanjang koridor dan, mataku melihat dengan jelas.
Aidan dan Ghea sedang bersenda gurau. Kulihat raut wajah Aidan yang sepertinya
senang. Apakah mereka pacaran? Atau PDKT? Atau Aidan suka sama Ghea?

"Hana, mau kemana? Belum masuk kelas kan? Sini yuk ngobrol-ngobrol
sebentar" ajak Ghea.

"Eh, iya" Dan bodohnya aku malah mengikuti ajakan Ghea.

“Bagus hana, dan sekarang kamu hanya akan bertambah sakit hati karna itu!
Tuhan kumohon, berikan aku malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawaku
sekarang juga! kumohon!”

Selagi aku sibuk diam mengutuki diriku sendiri, ntah siapa langsung
menarikku pergi.

Siapa dia? dilihat dari pakaiannya dia bukan dari sekolah ini. Apakah ini
artinya doanya terkabul? Bisa kudengar jeritan kecil Ghea yang kaget karna melihatku
ditarik secara paksa. Akhirnya tangan yang menarikku ini terhenti. Lebih disebut
berhenti berlari. Dan aku ternyata dibawa ke belakang sekolah.

“Lo bodoh apa gimana si, ngebiarin diri lo patah hati ngeliat laki-laki yang lo suka
bercanda sama orang lain? Lo bodoh atau ga punya otak?!”

Aku terdiam, diam dan diam. Kurenungi semua perkataannya. Apa


maksudnya? Aku tak menyukai reyhan. Tapi ku akui, aku memang bodoh. Ah,
mengapa nasib cintaku tak pernah seindah dalam cerita dongeng? Tak seromantis
sinetron di tv?

"Hei, lo kenapa? Lo nangis? Maafin gue, gue sering ngomong kasar kalau lagi
emosi”

4 -
Ntah aku memang sudah gila atau apa, aku langsung menghambur kepelukan
lelaki yang tak kukenal. Aku langsung menangis. Menangis sekencang-kencangnya.
Aku seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

"Diaa.. huuuu hiks, dia jahatt.. diaa-"

"sttt, gapapa, nangis aja." Ucap lelaki misterius itu.

Kuturuti perkataanya. Tangisku makin menjadi, ntah berapa lama aku


menangis. Akhirnya aku sudah kembali menjadi waras. Aku bersihkan air mataku dan
ingusku lalu membersihkan bajunya yang sudah terkotori ingusku. Ah, aku sampai
melupakkan kehadiran lelaki itu. Kutatap lelaki itu, dan.. Astaga! Lelaki dengan
rambut kecoklatan dan bibir yang berwarna pink serta wajahnya yang tampan
sehingga membuatku takut.

Apakah dia malaikat yang datang untuk mencabut nyawaku? Karna aku sudah
menjadi gila? Tuhan.. kutarik kembali kata-kataku sungguh aku masih ingin hidup.
Sungguh!

Dan lagi, dia tertidur. Kupandangi wajahnya dengan bebas hingga akhirnya
dia terbangun. Saking kagetnya aku tersentak dan tertunduk malu. Malu antara
tertangkap basah memandangi wajahnya dan menangis seperti orang sinting.

"Maaf gue ketiduran," Lelaki itu berusaha merubah posisi duduknya. Ini karna
aku yang masih dalam posisi memeluknya.

"Hmm.. seharusnya aku meminta maaf karna membangunkanmu dari tidur,


dan membuat bajumu basah oleh air mataku dan..ingusku." aaa kau memang bodoh
hana!

"Ya tak apa, yang lebih penting lo udah baikan. Mau pulang? Ku antar ya"

“Hah?! Ini jam berapa?!”

"Ini sudah jam 3 sore sayang, dan lo harus pulang" ucap lelaki itu sembari
melihat jam.

Lengkap sudah kesialanku, aku sedang mempertahankan prestasi yaitu tidak


pernah bolos pelajaran dan sekarang dia bolos pelajaran dan menangis bersama lelaki
asing?! Tapi apakah aman diantar pulang dengan lelaki asing ini? Bahkan kita tak
saling megenal.

"nama gue Farel, Farel Deandra. Dan gue murid baru di sekolah ini. Gue
pindahan dari jakarta. Mulai besok gue masuk disekolah ini," Kata lelaki itu serasa
bisa membaca pikirannya. Ya, sinar matanya menunjukkan bahwa dia merasa geli
akan sikap kewaspadaanku.
"Namaku hana, senang berkenalan denganmu Farel"

"yasudah, ayo ikut,"

5 -
Farel menarik tanganku menuju parkiran, dan menuju motor bebek tuanya.

Motor? Ah, aku lupa bahwa aku ada phobia tersendiri yang menyebabkan aku
takut naik motor!

"kenapa? Ayo naik," Ok aku menyerah.

Selama perjalanan ku pegang erat punggung Farel dan memejamkan mata.


Berdoa. Dan entah Farel sedang terburu-buru atau sedang mau menjaili diriku, Farel
mempacu gas motornya hingga aku makin kencang memeluk pinggang Farel dan
makin keras berdoa seperti seorang ustadz yang sedang mengeluarkan iblis di dalam
tubuh seseorang.

Akhirnya doaku terkabul. Aku sampai dirumah tercinta dengan selamat.


Kukira aku sudah mati dan sedang dalam perjalanan ke surga.

"Hana, besok lo harus berangkat lagi sama gue," perintah lelaki yang bernama
Farel itu.

"TIDAK AKAN!!" Aku berjanji aku tak akan menaiki motor itu apalagi
dengan Farel.

Kututup pintu dengan kencang sehingga aku yakin, mama pasti akan
menyemprotnya dengan nasehat yang beribu ribu lembar lamanya. Dan aku agak
merasa bersalah juga, karna tidak mengucapkan terima kasih kepada Farel.

Aidan. Aku benci mengakuinya kalau Aidan adalah cinta pertamaku, dan juga
yang membuatku nangis pertama kali.

***

6 -
3
"HANA TUKANG KEBOO AYOO BANGUNN!" Tuhan cobaan apa lagi
yang kau berikan?

Ketika aku membuka mata yang terasa berat, kulihat Farel dengan mulutnya
yang hampir berbentuk O karna terus menyuruhku bangun. Akupun melirik jam alarm
dan.. Astaga! baru jam 6 pagi?! Jam berapa Farel datang kerumahku?

"Hei! Kenapa masih bengong? Ayo cepat bangun! Mandi terus cepat turun,
tante lagi nyiapin sarapan bersama papamu," ucap Farel seraya hendak turun dari
ranjangku. Wajahnya terlihat puas sekali karna sudah membangunkanku dari mimpi
yang indah.

"Trus apa pedulimu? Udah, aku mau tidur lagi!"

"Tidur lagi? Kalo lo berani nutup mata lo, gue ga segan nyipratin lo pakai air
teh panas dibawah,"

"Oke, baiklah, aku akan mandi! Puas ?"

Farel tersenyum puas melihatku. Kenapa dia bisa masuk kerumah ini? Oiya.
aku lupa bahwa dia adalah malaikat yang dikirim oleh Tuham. Bukan untuk mencabut
nyawaku, lebih tepat dikatakan menyiksaku.

Selesai mandi aku langsung memakai seragam, lalu turun dan ikut sarapan di
meja makan. Disana kulihat Farel sedang bercengkrama bersama papa dan mama.

TIINNN!!

Farel sudah ada diluar. Saat aku menghampirinya, ada sedikit mimik muka
yang menunjukkan sesuatu seperti pujian. Namun seketika berubah menjadi datar.
Dasar manusia robot.

Farel memberiku sebuah lensa mata, rok pendek selutut dan bedak tabur.

“Untuk apa?” tanyaku sambil memandang aneh kantong merah yang


diberikannya.

“Gue tau lo suka sama Aidan, jadi, gue mau lo buat kesepakatan” Aku
menganga menatap Farel. Kesepakatan apa?

“Gue bakal bantu lo deket sama Aidan, tapi lo harus impas untuk deketin gue
sama Ghea,” Ghea? Kenapa banyak sekali laki-laki yang tampan suka sama wanita
itu.

“Lo suka sama Ghea?”

7 -
“Ehm, iya, jadi lo gak usah cemburu,”

Aku tertawa keras mendengar jawaban Farel. Farel menatapku aneh, lalu ia
melihat kearah lain.

“Ngapain gue cemburu sama lo,” ucapku sambil melanjutkan tawaku yang
sangat kencang itu

“Sudahlah, ayo berangkat,” katanya sambil mengambil helm berwarna pink.


Aku terpaksa memakai helm pink itu lalu menaiki motor bebeknya dengan wajah
cemberut.

Sesampainya disekolah, Farel menarikku menuju kamar mandi wanita.

“Lo ngapain bawa gue kesini? Mesum ya lo?”

“Ngga, gue mau nyuruh lo ganti rok panjang lo itu, trus pake lensa yang gue
kasi, cepat!”

Aku menatap aneh ke arah Farel. Lalu, kuturuti saja permintaannya.

Setelah aku mengganti bajuku, Farel langsung menarikku berjalan menuju


koridor kelas.

“Jangan langsung menyerah, itu bukan pilihan yang baik,” ucap Farel yang
langsung pergi menuju kelas 12 A. Tentu saja, orang seperti Farel tidak mungkin
berada dikelas buangan seperti kelasku.

Pandangan teman-teman sekelas berubah jadi aneh. Agak sopan dan


menganggapku seperti siswi baru. Mengapa disekolah ini dipenuhi oleh orang-orang
bodoh? Dasar!

Dan hanya 1 teman saja yang mengenalku. Yup, benar sekali yaitu Sarah.

"Yaampun Hana, kenapa lo berubah kaya gini? Cantik seperti kambing


betina." Astaga, kenapa manusia satu ini sulit sekali mengatakan fakta bahwa aku itu
cantik?

"Kambing matamu! Ehm, iya aku merubah penampilan. Pengen kelihatan


cantik aja,"

BRUGHH !!

"Maaf, kamu gapapa?" Aidan!

Tidak gue sakit, Hati gue sakit pada saat waktu lo bercanda dengan Ghea, dan
lo harus bayar penderitaan gue!

8 -
"Uhm tidak apa kok, maaf ya udah menabrakmu tadi." Sejujurnya, bukan aku
yang salah, tapi Farel bilang kalau cowo itu suka sama cewe yang lembut. Kalo bukan
Aidan yang menabrakku, mungkin sudah ku jambak rambutnya.

"Hey, kamu anak baru ya? Kenalkan namaku Aidan, aku dari kelas 12 B,"
Sudah kuduga dia tidak mengenaliku. Dasar!

"Sebenarnya kita saling mengenal, karna aku Hana," Ya, gue harap lo bersujud
minta maaf sama gue!

Bisa kulihat ekspresi terkejut luar biasa Aidan ketika mengetahui yang
sebenarnya.

"Ah, Hana uhm maaf ya soalnya kamu lebih cantik." Tuhan angkat aku
kesurga.

"Iya tak apa, semuanya juga berkata seperti itu."

"Sudah ya aku mau ke kantin, sampai jumpa Hana !"

"Sampai jumpa," Itu artinya dia mau bertemu denganku lagi? Ingin rasanya
mencium kaki Farel untuk mengucapkan terima kasih ya, aku harus membalas Farel,
sekarang dia harus mencari Farel.

Ku lihat Ghea seperti sedang menunggu seseorang di depan kelas. Entah siapa
yang ia tunggu. Mungkin Aidan?

“Ghea!”

"Siapa ya?" Jika dia bukan temanku, mungkin sudah ku keluarkan semua
kotoran hidungnya dan kucabut bulu hidungnya satu-satu.

"Ini aku, Hana!"

"Wow, abis kamu berubah sih, ada apa?"

"Uhm, kamu tau Farel bukan?"

Ghea seperti orang yang mengingat kejadian yang sudah sangat lama. Tuhan,
mengapa kau selalu mempertemukan aku dengan orang yang dongo.

"Ah, aku ingat! Si laki-laki yang katanya tampan seperti malaikat surga
bukan?"

“Iya betul, kudengar dia menyukaimu."

Seperti orang kerasukan, Ghea berteriak histeris.

"Hah?! Dia suka sama aku?! Ya Allah mimpi apa aku semalam?!" Ghea
seketika bersujud dihadapanku. Aku menatapnya aneh.

9 -
"Iya, aku diminta Farel untuk nyuruh kamu datang ke belakang sekolah.
Kayanya Farel bakal nembak kamu deh,”

"Ok deh, thanks ya Han, kamu emang sahabatku yang paling baik"

Sepeninggal Ghea, aku langsung bergegas pergi ke kelas Farel.

"Farel, psstt pssttt" panggilku.

"Kenapa? Kaya kambing yang lepas dari kandang aja," Canda Farel.

"Cepat lo ke belakang sekolah. Tadi gue udah nyuruh Ghea nunggu lo disana."

Seketika ekspresi dingin Farel mulai terlihat. Apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah Daniel gugup?

Dengan kaku Farel hanya menjawab "Ya" dan langsung meninggalkanku


sendirian.

Ada apa ini? Kenapa hatiku berkata pada Farel "jangan pergi". Segera kutepis
semua yang ada dihatiku.

"Aku tak peduli, yang penting sekarang aku sudah bisa dekat dengan Aidan,"
Gumamku kecil. Hp ku bergetar.ternyata ada pesan masuk dari nomor yang tidak
dikenal. Kubuka pesan sms itu dan ternyata dari Aidan.

"Hana, ini aku reyhan. Nanti malam kamu ada acara tidak? Aku mau ngajak
kamu makan di cafe ZXZ. Jika ada waktu luang kamu ikut ya,"

Hari ini sabtu, dan artinya KENCAN MALAM MINGGU! Segera kubalas
sms dari Aidan.

"Oke, aku ikut."

Dan hpku bergetar kembali.

"jam 8 ya , nanti aku jemput."

Ya Tuhan, sekarang aku percaya akan "miracle of love". Hari ini sungguh
terlalu bahagia, sampai ingin berbagi kebahagiaannya ini kepada Farel. Lebih baik
kususul saja Farel dan Ghea kebelakang sekolah.

Dan pada saat aku sampai, Farel sedang menyatakan perasaannya pada Ghea.

"Ghea, gue suka sama lo. Lo mau kan jadian sama gue?"

DEGH! Kenapa hatiku serasa seperti dicubit? Ada rasa ngilu dan perih
dihatiku. Ada apa ini? Sungguh aku tak mengerti. Dan jawaban Ghea yang

10 -
mengatakan bahwa dia mau menjadi pacar Daniel malah membuat rasa sakit ini
makin menjadi. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?

Seketika ku urungkan niatku untuk berbagi kebahagiaanku ini kepada Farel.


Lalu aku pun memikirkan untuk memakai baju apa saat nanti malam bersama Aidan.

Sekarang, aku pulang sekolah dengan berjalan kaki. Ya, karna sekarang Farel
menjadi milik Ghea dan sungguh tak wajar jika aku yang bukan siapa-siapa,naik
motor bersama Farel. Dan aku juga harus menjaga perasaan Ghea.

"Sepi" Ya, kuakui sepi jika tak ada Farel.

Hah?! Untuk apa ia memikirkan Farel? Seharusnya ia memikirkan bagaimana


kencan nanti malam bersama Aidan! Ya, harus itu yang kupikirkan! Sekarang sudah
menunjukkan jam 8 lebih 30 menit dan Aidan belum datang.

Apakah reyhan lupa akan janjinya? Ah, bodoh banget aku, pasti itu hanya
lelucon yang membuatku menjadi lebih bodoh. Ya, aku memang bodoh! Aku sudah
menghabiskan waktu berjam jam untuk mempersiapkan first date ku dengan Aidan,
dan dia terlambat?!

11 -
4
TIIN TIINNN!!

Huh, itu dia! Datang dengan wajah tak berdosa dan memamerkan giginya
yang putih dan bersih. Membuatku merasa ingin mengecatnya dengan cat berwarna
hitam.

"Maaf ya Hana, tadi aku ketiduran. Kamu tak menunggu lama kan?"

"Iya gapapa, aku juga tak menunggu lama kok," tak menunggu lama matamu!

"Yasudah, ayo cepat naik."

Sesampai di cafe ZXZ dan sudah memilih tempat duduk, ternyata aku melihat
Farel dan Ghea sedang makan disini juga dan tepat di depan meja tempatnya duduk.
Dan kelihatan sekali mimik wajah Farel merasa bosan atau lebih disebut muak. Dan
bisa kulihat Ghea yang sedang mengobrol dengan Farel seperti kuda liar yang tak ada
henti-hentinya berbicara. Sibuk mengamati Farel dan Ghea, aku melupakan kehadiran
Aidan yang juga sedang menatapku. Dan aku juga tak menyadari bahwa makanan
sudah tersedia di meja.

"Hana" Aidan menatapku.

“Eh, iya?"

"Malam ini kamu cantik." Wahh, Aidan sedang memujiku?

“Hehe, makasi"

Mataku tak sengaja bertemu dengan mata Farel. Aku mengancungkan jempol
padanya. Tanda bahwa misi mereka berhasil. Namun aku salah lihat atau apa, Farel
malah bersikap acuh tak acuh padaku.

Oh, beginikah sikapnya padaku? Aku sudah membantunya untuk bisa pacaran
dengan Ghea, ini balasannya?!

Dan sepertinya Aidan menyadari bahwa aku tak meladeni semua


perkataannya, dia pun menoleh ke belakang. Dan bersamaan dengan itu, Ghea juga
sedang menoleh kebelakang.

"Kalian sedang apa disini? Kalian berkencan ya? Wah kalian romantis sekali!"
cerocos Ghea. Ya, sahabatku yang satu ini memang tak bisa menjaga suara saat
sedang heboh.

"Iya, lagi makan, sini gabung yuk" ajak Aidan.

12 -
"Kalian udah jadian nih? Kalo udah berarti sama dong, kita juga udah
jadian,ya kan iyel?"

"iyel" ? tuhan aku tak sanggup menahan ledakan tawaku. Jadi nama sayang
Ghea ke Farel adalah iyel? Sungguh manusia tak berotak kreatif.

Kulihat Farel tersenyum masam, dan berkata "Jadi malam ini kalian udah
resmi pacaran?"

Ya Farel, memang bukan sekarang, tapi nanti Aidan pasti akan menembakku.
Aku jamin 100% ucapku dalam hati.

Aidan tak menjawab.seperti memikirkan sesuatu.

Mengapa Aidan tak menjawab? Bukankah tujuan Aidan mengajakku ke cafe


untuk menembakku bukan? Mungkin Aidan sedang memikirkan kata-kata untuk
menyatakan cinta kepadanya.

Sungguh jawaban tak terduga datang dari mulut Aidan.

"Aku tak mungkin berpacaran dengan hana. Hana sudah aku anggap sahabat
sendiri,”

...

Hening tak ada suara.

"Ahahaha begitu ya, yasudah bagaimana kalau kalian aku traktir makan disini
sebagai bentuk perayaan jadianku dengan Farel. Bagaiman?”

"Bener nih ? wahh hana pasti seneng banget deh. Ya kan han?" tanya reyhan.

"iya"

Setiba dirumah aku langsung berlari menuju kamarku. Aku menangis tanpa
suara. Pilu. Hanya itu yang dirasakannya. sahabat katamu?! Mengapa Aidan seperti
memberi harapan palsu kepadanya ? Apa maksudnya? Apakah ini saatnya untuk
menyerah? aku lebih merasa seperti orang bodoh yang mengharap cinta kepada
seseorang yang menganggap aku tak lebih dari sekedar sahabat! Kenapa aku bisa
sebodoh ini? Tuhan tak seharusnya mempertemukan aku dengannya! Ini tak adil!
Kenapa harus dia? Kenapa tuhan mempertemukan aku dengannya seolah-olah aku
berjodoh dengannya, tapi kemudian dipisahkan dan berakhir berurai air mata.
Sungguh aku tak mengerti jalan skenario Tuhan.

Ya, dari awal aku memang sudah merasa bahwa Aidan hanya melihat
penampilanku saja. Dia besikap sopan denganku. Aku seperti orang sinting mengira
bahwa dia menyukaiku. Hanya ini yang ada di pikiranku.

"Aku menyesal karna menyukainya."

13 -
Keesokkan harinya, aku berangkat sekolah dengan penampilan berantakanku
yang dulu. Sikap Aidan sudah seperti biasa lagi. Seperti sudah tak terjadi apa-apa.
Menyapaku seperti hari itu pun jarang. Hanya saja dulu memang otakku
terkontaminasi oleh bakteri jadi aku menganggap semua itu hanya karna Aidan
menyukaiku.
Ahh, hatinya terasa kosong kembali. Dulu hanya reyhan yang menjadi
penyemangat untuk sekolah dan belajar. Sekarang hatinya kosong, dan terasa
membosankan seperti dulu lagi.

"Hai kecil" Kalian bisa menebaknya bukan ?

"hai otak kera" sahutku cuek.

"Lo otak udang, ngira Aidan bakal menembak lo. Ternyata hanya nganggap lo
sahabat. Bodoh sekali,"

Ucapan Farel terhenti. Karna aku telah menendang "harta karun" miliknya,
dan sekarang dia mengaduh dan memegang "harta karun" nya.

"Rasakan itu manusia bermulut kodok!"

Lalu aku berlari karena dia mengejarku. Ya setidaknya ada Daniel yang
menemani hari-harinya. Tapi sikap teman-temanku tak seperti biasanya. Ketika
mereka ngumpul dan aku ikut bergabung, mereka membubarkan diri. Hanya Sarah
yang selalu menemaniku jika ingin mengobrol. Dan itupun sifatnya juga sedikit aneh.

Terutama pada sifat Ghea. Jika aku lewat didepannya,dia akan menyindirku
seperti
"duhh temen kok makan temen" sungguh aku lebih tertarik untuk memakan es
cream. Atau seperti, "munafik banget deh,"

Aku tak mengerti apa masalahku pada Ghea. Dan suatu hari, karna aku tak
tahan dengan sikapnya akupun mengajaknya berbicara 4 mata.

“Ghea,” panggilku.

"Apa sih? Cepetan dong ngomongnya jangan pake basa-basi." Basi? Ya, aku
ingin sekali menyumpal mulutmu dengan nasi basi.

"Kamu ada masalah denganku?" jawabku tenang. Atau lebih di sebut menahan
emosi.

"Eh Hana! Kamu seharusnya kamu sadar! Kamu udah nusuk aku dari
belakang dan sekarang kamu nanya padaku, apa salahmu? Semunafik itukah dirimu
han?" emosi Ghea langsung meledak disertai air mata.

"Aku memang tak tau apa kesalahanku, maka dari itu aku nanya sama kamu."

"FAREL PUTUSIN AKU DISAAT PULANG DARI CAFE ITU HANA!!!!"


dan tangis Ghea pun pecah.

14 -
"Huwaaaaaa... aku tak tau apa salahku padanya... hiks hiks, kenapa dia tega
memutuskanku pada malam itu huuuu"

"Lalu, kenapa kau marah padaku yan ?" aku masih tak mengerti

"KARNA DIA MENGKHAWATIRKANMU! KAU YANG DITOLAK


MENTAH-MENTAH OLEH AIDAN DAN AKU TAU PADA SAAT ITU KAU
INGIN MENANGIS! DAN FAREL KHAWATIR PADAMU! YA KHAWATIR!"

Farel? Khawatir? Padaku ?!

Aku langsung memeluk Ghea yang sedang menangis hingga ingusnya


berceceran dimana-mana. Semula aku ragu, Ghea akan menerima pelukanku atau
menolaknya. Namun Ghea malah balik memelukku dan menangis sejadi-jadinya.
Ntah angin apa yang datang, tiba-tiba aku ikut menangis dan aku akui kita berdua
sudah seperti acara termehek-mehek yang berkisah 2 saudara yang dipisahkan oleh
orang tua dan kini dipertemukan kembali.

"Hana"

"Huks hiks, huuu aphah ? huks"

"Ingusmu menjijikkan."

"Ingusmu juga menjijikkan Ghe, beneran,"

Lalu kami berdua pun tertawa seperti orang sinting.

"Hana..." sapa Aidan.

Tuhan, jangan dia lagi kumohon...

"Apa?" jawabku sambil mengelap ingus yang berceceran.

"Hari ini kamu ulang tahun ya? Selamat ulang tahun kambing! Semoga
panjang umur, sehat selalu, dan apa yang diinginkan tercapai!"

Aku? Ulang tahun? Bahkan aku melupakan hari ulang tahunku !

"Ah, terima kasih atas ucapannya."jujur dinding move on ku seketika runtuh.

"Iya, sama-sama hana" senyum manis pun mengembang diwajah Aidan.


Andai aja kamu tau Aidan, bahwa aku ingin hubungan lebih dari sekedar sahabat.

Ah, aku melupakkan niat untuk pergi menemui Farel. Lelaki itu sudah lama
aku tidak menemuinya.

Ketika aku mencari kekelasnya, Farel tidak ada disana. Kucari ke kantin, tidak
ada. Farel, where are you?

15 -
5
Ya semenjak kejadian aku menendang harta karunnya, dia jarang sekali kelihatan.
Tuhan, apakah aku sudah keterlaluan ? Aku kemudian diseret oleh kakak kelas
berbadan besar dan kekar. Ingin berteriak rasanya tak bisa karena tangan menjijikkan
itu telah membekap mulutku.

Ada apa ini? Apakah diriku sedang diculik? Namun untuk apa ?

"HEI LEPASKAN!!" aku berteriak dan meronta-ronta.

Tetapi badan besar dan keras seperti batu itu tak sama sekali merespon
kesakitan atau kesulitan membawaku. Aku ingin menggigit tangannya. Tapi Tuhan,
tangan yang penuh bakteri jahat itu sangat menjijikkan.

Aku hanya bisa berdoa. Tuhan.. kirimkan malaikatmu untuk


menyelamatkanku. Lalu aku dimasukkan ke dalam gudang dan di sana ternyata ada
Farel dan teman-teman gengnya sedang berdiri membawa kue tart yang diatasnya
terdapat lilin berangka 17.

HAPPY BIRTHDAY HANA KAMBING!

Aku lalu menjatuhkan diri kelantai. Perasaan lega bercampur dengan perasaan
senang dan bisa kulihat senyum lebar Farel.

"Hana, selamat ulang tahun," ucap Farel tak luput dengan senyumnya yang
mempesona.

"Terima kasih banyak, Farel" kupersembahkan senyuman paling manis yang


aku punya.

"sudah kalian jangan terlalu banyak berdrama, Hana, tiup lilinnya lalu bagikan
kuenya pada kita. Kita sudah lapar" seru Ghea.

Kutiup lilinnya dan sungguh aku sama sekali tak dapat mencicipi kue tart itu.
Karna Ghea dan yang lainnya sudah menyiapkan sendok sendiri-sendiri. Namun tak
masalah bagiku. Karna Farel memberikan sebuh kado padaku. Buku diary yang
bergambar kambing memang seperti menghinaku. Tapi aku bersyukur. Karna Farel
memberikan semua ini untukku dengan tulus.

Pulang sekolah,aku naik motor dengan Farel. Mungkin Farel menyadari


tingkahku yang sedari tadi hanya senyum-senyum sendiri.

"Senang Hana?" ucap Farel mengawali pembicaraan.

"Iya, sangat senang!" aku menjawabnya dengan semangat.

"Hana, apa artinya gue bagi lo?" Apakah arti Farel bagiku?

16 -
"Kenapa lo tiba-tiba nanya ke gue?"

"Sudahlah lupakan saja,"

"Lo udah gue anggap sahabat terbaik gue. Karna lo selalu ada disaat gue
butuh." ucapku tulus.

Farel terdiam. Atau lebih dikatakan membeku mendengar ucapanku.

"Sahabat?" sambil memperlihatkan senyum sinisnya padaku.

Esoknya aku berangkat sekolah sendiri. Karena Daniel menelponnya kemarin


malam,bahwa dia besok tidak bisa sekolah karena sakit. Ah, makhluk bodoh itu bisa
sakit juga ya.

"Panggilan kepada Hana Samantha agar segera datang menghadap Bu Lina,


terima kasih."

Aku mengerut dahiku keras. Ada masalah apa aku dengan Bu Lina? Bukankah
tugas ulangan fisika ku sudah selesai? Apakah nilai ulanganku masih jelek?

"Permisi bu, ada yang bisa dibantu ?" ucapku. Masih tak bisa kusembunyikan
nada kesal di mulutku ini.

"Hana, kamu tau kenapa kamu dipanggil kesini ?" sahut bu lina.

"Tidak bu" Firasatku tidak enak.

"NILAI ULANGAN FISIKA MU SELALU TIDAK NAIK DARI ANGKA 5


HANA !!" ucap bu Lina yang memang terkenal cerewet itu.

"maaf bu Lina, saya begitu karena tak suka pelajaran fisika ,dan tak mengerti
dengan semua apa yang ibu terangkan." ya, setidaknya ku sudah berkata jujur.

Bisa kulihat suasana hati bu lina sedang tak baik. Namun sepertinya dia bisa
mengendalikan emosinya itu.

"Baiklah Hana, tapi maafkan ibu. Kalau kau tak melakukan perbaikan nilai
pada saat ulangan harian besok, ibu tak akan lagi membantumu untuk memeberikan
nilai 7 untukmu."

"Baiklah bu, berapa standar nilai yang aku harus dapatkan?" sungguh aku
ingin segera pergi dari sini.

"Kalau saja nilaimu pernah sekali saja naik dari angka 5 ibu akan memberikan
standar nilai 7,5. Namun karna nilaimu yang memburuk dan membuat ibu mual, kamu
harus bisa mencapai standar nilai yaitu nilai 80."

"Bagaimana, Hana? Bukankah itu gampang? Karna untuk mendapatkan nilai


100 kamu memang tidak mampu," lanjut bu lina.

17 -
"Baiklah, bu."

Ketika aku keluar dari kantor guru, ternyata Aidan sudah berdiri didepan
ruangan. Apakah dia menungguku?

"Kenapa kamu tadi dipanggil hana ?" tanya Aidan. Kuceritakan semua tentang
nilai burukku itu yang katanya membuat mual bu Lina. Ya jujur saja, aku sedikit malu
untuk menceritakannya.

"Hm.. begitu ya. Untuk orang yang berotak bodoh sepertimu memang sulit ya
untuk mendapatkan nilai 80." Ah, aku lupa Aidan si otak jenius ini memang sudah
sepantasnya berkata seperti itu, membuatku ingin menukar otakku dengan otaknya.

"Yah, begitulah." sahutku lemas. Atau lebih disebut pasrah.

"Kalau kamu mau kau bisa kerumahku nanti, untuk belajar bersama."

Apakah aku sedang bermimpi? kerumah Aidan? ahhh aku mau sekali!

"Jadi gimana? Mau?" tentu aku pasti mau!

"Ya sudah kalau tidak mau!" Aidan langsung bergegas meninggalkanku.

"Eh, tunggu dulu Aidan, bukannya aku gamau. Ehm, baiklah aku mau." Ya
walaupun tidak seperti drama sinetron yang penting aku bisa belajar bersama dengan
Aidan.

"Ok, nanti jam 4 sore kerumahku ya, jam segitu hanya ada aku dan mamaku."

"Ok" mama Aidan? Seperti apa ya wajahnya? Apakah mirip seperti Aidan
yang imut?

Pulang sekolah aku langsung memasuki kamar dan menelpon Farel.

"Halo?" suara Farel terdengar sangat lemas. Kasian sekali lelaki itu.

"Halo Farel? Lo ga pura-pura sakit kan biar bisa bolos sekolah? Sebaiknya
persiapkan diri lo karna besok gue bakal nampar lo dan lo bakal sakit betulan."

"Hei kecil, gue lagi serius, kata lo gue sahabat lo? bukannnya sahabat khawatir
dan menjenguk sahabatnya yang sedang sakit? jadi kalau lo sebagai sahabat yang
baik, kapan lo jenguk gue?”

"Besok gue bakal kerumah lo, sms aja alamat rumah lo. Oh iya gue punya
kabar gembira dan lo pasti gaakan percaya,"

"Kalo selama ini lo seekor kambing? Ya gue percayalah,"

"Bukan itu, ini tentang Aidan,"

18 -
"Oh..”

"Ya, Aidan ngajak gue belajar bersama dirumahnya nanti sore dan gue senang
banget rasanya kaya mimpi, apa Aidan peduli sama gue ya Rel? Wah, kaya pasangan
kekasih -"

"Dia bantu lo karna lo bodoh." Ada apa dengan Farel? Kenapa dia gabisa
ngeliat aku bahagia?

"Hei, apa maksud lo ngomong kaya gitu? Lo ga senang ngeliat gue senang?
Kalau sahabat yang baik, pasti mereka akan senang jika-" "berarti aku bukan
sahabatmu lagi." sambungan telepon terputus.

Apa-apaan Farel ngomong seperti itu?! Dasar manusia kepala batu!

Huft, sudahlah jangan pedulikan itu, yang harus aku pikirkan adalah
bagaimana nanti jika aku dan Aidanbelajar bersama. Seperti sinetron di tv bukan sih?

Sudah jam 4 tepat dan aku sudah berada dirumah Aidan. Rumah yang
sederhana namun kelihatan damai seperti menghipnotisku dan membuat hatiku
menjadi hangat.

"Ayo masuk, didalam sudah ada mamaku yang sedang menyiapkan camilan
untuk kita nanti.” ucap Aidan seraya mempersilahkanku untuk masuk.

"Eh iya." Hwaaa jantungku tidak bisa berhenti berdegup kencang. Aku takut
sampai-sampai bunyi detak jantungku kedengaran ditelinga Aidan.

"Hai, kamu pasti namanya Hana kan? Saya mamanya Aidan, ayo, silahkan
duduk, tante mau bawain camilan untuk kalian belajar nanti." sapa mamanya Aidan
ramah. Hwaaa wajahnya hampir sama keimutannya, bahkan aku yang lebih muda
takut tersaingi akan keimutannya.
"Iya,terima kasih tante." Sahutku ramah. Walaupun sikapku sering kasar,tapi
aku juga bisa bersikap ramah.

"Ayo, keluarin buku latihan fisika sambil menunggu mamaku keluar dari
dapur, lebih baik aku memberikanmu soal-soal untuk kamu kerjakan." kata Aidan.

Aku segera menuruti perintah Aidan. Ku keluarkan buku-buku ku yang


berwarna pink. Gini-gini, aku juga masih ada jiwa feminim.

Setelah menerima latihan soal dari Aidan, aku tak bisa menjaga sikapku.

Hwaaa fisika mengapa kau begitu menyebalkan?! Jujur aku tak mengerti fisika
dari awal semester. Dan ini sudah mendekati kelulusan! Yahh, sekarang aku
menyadari betapa bodohnya diriku.

"Kertas jawabanmu masih kosong, ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya
Aidan.

19 -
"Ada, jelaskan semua pelajaran fisika mulai dari semester pertama." segera
kubuang jauh-jauh rasa maluku. Ya, aku harus berjuang!

"Dari awal? Semester satu? Atau dari awal kelas sepuluh?"

“Gila aja, tidaklah. Dari semester satu aja,” kuambil kembali rasa maluku yang
kubuang tadi. Sungguh aku malu sekali.

"Ok, baiklah tapi kamu harus cepat mengerti, aku tak ingin mengulangi yang
kedua kalinya,"

"Baiklah!" sahutku penuh semangat. Atau lebih disebut takut akan keganasan
Aidan. Lelaki ini sangat serius akan pelajaran fisika. Lalu Aidan menjelaskan A
sampai Z. Entah karna kekuatan cinta atau diriku memang sedang serius. Semua
terbaris rapi diotakku dan benar saja, ketika diberikan soal oleh Aidan, aku bisa
menjawabnya dengan lancar.

"Kamu orangnya cepat menangkap juga ya," entah itu pujian atau penghinaan,
aku tetap saja merasa dipuji oleh Aidan.

"Kamu tau, didunia pararel aku itu orang yang berotak jenius," Aidan tertawa
lalu mengelus kepalaku pelan. Hah? Dielus Aidan?! Rasanya seperti di sinetron!

"Camilan sudah siap! Loh, sudah selesai belajarnya? Cepat sekali," seru mama
Aidan yang membuat elusan itu terlepas.

"Silahkan makan dulu kue buatan tante. Eh sudah ya tante ke belakang dulu."

Pudding coklat yang dihias oleh fla vanilla dan segelas jus jeruk terlihat
menggoda dimataku.

"Silahkan dimakan Hana, jangan sungkan-sungkan," Aidan lalu memakan


pudding buatan mamanya itu.

1 suapan sudah berada di mulutku. Rasa yang enak, lezat, gurih, meleleh
didalam mulutku. Aku segera menahan keinginanku untuk ber "uwoohhh"
karena itu pasti akan memalukan. Aku lalu memakan puding itu dengan gaya elegan.
Sumpah aku ingin sekali memakan kue itu seperti kambing ternak.

"Hana" kata Aidan mengganggu drama gaya makanku yang menawan.

“Hm?”

"Ada hubungan apa kamu dengan Farel?" Tanya reyhan pelan.

"Hanya sekedar sahabat tak lebih." Percayalah Aidan, hatiku ini hanya
untukmu seorang.

"Oh begitu ya, kukira kalian berpacaran. Sekarang aku bisa lebih tenang"

20 -
"Sekarang aku bisa lebih tenang" apa maksudnya itu?

"Ah, aku harus segera pulang." Rencanaku sekarang adalah mampir ke


supermarket terdekat lalu membeli buah-buahan untuk membawakan kerumah Farel
yang sedang sakit.

"Perlu aku antar?" sungguh ingin ! tapi tak enak juga aku menyuruhnya
mampir kesupermarket

"tidak, aku akan segera pulang kerumah, mamaku tadi mengSMS bahwa aku
harus mengusir binatang-binatang menjijikkan di bawah ranjangku." Sungguh alasan
yang tak masuk akal.

Tapi nampaknya Aidan percaya-percaya saja. Setelah berpamitan dengan


mamanya reyhan, aku langsung menuju ke supermarket terdekat. Tapi apakah
perkataan Farel tentang "berarti gue bukan sahabat lo lagi" ?

"Mungkin Farel sedang tak enak badan." Gumamku menghibur diri.

Setelah selesai membeli buah-buahan untuk Farel, hari sudah mulai gelap. Dan
aku jalan sendirian dengan perasaan takut. Dan juga aku harus melewati gang sepi
yang hanya ditumbuhi semak-semak belukar. Lalu mataku menangkap gerakan dari
semak-semak dibelakangku. Dengan masih membeku karena takut, aku mencoba
menoleh ke belakang. Sungguh kaget luar biasa karena didalam semak-semak itu
menyembul kepala Farel dan wajahnya yang kotor seperti sedang berkelahi dengan
belut disawah.

Aku lalu mendekatinya "Lo lagi ngapain, Farel? Kenapa lo bertingkah konyol
seperti ini?"

"Gue lagi jalanin misi penting FBI tau!"

"FBI kakimu! Sudahlah selesaikan drama ini dengan cepat, bukannya lo juga
lagi sakit ?"

"Gue lagi nyelamatin anak kucing. Lihat ini" Farel lalu mengeluarkan
tubuhnya dan astaga. Farel sedang memeluk anak kucing berwarna putih bersih.
Sepertinya anak kucing ini ditinggal oleh induknya.

"Whaaa lucu sekali Farel!" Jujur aku sangat menyukai makhluk bernama
kucing!

"Iya, gue mau pelihara kucing ini."

"Hm, begitu, oh ya kebetulan gue baru pengen mampir ketempat lo.


Sebenarnya sih mau jenguk lo, tapi gue liat lo sudah sehat, jadi lebih baik gue makan
aja buah-buahan ini."

21 -
6
Selama perjalanan aku asyik mengobrol dengan Farel. Ya aku akui jika
mengobrol dengannya rasanya mengasyikan tak seperti Aidan, aku tak canggung
untuk menceritakan bahwa bagaimana kemarin dirinya yang sepertinya sedang
mengalami gangguan pencernaan sehingga bolak-balik ke kamar kecil.

Tak kusangka seorang Farel tinggal sendiri di apartemen yang sederhana.

"Silahkan masuk. Maaf jika agak sedikit berantakan." ajak Farel.

Sungguh kamar anak lelaki sejati. Sampah berserakan dimana-mana meja


belajar yang sepertinya lebih pantas disebut meja sampah. Kasur yang penuh dengan
tumpukkan baju. Lalu bagaimana cara Farel tidur jika kasurnya penuh dengan pakaian
itu?

"INI YANG LO BILANG SEDIKIT?!" teriakku. "AYO KITA


BERSIHKAANN!!"

Kuterus mengomel pada Farel akan kejorokkanya ini. Dan berulang kali dia
mengatakan bahwa,inilah kamar anak lelaki sejati. "Sejati gigimu!" dan hanya itu
yang kuucapkan jika Farel berkata seperti itu.

Ruangan depan sudah bersih. Tinggal dapur dan kamar mandi. Aku berdoa
kepada tuhan. Semoga keadaan dapurnya tak lebih parah dari ruangan depan. Dan
ternyata Tuhan memang sangat baik kepadaku. Ruangan didepan jauh jauhh lebih
baik daripada didapur. Sungguh lebih mirip tempat sampah. Bahkan jauh lebih baik
tempat sampah daripada dapur Farel ini.

Bayangkan saja, tempat menyuci piringnya saja tersumbat akibat sampah dari
sisa-sisa makanan yang terus ditumpuk oleh Farel. Kubersihkan dengan diam. Karena
Daniel melihat aura iblis yang keluar dari tubuhku.

"Haaaahh, selesai juga membersihkan tempat sampah ini." Aku terduduk


lemas dan bercucuran keringat akibat melawan bau tak sedap yang ada di kamar
mandi Farel.

"Sudahlah berhenti mengomel. Lo mau mie ramen juga? Biar gue buatin juga"

Mie ramen? Tidak! Itu tidak baik untuk orang sakit!

"Tidak, gue gaakan makan mie dan lo juga gaakan!" dasar otak kera, mana
bisa aku membiarkan dirinya yang sedang sakit memakan mie instan dan
membuatnya semakin bodoh?

"Lalu kita akan makan apa ?" tanya Farell kesal. Mungkin besok ia tak akan
membiarkanku memasuki mansionnya lagi.

22 -
"Kau ada telur? Biar gue masakkin omlete untuk lo, itu jauh lebih bergizi
daripada mie instan busuk itu,"

Lalu aku memasakkan omlete untuk Farel. Dan untukku sendiri. Jangan
meremehkan soal teknik memasakku, aku termasuk orang yang jago dalam hal
masak-memasak. Ya dalam hal memasak telur saja.

Ketika makanan sudah siap, aku memakannya dimeja kecil bersama Farel.

"Dengan tampang seperti kambing lo itu gue agak terkejut ternyata lo bisa
masak."

"Itu pujian atau penghinaan Farel?" sungguh manusia ini tak punya kosa kata
yang mengandung unsur pujian sama sekali.

"Pujian Hana," senyum Farel makin melebar ketika aku pura-pura merajuk.

"Ah, kucing itu, mau lo kasi nama apa Farel?" kucing itu sedang tertidur
dipangkuan Farel.

"Hmm, mungkin bakal gue kasi nama Hanaa, "

"Lo harus mati dulu !" ucapku kasar yang kemudian disusul gelak tawa dari
Daniel.

Selesai makan, ketika Farel sedang mencuci piring, perhatianku tertuju pada
bingkai foto. Foto anak laki-laki dan disebelahnya ada anak perempuan yang
memakai jepit kupu-kupu disamping poninya. Jepit kupu-kupu? Tunggu dulu, jepit itu
sama dengan jepit yang kupakai biasanya dan wajahnya juga mirip denganku?

"Gue udah selesai nyuci piring, ayo kita minum teh-" kata-kata Farel langsung
terhenti. Ketika ku menoleh padanya, Farel kembali mengeluarkan wajah dingin dan
membeku. Menatapku tajam.

"I in- ini siapa Farel?" tanyaku gugup sambil menunjuk anak perempuan
difoto itu.

"Menurut lo, itu siapa?" tatapan dingin Farel seakan menyuruhnya mengingat
sesuatu. Sungguh aku tak ingat apapun.

"Mungkin itu adikmu?" bodoh! Aku bahkan tak tau bahwa Farel mempunyai
adik atau tidak.

"Gue anak tunggal Hana. Lo ga ingat?" jawab Farel penuh misteri.

"Gue gapernah ingat. Bahkan kita baru saja bertemu. Gue juga baru pindah
dari kota ini karena gue sekolah disini."

"Begitu? Hana lo bisa segera pulang ga? Gue mau tidur dan berangkat sekolah
besok." Apakah itu artinya mengusirku?

23 -
"Okelah, sampai jumpa besok, Farel."

Aku masih belum puas dan masih ingin bertanya siapa anak perempuan itu?
Wajahnya tak mirip denganku, tapi jepit kupu-kupu itu sama persis seperti jepit kupu-
kupu milikku. Jepit itu aku temukan saat aku pindah rumah dari rumah kakekku
kerumah orangtua angkatku. Tapi aku tak pernah tau asal muasal dari jepit itu.

Sesampainya dirumah, zku segera merebahkan badanku kekasur. Ah, empuk


sekali. Beban dikepalaku seperti tiba-tiba menghilang. Saat mataku menatap langit-
langit kamarku,ada seekor kecoak yang merayap memasuki kolong tempat tidurku.
Aku pribadi yang suka gelisah akan masalah kecil. Jadi jika kecoak itu belum keluar
dari kamarnya,aku tak akan bisa tidur dengan tenang.

"Kecoak yang manis, jika aku menemukanmu, kamu besok tak akan melihat
matahari lagi."

Aku segera mengambil lampu senter dan memakaikan sarung tangan berwarna
hitam untuk melawan kecoak busuk itu.

Ya, tak ada 5 menit kecoak itu menyerah padaku. Kecoak itu lalu keluar dari
kamarnya. Tapi aku menemukan 2 kardus besar yang aku sama sekali tak ingat pernah
menaruhnya disana. 1 nya berwarna pink dan 1 nya lagi berwarna cokelat. Ku ambil
lalu kubersihkan kardus besar yang berwarna cokelat.

"Ukh berdebu.."

Setelah kubersihkan kardus itu aku lalu mengamati kardus aneh ini. Tertutup
rapi. Seolah tak ada yang ingin membukanya. Tanpa basa basi lagi kubuka kardus
cokelat itu.

"Astaga..."

Isinya adalah baju-baju pada waktu aku masih kecil. Lalu 4 tumpuk album
foto lama. Aku membuka album pertama yang diberi aromantic story about serena
"Hana Friends". Ya, aku mulai mengingat masa kecilku dulu. Saat lebaran bersama
mama dan papa. Dan aku baru ingat kalau aku anak tunggal! Padahal dulu aku selalu
berharap seorang kakak atau adik datang setelah kecelakaan itu. Lalu saat aku Taman
kanak-kanak dan saat itu aku masih kuncir 2 dan masih imut sekali. Lalu saat aku
berulang tahun yang ke-5 tahun, dan ASTAGA!

Ada fotoku bersama anak laki-laki yang tak asing. Ya! Foto yang kulihat
waktu di mansion Farel!

Ketika umurku 5 tahun, aku dan sekeluarga pindah rumah yang dekat dengan
taman kanak-kanak tempatku bersekolah. Dan disamping rumahku, aku berkenalan
dengan anak laki-laki berwajah tampan. Akhirnya kami masuk sekolah bersama dan
akhirnya kami mulai bersahabat. Dan setelah lulus Taman kanak-kanak kami bersama
lagi saat masuk sekolah dasar dan kami sekarang sudah kelas 6 SD.

24 -
7
"HANA, JANGAN CEPAT-CEPAT LARINYA!"

Aku berlari kecil mengitari taman kecil didekat rumahku.

"Ayo cepat!" ucapku sambil terus berlari. Akhirnya setelah puas berlari
mengitari taman mini ini aku langsung duduk di dahan pohon yang sudah tumbang.

Lalu kami mengukir nama kami masing-masing dan kami berkata "HANA
DAN FARE; SAHABAT SELAMANYA!"

Selesai mengucapkan janji,kami berdua mulai memandangi wajah 1 sama lain


sambil tersenyum.

"Hana, aku suka padamu." Kata Farel sambil tersenyum kepadaku.

Aku membalas senyumannya."Aku juga Farel. Dan selamanya akan begitu."

Akhirnya aku ingat semuanya. Rasa mual dan pusing datang menyerangku.

Jadi, Farel menyusulku kesini ?!

Ya tentu saja ia sekarang ingat semuanya. Walau tidak hampir semuanya,


tetapi aku sudah ingat saat-saat bersama dengan Farel yang ternyata teman masa
kecilku. Dan aku ingat bagaimana aku mendapatkan jepit kupu-kupu itu. Itu pada saat
aku ulang tahun yang ke-10. Waktu itu, Farel membawaku ke taman dan langsung
menjepitkan rambutku dengan jepit kupu-kupu itu.

"Dan dia tak memberi tauku." Desisku dengan malu. Betapa bodohnya dia
yang tak ingat daniel. Teman masa kecilnya sekaligus CINTA PERTAMANYA!

***

Hari ini aku sedikit tak enak badan. Kuputuskan untuk berolahraga pagi, untuk
membuang bakteri-bakteri busuk dibadanku.

Dan brughh!!

"Maaf ya kak, aku tak sengaja, aku gak liat-" aku lalu mendongakkan kepala.
Melihat gadis ini dengan seksama.

"Iya, tidak apa.." katanya dengan suara lembut.

Hwaaaa wajahnya yang mungil, badan yang tinggi kulit kuning langsat dan
body yang seperti Barbie tentu saja parasnya juga cantik.

"Permisi, namaku intan. Kamu tau dimana SMA bangsa harapan?" tanyanya.
Kututup mulutku yang menganga saking kagumnya.

25 -
"Ehh itu, masih jauh dari sini." jelasku.

"Aku akan bersekolah disana besok." katanya.

"Hah?!" teriakku kencang hingga orang menoleh kepadaku. Orang-orang


seperti mengira aku sedang bermain topeng monyet.

"K-kn-kenapa ?"

"A-aku bersekolah disana juga..."

Tunggu dulu. Bukankah aku ingin ke mall? Kenapa aku malah mengantarkan
intan ke sekolah?

"Maaf merepotkanmu, Hana."

"Iya tak apa."

Intan tersenyum kepadaku. Senyum yag memperlihatkan gigi yang


menyilaukan hati. Hwaaa immuttt sekali!

"Semoga kita bisa bersahabat ya, Hana.." katanya sambil melambaikan tangan.
Bersahabat dengan malaikat cantik seperti itu? Tentu saja mau!

Esoknya sekolah SMA bangsa harapan gempar. Seluruh siswa dan siswi
sedang berkumpul dikelasku. Sedang apa mereka dikelasku? Kelas seperti kandang
sapi apakah seistimewa itu dilihat oleh banyak orang?

"Hwaaaa makin banyak saja malaikat disekolah ini." Kata perempuan yang
berteriak seperti psikopat.

"Pertama Farel, kedua Aidan, dan ini dia malaikat perempuannya. Intan."
Sahut teman perempuan itu.

Intan yang kemarin? Dikelasku? Malaikat seperti itu berada dikandang sapi?!

"Ehm, permisi malaikat keempat mau lewat." Teriakku memecah keriuhan


orang-orang sinting itu.

Hening.

Mereka memberiku celah untuk lewat. Ya tentu saja diiringi sorakan


menjijikkan. Ahh aku menyesal mengatakannya. Pasti dia akan mendapatkan sindiran
dan cibiran dari segelintir orang-orang bermulut gosip. Tapi aku berusaha untuk tidak
memperdulikan itu.

Aku langsung duduk dibangkuku.

"Itu hana yang mengaku-ngaku malaikat keempat ?!" kata perempuan yang
mengerumuni meja intan.

26 -
"Hah,dia hanya beruntung saja bisa dekat dengan Farel dan Aidan. Tapi kali
ini pasti akan hancur. Karena sudah ada intan. Hana mah pasti tak akan dapat
kesempatan lagi." Benarkah itu? Apakah Aidan dan Farel akan pergi menjauh dari
kehidupanku?

Aku menunduk. Bukan karena malu atau apa. Hanya memikirkan perkataan
dari mulut yang ingin kujahit itu.

"Kurasa, memang benar Hana malaikat keempat itu."

Aku menoleh kepada intan. Apakah telingaku tak salah menangkap ? benarkah
intan yang berkata seperti itu? Tapi sepertinya aku tak salah. Semua anak dikelas
menoleh pada intan. Intan memasang wajah dingin. Seakan membuat seluruh kelas
membeku melihat ekspressinya itu.

"Ah ya, kamu memang benar Intan... wah sudah jam brapa ini? Sudah ya
Intan, aku pergi mencari uban dirambut pak kepsek dulu." Kata perempuan yang
mengatakan hal tadi kepadaku. Perempuan itu segera membubarkan diri karena
melihat ekspressi tidak senang intan. Sungguh alasan yang tidak bermoral.

Ya pada akhirnya mereka yang berkumpul dimeja Intan perlahan-lahan


membubarkan diri dengan alasan yang lebih ngaco. Ada yang beralasan disuruh
mengumpulkan kecoak di kamar mandi perempuan dan lainnya.

"Terima kasih intan.." ucapku lirih.

Intan memandangku dengan tersenyum. "Sama-sama Hana, bukankah kita


sahabat?" katanya sambil tersenyum.

Sahabat?

Aku meresapi kalimat "sahabat" yang diucapkan oleh intan.

***

Intan menatapku tak percaya. Ya aku juga tak percaya aku bisa mengatakan
hal itu.

"baiklah besok aku buatkan kau bekal seperti ini lagi." Kata intan semangat.
Aku tersedak ketika menelan bakso ikan tuna itu.

"ah tidak usah. Aku bisa memakan bakso ini besok."

"jangan ! bakso itu tidak ada gizinya !" gizi matamu ! makananmu lebih
membuatku mati lebih muda !

Aku ingin mengucapkan kata tidak tapi aku melihat tatapan sedih dari intan.

"makananku tidak enak ya..." katanya hampir menangis. Tuhan,cabut


nyawaku.

27 -
Aku hanya terdiam. Apa yang harus aku katakan ? jujur atau bohong ?

Intan langsung menangis kencang. Sontak seluruh penghuni kantin


menghampiri intan.

"hana,tak men-menyukai masakanku.. huewwwwww.. hwaaaaaaa" ceracau


intan dalam tangisnya. Sekejab semua menatapku marah.

"hana ! aku tau kau iri pada intan. Tapi kau jahat sekali !" seru laki-laki
berkumis.

Sungguh aku tak terima mereka mengatakan aku jahat.

"kalian coba saja lihat masakannya !" aku lalu memperlihatkan kotak makanan
intan.

......... hening.

"tetap saja kau tak boleh membiarkan intan menangis hana !" kata Aidan tiba-
tiba. Aku salah dengar kan ?

Semua menoleh pada Aidan. Aidan menatapku seolah aku bersalah. Intan
berhenti menangis dan menatap Aidan. Gehh ?! disini aku korbannya Aidan.

"kau bisa saja menerima makanan dari intan. Intan sudah berbaik hati
membuatkanmu bekal,dan kau tak menghargainya ?" kata Aidan yang direspon
anggukkan kepala tanda setuju dari orang-orang disana.

"a-aku bukannya-"

"kau terima atau tidak Hana ?" hwaaa aku dipojokkan oleh Aidan

"iya aku mau menerimanya. Terima kasih Intan." Ucapku lesu.

Intan yang sedari tadi menatap kagum reyhan,menoleh kearahku sambil


tersenyum.

"iya,terima kasih Hana.. kau memang sahabatku." Aku menganggukan kepala


lemas.

Intan lalu pergi mencuci muka di kamar mandi. Aku bergegas untuk pergi
kekelas.

"Hana." Panggil Aidan.

"Yah ?"

28 -
Aidan mendekatiku sambil menatap tajam.

"Jangan pernah membuat intan menangis. Dia sudah menganggapmu sahabat.


Kau mau berjanji denganku bukan ? kau sahabatku bukan ?" sahabat pantatmu!

Aku menganggukkan kepalaku dengan pasrah. Ahh,mengapa rasanya aku


patah hati berkali-kali ?

Aku berjalan kekelasku lewat jalan yang memutar. Yaitu lewat belakang
sekolah. Aku tak ingin seluruh orang mengetahui diriku menangis karena dimarahi
oleh Aidan.

Tapi aku melihat Farel sedang tertidur di dahan pohon besar dibelakang
sekolah. Ahh lelaki itu,, aku merasa ingin menangis dalam pelukannya.

Aku menghampiri Farel yang masih tengah tertidur.

TES...

Air mataku jatuh tepat di pipi Farel. Farel langsung membuka kedua matanya.

"Hana kau kenapa ?" kata Farel terkejut

Aku tak menjawab. Aku menangis sesegukkan. Tanpa bicara Farel meraihku
dan segera memelukku.

Ya kalian tepat. Aku menangis seperti orang sinting. Dan Farel tetap terdiam.
Seakan membiarkanku menumpahkan semua air mataku.

Ya aku patah hati. Sudah ketebak bahwa reyhan dan intan saling mencintai.
Dan lebih sakitnya aku dipojokkan didepan orang banyak. Ya kesalahan keduaku
adalah

Membiarkan diriku jatuh kecinta yang sama. Setelah puas menangis dalam
pelukan Farel aku menghapus air mata dipipiku.

"Terima kasih Farel." Suaraku serak. Ya karena aku menangis sambil teriak
selama 1 setengah jam.

"Kenapa lagi dengan Aidan otak busuk itu ?" tanya Farel dengan geram.

Aku menceritakan semua yang tadi kualami. Ya tentu dengan sambil


menangis. Perih rasanya. Tak ada yang tau rasanya kecuali aku, Tuhan,dan Farel.

"Dan kau masih menyukainya ?" kata Farell tajam. Apakah aku masih
menyukainya ?

"Ntah,aku tak tau Farel." Aku hendak berdiri untuk mencuci muka. Ya
mukaku yang sudah tak karuan karena air mata + ingus.

29 -
SREETT !!

Farel memegang tanganku. Aku menoleh dan melihat wajah sedihnya.

"Kumohon hana,menyerah. Cukup sudah lelaki brengsek itu melukaimu. Aku


tak ingin melihatmu menangis."

"su-sudah kubilang aku-"

"aku mencintaimu hana. Sungguh.." Aku terkejut. Sungguh sungguh terkejut.


Lalu apa yang harus aku katakan ?

"Maaf,aku.. aku tak bisa,," aku langsung menepis tangan Farel. Aku pergi.
Aku berlari. Tapi.. untuk apa aku berlari ?

Sekencang apapun aku berlari,degup jantungku malah semakin cepat. Aku


berlari sampai ke depan gudang sekolah.

"Intan,tolong jawab perasaanku sekarang." Suara reyhan. Perasaan? apakah


Aidan sudah menyatakan perasaan pada intan ?

"Uhm,maukah menjadi teman dulu ?" tanya intan.

Cukup. Aku tak mau mendengar apapun. Aku pergi menjauh dari gudang
sekolah. Tanpa pikir panjang,aku langsung pulang kerumah. Dan bodohnya
aku,aku lupa membawa tasku pulang. Beruntung aku membawa dompet dan ponselku
di kantong rok.

Aku tak sanggup bertemu dengan Aidan. Dan juga Farel.

Aku berjalan tak tentu arah.

"HANA !"

Seperti suara Farel. Aku harus menyebrang kejalan. Ya harus !

"HANA AWAS !!!!!"

BRUGH CIIIITTTTT. Bus mini tepat didepanku.

Aku mati. Tapi ntah mataku masih bisa terbuka. Jangan-jangan ia didorong
oleh Farel dan Farel yang tertabrak ! ya seperti yang disinetron. Tapi tidak. Benturan
keras itu nyata-nyata telah mengenai dirinya. Bisa kurasakan bau anyir darah dan luka
sobekan yang entah dimana. Rasa sakit itu sirna dan semua menjadi gelap. Aku tak
sadarkan diri.

Aku membuka mataku. Ya dirinya telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Nyeri di
bagian lengan kanannya masih terasa.

30 -
Aku mencoba untuk duduk.

"aww !" rasa pusing langsung menjalar dikepalaku.

"kau tidur saja dulu. Istirahatkan dirimu." Farel menyuruhku tidur. Aku
langsung terkaget. Tuhan,kau menciptakan makhluk ini dari apa ? mengapa dia
seperti hantu yang selalu mengagetkanku ? Aku langsung teringat kejadian sebelum
kecelakaan terjadi. Hwaaaa aku tak bisa menatap wajah Farel.

"Hana."

"Y-ya ?" aku tak menoleh padanya. Entah mengapa sejak Farel menyatakan
perasaan padanya,ia jadi merasa takut untuk berhadapan dengan Farel. Menatap
matanya lebih dari 3 detik pun rasanya tak sanggup.

"Lupakkan semua yang aku katakan." Apa ? Aku langsung menatap bingung
pada Farel. Apa maksudnya ?

"Hmm begitu ? aku juga tak menganggap pernyataanmu itu sungguhan kok.
Kau bisa pergi ? kau tau pintu keluar bukan ?" ya lebih baik begini. Aku tak boleh
jujur pada perasaanku sendiri.

Farel menghela nafas kecewa. Kecewa ? Farel membuka pintu kamar lalu
menghilang. Tuhan,mengapa hatiku terasa begitu menyakitkan ?
Besoknya aku sudah diperbolehkan pulang. Dirumah sudah ada Sarah yang
menungguku.

"HANA !! KAU BODOH ATAU GIMANA ? KENAPA SAMPAI BISA


DITABRAK OLEH BIS ?!" Sarah malah mengomel padaku.

"mana ku tau ?! ini semua karena perkataan Farel.." ups kelepasan Aku
langsung bergegas menuju kekamarku.

Ya sudah ku prediksi, Sarah pasti akan terus menerus menanyakan apa yang
dikatakan Farel.

"Hwaaaa,baiklah aku akan cerita ! dengarkan baik-baik !" kuceritakan


semuanya dari A sampai Z.

"Tapi hana, Farel yang kukenal bukan tipe seperti itu." Kata Sarah ragu.

"Hey,dia bilang sendiri padaku. Bahwa dia hanya MEMPERMAINKANKU !"

"Tapi kau bilang,kau merasa sakit hati bukan ?" tanya Sarah.

Sakit hati ? ya aku memang merasakannya. Bahkan nyeri di lengannya mampu


dikalahkan oleh rasa sakit hatinya.

"ya....”

31 -
Sarah menatapku seeolah mengetahui sesuatu.

"Kau senang Ghea dekat dengan Farel?" Pertanyaan macam apa ini?

"Ti...dak" jawaban macam apa ini?

Sarah tersenyum. Senyum psikopat yang sedang ingin mempermainkan


mangsanya.

"Itu artinya.."

"Apa ?" tanyaku memotong.

"Kau mencintainya." Lanjut Sarah yakin. Aku melongo mendengarkan


pernyataan Sarah tadi.

"Geehh,, aku ? pada Farel ? tidak tidak tidak akan mungkin” bantahku dengan
frustasi. Sarah menatapku geli.

"Well,itulah yang sebenarnya terjadi Hana." "Buktinya apa ?!"

"Kau bisa menatap wajah Farel selama 5 menit? Atau 3 detik?" tanya yeshika.

Aku kembali berfikir tentang dirumah sakit. Ya dia memang tak bisa menatap
wajah Farel lama-lama.

"Tiiidak." Hwaaa malu sekali aku. Sarah tersenyum penuh kemenangan.

"Hana sayang,aku yakin beribu-ribu persen,bahwa kau mencintainya."

Sepeninggal Sarah, aku langsung mengurung diri.

Aku ? menyukai Farel ? bahkan aku yakin bahwa aku itu seharusnya
menyukai Aidan. Bukan Farel.

32 -
8
Tiingg!

"Hana, ini aku Intan.. humh anuu begini,aku mau kau menjadi orang pertama
yang tau hal ini."

"Hal tentang apa?"

Tingg!

"Uhm,aku sudah jadian dengan Aidan..."

Tak kubalas sms dari Intan. Sudah cukup! aku tak ingin merasakan cinta lagi!
aku ingin memprotes takdirku Tuhan! Aku menangis. Tangis pilu,kecewa bercampur
aduk. Hingga akhirnya aku tertidur

Esoknya aku berangkat sekolah bersama Sarah. Tentu Farel mungkin tak akan
pernah muncul lagi di hidupnya.

Sesampainya disekolah semua ramai membicarakan tentang Aidan dengan


Intan.

"APA? INTAN BERPACARAN DENGAN AIDAN?!" teriak Sarah tak


percaya.

Aku mengangguk lemah. Dan aku langsung berjalan menuju kelas. Ya


mungkin aku harus menyarankan bu Lina yang kebetulan wali kelasnya untuk
memindahkan tempat duduknya yang terkutuk itu.

"Kyaaa~ dua malaikat akhirnya bersatu." Aku mendengar gossip dari gadis-
gadis dekat kamar mandi. Kelasku memang dekat dengan kamar mandi. Aku
menghentikan langkahku. Jujur,aku bukanlah seseorang yang suka menguping
pembicaraan orang.

"Iya,dan bagaimana dengan Farel yaa ?" sahut temannya lagi satu.

"Mungkin dengan Hana."

"Ah mana mungkin gadis lemot bodoh seperti dia dengan Farel?" siapapun
yang mengatakannya tadi harus ku robek mulutnya. Aku segera menjauhi gossip sesat
itu.

Ya sudah kuduga. Meja intan sudah dipindahkan kesebelah meja Aidan.

"Hana,maaf ya aku memindahkan mejaku seenaknya.. kau tau bukan ini


karena aku-"

33 -
"Ya aku juga akan pindah meja dari sini." Potongku.

Dan dengan cepat aku memindahkan mejaku disamping Sarah.

Aku tak akan lengah kali ini. Tak akan kubiarkan hatiku merasakan jahatnya
cinta lagi.

***

Kini, aku menyadari tentang perasaanku. Ya, aku tak mau terlambat lagi
tentang perasaanku ini ke Farel, seperti perasaanku ke Aidan dulu. Aku menyadari,
aku memang menyukai Aidan. Tapi hanya sekedar menyukai, bukan cinta. Aku sadar
lelaki yang aku cintai adalah Farel

Aku harus menemukan Farel. Aku segera berlari menuju kelas Farel. Ternyata
tidak ada.

"Mencariku Hana ?"

Aku meloncat kaget. Pipiku merona seketika. Ah lelaki ini. Aku memang
sangat mencintainya.

"Aku ingin berbicara kepadamu." Kataku. Daniel mengangkat satu alisnya.

"Berbicara akan hal apa ? kalau kau itu sebenarnya mempunyai buntut ekor 9
seperti di anime jepang ?" Aku menggeleng

"Ini tentang..... per-perasaanku." Ekspressi daniel langsung membeku.

"Ok dimana ?"

"Pulang sekolah dibelakang sekolah."Aku lalu pergi menuju kelasku.


Tuhan,aku sangat mengharapkan cinta ini..

***

Pelajaran B.jepang sama sekali tak masuk diotakku. Ya,aku sedang memikirkan kata-
kata untuk menyatakanya nanti kepada Farel.

"Nah anak-anak,jika kalian ingin menyatakan cinta kepada seseorang katakan


"daisukida" yang artinya aku sangat suka padamu." Kata Irfan sensei. Ah,kenapa aku
harus memikirkan itu ? ya,aku akan menyatakan cinta pada Farel dengan
menggunakan bahasa jepang!

Bel sekolah sudah berbunyi. Pernyataan cinta yang menggebu-gebu sudah


dimulai.

Ketika aku sudah keluar dari kelas Farel telah menungguku disamping pintu
kelas.

34 -
"Ayo." Kata Farel datar. Aku mengekor dibelakang daniel. Hwaa mengapa
diriku bisa semalu ini?

Sesampainya di belakang sekolah. Aku sedang berdoa kepada Tuhan. Ya,ini


pertama kalinya aku menyatakan perasaan kepada laki-laki.

"Hana. Sebelumnya,aku punya sesuatu untuk dibicarakan kepadamu." kata


Farel murung. Aku menatapnya bingung.

"Apa itu Farel?"

"Yang menyebabkan orang tuamu bercerai dulu adalah... papaku."

"Dan yang membuat kalian kecelakaan adalah papaku juga." Sambung Farel
dengan suara lemah.

Aku menatap Farel tak percaya. Kakiku seakan tak mampu menopang
badanku. Seketika aku langsung ambruk ketanah. Farel menopangku dan
mendudukkanku di dahan pohon yang kering.

"Kau membenciku Hana? ya semua kesengsaraanmu dulu karena papaku."


Kata Farel. Wajahnya terlihat sedih.

"Kenapa harus kau Farel?" gumamku sambil menangis.

Farel terdiam. Dari raut wajahnya sepertinya dia sakit sekali ketika melihat
diriku menangis.

Farel mengantarku pulang. Tidak mungkin kan pada saat itu juga aku
menyatakan perasaan ? perasaanku atara kecewa dan sedih.

Sedih karena aku tak mengetahui hal itu dan kecewa karena Farel mengatakan
hal itu pada saat diriku berniat menyatakan perasaan.

"Haruskah sesulit ini Tuhan?" tanyaku didepan jendela dan menatap langit
malam yang sepertinya ikut merasa bersedih.

"Apakah rasanya sesakit ini Tuhan?" ucap Farel di depan pintu rumah Hana
sambil menatap langit yang sama.

Esoknya aku tak masuk sekolah. Aku tak peduli mau aku diberikan alfa oleh
temanku. Untuk saat ini aku tak berani menatap wajah Farel.

"Hana sayang,kamu tidak mau makan ? mama sudah membuatkanmu sup


ayam pangsit untukmu ! cepat buka pintunya sayang."

Aku tak bergeming. Walau perutku protes karena belum diisi bahan bakar
sejak kemarin aku tetap tak ingin bergeming. Rasa kecewa masih menjalar diotakku.

35 -
"Buka saja ma,pintunya tak dikunci." Ya,aku merasa sangat bersalah karena
membuat mama khawatir.

Pintu pun terbuka. Mama datang sambil membawa nampan berisi sup ayam
pangsit kesukaanku dan 1 potong kue bolu coklat. Lengkap dengan segelas orange jus
yang kelihatannya menyegarkan. Selera makanku bangkit. Aku meraih nampan itu
dan meletakkannya dimeja belajarku.

"SELAMAT MAKAAAANN !!"

Aku segera melahap makanan seperti iblis yang kelaparan. Berkali-kali mama
mengingatkanku untuk pelan-pelan,tapi aku tak peduli. Perutku sudah sangat
memprotes.

"Ahhh,enaknyaa... makasi mama sayang" ucapku sambil rebahan di kasur.


Mama menatapku heran.

"Kamu kenapa sih ? sejak kemarin mengurung diri dikamar. Kau bertengkar
dengan Sarah?" tanya mama penasaran. Aku menggeleng.

"Bukan bertengkar dengan Sarah maa.." Kening mama berkerut.

"Lalu? ayo ceritakan kepada mama." Desak mama.

Aku menatap mama ragu. Apakah harus ?

Aku ceritakan semuanya kepada mama. Tampak ekspressi kaget yang terlihat
jelas diwajah mama.

"Hana, mama dan papa mengadopsi mu saat nenek dan kakekmu meninggal.
Dan mama tidak pernah melihat masa lalumu. Dan yang terpenting adalah masa yang
sekarang." Nasihat mama sambil mengelus rambutku dengan lembut.

"Ma,akankah aku berdosa jika menyatakan perasaan kepada Farel?"

"Tidak. Kau yang menjalaninya. Bukan orangtuamu yang dulu dan papa
Farel." Mama berdiri dan membawa nampan dan berkata

"Aemangat hana." Senyuman khas mama membuatku tenang. Ahh,ya.Aku


harus menyatakannya pada Farel. Masa laluku memang sangat kelam dan sengsara
karena papa Farel. Tapi itu tidak masalah. Bukankah aku menjalaninya dengan Farel?
Bukan dengan papanya.

36 -
9
Aku bangun lebih pagi. Aku terlalu bersemangat untuk menyatakan perasaan
cinta yang menggebu-gebu ini. Rasanya sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Wahh, anak mama yang sebentar lagi tak akan menjomblo tuk sekian
kalinya." Kata mamaku mendramatis. Mama berdiri didepan pintu kamarku sambil
tersenyum menggoda. Aku menoleh kearah mama sambil tersenyum lebar.

"Ma, kira-kira Farel akan membalas perasaanku tidak ya ?" sungguh aku takut
sekali jika Farel menolakku.

Mama mengelus rambutku. "Farel sangat sayang padamu. Dia merahasiakan


hal itu karena takut kehilanganmu."

Aku mencium kedua pipi mama sambil berterima kasih.

"Sudah, ayo turun. Sarapan sudah siap."

Saat dimeja makan aku segera mengambil roti tawar dan mengolesinya dengan
selai nanas.

"Aku makan roti sambil jalan aja ya ma !"

Tanpa meminta persetujuan mama aku segera berlari keluar. Sungguh aku tak
bisa menunggu lagi.

Baru kali ini aku menikmati perjalanan menuju sekolah. Aku menghirup udara
yang belum tersentuh asap kendaraan. Kadang aku bersenandung dan menari-nari
kecil sepanjang perjalanan. Akhirnya gerbang sekolah sudah mulai tampak.

Perasaan semangat yang menggebu-gebu mulai bangkit. Dengan semangat aku


berlari menuju sekolah.

Aku segera meletakkan tasku dimeja dan segera berlari mencari Farel.

Aku mencari kekelasnya ternyata kelasnya kosong. Masih tak ada orang. Jadi
aku menunggu didepan kelas Farel sambil terus memikirkan kata-kata untuk
menyatakan perasaan.

"Daisukida" gumamku dengan rona merah dipipi.

Setengah jam,dan hampir mendekati bell masuk Farel masih belum tampak.
Aku memutuskan kembali kekelas dan mengambil ponselku.

“Hana!" Aku menoleh dan ternyata Sarah yang memanggilku.

"Ya ? kenapa kau seperti sedang dikejar alien seperti itu ?"

37 -
Sarah menyeimbangi nafasnya lalu menatapku sedih.

"Hey,ayolah ada apa ?" ucapku tak sabar. Sarah menghela nafas panjang dan
berat.

"Farel... dia..." Aku terus menunggu kata-kata Sarah. Farel kenapa ? jangan
bilang dia sudah ditembak oleh seorang gadis disekolah ini. Ahh apakah aku sudah
terlambat ?

"Farel, pindah dari sekolah dan sekarang sedang pergi menuju jakarta.
Menjemput papanya yang sudah lama dipenjara dan tinggal disana..... selamanya."

Aku segera berlari kekelas dan meraih ponselku. Aku mencoba menghubungi
Farel.

"Angkat Farel kumohon.." dan sialnya sepertinya ponsel Farel sengaja


dimatikan olehnya.

Aku segera berlari dan menembus gerbang sekolah yang sudah ditutup.
Sialnya pak satpam memberhentikannya.

"Untuk apa kau mau keluar ? jam pelajaran sudah dimulai ! cepat kembali
kedalam kelas !!" perintah pak satpam yang terkenal galak disekolah.

"Aku disuruh oleh bu lina untuk membeli nasi bungkus pak !" kalian tau
bukan,aku tak pandai membuat alasan untuk berbohong ?

Pak satpam malah tertawa terbahak-bahak. Apakah nasi bungkus bisa


membuat satpam galak ini tertawa ?

"Kau ingin membodohiku ya ? disekolah ini sudah ada yang bertugas


membelikan makan siang untuk guru. Jadi,alasan bodohmu itu sangat tidak masuk
akal."

Aku tak bisa berkutik. Aku menggigit bibir bawahku dan otakku berputar
mencari alasan.

"Biarkan dia keluar pak. Saya yang menyuruhnya keluar untuk membeli
rokok."

Aku kaget dan langsung menoleh kebelakang.

"I-irfan sensei ?!"

Irfan sensei tersenyum kepadaku. Dan mengedipkan sebelah matanya.

"Tapi pak,sekarang pelajaran sudah dimulai-” "siapa guru disini ? saya atau
bapak ?"

Aku tersenyum lega. Terima kasih Irfan sensei!

38 -
Pak satpam tak bisa mengelak lagi. Pintu gerbang terbuka untuknya. Tanpa
aba-aba,aku segera berlari kencang. Bisa kudengar teriakan irfan sensei yang
mengatakan semangat padaku.

***

Aku segera mengambil koper warna pink kesayanganku.

"Ayo bawa barang yang seperlunya !" perintah Sarah yang lagak nya sudah
seperti ibu tiri yang mengusir anak tirinya.

Aku mengambil 1 T-shirt dan 1 celana jins. Dan 1 set piyama.

"Ingat alat MCK! Charger ponsel! Dompet ! dan botol susu untukmu jika
kangen kepada mamamu. semua harus lengkap! cepatlah Hana!" hey, aku bukan anak
mami.

Semua sudah siap. Hanya tinggal meminta izin kepada mama

"Cepat berangkat ana sayang. Ingat jangan tidur terlalu malam. Jaga dirimu
baik-baik." Seru mama yang menyembul dipintu kamarnya.

Aku mengangguk dan mengekor Sarah yang akan mengantarku kebandara


dengan menggunakan taksi.

Selama perjalanan hening tak ada suara.

"Hana." Panggil Sarah.

"Hm ?"

"Kau yakin keputusanmu benar ?"

Sarah mungkin khawatir jika aku berubah fikiran. Tapi tenang saja. Aku
yakin. Aku sangat,sangat mencintai Farel.

“Yap, aku yakin, sangat yakin." Ucapku mantap. Sarah memandangku dengan
terkejut. Lalu kemudian tersenyum.

"Hwaaa temanku yang satu ini sudah berubah menjadi dewasaa" goda Sarah
ingin menjailiku. Aku menjitak kepalanya.

"Berhenti menganggapku anak kecil!" ucapku pura-pura merajuk.

Sarah tertawa terbahak-bahak dan menular padaku. Ya kami berdua terbahak-


bahak seperti lalat yang sedang reunian. Bahkan aku bisa melihat pak sopir yang
seperti menahan geli mendengar suara tawa kami. Sesampainya dibandara aku segera
bergegas dengan cepat.

"Sar, sekarang jam berapa ?"

39 -
"Jam 6 sore."

Aku segera berlari menuju loket tiket. Tak lama 1 buah tiket pesawat sudah
ada ditanganku. Aku bersiap-siap merapikan koperku. Tetapi aku ragu. Beranikah aku
berharap dan bermain dengan cinta lagi?

Tubuhku terdorong kedepan. Sarah mendorongku bermaksud memberiku


semangat. Aku tersenyum padanya.

"Cepat temukan Farel si kepala kosong itu dan cepat kembali hana." Kata
Sarah yang memelukku.

"Aku akan kembali." Ucapku berjanji.

Aku mendorong koperku dengan semangat. Belum pernah aku mengejar


seseorang hingga seperti ini. Tapi ini memang pantas untuknya.

"SEMANGAT HANA ! KEJARLAH CINTAMU !!!"

Sarah berteriak kencang. Namun aku tak menoleh. Tentu saja aku malu! Aku
kembali menginjakkan kakiku ditempat kelahiranku. Tempat yang selalu ingin
kuhindari. Banyak kenangan pahit dikota ini. Tapi aku mencoba menghapus semua
fikiran-fikiran negative itu.

Aku harus menemukan Farel.

Aku menyetop taksi diseberang. Pertama-tama aku harus mencari daniel


dirumah lamanya. Tentu saja dia tak ingat betul dimana alamatnya. Untung mama dan
papa mencari informasi dan memberikan alamat rumah Farel yag dulu kepadaku.

"Pak! Tolong ke alamat di kertas ini ya." Kataku sembari memberikan secarik
kertas berisikan alamat rumah Farel.

Memang hidup tak mengajarkan kita untuk tidak melihat buku dari
sampulnya. Buktinya, pak sopir ini yang tadi kulihat dari tampangnya yang
baik,ramah,dan terkesan bijaksana. Ternyata jiwa mobil pembalapnya jauh brutal
ketimbang Farel.

Jalanan yang macet pun bisa dilewati oleh pak sopir ini. Aku hanya bisa menahan
suara pekikan kecil yang kalau tak kutahan akan berubah menjadi kata-kata kasar.

"sSdah sampai dik." Kata pak sopir.

Aku menghentikan kegiatan berdoaku dan segera mengalihkan pandanganku


keluar. Aku merasakan dorongan ingatan yang memaksaku untuk mengingat sesuatu.

Rumah mereka.

Aku memandangi rumah Farel dengan seksama. Rumah itu kelihatan sepi dan
tidak terurus. Kini aku ingat disebelah kanan dari rumah Farel, adalah rumahku.

40 -
Tanpa basa-basi aku mengetuk pintu rumah Farel.

Aku berusaha mengetuk pintunya dengan sopan. Perlu kalian tau. Aku sangat
ingin menendang pintunya karena saking tak sabarnya aku menemui Farel.

Pintu mulai terbuka.

Ternyata bukan sosok Farel yang ada dihadapannya. Melainkan sosok papa
Farel yang lusuh dan tua. Terlihat sekali beban hidup yang ditanggung papa Farel.
Aku mengerti bagaimana rasanya hidup dipenuhi rasa menyesal.

"S-si-siap-siapa ?" tanyanya tergagap. Mungkin gugup.

Aku berusaha tersenyum tulus padanya. Walau ada perasaan dendam dihatiku.
Mengingat apa yang ia lakukan dulu pada keluargaku.

"aku Hana Annastasia paman, aku anak perempuan dari Vanessa. Tidakkah
kau mengingatnya ?" ucapku menahan tangis. Asal kalian tau. Sakit rasanya
berhadapan dengan penghancur kehidupan keluargaku dulu.

Ekspressi dari papa Farel berubah membeku seketika. Papa Farel tercengang.

"Ma-maaf..kan ak-aku !! aku tak bermaksud. Sumpah aku tak bermaksud !"
papa Farel mengucapkannya seperti orang menyesal dan sedikit gila.

Papa daniel menutup kedua telinganya lalu menangis. Dalam tangisnya terus
ia mengatakan bahwa dirinya menyesal dan tak bermaksud melakukannya.

“N-bagaimana keadaan vanessa ?" rupanya papa Farel belum mengetahui


kabar meninggalnya papa dan mama. Karena papa Farel sudah tertangkap duluan dan
tak mengetahui informasi selanjutnya.

Aku menatap papa Farel dingin. Jangan bilang aku tak sopan. Susah
mengendalikan emosi yang hampir menggila ini.

"Mama sudah meninggal paman."

Papa Farel menatapku tak percaya. Papa Farel memegang pundakku dan air
matanya mulai mengalir deras. Aku menatap dengan tatapan menantang. Jauh
didalam hatiku aku ingin menangis.

Papa Farel terduduk dan meringkuk seperti janin. Menangis pilu. Menangis
kesakitan.

Aku masih tetap berdiri. Air mataku tak kuat aku bendung. Walau aku
menangis,aku harus tetap kelihatan tegar. Aku mengingat perkataan mama yang entah
kapan.

41 -
"Hana,jika sudah dewasa harus menjadi anak perempuan yang kuat. Walau
ingin menangis berusahalah untuk tak memperlihatkan tangismu
keorang banyak. Dan lebih baik,menangislah dipelukan orang yang kau sayang."

"K-kau datang untuk membalaskan dendam vanessa ? lakukan saja !! tak ada
gunanya aku hidup !!" papa daniel yang masih terisak.

"Inginnya begitu paman." Ucapku jujur.

"Tapi aku melupakkan semuanya paman. Sayang sekali jadi aku tak bisa
membalas perbuatan konyol dan kejammu itu." Aku berucap seperti itu agar terlihat
kejam. Jujur,aku merasa lemah.

Aku duduk disamping paman.

Aku menceritakan semuanya. Saat aku amnesia,saat aku diadopsi,saat aku


bertemu dengan Farel. Semuanya.

"Farel memang benar menjemputku dipenjara kemarin."

"Dan sekarang dimana Farel berada ?"

"Kau tau bukan ? Farel sangat membenciku. Saat Farel pulang dari saat
bermain denganmu,aku dan liana bertengkar. Bertengkar sangat hebat. Aku langsung
pergi keluar rumah bermaksud mencari ibumu. Lalu, Farel pergi keluar rumah untuk
menyusulku. Farel memohon padaku agar tak mengganggu kehidupan keluargamu."
Ucap papa Farel sambil menghela nafas panjang.

"Aku malah bertindak bodoh menamparnya dan lari kerumahmu. Saat itu aku
ingin mengajak mamamu untuk pergi dan menempuh hidup baru bersama-sama. Dan
ternyata mamamu menolaknya. Dan kau tau apa alasannya ?"

Aku mengangguk. Sungguh suaraku seakan tak mampu untuk keluar.

"Mamamu menolakku karena menyayangimu. Dan menyesali perbuatannya.


Aku yang kalap malah bertindak gegabah. Aku mengaku memutuskan kabel rem pada
mobil kalian."

Aku membekap mulutku sendiri. Sekejam itukah papa Farel? aku menangis
tanpa suara. Bukan tangis yang menyedihkan. Tangis yang menyakitkan dan
menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

"Farel hanya mengantarku sampai rumah. Saat dia menjemputku tadi


dipenjara. Selepas itu dia pergi entah kemana." Terang papa Farel menjawab
pertanyaanku tadi.

"Paman sungguh-sungguh tak mengetahui dimana Farel?" Papa Farel


mengangguk lemah.

Papa Farel meraih tanganku dan menggenggamnya.

42 -
"Cari Farel nak. Cari dia dan sembuhkan luka hatinya. Paman memang tak
pantas dimaafkan olehnya." Kata papa Farel memohon.

Aku mengangguk dan segera bergegas berdiri. Aku mengucapkan salam lalu
pergi. Aku menghapus air mata beserta ingusku. Aku harus mencari Farel.

Aku berjalan tak tentu arah. Aku memang tak selalu berfikir sebelum
bertindak. Di kota yang besar ini bagaimana mungkin aku menemukan Farel dengan
mudah?!

Hari mulai gelap. Aku sudah mendapatkan tempat untukku menginap. Dihotel
yang sederhana. Aku berencana mandi dan langsung beristirahat.

Aku rebahan dikasur empuk ini dan menatap langit-langit hotel.

"Ahh Farel, dimana kau sekarang.."

Aku menutup mataku yang berlinang air mata dan langsung tertidur.

43 -
10
Aku kembali mencoba mendatangi rumah Farel. Kuketuk pintu rumahnya
namun tidak ada respon dan tanda-tanda ada orang dirumah. Aku mencoba
menanyakannya kepada tetangga disebelah.

"Orang itu pergi ntah kemana. Ah kau gadis yang bernama Hana Annastasia?"
Aku mengangguk.

"Bapak itu menitipkan ini untukmu."

Kuambil secarik kertas. Sebuah peta yang digambar asal-asalan. Kuperhatikan


dengan seksama peta itu.

"Disebelah rumahku ada jalan kecil, jalan lurus dibelakang ada taman yang
terbengkalai... Ah! TAMAN ITU!" gumamku terpekik saking senangnya.

Aku mengucap terima kasih dan langsung berlari menuju taman yang tak
kusangka jaraknya sangat dekat dengan rumahku dulu. Aku mencari jalan kecil
disamping rumahku. Masih ada namun bau pesing sangat menyengat. Aku menutup
hidungku karena tidak rela hidungku menciut menciumnya.

Jalan kecil itu sepertinya memang menjadi bagian masa laluku dan Farel. Bisa
kulihat tulisan-tulisan kecil seperti cakar ayam. Tertulis "markas Farel & Hana".

Akhirnya aku sampai dimulut jalan kecil itu. Memang ada taman yang tak
seluas taman lainnya. Taman mungil yang menyimpan sejuta kenangan baginya dan
Farel.

Taman ini kini sudah lebat akan pohon-pohon besar dan semak-semak
belukar. Seingatku ada sebuah pondok kecil yang dibuatkan oleh papaku dan papa
Farel. Aku mencari pondok itu dan ternyata masih ada. Aku ingat betul bagaimana
cara bermain rumah-rumahan bersama Farel. Aku mengusap pondok mungil ini dan
mulai membuka pintu.

Koper dan baju-baju yang digantung dan sampah dari makanan-makanan


instan berserakkan dimana-mana. Menandakan ada orang yang menempati pondok
ini.

"Hana ?"

Aku menoleh kebelakang. Sosok Farel yang amat kurindukan. Tubuhku


sekejab membeku. Melihat tatapan terluka Farel.

"Sedang apa kau disini ?" ucap Farel lirih. Aku berdiri dengan tegak. Sikapku
kubuat menantangnya.

"Ada yang ingin kukatakan kepadamu." Farel menatapku sambil tersenyum


sinis.

44 -
"Kau suka pada siapa kali ini ? akan aku bantu."

Aku menatap Farel tak percaya. Apa benar Farel yang berkata seperti itu tadi ?
dan kenapa daniel berkata seperti itu ?

"Tebakanku benar bukan ?" kata Farel tersenyum kecut. Aku menggenggam
tangan Farel erat. Farel terkejut dengan tingkahku ini. Kupeluk badan kurus tinggi
Farel.

"AKU SUKA PADAMU!!"

Kulihat ekspresi Farel yang terkejut dan semburat merah menghiasi pipinya.
Ah sepertinya aku tau betul tingkah Farel jika sedang malu. Sama sekali tidak
berubah. Aku menunggu jawaban Farel dan tentu aku berharap Farel memelukku dan
berbisik bahwa Farel juga merasakkan hal yang sama.

PLETAK !!

"Aww.." pekikku kecil sambil mengelus kepalaku. Farel malah menjitak


kepalaku.

"Kenapa kau menjitak kepalaku ?!" tanyaku dengan suara lantang. Farel malah
mencubit kedua pipiku.

"Salahmu sendiri, kau lambat sekali menyatakan perasaanmu." Aku


tercengang. Apakah artinya perasaanku terbalaskan?

Farel mencubit pipiku makin keras dan berkata

"Aku juga sangat. Sangat mencintaimu. Dari dulu dan masih sampai
sekarang."

Aku tersenyum sambil menangis. Tetapi aku bukan tipe orang yang menangis
saat bahagia. Aku menangis karena Farel terus mencubit pipiku.

"Hentikan idiot! Lakukan seperti yang disinetron! Peluk aku apalah!" semua
gadis berharap seperti itu bukan?

Farel melepaskan cubitannya dan memamerkan giginya yang putih bersih.

"Kisah cinta kita memang tak seindah kisah drama atau sinetron. Tetapi
bukankah kita sudah merasa bahagia untuk saat ini ?"

Farel mencium keningku dengan lembut dan mengacak-acak rambutku.

"Berhentilah hidup dalam bayang-bayang sinetron Hana!" katanya sambil


tertawa.

45 -
Aku tersenyum jenaka dan memeluk Farel. Tubuh Farel seketika menegang.
Sepertinya dia terkejut dengan aksi spontanku ini. Kulihat wajahnya yang memerah
dan seperti ingin tersenyum.

"Dan kau Farel, Berhentilah untuk berpura-pura tak senang begitu. Dasar kau
lalat busuk."

Kami lalu tertawa sambil menatap satu sama lain. Ah,terima kasih tuhan. Atas
kebahagiaan yang kau berikan setelah masa sulitku dulu.

46 -

Anda mungkin juga menyukai