Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Model Pembelajaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

A.

MODEL PEMBELAJARAN
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran
seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar siswa belajar.

Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru
akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Menurut
Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk
(2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik
sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang
belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan 10 sumber
belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan
menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih
model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga
dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat
kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.
Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan.
Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat
menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah
pada dewasa ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau
prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta
atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan
kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangankannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa
yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan
baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang
diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil
dalam pelaksanaannya.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman,
sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama
ini menjadi tujuan pembelajaran.

Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan


lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda
kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem
syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa,
di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai
meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan
lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).

Beberapa Model Pembelajaran


Berikut ini contoh model Pembelajaran
1. Examples Non Examples
Model pembelajaran Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang
menggunakan contoh-contoh melalui kasus atau gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar. Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memilih
dan menyesuaikan contoh-contoh yang ada melalui gambar tersebut sehingga
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. (Hamzah B. Uno, 2012 :
117).
Langkah-langkahnya:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkan gambar di papan, kertas atau ditayangkan melalui slide
c. Peserta didik menerima petunjuk dan mendapat kesempatan untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
d. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Peserta didik lain memberikan komentar dan tanggapan
g. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
h. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

2. Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media
gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi
di urutkan menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi yang ingin dicapai
b. Peserta didik menerima materi sebagai pengantar
c. Peserta didik menerima gambar-gambar berkaitan dengan materi
d. Peserta didik secara bergantian mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis
e. Peserta didik menyampaikan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

3. Numbered Heads Together


Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan
salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi mahasiswa dan sebagai alternative terhadap kelas tradisional. Teknik belajar
mengajar Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok
mendapat nomor
b. Peserta didik dalam kelompok menerima tugas dan mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

4. Cooperative Script
Model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-
bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative script
merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin
1994:175).
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi kelompok menjadi berpasangan
b. Peserta didik menerima, membaca wacana/materi dan membuat ringkasan
c. Peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-
ide pokok dalam ringkasannya.
e. Pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
f. Pendengar membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
g. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, dilakukan seperti di atas.
h. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
i. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

5. Kepala Bernomor Struktur


Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari model
pembelajaran Numbered Heads Together. Perbedaan yang mendasar antara keduanya
adalah pada penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, dan setiap peserta didik dalam setiap
kelompok mendapat nomor
b. Peserta didik menerima tugas berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor
dua mengerjakan soal dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya.
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor
sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
d. Peserta didik melaporkan hasil dan kelompok lain memberikan tanggapan
e. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
f. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

6. Student Teams-Achievement Divisions


Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning
yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok, tiap kelompok 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b. Peserta didik menerima materi pembelajaran
c. Peserta didik dalam kelompok menerima tugas untuk dikerjakan. Anggota kelompok
yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis, peserta didik tidak boleh saling membantu.
e. Peserta didik yang berhasil menjawab (berprestasi) mendapatkan reward
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

7. Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh- sungguh
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru memberi evaluasi
h. Penutup

8. Problem Based Learning


Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah
metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai
dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta
didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

9. Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan
berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan
menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model
pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’
sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa
aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan
dalam mode pembelajaran ini.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai
b. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil (jumlah kelompok disesuaikan)
c. Salah satu peserta didik (ahli) dalam kelompok diberi materi untuk dihapal.
d. Menugaskan salah satu peserta didik (penyampai) dari kelompok itu menyampaikan
materi yang baru dikuasainya kepada pasangan di sampingnya (penerima) sambil
membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran secara bergiliran sama
semua peserta dalam kelompok mendapatkan materi, begitu juga kelompok lainnya
e. Menugaskan peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman kelompoknya. Sampai sebagian peserta didik sudah
menyampaikan hasil wawancaranya
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

10. Mind Mapping


Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar Mind Mapp”, Mind Mapping adalah suatu cara
mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran (Tony
Buzan: 2009; 4).
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik
dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 3. Membentuk
kelompok yang anggotanya 2-3 orang
c. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
d. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
e. Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

11. Make a Match


Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang
mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan
mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59),
Langkah-langkahnya:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban
b. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
c. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban)
e. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya
g. Demikian seterusnya
h. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
i. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

12. Thik Pair and Share


Pengertian Think Pair Share menurut Trianto (2010:81) adalah :” Think Pair Share (TPS)
atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi berkaitan dengan kompetensi dan materi yang
akan dicapai
b. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru
c. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

13. Debate
Model pembelajaran debate adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau
lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
b. Peserta didik menerima tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh
kedua kelompok di atas
c. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari
setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

14. Role Playing


Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran
Bermain Peran. Role Playing diartikan sebagai pengorganisasian kelas secara
berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang
telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-
batas scenario dari guru.
Langkah-langkahnya:
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum proses pembelajaran
c. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok anggotanya 5 orang
d. Peserta didik menerima informasi berkaitan dengan kompetensi dan materi yang
akan dicapai
e. Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati skenario
yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan lembar kerja
untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum

15. Group Investigation


Model pembelajaran kooperatif Group Investigation diartikan sebagai pelaksanaan
dengan cara mencari dan menemukaninformasi (gagasan, opini, data, solusi ) dari
berbagai macam sumber (buku-buku, institusi-institusi, orang-orang) didalam dan diluar
kelas.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen
b. Peserta didik menerima informasi maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu
materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
bersifat penemuan
e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
h. Evaluasi
i. Penutup

16. Talking Stick


Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan
bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan
tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
Langkah-langkahnya:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat (satu kelas), atau satu tongkat setiap kelompok.
b. Peserta didik menerima materi pembelajaran, kemudian memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.
c. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik
menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik secara acak dan
bergiliran, setelah itu guru memberikan pertanyaan atau memberikan kesempatan
untuk menjelaskan materi yang telah dikuasainya.
e. Peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya atau
menjelaskannya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan atau memberikan penjelasan
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

17. Bertukar Pasangan


Suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi
berpasangan untuk mengerjakan suatu tugas dari guru kemudian salah satu pasangan
dari kelompok tersebut bergabung dengan pasangan lain untuk saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban masing-masing.
Langkah-langkahnya:
a. Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau
peserta didik memilih sendiri pasangannya).
b. Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya.
c. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.

18. Snowball Throwing


Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang
menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat
berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota
kelompok.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima materi yang akan disajikan
b. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
d. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain
f. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
g. Evaluasi
h. Penutup

19. Student Facilitator and Explaining


Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat
pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa
berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik menerima informasi yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin
dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta didik
lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik.
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

20. Course Review Horay


a. Peserta didik menerima informasi yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin
dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab
d. Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai
dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing
peserta didik
e. Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak
yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda
benar (√) dan salan diisi tanda silang (x)
f. Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau horisontal, atau diagonal
harus berteriak horay ... atau yel-yel lainnya
g. Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
h. Penutup

21. Explicit Instruction


a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
f. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
g. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

22. Cooperative Integrated Reading and Composition (Kooperatif Terpadu)


a. Peserta didik menerima informasi yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin
dicapai
b. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
c. Peserta didik membaca materi
d. Peserta didik menerima wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
e. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
f. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
g. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
h. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
i. Penutup

23. Inside-Outside Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)


a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap
ke dalam
c. Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan
d. Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta
didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum
jam.
e. Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya
b. Tebak Kata
a. Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
b. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak
(kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga
c. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
d. Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan didepan kelas
e. Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan
pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran
5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau
diselipkan ditelinga.
f. Sementara peserta didik membawa kartu 10x10 cm membacakan kata- kata yang
tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam
kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi
atau telinga.
g. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan
dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
h. Dan seterusnya

24. Word Square


Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dan kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya
jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Langkah-langkah model pembelajaran word square adalah:
a. Peserta didik menerima materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Peserta didik menerima lembar kegiatan.
c. Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
secara vertikal, horizontal atau diagonal.
d. Peserta didik mendapatkan point setiap jawaban yang benar dalam kotak.

25. Scramble
a. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
b. Buat jawaban yang diacak hurufnya
c. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
d. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

26. Take And Give


Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang di
sampaikan oleh guru, dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat secara aktif dalam
menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara
berulang-ulang.
Langkah-langkahnya:
a. Peserta didik mendapatkan kartu/kertas (ukuran disesuaikan).
b. Tiap kartu/kertas berisi materi (yang berbeda dengan kartu/kertas yang lainnya,
materi sesuai kompetensi yang akan dicapai.
c. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi masing- masing
satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
d. Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu
contoh.
e. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
f. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan peserta didik pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
g. Model dapat dimodifikasi sesuai keadaan
h. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
i. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

27. Concept Sentence


a. Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi secukupnya
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
e. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4
kata kunci setiap kalimat

28. Complete Sentence


a. Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
c. Guru menyampaikan materi secukupnya atau peserta didik disuruh membacakan
buku atau modul dengan waktu secukupnya
d. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
e. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
(lihat contoh).
f. Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
g. Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
h. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti atau hapal
i. Peserta didik menyampaikan kesimpulan
j. Peserta didik menerima penguatan materi dan kesimpulan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

29. Time Token Arends 1998


a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
b. Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik
diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
c. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap
bebicara satu kupon.
d. Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh
30. Pair Check
a. Bekerja berpasangan, Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) peserta
didik. Setiap pasangan Mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih
b. Pelatih mengecek. Apabila patner benar pelatih memberi kupon
c. Bertukar peran. Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
d. Pasangan mengecek, Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan
jawaban
e. Penegasan guru. Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep

31. Keliling Kelompok


a. Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan
b. Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
c. Demikian seterusnya giliran bicara bisa

32. Tari Bambu


a. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah peserta didik terlalu banyak berdiri
berjajar. Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain
adalah peserta didik berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
b. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
c. Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
d. Kemudian satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah
ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing peserta didik mendapat pasangan yang baru untuk berbagi.
Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan

33. Dua tinggal dua tamu (two stay two stray)


a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang
lain
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

34. Model Pembelajaran Talking Chips


Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara,
sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking chips adalah kartu untuk berbicara.
Sedangkan talking chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota
kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka
telah berpendapat dengan menyimpan kartu tersebut ke atas meja.
Langkah-Langkahnya
a. Guru menyiapkan kartu/potongan kertas
b. Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kartu
c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat ide harus
menyerahkan salah satu kartunya.
d. Jika kartu yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai
semua rekannya juga menghabiskan kartu mereka.
e. Jika semua kartu sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan mengulangi prosedurnya
kembali

Anda mungkin juga menyukai