This study aims to provide an overview of strategies to develop students' emotional intelligence in the implementation of character education in SMART Ekselensia Indonesia. Emotional intelligence is emotional skills gained from learning... more
This study aims to provide an overview of strategies to develop students' emotional intelligence in the implementation of character education in SMART Ekselensia Indonesia. Emotional intelligence is emotional skills gained from learning process which giving impact on performance in work and academic (Goleman, 2005). This study used a qualitative approach with instrumental case study method. The location of this study is SMART Ekselensia Indonesia with 8 key informants consisted of 6 school manager, a student, and a student' parent. Research data collected by interview, observation, and study of written and visual documentation data. Based on the results of the research, in conclusion there are six strategies that implemented in SMART Ekselensia Indonesia. These six strategies are apparent in SMART Ekselensia Indonesia named as: Social Community Care. Strategy in the domain of school and boarding cannot be separated from each other. These six strategies are mutually integrated and complementary for each other. Strategies that implemented in schools will strengthen in the boarding house. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang strategi mengembangkan kecerdasan emosi siswa dalam penerapan pendidikan karakter di SMART Ekselensia Indonesia. Kecerdasan emosi adalah kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar dan berdampak pada kinerja menonjol dalam pekerjaan maupun akademis (Goleman, 2005). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus instrumental. Lokasi dalam penelitian ini adalah SMART Ekselensia Indonesia dengan 8 informan kunci, yakni 6 pengelola sekolah, 1 orang siswa, dan 1 orangtua siswa. Data dalam penelitian dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi data dokumen tertulis dan visual. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat enam strategi yang diterapkan di SMART Ekselensia Indonesia. Keenam strategi yang nampak di SMART Ekselensia Indonesia diberi nama sebagai berikut: 1) Strategi Integratif SAR; 2) Strategi Berkelanjutan Berbasis Proses; 3) Strategi Introspektif – Evaluatif; 4) Strategi Partisipatif – Empatik; 5) Strategi Prestatif – Produktif; dan 6) Strategi Solutif – Sosial Masyarakat. Strategi pada ranah sekolah dan asrama ternyata tidak bisa untuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara sensation-seeking dengan smartphone addiction pada generasi Z. Penelitian ini didasari oleh adanya fenomena semakin meningkatnya tingkat adiksi smartphone pada... more
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara sensation-seeking dengan smartphone addiction pada generasi Z. Penelitian ini didasari oleh adanya fenomena semakin meningkatnya tingkat adiksi smartphone pada generasi Z khusunya kelompok remaja. Teori yang digunakan pada variabel sensation-seeking mengacu pada teori Zuckerman (1979). Sedangkan, pada variabel smartphone addiction mengacu pada teori Kwon dkk. (2013). Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif survey. Subjek penelitian ini adalah generasi Z yang berada pada kelompok usia remaja yang memiliki tahun kelahiran 1997-2007. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 196 orang. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala sensation-seeking Sensation-seeking Scale form V (SSS-V) (Zuckerman, 1979) yang berjumlah 40 aitem (α=0,78) dan skala smartphone addiction Smartphone Addiction Scale (SAS) (Kwon dkk., 2013) yang telah ditranslasi oleh Rahmadyan (2017) berjumlah 33 aitem (α=0,911)...
Kehidupan keluarga dengan dua orang tua bekerja telah melahirkan sebuah fenomena baru yangdikenal dengan latchkey, yaitu anak-anak yang sendirian selama orang tua bekerja. Peneitian inibertujuan untuk menggambarkan bentuk dukungan sosial... more
Kehidupan keluarga dengan dua orang tua bekerja telah melahirkan sebuah fenomena baru yangdikenal dengan latchkey, yaitu anak-anak yang sendirian selama orang tua bekerja. Peneitian inibertujuan untuk menggambarkan bentuk dukungan sosial terhadap kemampuan mengurus diri yangditerima oleh anak latchkey. Kemampuan mengurus diri (self-care) mengarah pada kemampuan anakdalam merawat diri saat orang tua tidak ada. Dukungan sosial adalah ketersediaan bantuan emosi,informasi maupun bantuan praktis dari orang lain yang signifikan.Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe studi kasus intrinsik. Subjek penelitianterdiri dari empat anak latchkey. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, catatan lapangandan studi dokumen, dan dianalisis menggunakan teknik analisis tematik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek menerima dukungan dari keluarga. Setiap subjekdiberikan pengarahan oleh orang tua sebelum situasi latchkey diterapkan. Pengarahan ini merujukpada membekali pe...
Keluarga dengan dua orang tua yang bekerja telah melahirkan sebuah fenomena baru yang dikenal dengan latchkey, yaitu anak-anak yang di rumah sendirian selama orang tua bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan sosial... more
Keluarga dengan dua orang tua yang bekerja telah melahirkan sebuah fenomena baru yang dikenal dengan latchkey, yaitu anak-anak yang di rumah sendirian selama orang tua bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan sosial kemampuan mengurus diri pada anak-anak latchkey. Kemampuan mengurus diri (self-care) mengarah pada kemampuan anak dalam merawat diri selama orang tua tidak ada. Dukungan sosial merujuk pada penyediaan bantuan emosi, informasi maupun bantuan praktis dari orang lain yang signifikan. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe studi kasus intrinsik. Subjek penelitian terdiri dari empat anak latchkey. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, catatan lapangan dan studi dokumen, dan dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek menerima dukungan dari keluarga. Setiap subjek diberikan pengarahan oleh orang tua sebelum situasi latchkey diterapkan. Pengarahan ini merujuk pada membekali anak ...
The primary purpose of this study was to determine whether multisystemic therapy (MST), modified for use with youths presenting psychiatric emergencies, can serve as a clinically viable alternative to inpatient psychiatric... more
The primary purpose of this study was to determine whether multisystemic therapy (MST), modified for use with youths presenting psychiatric emergencies, can serve as a clinically viable alternative to inpatient psychiatric hospitalization. One hundred sixteen children and adolescents approved for emergency psychiatric hospitalization were randomly assigned to home-based MST or inpatient hospitalization. Assessments examining symptomatology, antisocial behavior, self-esteem, family relations, peer relations, school attendance, and consumer satisfaction were conducted at 3 times: within 24 hours of recruitment into the project, shortly after the hospitalized youth was released from the hospital (1-2 weeks after recruitment), and at the completion of MST home-based services (average of 4 months postrecruitment). MST was more effective than emergency hospitalization at decreasing youths' externalizing symptoms and improving their family functioning and school attendance. Hospitalization was more effective than MST at improving youths' self-esteem. Consumer satisfaction scores were higher in the MST condition. The findings support the view that an intensive, well-specified, and empirically supported treatment model, with judicious access to placement, can effectively serve as a family- and community-based alternative to the emergency psychiatric hospitalization of children and adolescents.