JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING) PADA MATERI FLUIDA STATIS UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA
KELAS X SMA/ MA
Nur Kholis Novianto1, Mohammad Masykuri2, Sukarmin3
1
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nurcholisnovianto@student.uns.ac.id
2
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
mmasykuri@staff.uns.ac.id
3 Magister
Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sukarmin67@staff.uns.ac.id
Abstrak
Pembelajaran menggunakan metode ceramah mengakibatkan kreativitas belajar siswa rendah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui karakteristik khusus modul fisika berbasis Project Based Learning
(PjBL) pada materi fluida statis untuk kelas X SMA/ MA, 2) mendapatkan modul pembelajaran fisika berbasis
proyek (Project Based Learning) yang telah memenuhi kriteria layak, dan 3) mengetahui peningkatan kreativitas
belajar siswa setelah menggunakan modul fisika berbasis proyek (Project Based Learning) pada materi fluida
statis. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang mengadaptasi
model 4-D dari Thiagarajan, dkk (1974) yang meliputi tahap define, design, develop dan disseminate. Instrumen
yang digunakan adalah angket, lembar observasi dan tes. Uji lapangan operasional menggunakan one group
pretest-posttest design. Analisis data yang digunakan dalam penelitian dalam tahap define adalah analisis
deskriptif, pada tahap design menggunakan analisis KD, tahap develope menggunakan analisis kuantitatif
deskriptif dengan cara mengkonversi data menjadi kategori skala 4 untuk hasil validasi modul, hasil penilaian
sikap dan hasil penilaian keterampilan sedangkan penilaian kreativitas belajar dianalisis menggunakan n-gain
ternormalisasi. Tahap disseminate menggunakan analisis deskriptif dari hasil penilaian modul dalam kategori
skala 4. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian dan pengembangan sebagai berikut: 1) karakter
khusus modul pembelajaran berbasis PjBL memiliki enam sintaks pembelajaran yang diintegrasikan di dalam
rubrik modul dengan perincian ; (a) sintaks penentuan pertanyaan mendasar diintegrasikan dalam rubrik ‘Ayo
Mencari Tahu!’, (b) sintaks perancangan proyek diintegrasikan dalam rubrik ‘Ayo Mendesain Proyek!’, (c)
sintaks penyusunan jadwal pembuatan proyek diintegrasikan dalam rubrik ‘Mari Menyusun Jadwal!’, (d) sintaks
pengawasan kemajuan proyek diintegrasikan dalam rubrik ‘Saatnya Memonitor!’, (e) sintaks pengujian hasil
diintegrasikan dalam rubrik ‘Waktunya Menguji Hasil!’, dan (f) sintaks pengevaluasian pengalaman yang
diintegrasikan ke dalam rubrik ‘Ayo Berbagi Pengalaman!’, 2) modul fisika berbasis PjBL yang dikembangkan
memenuhi kriteria layak pada aspek kelayakan isi dan penyajian, kelayakan bahasa, kelayakan aspek
pembelajaran PjBL, dan kelayakan kegrafikan dengan nilai rata-rata 3,8 atau dalam kategori ‘sangat baik’, 3)
pembelajaran menggunakan modul pembelajaran fisika berbasis PjBL pada materi fluida statis dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan nilai gain 0,46 atau dalam kategori sedang.
Kata Kunci : Modul, Project Based Learning (PjBL), Kreativitas Belajar.
digolongkan memiliki kualitas pendidikan
yang rendah. Kualitas pendidikan yang rendah
mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) suatu Negara. Berdasarkan data yang
Pendahuluan
Proses pendidikan di indonesia belum
berjalan begitu baik sehingga masih
81
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
tercapainya kualitas pembelajaran yang lebih
baik.
Salah satu upaya mengembangkan
kreativitas belajar adalah dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning (PjBL)). Basis pendidikan yang
menekankan pada proyek menurut Sampurno
(2009) dapat memaksimalkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran, dapat meningkatkan
kreativitas, kemampuan berpikir kritis dan
kinerja ilmiah siswa dan membantu para siswa
untuk mengembangkan keterampilan belajar
jangka panjang. Pembelajaran berbasis proyek
memiliki potensi yang amat besar untuk
membuat pengalaman belajar yang lebih
menarik dan bermakna untuk siswa serta dapat
meningkatkan kinerja ilmiah siswa dalam
pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan mediator. Studi kasus
yang dilakukan oleh Grant & Tamim (2013: 5)
juga menyimpulkan bahwa PjBL dapat
mendukung, memfasilitasi, dan meningkatkan
kualitas dan proses pembelajaran, dan
sekaligus juga dapat memperkaya kreativitas
belajar siswa. Keuntungan - keuntungan
pembelajaran berbasis proyek yang lain
menurut hasil investigasi Yalcin et al (2009: 2)
yaitu dapat (1) menciptakan suasana belajar
yang bervariasi, (2) menghindarkan dari
atmosfer kebosanan yang biasa di dapat di
sekolah, dan (3) membuat lingkungan belajar
lebih
menarik,
menyenangkan,
menggairahkan, dan membanggakan bagi
siswa. Berdasarkan alasan tersebut maka
pembelajaran berbasis proyek perlu untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran diperlukan
bahan ajar dalam bentuk modul agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri. Selain itu,
modul juga dapat berfungsi sebagai bahan
rujukan dan alat evaluasi untuk peserta didik.
Pendapat senada juga diutarakan oleh Kiong et
al (2011: 1) dalam penelitiannya yang
menyebutkan bahwa dengan menggunakan
modul dapat menjadi alternatif pendekatan
siswa dalam pemecahan permasalahan belajar
siswa. Selain hal tersebut, Novitayani (2015:
97) juga menyimpulkan dalam penelitiannya
bahwa penggunaan modul dapat membantu
proses pembelajaran dalam meningkatkan
dikeluarkan oleh The United Nations
Development Programs (UNDP) tahun 2011,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau
Human Development Index (HDI) Indonesia
mengalami penurunan dari peringkat 108 pada
2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012
dari 180 negara, dan pada 14 Maret 2013
dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan
ke-121 dari 185 negara, sedangkan Juli 2014
Indonesia berada pada peringkat 108 dari 187
negara. Laporan lain dirilis oleh OECD
(Organization for Economic Cooperation and
Development) pada majalah BBC dan
Financial Times 13 mei 2015, yang
menempatkan pendidikan Indonesia dalam
peringkat 69 dari 76 negara. Laporan yang
diluncurkan oleh OECD ini memperlihatkan
bahwa standar pendidikan adalah sesuatu yang
penting dan merupakan alat prediksi bagi
kesejahteraan jangka panjang suatu Negara.
Berdasarkan data diatas maka sangatlah perlu
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di
Indonesia demi kesejahteraan masyarakat
Indonesia yang lebih baik.
Salah satu fokus perbaikan pendidikan
di Indonesia adalah perbaikan kreativitas
belajar siswa. Kreativitas telah menjadi bagian
penting dalam wacana peningkatan mutu
pembelajaran, hingga kini kreativitas telah
diterima baik sebagai kompetensi yang
melekat pada proses dan hasil belajar. Inti
kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang
lebih baik atau sesuatu yang baru (De Graff &
Lawrence, 2002). Baru bisa bermakna sebagai
hasil
menyempurnakan,
menambahkan,
mengubah, dan mereposisi dari sesuatu yang
ada sebelumnya sehingga sesuatu berubah
menjadi
lebih
baik.
Apabila
guru
menggunakan konsep tersebut sebagai dasar
pengembangan pembelajaran, maka kualitas
sumber daya manusianya pasti semakin baik.
Pendapat De Graff & Lawrence itu diperkuat
oleh hasil penelitian Mukayatun et al (2013)
dan Novitayani (2015: 98) mengenai
pentingnya kreativitas dalam pembelajaran
bahwa, kreativitas yang tinggi mempengaruhi
suasana dan hasil belajar siswa. Sehingga
kreativitas dipandang sangat perlu ditingkatkan
dalam sebuah proses pembelajaran demi
82
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
kreativitas belajar siswa. Oleh karena itu,
pengemasan modul yang baik dan sesuai perlu
disusun agar dapat memfasilitasi siswa dalam
mencapai pembelajaran yang baik.
Materi yang dibahas dalam modul ini
adalah materi fluida statis. Pemilihan materi ini
berdasarkan hasil analisis evaluasi hasil belajar
pada Ujian Nasional Tahun 2013/ 2014 yang
mengkategorikan materi fluida termasuk
materi yang sulit dipahami dengan persentase
penguasaan 46% di kabupaten Karanganyar.
Materi ini memerlukan penemuan konsep,
pemahaman, dan aplikasi yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Fluida statis menjadi
materi yang sulit untuk dipahami karena
penyampaian materi ini belum banyak
dilakukan dengan cara langsung dan
kontekstual seperti membuat proyek. Padahal,
sesuai dengan kerucut pengalaman Edgar Dale
dalam Susilana & Riyana (2007: 7) yang
menyatakan bahwa belajar dengan pengalaman
langsung
atau
kontekstual
merupakan
tingkatan belajar yang paling konkrit, karena
siswa dihadapkan langsung dengan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, semua materi
harus dapat disampaikan dengan metode dan
bahan ajar yang sesuai dengan isi materinya
agar siswa dapat dengan mudah menerima
materi tersebut. Isi materi dalam fluida statis
sangat
cocok
disampaikan
dengan
pembelajaran berbasis PjBL.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di SMAN 2 Karanganyar melalui
analisis kebutuhan siswa didapatkan data
bahwa hanya 20% siswa yang memiliki
sumber belajar (buku teks) selain yang
diberikan oleh sekolahnya. sebanyak 80%
siswa mengaku mengalami kesulitan belajar
karena keterbatasan sumber belajarnya. Maka
dari itu diperlukan solusi alternatif untuk
mengatasi masalah belajar anak-anak tersebut,
salah satunya melalui pembuatan modul.
Dalam analisis tersebut juga didapatkan data
bahwa 90% peserta didik menyatakan butuh
bahan ajar yang juga dapat membantu
kreativitasnya misalnya modul berbasis PjBL
dan 80 % peserta didik setuju apabila
dikembangkan modul pembelajaran fisika
yang berbasis PjBL. Data hasil analisis
kebutuhan guru menyebutkan bahwa memang
50% lebih siswa mengalami kesulitan belajar.
Guru juga masih mengalami kesulitan dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran yang
efektif, inovatif, kreatif dan efektif dan
menyenangkan dalam mengimplementasikan
pendidikan di kurikulum 2013 yang ideal.
Maka dari itulah perlunya kesinambungan
akan pentingnya kerjasama antar semua
elemen masyarakat dalam bidang pendidikan,
agar terselanggaranya pendidikan yang
berkualitas dan maju.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu
research and development atau penelitian dan
pengembangan. Metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
(Sugiyono, 2012). Model yang digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan modul
fisika berbasis PjBL ini merupakan hasil
adapatasi model 4-D (four-D model) yang
dkemukakan oleh Thiagarajan, dkk (1974: 5)
yang meliputi proses define, design, develop,
dan disseminate.
Desain penelitian yang digunakan
adalah one group pretest and posttest,
sehingga
penelitian
hanya
melibatkan
sekelompok subjek yang diberi pre-test
sebelum dikenai perlakuan, dan post-test
setelah dikenai perlakuan untuk diketahui hasil
akibat perlakuan tersebut.
Metode pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
teknik tes, angket dan observasi. Teknik tes
yang digunakan diperuntukkan untuk meniai
aspek pengetahuan siswa dan berbentuk tes
essay. Teknik angket dipergunakan dalam
pengukuran peningkatan kreativitas belajar
siswa dengan instrumen yang sudah
diujicobakan dan dinyatakan valid dan
reliable. Teknik observasi digunakan dalam
pengukuran aspek sikap belajar, aspek
keterampilan,
analisis
kebutuhan,
dan
penilaian produk yang seluruh instrumennya
sudah divalidasi oleh pembimbing.
Data yang diperoleh pada penelitian
pengembangan modul berbasis PjBL pada
materi fluida statis untuk siswa SMA/MA
83
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
MIPA SMAN 2 Karanganyar. Data yang
dihasilkan antara lain memperlihatkan bahwa
kepemilikan bahan dan sumber belajar anak
sangat rendah yakni hanya 20%. Hal tersebut
membuat siswa mengalami kesulitan dalam
belajar, padahal menurut Haryanto (2013: 23)
menyebutkan bahwa pemanfaatan sumber
belajar berupa media pembelajaran penting
agar membuat komunikasi dalam kegiatan
belajar semakin efektif dan efisien. Atas dasar
tersebut
maka
besar
kemungkinan
pengembangan modul pembelajaran dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Kiong et al
(2011) bahwa penggunaan modul dapat
menjadi alternatif dalam pemecahan masalah
belajar siswa.
Analisis kebutuhan guru dilakukan
menggunakan bantuan angket kebutuhan guru
dan dilakukan terhadap 4 guru fisika di SMAN
2 Karanganyar. Hasil analisis antara lain
menunjukkan bahwa usaha peningkatan aspek
kreativitas dalam pembelajaran masih rendah
yakni sebesar 56% dan pengoptimalan
penggunaan laboratorium dan perpustakaan
juga masih rendah (38%). Atas pertimbangan
analisis kebutuhan guru tersebut, peneliti
mengembangkan modul pembelajaran fisika
berbasis PjBL dalam usaha meningkatkan
kualitas pembelajaran. Pertimbangan tersebut
dikuatkan oleh hasil penelitian Grant & Tamim
(2013) yang menyebutkan bahwa penggunaan
PjBL dalam pembelajaran dapat mendukung,
memfasilitasi, dan meningkatkan kualitas dan
proses pembelajaran, dan juga dapat
memperkaya kreativitas belajar siswa.
Hasil analisis bahan ajar cetak yang
dipakai di SMAN 2 Karanganyar kelas XMIPA menunjukkan kurangnya pemenuhan
komponen pembelajaran berbasis PjBL. Bahan
ajar yang dianalisis adalah bahan ajar sesuai
kurikulum 2013 yang peneliti kumpulkan dari
guru dan siswa yang terdiri dari 3 jenis buku
yang berbeda penerbit. Hasil analisis
memperlihatkan bahwa kategori aspek
pembelajaran PjBL yang dinilai dari buku
tersebut rata-rata masih berkategori rendah
dengan skor rata-rata 2,17. Berdasarkan data
analisis tersebut maka layak jika peneliti
kelas X adalah data analisis kebutuhan siswa,
data analisis kebutuhan guru, data analisis
bahan ajar, data validasi modul oleh validator
ahli (materi, bahasa dan kegrafikan), guru
fisika dan teman sejawat, data nilai sikap,
pengetahuan dan keterampilan, data nilai
peningkatan kreativitas belajar siswa, dan data
penilaian produk oleh siswa, guru fisika, dan
teman sejawat. Data yang diperoleh dari
analisis kebutuhan siswa, analisis kebutuhan
guru, dan analisis bahan ajar kemudian
ditabulasi dan dikonversi menjadi bentuk
persentase. Hasil validasi modul, nilai sikap,
nilai keterampilan dan hasil penilaian produk
dianalisis dan dikonversi menjadi skala 4
kemudian dilakukan analisis deskriptif
terhadap hasilnya. Hasil penilaian pengetahuan
dianalisis dengan membuat rata-rata nilai
kemudian dibandingkan dengan kriteria
ketuntasan minimal mata pelajaran fisika,
sedangkan hasil pretest dan posttest dari
angket kreativitas belajar siswa dianalisis dan
ditentukan peningkatannya dengan n-gain
ternormalisasi (Meltzer, 2001). Kreativitas
belajar siswa dikatakan meningkat ketika hasil
perhitungan gain minimal memiliki kategori
sedang.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Model yang digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan modul fisika berbasis
PjBL ini merupakan hasil adapatasi model 4-D
(four-D model) yang dkemukakan oleh
Thiagarajan, dkk (1974: 5) dalam yang
meliputi proses define, design, develop, dan
disseminate yang menunjukkan hasil sebagai
berikut :
Tahap Define
Tahap ini merupakan tahapan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada
dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar
untuk merancang produk berupa modul yang
dibuat. Pada tahapan ini dilakukan analisis
kebutuhan siswa, analisis kebutuhan guru,
analisis bahan ajar dan analsis materi
pembelajaran.
Analisis kebutuhan siswa dilakukan
terhadap 10 siswa yang berasal dari kelas X84
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
mengembangkan modul berbasis PjBL dalam
pembelajaran fisika.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini
adalah materi fluida statis. Hal ini berdasarkan
hasil daya serap penguasaan materi soal ujian
nasional SMA/MA yang dikeluarkan oleh
Balai Penilaian Pendidikan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan yang tergolong masih rendah
di SMAN 2 Karanganyar (46,28%) dan perlu
adanya perbaikan. Berdasarkan Permendikbud
RI no.59 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013,
pada Lampiran 3 PMP Fisika Minat SMA
(2014:
928)
tentang
pilihan
model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi mata pelajaran fisika menyebutkan
bahwa kompetensi dasar menerapkan hukumhukum pada fluida statis dalam kehidupan
sehari-hari pada kelas X-MIPA sangat cocok
diterapkan dengan pembelajaran berbasis
PjBL. Atas pertimbangan tersebut, layak jika
peneliti mengembangkan modul pembelajaran
berbasis PjBL pada materi fluida statis.
Modul yang sudah jadi kemudian di validasi
dan di revisi sesuai dalam tahap
pengembangan (develop) dalam proses
penelitian selanjutnya.
Tahap Develop
Tahapan Develop ini diawali dengan
validasi draft 1 modul fisika berbasis PjBL
yang dilakukan oleh validator ahli, guru fisika
dan teman sejawat yang selanjutnya direvisi
dan ujicobakan ke kelompok kecil dan
kelompok besar.
1. Hasil Validasi Modul
Validasi dilakukan oleh dua validator
ahli, dua guru fisika dan dua teman sejawat.
Validasi dilakukan menggunakan lembar
validasi yang mengadaptasi lembar validasi
buku teks pelajaran dari BSNP tahun 2014.
Validasi
modul
menitikberatkan
pada
komponen kelayakan isi dan penyajian,
bahasa, pembelajaran berbasis PjBL, dan
kelayakan kegrafisan. Dua validator ahli
memvalidasi modul yang telah dibuat dengan
menilai komponen penyajian materi yang
terdiri dari komponen kelayakan isi, komponen
penyajian, komponen kebahasaan, dan
komponen pembelajaran berbasis PjBL,
sedangkan komponen yang dinilai dari segi
media dalam modul adalah komponen
kegrafikan. Dua guru fisika dan dua teman
sejawat juga menilai komponen materi yang
terdiri dari komponen kelayakan isi, komponen
penyajian,
komponen
kebahasaan
dan
komponen pembelajaran PjBL. Terdapat juga
validator ahli media yang menilai tentang
kelayakan kegrafikan modul dan ahli bahasa
yang menilai tentang kebahasaan di dalam
modul.
Diagram batang hasil validasi modul
pembelajaran berbasis Project Based Learning
(PjBL)
yang
dikembangkan
peneliti
diperlihatkan dalam Gambar 1.
Tahap Design
Dalam tahap design ini peneliti
membuat desain modul sesuai dengan sintaks
PjBL yang telah diintegrasikan ke dalam
komponen
modul.
Sintaks
penentuan
pertanyaan mendasar diintegrasikan ke dalam
rubrik ‘Ayo Mencari Tahu!’, sintaks
perancangan proyek diintegrasikan ke dalam
rubrik ‘Ayo Mendesain Proyek!’, sintaks
penyusunan jadwal diintegrasikan ke dalam
rubrik ‘Mari Menyusun Jadwal!’, sintaks
pengawasan kemajuan proyek diintegrasikan
ke dalam rubrik ‘Saatnya Memonitor!’, sintaks
pengujian hasil diintegrasikan ke dalam rubrik
‘Waktunya Menguji Hasil!’, dan sintaks
pengevaluasian pengalaman diintegrasikan ke
dalam rubrik ‘Ayo Berbagi Pengalaman!’.
Seluruh desain pembelajaran PjBL yang
disusun diatas kemudian dikemas ke dalam
empat kegiatan belajar (KB) dan dilengkapi
dengan alat evaluasi, rubrik ‘sekilas fisika’,
rangkuman materi, daftar pustaka, glosarium
dan jawaban soal evaluasi. Desain modul yang
sudah jadi selanjutnya menjadi draft I modul
pembelajaran fisika berbasis Project Based
Learning (PjBL) pada materi fluida statis.
85
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
Sebelum revisi
materi yang sudah/ belum
dipahami siswa
Secara umum perbaikan dilakukan dari
segi materi, visualisasi dan kebahasaan.
Perbaikan dari segi materi diantaranya
memperbaiki peta konsep dan soal-soal
evaluasi. Perbaikan dari segi visualisasi
diantaranya perbaikan gambar, lay-out, dan
equation.
Perbaikan
dari
kebahasaan
diantaranya perbaikan redaksi penulisan dan
sumber pengambilan gambar. Setelah draf I
direvisi dihasilkan draf II berdasarkan
masukan dan saran dari validator. Draf II
selanjutnya diujicobakan terbatas kepada 10
siswa kelas X-MIPA di SMAN 2 Karanganyar
yang terdiri dari siswa dengan kemampuan
tinggi, sedang dan rendah yang diambil dari
kelas X-MIPA 1, X-MIPA 2, X-MIPA 3 dan
X-MIPA 4.
Gambar 1. Hasil Validasi Modul
Hasil validasi yang ditunjukkan Gambar
1 memperlihatkan bahwa modul pembelajaran
berbasis PjBL yang dikembangkan oleh
peneliti mendapatkan nilai rata-rata 3,5 pada
penilaian kelayakan isi, bahasa dan penyajian
dan 3,8 pada komponen kegrafikan, sehingga
secara keseluruhan mendapatkan nilai rata-rata
3,6 atau dalam kategori ‘sangat baik’. Nilai ini
berarti bahwa modul yang dikembangkan
sangat baik dari segi isi dan penyajian,
kebahasaan, penyajian pembelajaran PjBL dan
kegrafikan sehingga sangat layak digunakan
dalam pembelajaran.
3. Uji Coba Terbatas
Tahapan uji coba terbatas ini dilakukan
setelah mendapatkan produk yaitu modul cetak
pembelajaran fisika berbasis Project Based
Learning (PjBL) pada materi fluida statis yang
sudah divalidasi oleh validator. Data
menunjukkan bahwa hasil uji coba terbatas
diperoleh nilai rata-rata seluruhnya 89 dari
skor maksimal 108. Apabila skor tersebut
dikonversi ke dalam interval 4 maka diperoleh
nilai penilaian 3,29 sehingga modul ini
termasuk dalam kriteria ‘sangat baik’. Nilai
tersebut mengartikan bahwa menurut modul
pembelajaran fisika berbasis PjBL pada materi
fluida statis yang dikembangkan sangat baik
dalam segi isi/ materi, sangat baik dalam segi
kebahasaannya dan sangat baik juga dalam
segi gambar dan penyajiannya.
2. Revisi I
Setelah validasi dilakukan, draf I
kemudian direvisi berdasarkan saran/ masukan
dari validator seperti ditampilkan dalam Tabel
1.
Tabel. 1 Hasil Revisi Modul dari Validator
Sebelum revisi
Peta
konsep
harus
ada
hubungan silang dan pada
kolom bukan konsep tidak di
beri objek
Persamaan
matematis
sebaiknya ditulis sendiri, bukan
hasil mengkopi dari internet
seperti pada modul halaman 69
Perbaiki soal no.5 halaman 20.
kenapa tukang cuci mobil
mengangkat batu ?
Sampul
modul
yang
menggambarkan fluida dinamis
diganti gambar sampul yang
menggambarkan fluida statis
Lay-out sebaiknya diganti yang
lebih sederhana dan warnanya
di sinergikan dengan sampul
depan
Tambahkan refleksi total
materi pada halaman terakhir
modul agar guru mengetahui
Setelah revisi
di dalam modul.
Setelah revisi
Sudah diperbaiki dengan
menghapus kotakan pada
penerapan konsep
Persamaan
matematis
sudah diperbaiki dengan
aplikasi math type oleh
peneliti.
Sudah diganti, penulis
salah ketik harusnya
‘mobil’ bukan ‘batu’
Sudah diganti dengan
ekskavator
yang
menggambarkan salah
satu materi fluida statis
Sudah
diganti
dan
disesuaikan
warnanya
dengan warna dominan
kuning
Sudah ditambahkan
kolom ‘refleksi diri’
untuk seluruh sub materi
4. Revisi II
Hasil dari ujicoba terbatas juga berupa
saran dan masukan dari siswa yang diperbaiki
oleh peneliti, diantaranya perbaikan terhadap
hasil cetakan yang kurang jelas, redaksi
penulisan yang kurang lengkap dan
penambahan konversi satuan. Setelah direvisi,
hasil perbaikan kemudian disusun kembali
menjadi
draft
modul
III
yang
diimplementasikan pada uji coba lapangan di
86
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
kelas X-MIPA.1 SMAN
sejumlah 37 siswa.
2
Karanganyar
fisika berbasis PjBL ini belum dapat
mendorong
siswa
untuk
mendapatkan
penghargaan dalam bidang seni. Indikator (7)
mampu melihat permasalahan, mengalami
peningkatan ketercapaian dari 75 menjadi 87
dengan nilai gain 0,50 atau dalam kategori
sedang. Indikator (8) mempunyai rasa humor,
mengalami peningkatan dari 82 menjadi 87
dengan nilai gain 0,29 atau dalam kategori
rendah. Indikator (9) memunyai daya
imajinasi, mengalami peningkatan nilai
ketercapaian dari 67 menjadi 82 dengan nilai
gain 0,44 atau dalam kategori sedang.
Indikator yang terakhir (10) original dalam
gagasan, mengalami peningkatan nilai
ketercapaian 68 menjadi 79 dengan nilai gain
0,35 atau dalam kategori sedang. Seluruh data
nilai kreativitas belajar siswa ditampilkan
dalam Gambar 2.
5. Uji Coba Lapangan Utama
Data yang didapatkan dalam ujicoba
lapangan dengan penerapan pembelajaran
menggunakan modul pembelajaran fisika
berbasis PjBL pada materi fluida statis ini
meliputi data hasil penilaian kemampuan
sikap, pengetahuan, keterampilan dan data
kreativitas belajar siswa. Selain hal tersebut,
siswa juga diminta untuk melakukan penilaian
terkait penggunaan modul pembelajaran PjBL
dalam mendampingi pemahaman materi
tentang fluida statis.
a. Penilaian Kreativitas Belajar Siswa
Penilaian kreativitas belajar siswa
dilakukan pada 37 siswa kelas X-MIPA.1
SMAN 2 Karanganyar dengan menggunakan
pre dan post test dari angket kreativitas belajar
berdasarkan penggunaan modul pembelajaran
berbasis PjBL pada penyampaian materi fluida
statis.
Aspek penilaian kreativitas belajar siswa
terdiri dari sepuluh (10) indikator dengan
indikator (1) rasa ingin tahu, mengalami
peningkatan nilai ketercapaian dari 72 menjadi
91 dengan nilai gain 0,68 atau berkategori
peningkatan yang tinggi. Indikator (2)
mengajukan
pertanyaan,
mengalami
peningkatan nilai ketercapaian dari 74 menjadi
90 dengan nilai gain 0,62 atau dalam
peningkatan kategori tinggi. Indikator (3)
memberikan usulan, mengalami peningkatan
ketercapaian dari 75 menjadi 88 dengan nilai
gain 0,52 atau dalam kategori sedang.
Indikator (4) bebas menyatakan pendapat,
mengalami peningkatan nilai ketercapaian dari
83 menjadi 95 dengan nilai gain 0,71 atau
dalam kategori peningkatan tinggi. Indikator
(5) mempunyai rasa keindahan, mengalami
peningkatan nilai dari 67 menjadi 83 dengan
nilai gain 0,49 atau dalam kategori sedang.
Indikator (6) menonjol dalam bidang seni,
belum mengalami peningkatan yang signifikan
yakni dari nilai ketercapaian 58 menjadi 66
dengan nilai gain 0,20 atau dalam batas
kategori
sangat
rendah.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa penggunaan modul
Gambar 2. Grafik Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
Berdasarkan
Gambar
2
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
menggunakan modul pembelajaran fisika
berbasis PjBL pada materi fluida statis dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa karena
secara keseluruhan aspek kreativitas belajar
siswa mempunyai nilai gain 0,46 atau dalam
kategori sedang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Syaifudin (2011: 43) yaitu berhasil
meningkatkan kreativitas belajar ketika hasil
perhitungan gain menunjukkan minimal
kategori sedang (0,41 < n-gain < 0,60).
Hasil penelitian tersebut ternyata senada
dengan hasil penelitian Mukayatun et al (2013)
yang menyatakan bahwa setelah adanya
pembelajaran
berbasis
PjBL
terjadi
peningkatan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif dan banyak terjadi respon positif seperti
87
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
mempunyai nilai rata-rata 73, KB.2 tentang
hukum Archimedes dengan nilai rata-rata 76,
KB.3 tentang Kapilaritas dengan nilai rata-rata
77 dan KB.4 tentang Viskositas dengan nilai
rata-rata 88. Data penilaian tersebut secara
keseluruhan dirata-rata dan disimpulkan bahwa
bahwa 25 siswa dinyatakan Lulus dan 11 siswa
harus melalui proses remediasi. Secara
keseluruhan hasil belajar menggunakan modul
berbasis PjBL ini dinyatakan berhasil karena
nilai rata-rata siswa (78) sudah melebihi angka
kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75). Hasil
penelitian ini senada dengan penelitian Yang
& Guo (2013) bahwa dengan menggunakan
pembelajaran
berbasis
PjBL
dapat
meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa
khususnya dalam aspek pengetahuan.
siswa merasa senang dan tidak terbebani. Hasil
penelitian juga menjawab tantangan yang
diberikan dari penelitian Fasko (2001) bahwa
kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
melalui peningkatan kreativitas dalam
pembelajaran. Aktivitas yang dihasilkan dalam
pembelajaran PjBL juga dapat meningkatkan
kreativitas belajar seperti yang diungkapkan
dalam penelitian Yang & Guo (2013).
b. Hasil Belajar Aspek Sikap Ilmiah
Penilaian komponen sikap ilmiah
dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran
menggunakan modul berbasis PjBL yang
pengamatannya dibantu oleh observer I,
observer II dan observer III dalam
penilaiannya. Aspek yang dinilai adalah rasa
ingin tahu, jujur, disiplin, kreatif dan kerja
keras.
Hasil penilaian memperlihatkan bahwa
sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran
menggunakan modul berbasis PjBL ini mulai
membudaya. Sikap yang dimaksud berarti
adalah rasa ingin tahu yang mulai berkembang
baik, kejujuran yang terlihat berkembang baik,
kedisiplinan belajar yang mulai berkembang
baik, ide kreatif dalam pembelajaran yang
mulai berkembang baik dan kerja keras yang
ditunjukkan dalam proses pembelajaran juga
mulai berkembang baik menuju pembiasaan
yang membudaya. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Mukayatun et al (2013) bahwa
peningkatan kreativitas dapat meningkatkan
aspek sikap belajar siswa. Penelitian Yalcin et
al (2009) juga menyebutkan hal senada, bahwa
dengan
pembelajaran
PjBL
dapat
mennghasilkan sikap belajar yang lebih baik
karena dapat menggairahkan siswa dalam
belajar.
c. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Penilaian aspek pengetahuan siswa
dilakukan setelah adanya forum presentasi oleh
masing masing kelompok mengenai proyeknya
masing-masing. Setelah tanya jawab selesai
dan adanya penguatan dari guru setelah itu
dilaksanakan penugasan untuk mengerjakan
soal evaluasi utuk masing-masing kegiatan
belajar (KB).
Hasil penelitian menjelaskan bahwa
Kegiatan Belajar (KB).1 tentang hukum Pascal
d. Hasil Belajar Aspek Keterampilan
Penilaian
keterampilan
(aspek
psikomotorik) siswa di dalam penelitian ini
berdasarkan lembar observasi tugas proyek
pada setiap kelompok. Seluruh siswa dibagi
menjadi 6 kelompok dengan masing-masing
proyek sesuai dengan pembagiannya masingmasing, yaitu kelompok (1) dan (2) tentang
proyek robot hidrolik, kelompok (2) dan (3)
tentang proyek balon udara, dan kelompok (4)
dan (5) tentang proyek lilin aromatherapi.
Pembagian kelompok terdiri dari 6
kelompok dengan kriteria penilaian terdiri dari
3 aspek penilaian yang terdiri dari aspek (1)
perencanaan proyek, (2) proses pembuatan,
dan (3) hasil produk dan pelaporan proyek.
Tiga aspek penilaian tersebut dijabarkan
masing-masing menjadi 3 deskriptor yang
disusun dalam lembar observasi tugas proyek.
Secara keseluruhan aspek keterampilan siswa
dikategorikan ‘baik’ dengan rata-rata penilaian
3,1. Rincian penilaiannya adalah kelompok 1
dengan nilai rata-rata penilaian keterampilan
2,4 (cukup baik), kelompok 2 mendapatkan
skor penilaian rata-rata 3,7 (sangat baik),
kelompok 3 mendapatkan skor penilaian ratarata 3,4 (sangat baik), kelompok 4 dengan skor
penilaian rata-rata 3,0 (baik), kelompok 5
dengan skor penilaian rata-rata 2,7 (baik), dan
kelompok 6 dengan skor penilaian rata-rata 3,3
(sangat baik). Nilai-nilai ini mengartikan
bahwa dengan menggunakan bantuan modul
88
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
6. Penyempurnaan (Revisi III)
Hasil uji lapangan dan penilaian produk
dari siswa menunjukkan bahwa isi/ materi
sudah baik, bahasa di dalam modul juga sudah
baik dan tampilan/ gambar sudah sangat baik
sehingga
tahap
selanjutnya
adalah
menyempurnakan modul dari saran beberapa
siswa dalam uji lapangan utama. Saran
tambahan dalam revisi III ini hanya sedikit,
diantaranya hanya memperjelas gambar dan
penambahan kata mutiara. Perbaikan yang
lebih sedikit daripada revisi sebelumnya, hal
ini menunjukkan bahwa modul yang
dikembangkan sudah lebih baik dari
sebelumnya dan siap untuk disebarkan ke
sekolah-sekolah lain.
berbasis PjBL dapat membuat siswa terampil
dalam mengaplikasikan konsep pelajaran yang
dipahaminya.
Hasil pembelajaran aspek keterampilan
pada penelitian ini sejalan dengan manfaat
PjBL yang diungkapkan Yalcin et al (2009)
yang dapat membuat pembelajaran lebih
bersemangat dan bermotivasi tinggi sehingga
keterampilan siswa juga menjadi lebih baik.
Hasil ini juga menjawab tantangan hasil
penelitian Mukayatun et al (2013) yang
dengan pembelajaran PjBL-nya belum dapat
mempengaruhi aspek psikomotorik siswa, akan
tetapi pada penelitian pengembangan modul
pembelajaran berbasis PjBL yang dilakukan
peneliti membuat aspek keterampilan siswa
menjadi baik.
Tahap Disseminate
Pada tahap penyebaran, modul fisika
berbasis PjBL pada materi fluida statis ini
disebarkan di 5 sekolah di kabupaten
Karanganyar. Penyebaran dilakukan di SMAN
1 Karanganyar, SMAN 2 Karanganyar, SMAN
Karangpandan, SMAN Jumapolo, dan SMAN
Mojogedang. Setelah diberikan modul fisika
berbasis PjBL beserta RPP pada materi fluida
statis ini kemudian guru-guru tersebut
melakukan penilaian yang disajikan dalam
angket respon dan keterbacaan modul yang
terdiri dari 5 pertanyaan.
Hasil penilaian memperlihatkan secara
rinci data penilaian produk oleh guru dalam
tahap penyebaran ini. Responden 1 adalah guru
fisika yang berasal dari SMAN 1 Karanganyar,
memberikan nilai 3,8 atau dengan kategori
sangat baik. Responden 2 berasal dari SMAN
2 Karanganyar memberikan nilai 3,6 (sangat
baik), Responden 3 berasal dari SMAN
Karangpandan yang menilai 3,6 (sangat baik).
Responden 4 adalah guru fisika yang berasal
dari SMAN Jumapolo yang memberikan nilai
4,0 pada modul (sangat baik), dan responden 5
adalah guru fisika yang berasal dari SMAN
Mojogedang yang memberikan penilaian 3,8
(sangat baik) pada modul. Jadi, secara
keseluruhan
pengembangan
modul
pembelajaran fisika berbasis yang berbasis
PjBL pada materi fluida statis ini mempunyai
nilai rata-rata seluruhnya 3,8 atau dalam
kategori ‘sangat baik’. Nilai ini membuktikan
e. Penilaian Produk oleh Siswa
Modul pembelajaran berbasis PjBL ini
setelah pembelajaran selesai dilakukan
penilaian oleh siswa mengenai komponen isi/
materi, bahasa dan tampilan/ gambar dalam
bentuk angket penilaian produk yang terdiri
dari 27 butir deskriptor. Komponen isi/ materi
terdiri dari 11 butir, komponen kebahasaan 3
butir, dan komponen tampilan/ gambar terdiri
dari 13 butir.
Hasil penilaian 37 siswa di kelas XMIPA 1 SMAN 2 Karanganyar tersebut
mengkategorikan modul pembelajaran berbasis
PjBL ini dalam kriteria ‘Sangat Baik’. Rincian
penilaian modul oleh siswa tersebut yaitu 3,63
pada komponen isi/ materi yang tersaji dalam
butir angket nomor 1-11, kemudian nilai 3,43
untuk skor kebahasaan yang tersaji dalam butir
angket nomor 12-14 dan nilai 3,42 untuk skor
penilaian tampilan/ gambar pada butir angket
nomor 15–27. Nilai rata-rata keseluruhan
modul adalah 3,51 (sangat baik) yang
mengartikan bahwa modul pembelajaran fisika
berbasis PjBL mempunyai kualitas yang sangat
baik dari segi materi, bahasa dan tampilan/
gambarnya. Penilaian tersebut mengartikan
bahwa modul sangat baik dipakai dalam
pembelajaran sehingga dapat menjadi alternatif
pendekatan dalam pemecahan permasalahan
siswa seperti yang diungkapkan dalam
penelitian Kiong et al (2011).
89
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
dikembangkan modul pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai panduan siswa dalam
belajar mandiri sebagai salah satu sarana
pembelajaran. (2) Perlu adanya persiapan yang
baik dalam pembelajaran menggunakan modul
pembelajaran fisika berbasis PjBL agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.
(3) Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai
acuan
untuk mengembangkan
penelitian
sejenis,
terutama
penelitian
pengembangan modul dalam pembelajaran
fisika. Peneliti dapat mengembangkan modul
dengan pendekatan pembelajaran dan materi
yang berbeda.
bahwa menurut guru fisika di 5 sekolah
tersebut, modul fisika berbasis PjBL yang
dikembangkan peneliti mempunyai kualitas
sangat bagus dari segi materi, bahasa dan
tampilan/ gambar sehingga sangat layak
dipergunakan dalam pembelajaran fisika di
SMA/MA. Hal tersebut senada dengan hasil
penelitian Sampurno (2009) bahwa pembuatan
media pembelajaran yang baik sangat perlu
dilakukan demi meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian
pengembangan modul pembelajaran fisika
berbasis PjBL pada materi fluida statis untuk
kelas X SMA/MA yang telah dilakukan
adalah:
1. Karakteristik khusus pengembangan modul
pembelajaran
berbasis
PjBL
yang
dikembangkan peneliti memiliki enam
sintaks pembelajaran PjBL yaitu penentuan
pertanyaan mendasar, perancangan proyek,
penyususnan jadwal, pengawasan kemajuan
proyek,
pengujian
hasil,
dan
pengevaluasian
pengalaman
yang
diintegrasikan ke dalam rubrik di dalam
modul.
2. Modul fisika berbasis PjBL yang
dikembangkan memenuhi kriteria layak
pada aspek kelayakan isi dan penyajian,
kelayakan bahasa, kelayakan aspek
pembelajaran PjBL, dan kelayakan
kegrafikan dengan nilai rata-rata 3,8 atau
dalam kategori ‘sangat baik’.
3. Pembelajaran
menggunakan
modul
pembelajaran fisika berbasis PjBL pada
materi fluida statis dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa dengan nilai gain
0,46 atau dalam kategori sedang.
Daftar Pustaka
De graff, J & Lawrence, K., A. (2002). Creativity at
Work: Developing the Right Practices to
Make Innovation Happen. San Francisco:
Jossey-Bass Company
Djuandi. (Ed). (2014). Instrumen Penilaian Buku
Teks. Jakarta: bsnp-indonesia.org
Depdiknas. (2008). Teknik Penyusunan Modul.
Jakarta: Depdiknas
Fasko, D. (2001). Education and Creativity.
Creativity Reasearch Journal, 3 (13), 317327.
Grant, M, M & Tamim, S, R. (2013). Definition
and Uses: Case Study of Teachers
Implementing Project-based Learning.
Interdiciplinary Journal of Problem-based
Learning, 7 (2), 72-101.
Haryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Ajar
untuk Persiapan Guru dalam Mengajar.
Yogyakarta: Gava Media.
Kiong, T.T. et al. (2011). Procedia – Social and
Behavioral Sciences, The Development
And Evaluation Of The Qualitis Of Buzan
Mid
Mapping
Module.
Malaysia:
Universiti Tun Hussein.
Rekomendasi
Dalam penggunaan modul pembelajaran
berbasis PjBL perlu diperhatikan beberapa hal
diantaranya (1) Kepada guru mata pelajaran
Fisika untuk lebih variatif dalam penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Serta perlu
Meltzer, D.E. (2001). The Relationship between
Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: a Possible
“Hidden Variable” in Diagnostic Pretest
Scores. United States: Lowa State
University.
90
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
Yang, Y & Guo, Y. (2013). Project Based
Learning: an Effective Approach to Link
Teacher Professional Development and
Students Learning. Journal of Educational
Technology Development and Exchange, 5
(2), 41-45.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2014).
Permendikbud RI No.59 Tahun 2013
tentang Kurikulum 2013 SMA/ MA. Jakarta
: Kemendikbud.
Mukayatun et al.(2013). Pembelajaran Biologi
dengan Pendekatan CTL dengan Teknik
Network Tree dan Spider Concept Map
Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya
Berpikir Peserta Didik. Jurnal Inkuiri
FKIP UNS, 1 (2), 14-24.
Mukhayyarotin, N . (2013). Pengembangan Modul
Fisika Berbasis Problem Based Learning
pada Materi Fluida untuk Siswa Cerdas
Istimewa-Berbakat Istimewa (CIBI). Tesis.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Novitayani, L. (2014). Pengembangan Modul
Fisika Berbasis Somatic, Auditory, Visual,
Intelectual (SAVI) untuk Meningkatkan
Kreativitas
Belajar
Siswa.
Tesis.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Puspendik. (2013). Laporan Hasil Ujian Nasional
Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Puspendik. (2014). Laporan Hasil Ujian Nasional
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sampurno, A. (2009) Penerapan Metode Belajar
Akif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Susilana, R & Riyana, C. (2007). Media
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Thiagarajan,
dkk.
(1974).
Instructional
Development for Training Teacher of
Exceptional
children.
Bloomington
Indiana: Indiana University.
Trianto.
(2010).
Mendesain
Pembelajaran
Kontekstual di Kelas. Surabaya: Cerdas
Pustaka Publisher.
Yalcin, S., A., Turgut, U & Buyukkasap, E. (2009).
The Effect of Project Based Learning on
Science Undergraduates’ Learning of
Electricity, Attitude towards Physics and
Scientific Process Skills. International
Online Journal of Education Sciences. 1
(1) 81-105.
91
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 81-92)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
92