Tala
Ahmad Fahmy Alattas
Sepatah kata
1. Belajar memahami dengan melihat Sejarah
2.Perjalanan Sejarah Sistim Tala :
Ling Lun
Pythagoras
Ptolemy
Al-Farabi
Fibonacci
J Kepler,
Werckmeister
J.S Bach
Kirnberger
A.J. Ellis
H Hemholtz .
3.Belajar Mengenali diri sendiri dengan memahami tempat asal kita
4.Local Tuning dari beberapa Daerah tertentu :
Musik Arab
Musik India
Musik China
Musik di Indonesia
5. Perkembangan Sistim Tala dari awal Abad XX hingga sekarang
Jaap Kunts
J.W.S Rayleigh
Harry Partch
Heinz Bohlen
John R. Pierce
Bohlen–Pierce scale
Robert Moog
Léon Theremin
Wendy Carlos
6.Perkembangan yang terakhir tentang Sistim Tala pada Tehnologi baru
Synthesizer
Dari modular synthesizer ke
musik Pop
7.Bermacam-macam Equal Temperament Scale
Equal Temperament
Cara mengenali fasilitas tuning pada
Instrument
8. Penutup
Daftar Tabel Equal Temperament
Daftar Pustaka
Sepatah Kata
Pada abad 14 – 15 di Eropa telah terjadi zaman Renaisance atau Abad Pencerahan,
dimana semua ukuran-ukuran seperi ukuran jarak, berat dan lain-lain dibakukan. Dan hal itu tetap
berlangsung dan masih berkembang terus-menerus hingga akhir abad ke 19. Setelah itu, dimulai dari
abad 20 hingga sekarang hal ini masih dikembangkan dan diteruskan oleh ilmuwan di Eropa yang juga
ditambah dengan ilmuwan dari bangsa-bangsa lainnya yang dengan sendirinya terpaksa harus tumbuh
dengan parameter yang sama dengan ilmu pengetahuan yang ada di Barat. Hal ini terjadi dikarenakan
praktek kolonialisme yang pernah dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa.
Seperi yang sudah kita baca dari buku-buku sejarah dunia bahwa Ilmu pengetahuan di Barat
mulai tumbuh dan berkembang setelah zaman Renaisance atau Abad Pencerahan. Menurut hemat
saya Abad Pencerahan di zaman Renaisance ini idak lebih dari sekedar Abad Kacamata Kuda, yang
mana memang masih terdapat kesalahan terhadap sisim ukuran-ukuran tertentu dan hal ini masih bisa
dibukikan dari abad ke 20 dan terus berlangsung hingga sekarang. Akan tetapi walau bagaimanapun
saya masih sependapat dengan semangat Ilmu Pengetahuan Barat, yaitu untuk mencoba keluar dari
satu ketololan dan bersiap-siap untuk masuk kedalam ketololan yang berikutnya .
Sesuai dengan perjalanan Kolonialisme Barat yang dimulai dengan jalur perdagangan
rempah-rempah yang pada waktu itu masih di dominasi oleh kerajaan-kerajaan Islam, para pedagang
Eropa memulainya dengan melalui pantai barat Afrika hingga ke Cape Town, lalu mulai memasuki
pantai timur Afrika hingga Madagascar dan Zanzibar, setelah itu mulai masuk ke Asia seperi Yaman,
Iran , Hindustan hingga sampai ke kepulauan Nusantara ini. Karena memang harus ada tempat-tempat
yang menjadi pos untuk perjalanan yang panjang dan melelahkan tadi, maka para pedagang Eropa tadi
harus membuat daerah Koloni nya masing-masing, yang mana sebagai pendatang harus menaklukkan
bangsa-bangsa asli yang sudah menghuninya secara turun-temurun. Penaklukan ini berlangsung dengan
berbagai cara, yaitu dengan senjata, budaya bahkan dengan Agama yang dianutnya. (1)
Karena selain para tentara bayaran dan kaum Agamawan yang ada didalam perjalanan para pedagang
Eropa tadi, masih ada lagi para Ilmuwan yang juga ikut terlibat. Dan para Ilmuwan tadi terus-menerus
melakukan korespondensi dengan para Ilmuwan yang ada di daratan Eropa, dengan demikian kita dapat
melihat bahwa masih adanya bahwa ada keterhubungan antara Ilmu Pengetahuan yang ada di benua
Eropa dengan Ilmu Pengetahuan yang baru didapat oleh para Ilmuwan yang ikut terlibat dalam
perjalanan para Kolonial tadi. Sebagai akibatnya Ilmu Pengetahuan di Eropa berkembang dengan
pesat, sedangkan para bangsa jajahannya tadi hanya terkagum-kagum dengan Agama dan Ilmu
Pengetahuan yang sedang ditawarkan oleh para Kolonial tadi. Atau dengan kata lain bangsa-bangsa di
Eropa mulai meninggalkan secara perlahan-lahan Kacamata Kuda mereka, sedang bagi para bangsa
jajahannya mulai berbondong-bondong menggunakan Kacamata Kuda yang mulai diinggalkan oleh
para Majikan Barat mereka.
Seperi yang sudah kita ketahui dari sejarah bahwa perkembangan Ilmu pengetahuan Eropa
dimulai setelah mereka mulai mengadopsi dari peradaban Islam. Bahkan sebagai muslimin seharusnya
kita malu pada diri kita sendiri, karena hal ini sudah jelas dan berkali-kali tertulis didalam ayat-ayat yang
(1) 3 G yaitu : Gold,God and Glory. Dengan semangat seperi ini para pedagang Eropa memulai ekspedisinya untuk
menaklukkan bangsa-bangsa penghuni asli di Afrika, Asia dan Amerika.
terdapat pada kitab suci Al-Quran sebagai : tanda-tanda bagi mereka yang mau berfikir. Bahkan saya
juga malu melihat keterbelakangan masyarakat kita yang mulai mengganikan Budaya Berfikir dengan
Budaya Pop, dan hal ini juga dilakukan dengan meng atas-namakan Industri. Ini sebuah pemikiran yang
salah kaprah dan tanpa strategi jangka panjang sama sekali. Bahkan mereka sudah lupa bahwa Budaya
Pop yang ada di Barat adalah salah satu dari hasil akhir dari perjalanan kebudayaan yang telah
terjadi berabad-abad. Sedangkan Budaya Pop dari Bangsa-Bangsa lainnya dengan sendirinya selalu
berhubungan dengan Akar Tradisi dari Bangsa tersebut. Sebagai akibatnya kita telah melihat Bangsa
Indonesia sebagai Bangsa yang mulai tercerabut dari Akar Budayanya sendiri.
Sebenarnya ide saya untuk menulis buku ini adalah dikarenakan ketergangguan saya terhadap
cara berikir yang awam dari kebanyakan masyarakat modern di Indonesia, bahkan sebagian dari orangorang yang menganggap dirinya intelektual (maaf “Pseudo Intellectual”) mencoba berikir untuk
melakukan Standarisasi Tuning. Dan saya berikir bahwa hal ini adalah sesuatu yang sama sekali idak
diperlukan, apalagi hal ini juga sesuatu yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh para seniman tradisi
kita. Karena jika standarisasi itu memang terjadi, maka hal itu akan menjadi pemiskinan kebudayaan
yang dengan sendirinya akan mengakibatkan bangsa kita ini menjadi bangsa kelas pecundang. Sedang
untuk saya sendiri akan lebih baik jika kita membiarkan penalaan yang telah terjadi pada musik tradisi
kita dan menggunakan standard tuning yang kita dapatkan dari perjalanan sejarah musik di Barat
hanya sebagai sebuah parameter saja, yaitu dengan mengukur perbedaan yang terjadi antara Sistim
Tuning Lokal dengan Standard Tuning International yang berlaku umum. Dengan demikian kita idak
akan pernah kehilangan idenitas diri kita. Bahkan saya sering menggunakan fasilitas Microtuning pada
sebuah keyboard atau soft synth untuk melakukan adaptasi terhadap sistim penalaan yang ada pada
musik tradisi di Indonesia. Dan hal ini juga telah dilakukan oleh beberapa kawan yang lainnya, juga
salah satu diantaranya termasuk Pra Budi Dharma (pemain Bass Guitar dari Group Band Krakatau).
Disamping itu saya pernah mendapatkan sebuah cerita dari kawan saya Haryo”Yose”Soeyoto
tentang seorang tukang sapu yg sudah tua. Pada waktu menyapu, pak tua itu menyanyikan sebuah
tembang dari Jogjakarta, dan setelah selesai menyapu pak tua tersebut ke salah satu ruang kelas yang
ada Piano nya. Waktu itu beliau mencoba mencari nada-nada di Piano yang dianggap cocok dengan
melodi lagu pada tembangan nya tadi. Tak lama sesudah itu beliau keluar kelas, lalu Yose bertanya :
kenapa idak diteruskan saja pak ? Dan pak tua itu menjawab : Piano nya sumbang mas ! Lalu setelah
itu Yose bertanya pada saya : Bagaimana menurut kamu ??? Saya ikir keduanya memiliki kebenaran
sendiri-sendiri jika kita melihat dari Akar Budaya nya masing-masing.
Karena itu saya mulai melengkapi koleksi buku-buku saya dengan beberapa buku Matematika
dan Fisika Bunyi yang juga berhubungan dengan Frekuensi, disini kita juga akan dapat melihat bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara Musik, Matematika dan Fisika Bunyi. Dan selain itu juga saya
melengkapinya dengan buku-buku tentang Musik Jawa (2), juga bebrapa buku tentang Musik India dan
Musik Arab, karena selain berhubungan dengan Matematika dan Fisika Bunyi, Musik juga berkaitan
erat dengan Budaya Lokal ( Ethnography). Selain itu saya juga mempelajari perbandingan yang ada
antara 12 Equal Temperament dengan 24 Equal Temperament dan 17 Equal Temperament pada
Keyboard Roland XP-80 yang satu-satunya yang saya miliki, sekalipun saya juga memang sudah
mengetahui bahwa Keyboard dari jenis apapun yg di produksi pada tahun 1990 hingga yang terakhir
(2) Jaap Kunts – Music in Java
memiliki fasilitas Microtuning dan juga memungkinkan untuk mengubah menjadi beberapa System
Equal Temperament dalam batas tertentu.
Pada akhirnya, setelah saya membaca beberapa buku tentang Tuning System atau sistim dalam
penalaan, akhirnya saya mencoba untuk membuat buku ini, sekalipun pada akhirnya saya lebih banyak
menterjemahkan sekian banyak potongan arikel yang berasal dari Wikipedia. Dan juga saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk almarhum guru saya yang tercinta yaitu mas
Slamet Abdul Sjukur atas pengetahuan yang diberikannya dan juga antusiasme dan dukungan moril
yang diberikan semasa hidup beliau, dan juga untuk para pendahulu pak Suka Harjana, pak Dieter Mack
dan juga untuk Phillip Corner yang telah memperkenalkan fluxus kepada saya dan kawan-kawan
lainnya, termasuk untuk temanku Skip Laplance yang menginformasikan tentang 31 Tone Equal
Temperamet yang pada akhirnya karena keterbatasan pada Roland XP-50 saya hanya mampu membuat
30 Tone Equal Temperamet. Juga untuk temanku Azuzan Jg yang telah memberikan ruang kepada saya
untuk bermain dengan 30 Tone Equal Temperament (Lembah Dalam– Maxim Gorky [Teater Lembaga
1996]), Juga termasuk untuk kakanda yang tercinta Remy Sylado yang sudah sangat banyak membantu
saya dalam mengedit buku saya yang pertama (Memahami Musik) dan memberikan sedikit masukan
tentang laras Slendro, juga untuk teman-temanku Danny Ardiono, Erick Prasetya yang juga telah
memberikan dukungan moral, Toni Prabowo dan Arjuna Hutagalung untuk perdebatan panjang yang
iada akhir dan muridku Putu Oki Sukanta yang juga sangat antusias untuk mempelajari Microtonal
Music, juga untuk temanku Embie C Noor yang telah memberikan masukan tentak ekpresi dalam Bahasa
, juga termasuk istriku yang tercinta Neneng Fahmy Alattas yang selalu menemani saya dalam proses
pembuatan buku ini, dan pada akhirnya untuk pamanku Farouk Shahab dan semua saudara-saudaraku
Idrus Alatas, Ali Reza Alatas, Alwi Alatas dan Ummuhani Alatas atas bantuan moril dan material, dan
yang paling utama adalah untuk Ibunda tersayang Nafisah Hasan Alatas yang selalu menjaga dan
menyayangiku sejak dalam kandungannya hingga sekarang dan almarhum ayahanda tersayang Hasan
Alatas.
Wassalam, Jakarta 21 April 2015
Ahmad Fahmy Alattas
1. Belajar memahami dengan melihat Sejarah
Sejarah ? Seberapa pening kah Sejarah ? Mungkin pengetahuan tentang sejarah
menjadi idak terlalu pening jika kita hanya menghafal dongeng-dongeng tentang para tokoh masa lalu.
Akan tetapi pengetahuan tentang sejarah itu dengan sendirinya akan menjadi pengetahuan yang
sangat berharga setelah kita memahami setiap urutan dan perkembangan dari perjalanan panjang
yang sudah dan sedang terjadi pada seluruh peradaban ini. Seperi cerita tentang bagaimana Allah
menciptakan manusia sebagai mahluk yang berfikir, itu juga salah satu pengetahuan tentang sejarah
manusia, dan itu bukan hanya sekedar hafalan yang diwariskan secara turun temurun. Atau dengan kata
lain kemampuan berikir yang diberikan Allah swt untuk manusia adalah untuk mengerti , bukan
menghafal.
Memang menghafal juga salah satu hal yang dibutuhkan kita untuk mengingat, karena itu salah satu cara
kita untuk menyimpan informasi. Tapi bisa kita bayangkan apa akibatnya seandainya kita hanya memiliki
tempat penyimpanan yang bagus tanpa memprosesnya lebih jauh lagi, berari kita hanya akan
berhadapan dengan sekumpulan puzzle yang samar dan idak jelas. Jika kita membandingkan dengan
tehnologi yang ada sekarang, seorang penghafal itu seperi external HD, tanpa Processor apalagi
Program. Karena yang mampu mengolah sekumpulan data tadi hanyalah Komputer yang memiliki
Processor dan program-programnya. Dengan demikian akan lebih baik jika kita mempelajari sesuatu
hingga kita mengeri daripada hanya sekedar menghafal.
Saya teringat dengan pernyataan tentang “Jas Merah” atau “Jangan sekali-sekali Melupakan Sejarah”,
dan hal ini sangat sering dikatakan oleh almarhum Presiden Soekarno yang menjadi salah satu dari
para bapak pendiri bangsa ini. Hanya sayangnya hal yang dikatakan oleh Presiden Soekarno itu sering
diterjemahkan oleh Bangsa ini adalah melulu sebagai sejarah Bangsa Indonesia saja. Dan dalam hal ini
saya sama sekali idak sependapat, karena apapun yang terjadi pada Bangsa ini tidak akan pernah
dapat dipisahkan dengan Bangsa-Bangsa lain nya yang ada dimuka Bumi .
Seperi juga dengan halnya Bangsa-Bangsa yang sudah saya sebutkan tadi, hal yang seperi ini terjadi
pula pada Ilmu Pengetahuan. Sementara kebanyakan orang awan hanya berikir tentang kemampuan
otak kanan yang cenderung digunakan untuk pemahaman tentang Bahasa dan Kesenian, dan juga
kemampuan otak kiri yang cenderung digunakan untuk pemahaman tentang ilmu-ilmu pasti. Pada
dasarnya saya idak pernah menolak hasil peneliian tersebut, akan tetapi hal ini bagi saya sudah
menjadi ketergangguan jika disaat tertentu saya berhadapan dengan seseorang yang merasa dirinya
seorang intelektual (Pseudo Intellect) yang hanya sibuk membicarakan tentang otak kiri dan otak
kanan, dan sementara pengetahuan tentang hal itu mereka telan langsung mentah-mentah sebagai
sebuah doktrin yang tanpa dikunyah, apalagi dicerna ? Bagaimana caranya mereka bisa mempercayai
sebuah asumsi yang tumbuh dari sebuah peneliian tanpa pernah mengenal pencapaian-pencapaian
yang sudah nyata dan jelas sebagai hasil produk dari peradaban itu sendiri ? Buat saya pribadi ini
adalah contoh model dari absurditas manusia modern Indonesia, sebuah produk yang idak jelas dan
sama sekali idak membumi.
Sepanjang pengetahuan saya hal yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah Bahasa.
Dengan kata lain sebuah Bahasa akan tumbuh di sebuah Daerah (Local Area) dikarenakan adanya
kesepakatan diantara masyarakat yang menggunakannya. Dan Bahasa tersebut selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan daerah nya masing-masing. Kita dapat melihat hal ini seperi yang dimulai
dengan Bahasa Daerah yang pada akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi Bahasa Nasional.
Disini saya juga dapat memahami bahwa selain bahasa verbal yang berlaku umum untuk Bangsa
tertentu, masih terdapat meta bahasa atau bahasa-bahasa yang lebih abstrak seperi Kesenian.
Kesenian sering menggunakan bahasa symbol untuk mengekspresikan sesuatu, sekalipun kesenian tadi
masih menggunakan bahasa verbal sebagai salah satu bagian dari media nya (Teater dan Sastra). Dan
selain itu masih ada juga meta bahasa yang lainnya yang pada akhirnya juga tumbuh dan juga
berkembang menjadi bahasa yang tersendiri, seperi Matematika, Fisika dan Kimia. Juga selain itu
masih ada meta bahasa yang lainnya lagi seperi cara mempelajari bagaimana reaksi tubuh manusia,
hewan ataupun tanaman jika mereka berhadapan dengan sinyal-sinyal tertentu dari luar tubuhnya
ataupun berhadapan dengan ekspresi dari mahluk yang lainnya lagi. Hal ini juga telah berkembang
menjadi ilmu pengetahuan tentang Psikologi dan Biologi. Apalagi jika kita melihat perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Abad ke 20 ini, seperi ilmu pengetahuan tentang Antariksa, Persenjataan, Nuklir dan
termasuk juga Komputer yang telah menghasilkan bermacam-macam system coding. Hal ini dibangun
dengan salah satu dari meta bahasa, yaitu Matematika. Jadi bagaimana lagi kita masih dapat
mempercayai bahwa kemampuan berbahasa hanya dikendalikan oleh otak kanan ??? Saya ikir akan
lebih baik jika kita coba membuang pemisahan-pemisahan cara berikir tadi, dan mencoba melihat
sebuah persoalan dengan cara yang lebih menyeluruh ( integral). Dan pada hemat saya juga akan lebih
baik lagi jika kita mau membuang tahyul tentang otak kiri dan otak kanan tadi, karena pada dasarnya
kedua belahan otak tadi masih berada didalam tempurung kepala yang sama .
Pada dasarnya untuk saya sendiri hal ini sangatlah tepat dan jelas. Untuk memahami tentang situasi
yang sekarang sedang terjadi adalah memahami situasi yang sudah pernah terjadi di masa lampau.
Sedangkan untuk memahami situasi yang pernah terjadi dimasa lampau dengan sendirinya
mengenali setiap urutan-urutan kejadian dan beserta perkembangannya satu persatu. Dan hal ini
idak luput dari perjalanan sejarah yang telah dibangun secara bertahap dan terus menerus oleh
manusia itu sendiri. Dan disini juga akan kita lihat perkembangan Ilmu Pengetahuan yang diawali
dengan Filsafat yang mulai berkembang menjadi Astronomi, Astrology, Arithmatika, Musik ,Sosiology
dan Politik yang akhirnya berkembang menjadi Botany, Kimia, Fisika, Biology dan pada akhirnya juga
mendapatkan percabangan dengan Electro Dinamika, Psycology, Ethnography, Anthropology dan
berkembang lagi dan seterusnya. Seperinya hal ini sudah semakin sulit dan kompleks, mungkin akan
seperi itu bagi orang-orang yang biasa menggunakan kacamata kuda dan mungkin juga sama sekali
idak bagi orang-orang yang melihat segala sesuatunya berhubungan satu sama lain ( Integral).
Didalam Bab yang berikut ini saya hanya akan membahas sejarah perjalanan Tuning yang
akan dimulai dengan Ling Lun, Pythagoras dan lain-lainnya, diantaranya saya memasukkan seorang
tokoh Matematika yang sama sekali idak berhubungan dengan Musik, yaitu Fibonacci. Mengapa saya
memasukkan Fibonacci kedalam deretan para Filsuf, Ahli Matematika, Ahli Metafisik , Musisi, Dokter
dan Psikolog yang memilih Sistem Tuning dalam Musik sebagai bagian dari objek peneliian mereka ?
Karena saya ikir sistim deret yang telah dibuatnya masih relevan.
Sebaiknya kita idak lagi membatasi diri kita dalam melihat perkembangan dari apa yang sudah terjadi
pada disiplin ilmu yang sedang kita gelui, mungkin dengan mengenal disiplin ilmu yang lainnya juga
idak akan menjadi masalah selama hal ini masih berhubungan dengan bidang kita.
2.Perjalanan sejarah sisim Tala
Ling Lun
Ling Lun (China: 伶 倫 atau 泠 倫 ) adalah tokoh legenda musik di China kuno. Dalam mythology China
beliau membuat “Seruling Bambu” yang menghasilkan berbagai bunyi-bunyian yang menyerupai suara
burung-burung dan juga termasuk burung phoenix (burung ajaib yg berumur sekitar 500-600 tahun)
Beliau menggunakan lima nada yang berasal dari tradisi tangga nada China kuno (Gong, Shang, Jiao,
Ahi dan Yu) yang mana seiap nada mempunyai jarak yang sederajat (equivalent) dengan nada
1, 2. 3. 5. 6, 1 atau Do – Re – Mi – Sol – La – Do dalam tangga nada musik Barat. Kekaisaran Kuning
(Huangdi) membuat Bell yang susunannya sesuai dengan susunan tangga nada yang ada pada
Seruling tersebut. Dan konon menurut budayawan Remy Sylado bahwa sistim tala tersebut
dibawa dan diperkenalkan pada masyarakat di bumi nusantara ini yang waktu itu masih
bernama Swarna Dwipa dan Jawa Dwipa dan dipersembahkan kepada Negara Syailendra waktu
itu yang akhirnya berubah menjadi tangga nada Slendro.
Disini dapat kita lihat Bagaimana Scale yang dihasilkan: Mulailah dengan frekuensi dasar. (440 hertz
yang digunakan di sini.) Terapkan rasio untuk membuat kolom pertama. Salin kedua dan semua elemen
lebih lanjut dalam kolom ini dengan urutan masing-masing yang lain sebelas kolom. Terapkan rasio untuk
membuat kedua melalui kolom kedua belas. Demikian menghasilkan 144 frekuensi (dengan beberapa
duplikasi). Dari seiap kolom lima pilihan yang berbeda frekuensi non-berdekatan dapat dibuat. (Lihat
blok berwarna di bagian paling kiri.) Jadi seiap kolom dapat menghasilkan 60 Scale pentatonik yang
berbeda.(1) Wikipedia
Pythagoras 570 S.M
Pythagoras dari Samos adalah seorang Filsuf dan Matematikawan dari Yunani (Greek). Berdasarkan
dari catatan sejarah beliau mendalami ilmu-ilmu Metafisika (Metaphysics), Matematika (Mathematics),
Musik (Music), Etika (Ethics) dan Politik (Politics). Sedangkan pada masa itu iik awal perkembangan
dari ilmu pengetahuan itu sendiri dimulai dengan Filsafat (Philosophy), Arithmatika (Arithmatic), Musik
(Music) dan Ilmu Perbintangan (Astronomy). (2) Theon of Smyrna “Mathematic useful for understanding
Plato”
Pythagoras menemukan bahwa nada dalam musik ( Musical Notes) dapat diterjemahkan kedalam
persamaan matemaik (Mathematical Equations).
Ukiran kayu tentang dongeng bagaimana
Pythagoras menemukan sisim Tala (Tuning System)
Monochord
Pada waktu itu keika ia melewai pandai besi di tempat kerja dan berpikir bahwa suara yang berasal dari
landasan mereka yang indah dan harmonis, dan ia memutuskan bahwa apa pun hukum ilmiah
menyebabkan hal ini terjadi harus matemais dan dapat diterapkan musik. Dia pergi ke pandai besi untuk
mempelajari bagaimana suara yang dihasilkan dengan melihat alat-alat mereka. Ia menemukan bahwa
itu karena palu yang "rasio sederhana satu sama lain, satu setengah ukuran pertama, yang lain adalah
2/3 ukuran, dan sebagainya".
Legenda ini telah dibuang setelah terbuki palsu, berdasarkan fakta bahwa rasio ini hanya relevan
dengan panjang string (seperi string Monochord), dan idak palu berat badan. [51] [52] Namun,
mungkin saja Pythagoras memang bertanggung jawab untuk menemukan sifat-sifat panjang string.
Pythagoras menguraikan dengan teori angka, makna yang tepat dari yang masih diperdebatkan di
kalangan Scientist. Keyakinan lain dikaitkan dengan Pythagoras adalah bahwa tentang " harmony of the
spheres". Dengan demikian planet dan bintang-bintang bergerak menurut persamaan matemaika, yang
berhubungan dengan catatan musik dan dengan demikian menghasilkan sebuah simfoni.(2)
Pythagorean Comma
Pythaborean Comma dideinisikan dalam tala Pythagoras sebagai perbedaan antara semitone (A1 - m2),
atau interval antara nada enharmonically setara (dari D ♭ ke C♯ ). Interval Diminished 2nd memiliki
lebar yang sama tetapi arah yang berlawanan (dari ke C♯ ke D ♭).
Dalam penalaan musik, Pythaborean Comma (atau ditonic comma ), dinamai matemaikawan dan ilsuf
kuno Pythagoras, adalah interval kecil (atau Comma) yang ada di tala Pythagoras antara dua nada
enharmonically setara seperi C dan B♯ , atau D ♭ dan C♯ . Hal ini sama dengan rasio frekuensi 531.441:
524.288, atau sekitar 23,46 Cent, kira-kira seperempat dari semitone (di antara 75:74 dan 74:73 ).
Comma yang dalam temperamen musik (musical temperaments ) sering disebut sebagai tempering
adalah Pythagorean comma.
Pythagorean comma dapat juga dideinisikan sebagai perbedaan antara ApoTome dan Pythagorean
limma (yaitu, antara kromatik dan semitone diatonis, sebagaimana ditentukan dalam tala Pythagoras),
atau perbedaan antara dua belas perlima sempurna dan tujuh oktaf , atau perbedaan antara iga
Pythagorean ditones dan satu oktaf (ini adalah alasan mengapa Pythagorean comma juga disebut
diatonic comma).
Interval diminished second, dalam tala Pythagoras, dideinisikan sebagai perbedaan antara limma dan
ApoTome. Oleh karena itu bertepatan dengan kebalikan dari Pythagorean comma, dan dapat terlihat
sebagai Descending Pythagorean comma (misalnya dari C♯ ke D ♭), setara dengan sekitar -23,46 Cent.
Derivation atau penurunan
Seperti dijelaskan dalam pendahuluan, Pythagorean comma dapat diturunkan dalam beberapa
cara:
• Perbedaan antara dua nada enharmonically setara dalam tangga nada Pythagoras, seperti C dan
. B♯,atau D ♭ dan C♯ (lihat di bawah).
• Perbedaan antara Pythagorean apotome dan Pythagorean limma.
• Perbedaan antara twelve just perfect fifths dan tujuh octave.
• Perbedaan antara three Pythagorean ditones (major thirds) dan satu oktaf.
Perfect 5th memiliki rasio frekuensi 3/2. Hal ini digunakan dalam penalaan Pythagoras, bersama-sama
dengan octave, sebagai tolok ukur untuk menentukan, yaitu dengan menandakan nada awal dan yang
menghasilkan rasio frekuensi seiap nada lain menjadi bergeser.
ApoTome dan limma adalah dua jenis semitone dideinisikan dalam tala Pythagoras. Yakni, ApoTome
(sekitar 113,69 Cent, misalnya dari C ke C♯ ) adalah chromatic semitone, atau augmented unison (A1),
sedangkan limma (sekitar 90,23 Cent, misalnya dari C ke D ♭) adalah diatonic semitone, atau minor
second (m2).
Sebuah Ditone (atau 3rd Major) adalah interval yang dibentuk oleh dua nada utama. Dalam tala
Pythagoras, nada utama memiliki ukuran sekitar 203,9 Cent (rasio frekuensi 9: 8), demikian
Pythagorean ditone adalah sekitar 407,8 Cent.
Octaves (7 × 1200 = 8400) idak sesuai jika dibandingkan dengan fifths (12 × 701,96 = 8,423.52).
Octaves (1 × 1200 = 1200) ) idak sesuai jika dibandingkan dengan ditones (3 × 407.82 = 1223.46)
Size atau ukuran
Ukuran Pythagorean comma yang diukur dengan Cent adalah :
atau lebih tepatnya, dalam hal rasio frekuensi:
Pythagorean comma ditampilkan sebagai kesenjangan
(di sisi kanan) yang menyebabkan bintang 12-menunjuk
gagal untuk menutup, yang merupakan bintang
Pythagorean scale; seiap baris mewakili just perfect fifth.
Kesenjangan yang memiliki sudut pusat 7,038 derajat,
yaitu sebesar 23,46% dari 30 derajat.(1)
Circle of fifths dan Perubahan enharmonic
Pythagorean comma juga dapat dianggap sebagai perbedaan antara dua belas perfect fifths (rasio 3: 2)
Note
C
G
D
A
E
B
F♯
Langkah naik perfect fifths
Fifth Frequency ratio
Decimal ratio
0
1:1
1
1
3:2
1.5
2
9:4
2.25
3
27 : 8
3.375
4
81 : 16
5.0625
5
243 : 32
7.59375
6
729 : 64
11.390625
Langkah naik octaves
Note Octave Frequency ratio
C
0
1:1
C
1
2:1
C
2
4:1
C
3
8:1
C
4
16 : 1
C
5
32 : 1
C
6
64 : 1
7
C♯
G♯
8
9
D♯
A♯
10
11
E♯
B♯ (≈ C) 12
2187 : 128
6561 : 256
19683 : 512
59049 : 1024
177147 : 2048
531441 : 4096
17.0859375
25.62890625
38.443359375
57.6650390625
86.49755859375
129.746337890625
C
7
128 : 1
Dalam tabel berikut skala musik dalam lingkaran fifth, Pythagorean comma terlihat sebagai interval
kecil antara misalnya F♯ dan G ♭.
6 ♭ dan 6♯ Scales adalah idak idenik - meskipun mereka pada keyboard piano - tetapi ♭ Scales adalah
salah satu Pythagorean comma yang lebih rendah. Dengan mengabaikan perbedaan ini akan
menyebabkan perubahan Enharmonic.
Interval ini memiliki implikasi serius bagi berbagai skema tuning skala kromaik, karena dalam musik
Barat, 12 perfect fifth dan tujuh oktave diperlakukan sebagai interval yang sama. Temperamen sama,
hari ini tuning sistem yang paling umum digunakan di Barat, didamaikan ini dengan merata masingmasing fifth dengan dua belas Pythagorean comma (sekitar 2 Cent), sehingga menghasilkan oktaf yang
sempurna
Dari sini mungkin kita sudah mulai memahaminya, bahwa Pythagoras juga sudah menjelaskan
mengapa ada perbedaan yang sangat halus dan sangat mendasar antara nada C# dan nada D b.
Ptolemy 90 – 168 M
Claudius Ptolemy adalah seorang mathematician, astronomer, geographer dan astrologer. Dan
beliau tinggal dikota Alexandria salah satu dari provinsi kerajaan Roma.
Ptolemy juga menulis sebuah karya yang berpengaruh, Harmonics, teori musik dan matemaika musik.
Setelah mengkriik pendekatan pendahulunya, Ptolemy berpendapat untuk mendasarkan interval
musik pada rasio matematika (berbeda dengan pengikut Aristoxenus dan dalam perjanjian dengan
pengikut Pythagoras), didukung oleh pengamatan empiris (berbeda dengan pendekatan yang terlalu
teoriis Pythagoreans). Ptolemy menulis tentang bagaimana catatan musik dapat diterjemahkan ke
dalam persamaan matemaika dan sebaliknya di buku Harmonics. Ini disebut tala yang pertama kali
ditemukan oleh Pythagoras. Namun, Pythagoras percaya bahwa matematika musik harus didasarkan
pada rasio tertentu 3: 2, sedangkan Ptolemy hanya percaya bahwa itu harus umumnya hanya melibatkan
tetrachords dan oktave. Dia mempresentasikan divisi sendiri dari tetrachord dan oktave, yang berasal
dengan bantuan Monochord a. Kepeningan astronomi Ptolemy juga muncul dalam diskusi tentang "
music of the spheres ".
Al-Farabi
Abū Naṣr Muḥammad ibn Muḥammad Fārābī ( 872 M, Faryāb, Khorāsān – 950 M, Damaskus ).
Al-Farabi (Persia: ابونصر محمد بن محمد فارابیAbu Nashr Muḥammad ibn Muḥammad Farabi ), yang dikenal di
Barat sebagai Alpharabius adalah seorang filsuf terkenal di zaman keemasan Islam, yang menulis
dalam bidang filsafat politik, metafisika, etika dan logika. Dia juga seorang ilmuwan, ahli kosmologi,
dan sarjana musik.
Al-Farabi dikenal sebagai ilmuwan yang melestarikan teks Yunani asli dimasa Abad Pertengahan
karena komentar dan penghargaannya terhadap perjalanan sejarah Ilmu Pengtahuan, dan komentarkomentarnya mempengaruhi banyak ilsuf terkemuka, seperi Ibnu Sina dan Maimonides. Melalui karyakaryanya, ia menjadi terkenal di Timur serta Barat.
Farabi memberikan kontribusi pada bidang logika, matematika, musik, filsafat, psikologi dan
pendidikan. Meskipun ia dikenal sebagai seorang ahli logika Aristotelian, ia memasukan sejumlah
elemen non-Aristotelian dalam karya-karyanya. Ia membahas topik masa depan koningen, jumlah dan
kategori hubungan, hubungan antara logika dan tata bahasa, dan bentuk non-Aristotelian inferensi. Dia
juga dikenal untuk mengkategorikan logika menjadi dua kelompok terpisah, yang pertama "ide "dan
yang kedua makhluk" bukti ".
Al-Farabi juga menganggap teori silogisme kondisional dan kesimpulan analogis, yang merupakan
bagian dari tradisi Stoic logika daripada Aristotelian. Tambahan lain Al-Farabi yang dibuat untuk
tradisi Aristotelian adalah pengenalan tentang konsep silogisme puitis dalam sebuah komentar pada
Poetics Aristoteles.
Al-Farabi juga menulis sebuah buku tentang musik berjudul Kitab al-Musiqa (The Book of Music), yang
mana menurut Seyyed Hossein Nasr dan Mehdi Aminrazavi: kitab Kitab al-Musiqa sebenarnya adalah
studi tentang teori musik Persia pada zamannya meskipun di Barat telah diperkenalkan sebagai sebuah
buku tentang musik Arab. Dia menyajikan prinsip-prinsip ilosois tentang musik, kualitas kosmik dan
pengaruhnya. Menulis Makna risalah dari Akal, yang ditangani dengan terapi musik dan membahas
efek terapi musik di jiwa.
Fibonacci
Leonardo Bonacci (1170 M - 1250 M) dikenal sebagai Fibonacci, dan juga Leonardo of Pisa, Leonardo
Pisano Bigollo, Leonardo Fibonacci adalah seorang matematikawan-Italia, dianggap sebagai " ahli
matematika Barat yang paling berbakat dari Abad Pertengahan”
Sekalipun idak pernah membuat buku tentang musik, akan tetapi sisim perhitungan yang telah
diperkenalkan oleh Fibonacci telah memberikan kontribusi kepada sisim perhitungan yang ada di dunia
Barat, dan juga termasuk sisim perhitungan yang ada dalam music. Fibonacci memperkenalkan ke
Eropa sistem angka Hindu-Arab terutama melalui komposisi di 1202 dari bukunya yang berjudul Liber
Abaci (Kitab Perhitungan). Ia juga memperkenalkan ke Eropa urutan angka yang disebut Deret
Fibonacci (ditemukan sebelumnya di India, tetapi sebelumnya idak dikenal di Eropa) , yang digunakan
sebagai contoh di dalaam bukunya Liber Abaci
Fibonacci sequence
juga menyeelesaikan, masalah yang melibatkan pertumbuhan populasi kelinci
berdasarkan asumsi ideal. Solusi, dari generasi ke generasi, adalah urutan angka kemudian
dikenal sebagai Deret Fibonacci. Urutan nomor yang dikenal oleh matematikawan India pada awal
abad ke-6, dengan buku Fibonacci yang berjudul Liber Abaci yang telah diperkenalkannya kepada
masyarakat Barat.
Dalam Deret Fibonacci, setiap angka adalah penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Fibonacci
memulai urutan tidak dengan 0, 1, 1, 2, sebagai yang para ahli matematika modern lakukan, tetapi
dengan 1,1, 2, dll. Dia membawa perhitungan sampai ke tempat yang ketiga belas (empat belas
dalam penghitungan modern), yaitu 233, meskipun naskahnya yang lain membawa ke tempat
berikutnya: 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377. Fibonacci juga tidak membicarakan
tentang Golden Ratio sebagai batas urutan rasio angka-angka.
Liber Abaci
Johannes Kepler
Johannes Kepler (December 27, 1571 - November 15, 1630) adalah seorang ilmuwan jerman yang
menguasai bidang Astronomy, astrology, mathematics and natural philosophy.
Buku “Harmonices Mundi” (Harmony of the World) adalah salah satu buku yang paling dikenal diantara
beberapa karya yang pernah ditulisnya. Salah satu contoh dari arikel dalam buku tersebut :
In the extreme Planetary Movement the Musical Modes or Tones Have Somehow Been
Expressed (3)Stephen Hawking – On The Shoulders of Giants
Andreas Werckmeister
Andreas Werckmeister (November 30, 1645 – October 26, 1706)
theorist, dan Komposer dari zaman Baroque .
adalah seorang organist, music
Lahir di Benneckenstein, Werckmeister memulai pendidikannya di sekolah di Nordhausen dan
melanjutkannya di Quedlinburg. Ia menerima pelaihan musiknya dari pamannya Heinrich Christian
Werckmeister dan Heinrich Victor Werckmeister. Pada 1664 ia menjadi pemain organ di Hasselfelde,
sepuluh tahun kemudian di Elbingerode dan di 1696 dari Martinskirche di Halberstadt.
Teori Musik yang pernah dibuatnya
Werckmeister paling dikenal hari ini sebagai sebuah teori, khususnya melalui tulisan-tulisannya dalam
Musicae Mathematicae hodegus curiosus (1687) dan Musikalische Temperatur (1691), di mana ia
telah berusaha menciptakan sisim well temperament (sistem tuning untuk keyboard) dan sekarang
dijelaskan sistem well temperament yang telah dibuatnya dikenal sebagai Werckmeister temperament.
Tulisan-tulisan Werckmeister itu yang dikenal Johann Sebastian Bach, khususnya tulisantulisannya tentang Counterpoint. Werckmeister percaya bahwa Counterpoint yang dibuat, diikat
dengan gerakan teratur dari planet, mengingatkan pandang Kepler dalam bukunya yang berjudul
Harmonice Mundi. Menurut George Buelow, "Tidak ada penulis lain dari periode dianggap musik
sehingga tegas sebagai hasil akhir dari pekerjaan Tuhan," pandangan yang harmonis dengan
Bach. Namun kendati fokus pada Counterpoint, pekerjaan yang dilakukan Werckmeister adalah
menekankan prinsip-prinsip yang telah menjadi dasar tentang harmony.
Werckmeister temperament
Werckmeister temperament adalah
sistem penalaan yang dijelaskan oleh Andreas Werckmeister
dalam tulisannya tentang tuning sistem yang membingungkan dengan dua cara yang berbeda.
Yang pertama mengacu pada urutan di mana mereka disajikan sebagai "Well temperament" di
risalah Werckmeister itu pada tahun 1.691, yang kedua untuk label mereka pada Monochord nya.
Label Monochord mulai dari III karena hanya intonasi diberi label I dan quarter-comma meantone
diberi label II.
Laras I (III), II (IV) dan III (V) disajikan secara grafis oleh cycle of fifths dan list of major thirds,
Untuk memberikan temperament masing-masing dalam pecahan comma. Werckmeister
menggunakan notasi pada organbuilder tentang (^) untuk ke Tempered yang kebawah atau
menyempit interval dan (v) untuk Tempered yang naik atau melebar satu. (Ini menjadikannya
berlawanan - didasarkan pada penggunaan alat tuning kerucut yang akan membentuk kembali
ujung pipa.) Fifth murni hanya menjadi tanda hubung. Werckmeister tidak menjelaskan secara
eksplisit tentang apakah yang dimaksudkan dengan syntonic comma pada Pythagorean comma.
Perbedaan antara mereka, yang disebut schisma, hampir tak terdengar dan ia menyatakan bahwa
hal itu bisa dibagi antara fifths.
Yang terakhir "Septenarius" tala tidak dapat dipahami dalam hal pecahan comma, meskipun
upaya beberapa penulis modern untuk mendekati dengan beberapa metode tersebut. Sebaliknya,
Werckmeister memberikan panjang string pada Monochord secara langsung, dan dari yang
dihitung bagaimana setiap fifth dapat menjadi Tempered.
Werckmeister I (III): "temperamen yang benar" berdasarkan 1/4 divisi Comma
Tala ini menggunakan sebagian besar murni (Perfect) fifth, seperi dalam tala Pythagoras, namun
masing-masing fifth ; CG, GD, DA dan BF♯ dibuat lebih kecil, yaitu Tempered dari 1/4 Comma.
Werckmeister menunjuk tala ini sangat cocok untuk bermain musik kromaik ("ficte"), yang mungkin
telah menyebabkan popularitasnya sebagai tuning untuk Musik J.S Bach dalam beberapa tahun terakhir.
Fifth Tempering Third Tempering
C-G
^
C-E
1v
G-D
^
4v
C♯-F
D-A
^
D-F♯
2v
A-E
3v
D♯-G
E-B
E-G♯
3v
^
F-A
1v
B-F♯
F♯-C♯
F♯-B♭
4v
G-B
2v
C♯-G♯
G♯-D♯
G♯-C
4v
3v
D♯-B♭
A-C♯
B♭-F
B♭-D
2v
F-C
3v
B-D♯
Penulis modern telah menghitung nilai matemaika yang tepat untuk hubungan frekuensi dan interval
menggunakan Pythagorean comma:
Note Exact frequency relation Value in cents
C
0
C♯
90
D
192
D♯
294
E
390
F
498
F♯
588
G
696
G♯
792
A
888
B♭
996
B
1092
Werckmeister II (IV): temperamen lain termasuk dalam Orgelprobe, dibagi melalui
1/3 Comma
Fifth dalam Werckmeister II ; CG, DA, EB, F♯-C♯, dan B ♭ F adalah Tempered sempit senilai 1/3
Comma, dan Fifth G♯-D♯ dan E ♭ -B ♭ yang menjadi melebar senilai 1 / 3 Comma. Sedangkan para Fifth
lainnya adalah murni. Werckmeister merancang tala ini untuk bermain musik terutama diatonis (yaitu
jarang menggunakan "nada hitam"). Sebagian besar interval yang dekat dengan keenam Comma
meantone. Werckmeister juga memberikan tabel panjang Monochord untuk tuning ini, pengaturan C =
120 unit, pendekatan prakis untuk nilai-nilai teoriis yang tepat. Setelah nomor Monochord G dan D
yang sedikit lebih rendah dari nilai teoriis mereka tetapi nada lain yang agak lebih inggi.
Fifth Tempering Third Tempering
C-G
^
C-E
1v
G-D
4v
C♯-F
D-A
^
D-F♯
1v
A-E
2v
D♯-G
E-B
^
E-G♯
1v
F-A
1v
B-F♯
F♯-C♯
^
F♯-B♭
4v
C♯-G♯
G♯-D♯
D♯-B♭
B♭-F
F-C
Note
v
v
^
-
G-B
G♯-C
A-C♯
B♭-D
B-D♯
Exact frequency
relation
1v
4v
1v
1v
3v
Value in cents
Approximate monochord
length
Value in cents
C
0
0
C♯
82
D
196
195.3
D♯
294
295.0
E
392
393.5
F
498
498.0
F♯
588
590.2
G
694
693.3
G♯
784
787.7
A
890
891.6
B♭
1004
1003.8
B
1086
1088.3
- (misprinted as
)
85.8
Werckmeister III (V): temperamen tambahan yang dibagi melalui 1/4 Comma
Pada tuning Werckmeister III interval Fifth; DA, AE, F♯-C♯, C♯-G♯, dan F - C dipersempit menjadi 1/4,
dan fifth G♯-D♯ diperluas oleh 1/4 Comma. Dan fifth lainnya murni. Temperamen ini menjadi lebih
dekat dengan dua temperamen yang sama sebelumnya.
Fifth Tempering Third Tempering
C-G
C-E
2v
G-D
D-A
A-E
E-B
B-F♯
F♯-C♯
C♯-G♯
G♯-D♯
D♯-B♭
B♭-F
F-C
^
^
^
^
v
^
C♯-F
D-F♯
D♯-G
E-G♯
F-A
F♯-B♭
G-B
G♯-C
A-C♯
B♭-D
B-D♯
4v
2v
3v
2v
2v
3v
2v
4v
2v
3v
3v
Note Exact frequency relation Value in cents
C
0
C♯
96
D
204
D♯
300
E
396
F
504
F♯
600
G
702
G♯
792
A
900
B♭
1002
B
1098
Werckmeister IV (VI): the Septenarius tunings
Pada bagian ini saya idak mencoba untuk memberikan penjelasan, mungkin tabel yang ada dibawah ini
sudah dapat memberikan penjelasan untuk kita semua.
Note Monochord length Exact frequency relation Value in cents
C
196
1/1
0
186
98/93
91
C♯
D
176(175)
49/44(28/25)
186(196)
D♯
165
196/165
298
E
156
49/39
395
F
147
4/3
498
139
196/139
595
F♯
G
131
196/131
698
G♯
124
49/31
793
A
117
196/117
893
110
98/55
1000
B♭
B
104
49/26
1097
Disini dapat kita lihat, bagaimana seorang Musisi (Organist) dan Komposer seperi Andreas
Werckmeister masih mau menyibukan dirinya dengan akiitas Intelektualnya seperi menuliskan buku
tentang Teori Musik dan juga masih mau melibatkan dirinya untuk memahami dan memperbaiki sisim
Tuning yang sudah dibuat. Setelah ini kita akan melanjutkan dengan beberapa komposer lainnya yang
juga mempunyait akiitas intelektualnya dalam bermusik
Johann Sebastian Bach
Johann Sebastian Bach (31 Maret 1685 - 28 Juli 1750) adalah seorang komponis Jerman dan musisi
dari periode Baroque. Dia memperkaya aliran musik gaya Jerman dengan keahliannya dalam hal
pengorganisasian harmoni dan motif, dengan adaptasi irama, bentuk, dan tekstur dari luar negeri,
terutama dari Italia dan Perancis. Komposisi Bach termasuk Brandenburg concerto, Goldberg
Variations, the Mass in B minor, two Passions, dan lebih dari 300 Kantata suci yang mana 190
bertahan hidup. Musiknya sangat dihormai dalam hal kemampuan teknis, keindahan artistik., Dan
kedalaman intelektual.
Selain itu Bach telah melakukan diskusi panjang tentang teori music dengan Johann Kirnberger
yang menjadi salah seorang muridnya
Well Tempered Klavier
Set pertama disusun pada tahun 1722 selama janji Bach di Köthen; kedua diikuti 20 tahun
kemudian pada tahun 1742 saat ia berada di Leipzig. Keduanya beredar luas dalam naskah,
namun salinan cetak tidak dibuat sampai 1801, dengan tiga penerbit hampir bersamaan di Bonn,
Leipzig dan Zurich.
Penyusunan gaya Baroque awal memang telah tertinggal jauh dari selera zaman di awal karir
Bach, meskipun ia terus menggunakan teknik ini. Para komposer sezamannya, seperti George
Frideric Handel dan Antonio Vivaldi antara lain, sudah mulai menjelajahi musik diinduksi citra dan
emosi dengan setelah meninggalkan struktur ketat dari periode sebelumnya (awal 1600-an
sampai 1700). Pergeseran konseptual ini terhadap musik yang bisa mewakili di luar hanya dasar
emosi, menyebabkan komposisi mereka untuk menjadi bagian keterampilan teknis, bagian upaya
untuk membangkitkan konsep. Sebuah contoh adalah karya Vivaldi yang berjudul The Four
Seasons, tidak secara struktural sempurna, tapi untuk memohon perasaan cuaca bagus,
gelombang panas, badai, dan salju di antara banyak pengalaman musiman lainnya. Usaha baru
ini komposer diminta untuk meninggalkan aturan yang mengikat musik. Akibatnya teknis
komposisi tersebut dikaburkan, sehingga membuat mereka sulit untuk mempelajarinya dan tidak
terlalu baik bagi penelitian tentang teori musik.
Karena Well-Tempered Clavier adalah sebuah karya tentang aturan struktural, Bach berhasil
mengeluarkan tutorial yang disimpan oleh yayasan tersebut. Sekali lagi begitu banyak komposer
yang meninggalkan struktur yang mendukung upaya penafsiran, Well-Tempered Clavier mengisi
kesenjangan yang diperlukan dan berhasil digunakan sebagai bantuan dalam memahami teori
komposisi dasar oleh banyak komposer dimasa depan.
Kebanyakan para komposer Barat mempelajarinya (dari buku sejenis lainnya, yaitu JS Bach The
Art of Fugue atau Dua dan Tiga Bagian Penemuan) untuk belajar teori dasar dari satu set bersih
komposisi pendek yang dirancang semata-mata untuk menunjukkan mengapa kombinasi catatan
mampu membuat musik sementara yang lain membuat kebisingan.
Jika dilihat dari judulnya, Bach menunjukkan bahwa ia telah menulis untuk (12-nada) welltempered tuning system di mana semua kunci terdengar selaras (juga dikenal sebagai "lingkaran
temperament"). System yang dibuat oleh Bach berlawanan dengan meantone temperamen, yang
mana kunci dengan banyak aksidensi suara tidak selaras. Kadang-kadang diasumsikan bahwa
yang dimaksudkan Bach dengan temperamen adalah sama seperti standar tala Keyboard modern
yang menjadi populer setelah kematian Bach. Tapi bagi sarjana modern menganggap sebaliknya.
Ada perdebatan yang panjang, apakah Bach membuatnya untuk berbagai temperamen yang sama,
bahkan mungkin berubah sedikit dalam praktek dari sepotong ke sepotong, atau tertentu "WellTempered" solusi tunggal untuk semua tujuan ?
Johann Kirnberger
Johann Kirnberger (24 April 1721, Saalfeld – 27 July 1783, Berlin) adalah seorang Musisi dan
Komposer (Terutama untuk fugues), dan teori musik. Mungkin, meskipun idak diveriikasi, ia adalah
murid dari Johann Sebastian Bach, ia mengunjungi Leipzig pada tahun 1741. Menurut Ingeborg Allihn,
Kirberger memainkan peran pening dalam pertukaran intelektual dan budaya antara Jerman dan
Polandia pada pertengahan 1700-an (Allihn 1995, 209 ). Antara 1741 dan 1751 Kirnberger inggal dan
bekerja di Polandia untuk powerful magnates termasuk Lubomirski, Poninski, dan Rzewuski sebelum
berakhir di biara Benedictine di Lvov (kemudian bagian dari Polandia). Dia menghabiskan banyak waktu
untuk mengumpulkan tarian nasional Polandia dan disusun dalam risalahnya Die Charaktere der Taenze
(Allihn 1995, 211). Ia menjadi pemain biola di istana Frederick II dari Prusia pada 1751. Dia adalah
direktur musik untuk Putri Anna Amalia Prusia dari 1758 sampai kemaiannya. Kirnberger sangat
mengagumi J.S. Bach, dan berusaha untuk mengamankan publikasi semua paduan suara Bach, yang
akhirnya muncul setelah kemaian Kirnberger itu. Kita dapat melihatnya pada Kirnberger Chorale
prelude (BWV 690-713). Dan banyak naskah Bach yang telah diawetkan di perpustakaan Kirnberger
itu (koleksi "Kirnberger").
Dia dikenal saat ini terutama untuk karya teoreisnya Die Kunst des reinen Satzes in der Musik (The Art
of Strict Composition in Music, 1774, 1779). well-tempered tuning systems dikenal sebagai
"Kirnberger II" dan "Kirnberger III" berhubungan dengan namanya (lihat Kirnberger temperament),
seperi versi rasional dari equal temperament (lihat schisma).
Kirnberger temperament adalah temperament yang idak teratur yang dikembangkan pada paruh
kedua abad ke-18 oleh Johann Kirnberger. Kirnberger adalah seorang mahasiswa Johann Sebastian
Bach, diadakan mengagumi gurunya dan merupakan salah satu pendukung utamanya, meskipun
dikabarkan bahwa mereka memiliki banyak perbedaan pendapat mengenai sistem penalaan pada saat
itu. Akhirnya, mereka berpisah, dan masing-masing mengembangkan sistim temperament nya sendirisendiri seiring waktu berlalu.
Kirnberger temperament yang pertama, "Kirnberger I", memiliki kesamaan dengan Pythagorean
temperament, yang menekankan peningnya perfect fifths di seluruh circle fifths. Sebuah lingkaran
lengkap perfect fifths menjadi idak mungkin, karena keika lingkaran berakhir harus pada nada awal, itu
akan memiliki overshot Pitch aslinya. Jadi, jika salah satu lagu-lagu CG, GD, DA, AE, EB, BF♯, F♯-C♯, C♯-G♯
(A ♭), A ♭-E ♭, E ♭ -B ♭, B ♭ -F , F - C ... baru "C" idak akan mempunyai frekuensi yang sama seperi yang
pertama. Dua nada "C" akan memiliki perbedaan dari sekitar 23 Cent (Comma), yang akan diterima.
Perbedaan antara "C" awal dan "C" yang terakhir berasal dengan melakukan serangkaian laras yang
sempurna (Perfect Tuning) yang umumnya disebut sebagai Pythagorean comma. Banyak sistem tala
telah dikembangkan untuk "menyebar di sekitar" comma itu, yaitu, untuk membagi ruang yang musik
anomali antara interval pada scale yang lain.
Alexander John Ellis
Alexander John Ellis (14 Juni 1814 - 28 Oktober 1890) adalah seorang matematikawan Inggris dan
filolog, yang juga dipengaruhi oleh bidang musikologi. Dia mengubah namanya dari nama ayahnya
Sharpe dengan nama gadis ibunya Ellis pada tahun 1825, sebagai syarat untuk menerima dukungan
inansial yang signiikan dari seorang kerabat di sisi ibunya. Ia dimakamkan di Kensal hijau Cemetery,
London. Disamping itu Ellis juga menemukan Cent yang dipergunakan untuk membuat perhitungan
Interval dalam Musik.
Cent (musik)
Cent adalah satuan ukuran logaritma yang digunakan untuk interval musik. Dua belas nada
temperament dalam oktave dapat dibagi menjadi 12 semitone yang terdiri masing-masing dari 100
cent. Biasanya cent digunakan untuk mengukur interval terbatas yang sangat kecil, atau untuk
membandingkan ukuran interval sebanding dalam sistem tuning yang berbeda, dan bahkan interval
satu cent terlalu kecil untuk dapat didengar diantara urutan nada.
Ukuran ini dibuat oleh Alexander J. Ellis, berdasarkan pada logaritma akustik sistem semitone
desimal dikembangkan oleh Gaspard de Prony di tahun 1830-an, atas saran Robert Holford
Macdowell Bosanquet. Ellis membuat pengukuran luas alat musik dari seluruh dunia, dengan
menggunakan cent ekstensive untuk melaporkan dan membandingkan scale yang digunakan, dan
dijelaskan lebih lanjut dan digunakan sistem dalam edisi tentang Hermann von Helmholtz yang
berjudul Sensations of Tuning. Hal ini telah menjadi metode standar yang mewakili dan
membandingkan pitches musik dan interval dengan akurasi yang lebih pasti.
.
Satu Cent dibandingkan dengan semitone pada potongan Monochord.
Peningkatan Oktave secara eksponensial keika diukur pada skala frekuensi linear (Hz).
Oktave dengan spasi yang sama bila diukur pada skala logaritma (Cent).
Perbandingan equal-tempered (merah) dan interval Pythagorean (biru) yang menunjukkan hubungan
antara rasio frekuensi dan nilai-nilai interval, dalam Cent. Kurva yang ditampilkan di sebelah kiri
adalah plot dari persamaan
Seperi relasi decibel untuk intensitas dinamik, maka Cent adalah rasio antara dua frekuensi yang
saling berdekatan. Untuk rasio yang tetap konstan diatas spektrum frekuensi, rentang frekuensi yang
dicakup oleh satu cent harus sebanding dengan dua frekuensi. Sebuah equally tempered semitone
(interval antara dua tuts piano yang berdekatan) mencakup 100 cent dengan deinisi. Satu Octave sama
dengan dua nada yang memiliki rasio frekuensi 2: 1 - mencakup dua belas semitone dan akan menjadi
1200 cent. Karena frekuensi diperbesar oleh satu cent hanya dapat dikalikan dengan nilai satuan konstan
cent ini, dan frekuensi ganda 1200 cent, rasio frekuensi satu cent menjadi terpisah justru sama dengan
21/1200, akar 1200 dari 2, yang kira-kira 1,0005777895.
Jika ada yang ingin tahu frekuensi a dan b dari dua nada, jumlah cent yang terukur pada interval dari a
ke b dapat dihitung dengan rumus berikut (mirip dengan deinisi decibel)
Demikian juga, jika ada yang tahu nada dan jumlah n cent dalam interval dari a ke b, maka b dapat
dihitung dengan:
Untuk membandingkan sistem tuning yang berbeda, mengubah berbagai ukuran Interval ke cent.
Misalnya, hanya dalam intonasi 3rd Major diwakili oleh rasio frekuensi 5: 4. Dengan menerapkan
rumus di atas tadi akan menjadi sekitar 386 Cent. Setara interval pada piano equal-tempered , yaitu 400
cent. Perbedaan, 14 cent, adalah menjadi akan mudah terdengar.
Persepsi Manusia
Sulit untuk menetapkan berapa besar jumlah cent yang cukup jelas dapat ditangkap bagi
kebanyakan manusia; akurasi ini sangat bervariasi dari orang ke orang. Salah satu penulis
menyatakan bahwa manusia dapat membedakan perbedaan Pitch sekitar 5-6 cent. Ambang batas
yang jelas, secara teknis dikenal sebagai perbedaan yang hanya terlihat, juga bervariasi sebagai
fungsi dari frekuensi, amplitudo dan timbre tersebut. Dalam sebuah penelitian, perubahan
kualitas nada mengurangi kemampuan siswa musisi 'untuk mengakui, sebagai out-of-tune, Pitch
yang menyimpang dari ukuran yang sesuai mereka adalah ± 12 cent. Hal ini juga telah ditetapkan
bahwa peningkatan konteks tonal memungkinkan pendengar untuk menilai Pitch yang lebih
akurat.
Ketika mendengarkan pitches dengan vibrato, ada bukti bahwa manusia merasakan frekuensi
rata-rata sebagai center of the pitch. Satu studi pertunjukan modern Schubert Ave Maria
menemukan bahwa rentang vibrato biasanya berkisar antara ± 34 cent dan ± 123 cent dengan ratarata ± 71 cent dan mencatat variasi yang lebih tinggi di Opera Arias (Verdi).
Manusia normal dewasa yang mampu mengenali perbedaan pitch sekecil 25 cent adalah sangat
andal. Kebanyakan orang dewasa, bagaimanapun, mengalami kesulitan mengenali perbedaan
kurang dari 100 cent dan kadang-kadang mengalami kesulitan dengan interval ini atau dengan
yang lebih besar.
Hermann von Helmholtz
Hermann Ludwig Ferdinand von Helmholtz (August 31, 1821 Potsdam, Kingdom of Prussia September 8, 1894 Charlottenburg, German Empire) matematika, adalah seorang fisikawan dan
psikolog Jerman yang membuat kontribusi yang signifikan terhadap beberapa variasi yang secara
luas dari ilmu pengetahuan modern. Dalam bidang fisiologi dan psikologi, ia dikenal karena
menggunakan matematika tenyang teori visi, ide tentang persepsi visual ruang, penelitian tentang
penglihatan warna, dan sensasi nada, persepsi suara, dan empirisme. Dalam fisika, ia dikenal
karena teori-teorinya tentang konservasi energi, bekerja dalam elektrodinamika, termodinamika
kimia, dan di atas dasar mekanik termodinamika. Sebagai seorang filsuf, ia dikenal karena filsafat
ilmu, gagasan tentang hubungan antara hukum persepsi dan hukum-hukum alam, ilmu estetika, dan
ide-ide tentang kekuatan ilmu pengetahuan dalam peradaban. Namanya diabadikan untuk sebuah
institusi lembaga Ilmu Pengetahuan seperti German association of research institutions ( Asosiasi
Helmholtz).
Akustik dam Estetika
Pada tahun 1863, Helmholtz menerbitkan bukunya yang berjudul Sensations of Tone, yang mana
menunjukkan minatnya dalam ilmu fisika persepsi. Buku ini juga memberikan pengaruh bagi
para ahli musik di abad kedua puluh. Helmholtz juga menemukan resonator Helmholtz untuk
mengidentifikasi berbagai frekuensi atau pitches, komponen gelombang sinus murni , atau suara
kompleks yang mengandung beberapa nada. Helmholtz menunjukkan bahwa kombinasi yang
berbeda dari resonator yang bisa meniru suara vokal: Dan penemuan ini khususnya membuat
ketertarikan Alexander Graham Bell, tetapi karena Bell tidak mengerti Bahasa Jerman, maka Bell
salah memahami diagram Helmholtz 'yang berarti bahwa Helmholtz telah mengirimkan beberapa
frekuensi dengan kawat-yang akan memungkinkan multiplexing dari sinyal-sedangkan telegraf,
dalam kenyataannya, daya listrik yang digunakan hanya untuk menjaga resonator bergerak. Bell
gagal untuk mereproduksi apa yang dia pikir telah dilakukan oleh Helmholtz, tetapi kemudian
mengatakan bahwa, ia telah mampu membaca fikiran Jerman, dan pada akhirnya ia tidak akan
pernah menemukan telepon pada prinsip telegraf harmonis. Dan ketika Hemholtz membuat buku
Sensation of Tone setelah dia melakukan diskusi dan korespondensi yang cukup panjang dengan
matematikawan yang hidup sezaman dengannya, yaitu Alexander John Ellis.
Helmholtz pitch notation
Helmholtz pitch notation adalah sistem penamaan notasi musik dari scale kromatik Barat. Sistem
ini dikembangkan oleh Hermann von Helmholtz, dengan menggunakan kombinasi huruf besar dan
huruf kecil (A sampai G), dan sub dan simbol super-prime (͵ ') untuk menggambarkan setiap nada
individu dalam scale. Ini adalah salah satu dari dua sistem formal untuk penamaan notasi dalam
oktave tertentu.
Helmholtz mengembangkan sistem ini, terinspirasi oleh praktek untuk pencatatan label pipa pada
pembuat organ Jerman, untuk secara akurat menentukan pitches dalam karya klasik nya pada akusik
Die Lehre von den Tonempfindungen als physiologische Grundlage für die Theorie der Musik (1863)
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh AJ Ellis sebagai Sensations of Tone (1875). Sistem ini
banyak digunakan oleh musisi di seluruh Eropa dan merupakan salah satu yang digunakan dalam New
Grove Dictionary. Setelah juga banyak digunakan oleh para ilmuwan dan dokter keika membahas aspek
ilmiah dan medis suara dalam kaitannya dengan sistem pendengaran, dan kini sebagian besar telah
diganikan didalam American scientific and medical contexts dengan scientific pitch notation
3.Belajar Mengenali diri sendiri dengan memahami
tempat asal kita
Setelah kita memasuki Dunia Fikiran (World of Thinking) yang telah dibangun oleh
peradaban Eropa, maka sekarang kita akan mencoba memasuki Dunia Rasa (World of Feeling) yang
memang sudah sangat berakar di Benua Afrika dan Asia. Dan Dunia Rasa ini memang sangat bertolak
belakang dengan Dunia Fikiran tadi, mereka cenderung menentukan sistim Tala tersebut berdasarkan
ukuran-ukuran yang memang sudah disepakati oleh masyarakatnya . Bagaimana hal ini bisa terjadi ?
Dan bagaimana mereka dapat menentukan bahwa jarak dari satu nada ke nada lainnya adalah tepat ?
Saya ikir ini bukanlah pertanyaan yang menarik untuk kita semua, karena hal ini akan mengundang
perdebatan yang panjang dan bertele-tele. Dengan penjelasan seperi apapun kita idaklah mungkin
untuk membahasnya, karena dengan demikian kita akan berhadapan langsung dengan budaya sebuah
suku bangsa yang memang telah terbentuk selama ribuan bahkan jutaan tahun . Disamping itu juga
masih ada hal yang terpening bagi saya sendiri adalah untuk menerimanya dan mengapresiasikan
sebagai salah satu parameter dari budaya tertentu .
Salah satu hal yang paling unik dari sistim tala yang dibangun oleh tradisi tertentu (Local Tuning)
adalah bentuk apresiasi masyarakat tertentu dengan cara melakukan interpretasi bawah sadar mereka
terhadap gravitasi bumi tempat mereka berpijak dengan cara menentukan Interval dari satu nada ke
nada lainnya. Atau mungkin juga asumsi saya yang salah. Karena sebagai seorang musisi yang juga
mempunyai kecenderunga terhadap Microtonal Music dengan sendirinya saya juga mengapresiasi
Local Tuning yang memang sudah menjadi bagian dari masyarakat kita. Dan selain itu saya juga masih
mempunyai alasan yang kuat, yaitu jika kita melihat Dunia Fikiran yang telah dikembangkan oleh
masyarakat Eropa tadi telah mengakibatkan Sistim Tala di Eropa menjadi seragam (per 100 Cent) dan
telah kehilangan Gravitasi nya karena kemudahan untuk melakukan modulasi atau pergantian kunci,
sedangkan di Asia dan di beberapa daerah tertentu di Afrika, Pasifik dan Amerika idak akan pernah
terjadi. Karena musik terutama di Asia masih mempunyai tonalitas dasar atau Drone yang selalu
menjadi titik awal dari mana musik ini dimulai, sedangkan nada- nada nya bergerak sesuai dengan
tangga nada atau Scale tertentu yang terkadang menggunakan interval yang lebih kecil ataupun
sedikit lebih besar dari 100 cent. Dan hal ini juga menandakan dan mengingatkan kita dari mana
musik itu sendiri berasal.
Bagaimana cara untuk menentukan sistim tala dari sebuah daerah tertentu ? Saya ikir hal ini adalah
bukan hal yang sulit sekalipun tidak terlalu sederhana, karena untuk keperluan ini hanya dibutuhkan
tiga alat saja. Alat yang pertama kali dibutuhkan adalah telinga kita sendiri. Salah satu fungsi dari
telinga adalah untuk membedakan jarak dari satu nada ke nada lainnya, hal ini mirip sekali dengan
fungsi lidah sebagai alat pengecap yang dapat membedakan rasa asin, idak terlalu asin, kurang asin
atau manis, idak terlalu manis, kurang manis dan sebagainya. Alat yang kedua adalah alat musik yang
akan kita ukur tadi, atau minimal kita memiliki rekaman musik yang menggunakan alat yang kita ingin
ukur tadi. Dan yang terakhir adalah Keyboard dari jenis Workstation yang memiliki fasilitas
Microtuner. Mengapa saya juga mengatakan tidak terlalu sederhana ? Karena masih dibutuhkan 3 – 4
hari untuk memasikan ukuran tala yang kita buat tadi sudah tepat atau sudah mendekati ukuran
tuning dari intstrument tradisi tersebut.
4.Local Tuning dari beberapa Daerah tertentu
Sekarang kita mulai membahas beberapa dari sisim tala yang telah dibuat oleh beberapa
Bangsa atau Suku tertentu. Hal ini juga akan dapat membantu kita untuk memahami dan mengenali
beberapa contoh yang sudah ada walaupun data ini hanyalah terbatas dan sangat sedikit.
Berdasarkan pengamatan saya memang dibutuhkan waktu yang panjang dengan jumlah
kelompok yang besar untuk memetakan seluruh sistim tala yang ada diseluruh dunia, dan ini salah satu
tugas dari para Ethnomusicolog untuk melakukan pendataan tersebut. Disini saya hanya mencoba
untuk mengenal beberapa sistim tala (Local Tuning) yang telah dibuat oleh Bangsa-Bangsa ataupun
suku-suku tertentu yang kebetulan berhubungan dengan keterlibatan saya pada kegiatan-kegiatan yang
kebetulan berkaitan dengan suku atau Bangsa tersebut. Dan sayapun sadar dengan segala keterbatasan
yang saya miliki bahwa idak mungkin saya melakukan perjalanan dan mencatat seumur hidup saya
untuk sekedar memuaskan keingin tahuan saya saja, dan saya ikir ini tugas dari sebuah kelompok yang
terdiri Ethnogaph, Ethnomusicolog dan musisi yang memiliki kecenderungan terhadap Microtonal
Music untuk mendata dan merumuskan sikap dan perilaku dari Bangsa atau suku tersebut. Mungkin
kita masih cenderung berikir bahwa hal ini terlalu berlebihan, dan saya juga masih bisa memakluminya
karena masyarakat kita masih menggunakan kacamata kuda yang telah diinggalkan oleh para bekas
majikan Barat kita atau dengan kata lain kita masih memelihara mental budak untuk bangsa kita
sendiri. Dan hal ini akan menciptakan konflik yang berkesinambungan antara tendensi lokal dengan
budaya-budaya yang datang dari luar. Apalagi ditambah dengan budaya Pop yang cenderung memuja
para Artis atau Seniman Pop sebagai Ikon. Dengan sendirinya telah mengakibatkan bangsa ini telah
kehilangan Budaya Berfikir dan selalu mengikui kecenderungan para majikan, baik itu majikan Barat
ataupun majikan Arab(1). Padahal jika kita kaji bagaimana terjadinya perganian agama tadi yang silih
bergani, mulai dari Hindu, Buhda, Islam dan Kristen , semuanya adalah agama import. Mungkin masih
ada beberapa agama lokal disini seperi Sunda Wiwitan di Baduy, Jawa Barat, Parmalim di Sumatra
Utara, Kaharingan di Kalimantan dan lain lain, dengan jumlah mereka yang sudah semakin terbatas.
Saya ikir hal ini adalah hak si individu dengan pilihan agamanya masing-masing. Hanya saja dari apa
yang sudah saya ketahui dari sejarah bahwa salah satu praktek kolonialisme adalah mempromosikan
agama mereka dengan mendiskreditkan agama-agama yang telah dianut oleh para penduduk lokal .
Sedangkan agama itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan praktek kolonialisme tadi .
Dan kitab suci Al-Quran adalah bukan produk budaya bangsa Arab, tapi kitab suci yang terakhir yang
telah diturunkan Allah swt untuk ummat manusia setelah beberapa kitab suci yang lain telah diubah
dan diselewengkan oleh tangan-tangan jahil.
Sekarang kita kembali lagi ke persoalan tentang musik. Seperi yang pernah saya dengar
dulu bahwa konon musik Keroncong itu dibawa oleh orang-orang Portugis. Dan pada akhirnya sayapun
mengetahui bahwa yang membawa musik Keroncong tadi adalah orang-orang Moor yang telah menjadi
budak pendayung kapal portugis tadi. Lalu musik keroncong tadi telah diadopsi oleh orang Maluku
dan orang Jawa. Pada waktu saya memperhaikan beberapa jenis musik dari Afrika Utara yang ternyata
adalah sebagian dari orang-orang Moor tadi, saya mengenali Ritme itu sebagai Ritme Musik Keroncong,
hanya saja kita telah kehilangan Kendangan khas Jawa ataupun karakter Pasifik yang khas seperi
pada Musik Keroncong yang ada di Maluku. Setelah mengalami hal ini, sayapun mulai berikir bahwa
setiap daerah memiliki karakter musikal yang khas, baik itu Ritme maupun Sistim Penalaan nya.
Apalagi saya lahir, tumbuh dan besar di Jakarta , sebagai salah satu kota besar di pulau Jawa.
(1) karena Islam adalah agama yang paling dominan di Indonesia. Maka kebanyakan kaum Pseudo Intellctual tadi cenderung
berikir bahwa agama Islam tersebut adalah bentuk penjajahan halus dari para kaum peranakan Arab tadi.
Musik Arab
Pertama-tama saya sengaja memilih sistim penalaan yang terdapat pada Bangsa
Arab, karena saya mempunyai beberapa alasan untuk itu. Alasan yang pertama adalah berhubungan
dengan lokasi geograisnya yang berdekatan dengan benua Eropa, atau dengan kata lain Bangsa Arab
adalah salah satu dari Bangsa-Bangsa lainnya yang berinteraksi secara langsung dengan BangsaBangsa di Benua Eropa. Alasan yang kedua adalah Bangsa Arab juga termasuk salah satu dari Bangsa
yang memiliki budaya berfikir, hampir sama seperi Bangsa yang serumpun yaitu Bangsa Yahudi.
Sedangkan alasan yang keiga adalah dikarenakan saya sendiri sebagai peranakan Arab masih lebih
mengenal karakter Bangsa ini, juga termasuk cara berikirnya.
Dan sekarang ini saya mencoba menterjemahkan sebagian arikel dari Wikipedia sebagai
salah satu reference :
Periode pra-Islam
Musik Arab pra-Islam adalah mirip dengan musik kuno Timur Tengah. Kebanyakan sejarawan
setuju bahwa terdapat bentuk-bentuk yang berbeda dari musik di Semenanjung Arab pada
periode pra-Islam antara abad ke 5 dan 7. Penyair Arab waktu-disebut bahwa shu`ara 'alJahiliyah (penyair ketidaktahuan) atau "penyair jahiliyah", yang berarti "penyair periode
kebodohan" – yang selalu membacakan puisi dengan nada tinggi.
Mereka percaya bahwa jin mengungkapkan puisi untuk penyair dan musik untuk musisi. Paduan
suara pada saat itu menjabat sebagai fasilitas pedagogik yang mana penyair berpendidikan akan
membacakan puisi mereka. Menyanyi tidak pernah dianggap sebagai karya intelektual dan tidak
mempercayakan pada wanita dengan suara yang indah yang akan belajar bagaimana memainkan
beberapa instrumen yang digunakan pada waktu itu seperti drum, oud atau rebab, dan mereka
menggunakan lagu-lagu yang selalu berpegang teguh pada metrum puisi. Komposisi sangat
sederhana dan setiap penyanyi akan bernyanyi dalam maqam tunggal. Di antara lagu-lagu
terkenal dari periode adalah huda, NASB, sanad, dan rukbani.
Periode awal Islam
Kedua komposisi dan improvisasi dalam musik tradisional Arab didasarkan pada sistem maqam
yang dapat direalisasikan dengan baik untuk musik vokal atau instrumental, dan hal ini tidak
termasuk komponen ritmis.
Al-Kindi (801-873 M) adalah teoritikus besar pertama musik Arab. Ia
string kelima pada oud dan membahas konotasi kosmologis musik.
mengusulkan menambahkan
Ia membangun dan
mengamati pencapaian musisi Yunani yang sudah menggunakan angka satu sampai delapan. Ia
menerbitkan lima belas risalah tentang teori musik, tapi hanya lima yang bertahan. Di salah satu
risalah yang berjudul Musiqa kata yang mulai digunakan untuk pertama kalinya dalam bahasa
Arab.
Abulfaraj (897-967) menulis sebuah buku tentang musik. Kitab al-Aghani adalah koleksi dari
ensiklopedi puisi dan lagu-lagu yang berjalan hingga lebih dari 20 volume dalam edisi modern.
Al-Farabi (872-950) menulis sebuah buku penting pada musik berjudul Kitab al-musiqi al-Kabir
(The Great Book of Music). Sistem nada Arab murni nya masih digunakan dalam musik Arab.
Al-Ghazali (1059-1111) menulis sebuah risalah pada musik di Persia yang
berarti keadaan pribadi yang berasal dari mendengarkan musik".
menyatakan, "Ekstasi
Pada 1252, Safi al-Din mengembangkan bentuk yang unik pada notasi musik, di mana irama
diwakili oleh bentuk geometris. Sebuah bentuk geometris serupa tidak akan muncul di dunia
Barat sampai tahun 1987, hingga Kjell Gustafson menerbitkan metode untuk mewakili irama
sebagai grafik dua dimensi.
Al-Andalus
Pada abad ke-11, Iberia Islam telah menjadi pusat pembuatan instrumen. Barang-barang ini
menyebar secara bertahap di seluruh Perancis, mempengaruhi trobador Perancis, dan akhirnya
mencapai seluruh Eropa termasuk Inggris .Kata mandolin, rebec, dan naker berasal dari bahasa
Arab oud, rabab, dan nagqara.
Lihat juga: kontribusi Islam ke Eropa di Abad Pertengahan
Sejumlah alat musik yang digunakan dalam musik klasik diyakini telah diturunkan dari alat
musik Arab: Mandolin berasal dari Oud, rebec (nenek moyang biola) dari rebab, gitar dari qitara,
yang pada gilirannya berasal dari Persia Tar, naker dari naqareh, adufe dari al-duff, alboka dari alBUQ, anafil dari al-nafir, exabeba dari al-shabbaba (flute), Atabal (bass drum) dari al-tabl, atambal
dari al-Tinbal dan lain-lain.
Sistim Tala Bangsa Arab
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Bangsa Arab telah menggunakan quarter note sebagai
salah satu elemen dari tangga nadanya. Saya pernah mendengar cerita tentang ini dari almarhum
pamannya ibu saya Ahmad Sumeyt, Beliau banyak menerangkan tentang maqam-maqam (Scale)
di Arab pada saat saya masih kuliah di LPKJ /IKJ, karena beliau memang pernah belajar Piano di
Alexandria Mesir. Dan yang paling menarik pada saat beliau menerangkan bagaimana caranya orangorang Saudi membaca Al-Quran, bahkan terkadang secara idak sadar menggunakan beberapa jenis
maqam yang mereka miliki. Bahkan beliau mengatakan bahwa maqam al-ajam berari scale non Arab.
Mungkin disini kita dapat melihat beberapa jenis maqam yang telah saya temukan di Wikipedia :
`Ajam ( )عجمtrichord, starting Bayati ( )بياتيtetrachord,
on B♭
starting on D
Hijaz ( )حجازtetrachord, starting on
D
Kurd ( )كردtetrachord, starting Nahawand ( )نهاوندtetrachord,
on D
starting on C
Nikriz ( )نكريزpentachord, starting
on C
Rast ( )راستtetrachord,
starting on C
Sikah ( )سيكاهtrichord, starting on
E
Saba ( )صباtetrachord, starting
on D
Namun sekalipun mereka sudah mampu untuk melakukan pergantian kunci, Bangsa Arab ini
idak pernah melakukan tehnik Modulasi, karena hal itu bukanlah cara dari budaya mereka. Dengan
demikian Bangsa Arab masih tetap berjalan pada akar budayanya sendiri sekalipun lokasi tempat
inggal mereka hanya berbatasan dengan Laut Tengah dari daratan Eropa.
Musik India
Musik India mencakup beberapa jenis musik rakyat, pop, dan musik klasik India. Tradisi musik klasik
India, termasuk musik Hindustan dan Carnatic, memiliki sejarah yang membentang ribuan tahun dan
dikembangkan selama beberapa era. Musik di India dimulai sebagai bagian integral dari kehidupan
sosial-religius.
musik klasik India
Dua tradisi utama musik klasik adalah musik Carnatic, ditemukan terutama di daerah Semenanjung,
dan musik Hindustan, yang ditemukan di daerah utara, imur dan tengah. Konsep dasar dari musik ini
termasuk shruti (microtones), swara (nada), alankar (ornamen), raga (melodi improvisasi dari tata
bahasa dasar), dan tala (pola ritmik yang digunakan dalam perkusi). Sistem tonal yang membagi
Octave menjadi 22 segmen yang disebut shrutis, idak semua sama tetapi masing-masing kurang lebih
sama dengan seperempat nada pada seluruh musik Barat.
Musik Carnatic
Bentuk ini musik Carnatic berdasarkan pada perkembangan sejarah yang dapat ditelusuri dari 15 - 16
abad AD sesudahnya. Hal ini dikatakan berasal di negara bagian India Selatan Karnataka. Seperi musik
Hindustan, musik Carnatic mempumyai melodi dengan variasi seadanya, namun cenderung memiliki
komposisi yang lebih tetap. Ini terdiri dari komposisi dengan hiasan improvisasi ditambahkan ke bagian
dalam bentuk Raga Alapana, Kalpanaswaram, Neraval dan Ragam Tanam Pallavi (Raga, Tala, Pallavi).
Penekanan utama adalah pada vokal karena kebanyakan komposisi yang ditulis untuk dinyanyikan, dan
bahkan keika dimainkan pada instrumen, mereka dimaksudkan untuk dilakukan dalam gaya bernyanyi
(dikenal sebagai gāyaki). Ada sekitar 7,2 juta ragas (atau Scale) di Musik Carnatic, Dengan sekitar 300
masih digunakan sampai sekarang.
Purandara Dasa dianggap sebagai bapak musik Carnatic, sementara Tyagaraja, Shyama Shastry dan
Muthuswami Dikshitar dianggap trinitas musik Carnatic.
Musik Carnatic sangat dikenal sebagai dasar untuk sebagian besar musik di India Selatan, termasuk
musik rakyat, musik festival dan juga telah memperluas pengaruhnya terhadap musik film dalam 100150 tahun atau lebih.
Musik Hindustan
Musik tradisi Hindustani menyimpang dari musik Carnatic sekitar abad ke 13 - -14 Masehi. Praktek
bernyanyi berdasarkan catatan yang populer bahkan dari zaman Veda dimana himne di Sama Veda,
teks agama kuno, yang dilagukan sebagai Samagana idak dinyanyikan. Mengembangkan tradisi yang
kuat dan beragam selama beberapa abad, ia memiliki tradisi kontemporer yang terbentuk terutama di
India tetapi juga di Pakistan dan Bangladesh. Berbeda dengan musik Carnatic, tradisi musik klasik
India utama yang lainnya yang berasal dari musik Selatan, Hindustan idak hanya dipengaruhi oleh
musik tradisi kuno Hindu, sejarah ilsafat Veda dan suara asli music India, akan tetapi juga diperkaya
dengan praktek kinerja Mughal Persia. Genre klasik yang terdiri dari dhrupad, Dhamar, khyal, tarana
dan Sadra, dan ada juga yang beberapa bentuk semi-klasik.
Raga
Seiap raga memiliki susunan yang pasi yang sesuai dengan hirarki swaras (nada dasar). Didalam
musik India, ada 7 nada dasar yang memiliki 16 varietas. Ketujuh nada dasar musik India adalah : Sa,
Ri, Ga, Ma, Pa, Dha, Ni.
The chart below assumes Sa to be at C.
Full form
(Carnatic)
Shadja
Abbreviated form
(Carnatic)
Sa
Full form
(Hindustani)
Shadja
Abbreviated form
(Hindustani)
Sa
Western
C
Shuddha
Shuddha Ma
Madhyama
Prati Madhyama Prati Ma
Panchama
Pa
Shuddha
Madhyama
Tivra Madhyama
Panchama
Ma
F
M'a
Pa
F#
G
Swaras in Carnatic music
The swaras in Carnatic music are slightly different in the twelve-note system. There are three
types each of Rishabha, Gandhara, Dhaivata and Nishada. There are two types of Madhyama,
while Panchama and Shadja are invariant.
Position
1
2
3
3
4
4
5
6
7
8
9
10
10
11
11
12
Short
name
Sa
Ri
S
R1
sa
ra
Western note(Sa =
C)
C
D♭
Ri
R2
ri
D
Ga
G1
ga
D
Ri
R3
ru
E♭
Ga
G2
gi
E♭
Ga
G3
gu
E
Ma
M1
ma
F
Ma
Pa
Dha
M2
P
D1
mi
pa
dha
F♯
G
A♭
Dha
D2
dhi
A
Ni
N1
na
A
Dha
D3
dhu
B♭
Ni
Ni
N2
N3
ni
nu
B♭
B
Swara (सवर)
Shadja (षडड ज)
Shuddha Rishabha (शश धध ऋषभ)
Chatushruti Rishabha (चतश शडरतत
ऋषभ)
Shuddha Gandhara (शश धध
गगनधगरगर)
Shatshruti Rishabha (षटड शरड तत
ऋषभ)
Sadharana Gandhara (सगधगरण
गगनधगरग)
Antara Gandhara (अनतर गगनधगरगर)
Shuddha Madhyama (शश धध
मधयम)
Prati Madhyama (पडरतत मधयम)
Panchama (पञचम)
Shuddha Dhaivata (शश धध धध वतग)
Chatushruti Dhaivata (चतश शडरतत
धध वत)
Shuddha Nishada (शश धध तनषगद)
Shatshruti Dhaivata (षटड शर
ड तत
धध वत)
Kaisiki Nishada (कधतशकक तनषगद)
Kakali Nishada (कगकलक तनषगद)
Notation Mnemonic
Jika kita melihat susunan nada pada musik India seperinya hampir mirip dengan musik
Barat, seolah-olah hanya cara pengucapan notasinya saja yang berbeda.
1
Do
Sa
2
R
e
Ri
3
Mi
4
Fa
G
a
Ma
5
So
l
Pa
6
La
7
Si
1
Do
Dha
Ni
Sa
Sedangkan susunan Microtuning yang terdapat dalam Shruti pada musik India idaklah demikian
sederhana, karena selain satu nada Sa dan Pa masih ada empat (4) nada Ri, Ga, Ma, Dha dan Ni.
Sa
Ri 1
Ri 2
Ri 3
Ri 4
Ga 1
Ga 2
Ga 3
Ga 4
Ma 1
Ma 2
Ma 3
Ma 4
0
0
C
0
90
90
C#
-10
22
112
70
182
D
-8
22
204
90
294
Eb
-6
22
316
70
386
E
-14
22
408
90
498
F
-2
22
520
70
590
F#
-10
22
612
Dha 4
22
906
Ni 1
90
996
Bb
-4
Ni 2
22
1018
Ni 3
70
1088
B
-12
Ni 4
22
1110
Sa
90
1200
C
0
Pa
90
702
G
+2
+12
Dha 1
90
792
G#
-8
Dha 2
22
814
+14
+4
Dha 3
70
884
A
-16
+6
+16
+18
+8
+10
+20
+12
Sekarang kita sudah mulai melihat bagaimana ingkat kerumitan berikir dari masyarakat India
yang telah di presentasikan dalam sistim tala yang dibuat oleh mereka. Disamping itu masih ada lagi
aturan gerak naik dan gerak turun pada Raga- Raga tertentu yang menjadi perekat yang kuat dalam
musik tradisinya. Bahkan saya berikir untuk memahaminya lebih terperinci lagi, kita harus duduk di
salah satu Ashram di India dan belajar pada guru musik tradisi yang benar.
Musik China
Pada suatu hari saya berdiskusi dengan seorang teman tentang salah satu ide yang akan saya
tuliskan dalam buku ini, dan teman saya ini mengingatkan bahwa menuliskan tentang Musik China
adalah salah satu hal yang terpening selain Musik Arab dan Musik India. Dan hal ini langsung telah
mengingatkan saya pada awal Bab ke 2 tentang Perjalanan Sejarah sistim Tala. Tokoh yang pertama
kali saya tulis adalah Ling Lun, adalah seorang ahli musik dari China. Dan disamping itu terdapat
begitu banyaknya kesenian tradisi di Indonesia yang telah mendapatkan pengaruh dari kesenian
China. Maka saya berikir bahwa akan sangat idak sepantasnya jika saya idak melibatkan kontribusi
yang telah diberikan China dalam sistim penalaan alat musik tradisi nya. Dan salah satu kontribusi
China dalam penalaan musik tradisinya adalah yang telah dibuat okeh Ling Lun, yaitu :
C
0
C#
114
D
204
Eb
318
E
408
F
522
F#
612
G
702
G#
816
A
906
Bb
1006
B
1120
C
1200
Dan selain itu kita juga telah nelihat tentang sejarah perjalanan sistim penalaan yang terjadi di China
pada awal Bab ke 2
Maka sekarang saya mencoba untuk nelihat musik dari sudut pandang para filsuf China.
Filsuf Cina mengambil berbagai pendekatan musik. Untuk Konfusius, bentuk yang benar musik itu
penting untuk budidaya dan perbaikan individu, dan sistem Konfusianisme menganggap Yayue musik
formal untuk moral semangat dan simbol penguasa yang baik dan pemerintahan Mozi yang stabil .
namun mengutuk musik dan berpendapat dalam Against Musik (非 樂 ) untuk musik yang merupakan
pemborosan dan kepuasan yang tidak melayani tujuan yang berguna dan mungkin berbahaya.
Menurut Mencius, seorang pemimpin yang kuat pernah bertanya kepadanya apakah itu moral jika ia
lebih suka musik populer dibandingkan dengan musik klasik ? Jawabannya adalah bahwa hal itu hanya
pening bahwa penguasa dicintai rakyatnya.
The Imperial Music Biro, pertama kali didirikan pada Dinasti Qin (221-207 SM), sangat diperluas di
bawah Kaisar Han Wu Di 武帝 (140-87 SM) dan mendakwa dengan pengawasan pengadilan musik dan
musik militer dan menentukan apa musik rakyat akan diakui secara resmi . Pada dinasi selanjutnya,
perkembangan musik China sangat dipengaruhi oleh tradisi musik dari Asia Tengah .
Musik tertua yang masih ada ditulis musik China adalah "Youlan" (幽蘭 ) atau Solitary Orchid, yang
dikaitkan dengan Konfusius. Alat musik China yang pertama berkembang dan terdokumentasi dengan
baik selama Dinasti Tang (618-907AD) adalah qin, meskipun qin sudah diketahui telah dimainkan sejak
masa sebelum Dinasti Han.
Di Cina kuno status sosial seorang musisi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan pelukis,
meskipun musik dipandang sebagai pusat harmoni dan umur panjang negara. Hampir seiap kaisar
mengambil lagu-lagu rakyat yang serius, dan mereka mengirim petugas untuk mengumpulkan lagu untuk
memeriksa kehendak rakyat. Salah satunya adalah Confucianist Classics, Shi Jing 詩經 (The Shi Jing),
selain itu masih terdapat banyak lagu-lagu rakyat yang berasal dari 800 SM sampai sekitar 400 SM.
Melalui berhasil dinasti selama ribuan tahun, para musisi Cina mengembangkan bermacam-macam
instrumen yang berbeda dengan gaya permainannya. Berbagai macam instrumen ini, seperi Guzheng
dan dizi yang asli, meskipun banyak alat musik tradisional yang populer diperkenalkan dari Asia Tengah,
seperi erhu dan pipa. Sedangkan Kehadiran musik Eropa di China muncul pada awal 1601 keika imam
Yesuit Matteo Ricci menyajikan Harpsichord ke istana kekaisaran Ming, dan dia melaih empat kasim
untuk memainkannya. Dan pada akhir era Dinasti Qing, pengaruh musik Barat mulai terasa.
Musik Indonesia
Dari seluruh Bangsa di Asia, Negara Kepulauan yang bernama Indonesia ini termasuk
Bangsa yang memiliki keunikannya tersendiri. Karena Bangsa yang telah mendiami tanah Nusantara ini
terdiri dari begitu banyak Suku dengan pola Tuning yang khas untuk setiap masing-masing Suku nya.
Pada dasarnya Bangsa ini memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi dan buki ini juga tercermin
pada Dasar Negara yang telah menjadi landasan berikir bagi Bangsa ini yaitu Pancasila. Hal ini dapat
kita lihat dari begitu banyaknya Budaya nya yang pada akhirnya mengerucut menjadi kesenian dan juga
termasuk bermacam-macam musik yang tumbuh pada Bangsa ini, baik itu musik lokalnya maupun
musik yang dibawa oleh para pendatang dari luar Bangsa ini. Sebagai salah satu contohnya adalah
musik kerocong yang dibawa oleh orang-orang Moor yang telah menjadi pendayung kapal-kapal
Portugis. Musik tersebut mempunyai karakter Pasifik pada waktu diadaptasi oleh orang-orang Maluku
dan mempunyai karakter kendangan pada waktu diadaptasi oleh orang-orang Jawa. Contoh lainnya lagi
adalah Instrumen Gambus yang dibawa oleh orang-orang Arab pada masa penyebaran agama Islam di
Indonesia dan pergeseran musik Melayu yang pada akhirnya berkembang menjadi musik Dangdut, hal
ini dikarenakan pengaruh dari Musik Film India atau Bollywood. Pada dasarnya memang masih jauh
lebih menarik Langgam Melayu tadi jika kita bandingkan dengan Musik Dangdut. Sebab pada Langgam
Melayu masih sangat terasa warna lokal nya jika dibandingkan dengan Musik Dangdut yang memang
sudah menjadi fotocopy dari Musik Bollywood tadi. Mungkin sebagian dari para pemusik kita hanya
meneruskan semangat plagiarism dari para musisi senior yang telah belajar dari pendidikan musik
Barat pada masa pemerintahan Hindia Belanda dulu. Dan kebanyakan dari mereka terkadang
melupakan bahwa masih banyak pula para seniman tradisi kita yang memperlakukan Biola sebagai
Rebab dan tetap bertahan memainkan musik tradisi nya beserta Tuning Lokal nya. Terkadang pada
masyarakat Melayu masih memperlakukan Biola seperi Biola pada umumnya, akan tetapi mereka
masih tetap memainkan Tradisi mereka sendiri. Jadi untuk apa mereka mau melakukan plagiarism ?
Hanya untuk mendapat pengakuan kah ? Atau demi Industri Musik Kah ? Atau atas nama apapun
alasannya semangat plagiarism adalah semangat para pecundang.
Mungkin bagi kebanyakan orang yang sudah terbiasa dengan mengenyam pendidikan
Barat ini cenderung menganggap Pola Tuning pada seniman musik tradisi adalah fals atau sumbang
dan perlu dilakukan standarisasi ala Barat. Mungkin para medioker ini berikir bahwa para seniman
musik tradisi ini bodoh dan tidak mengenal cara berfikir ala Barat. Jika saya mau bertanya pada para
medioker tadi : Bagaimana caranya para seniman musik tradisi dapat menentukan sumbang (fals)
atau tidaknya sebuah nada ? Apakah para seniman musik tradisi tadi hanya mampu main tebaktebakan saja dalam menentukan urutan nada tersebut ? Dan satu lagi pertanyaan yang terakhir
adalah : Bagaimana kita bisa memastikan bahwa ini kesenian dari daerah tertentu pada saat kita
mendengar Instrumen dan juga termasuk Pola Tuning dari sebuah musik lokal tersebut ? Mungkin
saya juga akan menambahkan dengan satu pertanyaan lagi : Jadi siapa yang TOLOL ? para seniman
musik tradisi tadi atau Anda ???
Seperi yang telah kita ketahui bahwa Kesenian itu selalu berhubungan dengan rasa, tetapi
disamping itu juga berhubungan dengan ukuran-ukuran tertentu. Sengaja saya akan mengambil bentuk
yang lain sebagai salah satu model, yaitu Kuliner atau seni masak memasak. Pada saat kita ingin
membuat masakan Barat seperi Steak maka kita akan berhadapan dengan ukuran yang pasi seperi
Daging sekian gram, air sekian liter, garam sekian milligram dan seterusnya. Tapi pada saat kita ingin
membuat masakan China seperi Bubur Ayam, maka kita akan berhadapan dengan Air secukupnya,
Beras secukupnya, Kaldu Ayam secukupnya, Garam secukupnya dan seterusnya. Maka akan terasa
primanya hasil makanan tadi pada saat kita merasakan Steak yang dibuat oleh orang Eropa ataupun
Bubur Ayam buatan orang China. Atau dengan kata lain hanya Bangsa atau Suku tersebut yang
mengenali jati dirinya, baik itu dengan ukuran yang pasti maupun dengan ukuran yang tidak terlalu
pasti. Dengan demikian biarkanlah setiap Bangsa menjadi Bangsa itu sendiri dan biarkanlah setiap
Suku menjadi Suku itu sendiri. Dan kita pun masih akan tetap mampu berjalan dengan memelihara
semangat kesatuan dan persatuan selama kita masih mempunyai Pancasila sebagai alat perekat nya.
Dan hal ini berlaku pula pada dunia musik. Untuk saya pribadi biarkanlah para seniman musik tradisi
untuk menentukan ukuran jarak dari satu nada ke nada lainnya , supaya kita juga dapat membuat
pemetaan dan dapat melakukan perbandingan terhadap sistim tuning yang dianggap telah menjadi
standard umum tadi.
Beberapa sistim penalaan yang ada di Indonesia
Mungkin pada saat ini saya sedang berhadapan dengan keterbatasan yang saya miliki, karena begitu
terbatas dan sedikitnya data Tuning Local yang ada pada saya. Pernah pada beberapa kesempatan saya
mempertunjukan musik yang pernah saya buat pada beberapa teman-teman yang ada di daerah-daerah
seperi Solo, Pekan Baru, Padang Panjang dan Makassar yang pada akhirnya ternyata untuk mereka
sendiri lebih menarik dengan fenomena musik electronic dibandingkan dengan pemetaan Tuning pada
alat-alat tradisi mereka. Padahal pada saat saya memperkenalkan pada mereka tentang Keyboard
Roland – XP 50 yang pernah saya miliki itu karena terdapat Microtuner didalam salah satu program
menu nya, dan saya juga yakin bahwa program menu ini juga terdapat pada keyboard dari jenis
Workstation segenerasinya ataupun di generasi yang lebih baru lagi. Setelah itu saya juga pernah
melakukan Workshop music Electronic untuk memperkenalkan Komputer sebagai salah satu media
pemrograman dan media perekaman, yang pada akhirnya saya juga mengetahui bahwa mereka lebih
tertarik membuat Studio nya hanya untuk merekam lagu-lagu Pop yang mereka miliki. Hal ini membuat
saya seperi berjalan sendirian dan tanpa teman-teman yang memiliki pemahaman yang sama. Hanya
kebetulan saja masih ada sedikit kawan yang kebetulan mengenali fungsi Microtuner yang dapat
dipergunakan pada Keyboard Workstation tersebut, dan hal ini idak pernah berhubungan sama sekali
dengan pola industri yang pernah mereka kerjakan, atau dengan kata lain Bangsa ini merasa sedang
melangkah maju padahal mereka sedang menuju keterbelakangan . Hal ini dapat kita lihat bagaimana
masyarakat kita menganggap dirinya Modern dengan musik Pop kelas fotocopy yang mereka miliki
sedangkan bangsa-bangsa lainnya sudah mulai mengenal Microtonal Music sebagai fenomena baru.
Karena itu begitu banyaknya seniman asing yang tertarik pada musik tradisi Indonesia, sedangkan para
medioker tadi menganggap musik tradisi adalah sesuatu yang sudah kuno dan patut diinggalkan, bisa
kita bayangkan jika kita berhadapan sekumpulan manusia-manusia TOLOL yang merasa dirinya adalah
manusia paling modern di seluruh dunia, dan mereka cenderung selalu merasa kalah jika berhadapan
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju, atau terkadang mereka berlindung dibalik budayanya yang
konon katanya “Adiluhung”. Tapi pada kenyataannya mereka sendiri idak pernah berhadapan secara
langsung dengan budaya berfikir ala Barat tadi.
Ok….lebih baik kita inggalkan dulu gerombolan orang-orang TOLOL yang menganggap dirinya
modern tadi. Dan sekarang saya hanya memiliki dua buah Pola Tuning, yang pertama saya dapatkan
pada seperangkat Gamelan yang berada di Taman Budaya Solo.
Keyboard
Gender (Slendo)
Gender (Pelog)
Gender (Slendro)
Gender (Pelog)
Slendro (Madenda)
Keyboard
Gender (Slendo)
Gender (Pelog)
Gender (Slendro)
Gender (Pelog)
Slendro (Madenda)
C
II (+ 22)
C#
D
D#
III (-5)
I (-35)
II (-11)
I (-57)
(+60)
II (-16)
II (+ 55)
E
F
V(+46)
III (-58)
III (-16)
II (+ 55)
G
G#
VI (+2)
V (+56)
III (-16)
A
Bb
I (+32)
VI (-26)
VI (-26)
V (+62)
IV (+46)
V(+20)
(-14)
V(+20)
B
IV (+40)
(-56)
C
II (+22)
VII (-61)
I (+20)
VI (-32)
VI (-26)
F#
II (+ 55)
VII (-64)
I (+20)
II (+ 55)
Dan selain Data Tuning yang saya dapatkan di Taman Budaya Solo tadi, masih ada Data Tuning dari
gsmelan Semar Pegulingan yang saya dapatkan pada saat saya bekerja sama dengan Swarsana, salah
seorang teman dari Bali pada saat proses untuk persiapan Pekan Komponis 1998.
Keyboard
Semar Pegulingan
C
(-52)
C#
(+32)
D
D#
(+30)
E
(+42)
F
F#
(+39)
G
G#
(+30)
A Bb
(+33)
B
(+50)
5. Perkembangan Sisim Tala dari awal Abad XX
hingga sekarang
Seperi yang telah kita ketahui bagaimana Peradaban Barat secara perlahan-lahan
mulai meninggalkan kacamata kuda mereka setelah mereka mempunyai ukuran dan alat pengukur yang
akurat. Mereka menjadi lebih mudah dan leluasa untuk menentukan ukuran dalam Interval musik
setelah mengenal Cent sebagai satuan dalam mengukur Tuning atau Tala pada sebuah instrumen
musik, sekalipun mereka tetap masih mempertahankan sisim perhitungan awal yang telah dibuat sejak
zaman Phytagoras. Dari sini dapat kita lihat bagaimana kesadaran sejarah dari masyarakat Eropa
yang selalu mempertahankan sistim perhitungan yang lama dan melengkapinya dengan yang baru .
Karena walau bagaimanapun hal ini sesuai dengan sifat dari Ilmu Pengetahuan itu sendiri, yaitu keluar
dari sebuah ketololan untuk masuk kedalam ketololan yang berikutnya . Bagaimana caranya kita akan
mengenali sebuah kesalahan jika kita idak pernah melakukan pencatatan terhadap kesalahan itu
sendiri ? Memang dibutuhkan pemahaman supaya kita dapat mengeri sesuatu, bukan hanya sekedar
menghafal. Dan pengetahuan tentang sejarah akan mengajarkan banyak hal kepada kita .
Sekarang kita akan melihat beberapa orang seperi Ethnomusicolog, Doktor Fisika, Programming dan
beberapa orang Musisi yang masih terus menerus melibatkan diri dengan persoalan tentang Tala.
Jaap Kunts
Jaap (Jakob) Kunst (12 Agustus 1891 di Groningen - 7 Desember 1960 di
Amsterdam) adalah etnomusikolog Belanda, khususnya yang berkaitan dengan studi musik gamelan
dari Indonesia. Dia dikenal untuk coining kata "etno-musik" (yang kemudian menjadi etnomusikologi)
sebagai pilihan,alternaif yang lebih akurat dengan isilah itu adalah "musikologi komparatif".
Biografi : Kunst adalah satu-satunya anak dari keluarga musisi, dan mulai belajar biola pada usia 18
bulan. Dia tertarik ke arah studi lagu-lagu rakyat Belanda dan ia terus bermain biola sepanjang
hidupnya. Kunts meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Groningen pada tahun 1917 dan
mengejar karir di bidang perbankan dan hukum selama dua tahun ke depan. S etelah tur dengan string
trio Hindia Belanda, ia memutuskan untuk tetap di Jawa, dan mendapatkan pos pada pemerintahan di
Bandung. Sejak itu, ia mulai tertarik pada musik Indonesia, terutama Jawa.
Dia mulai mengarsip alat musik, rekaman lapangan, buku, dan foto-foto untuk Museum Batavia
(Batavia adalah nama kolonial Jakarta). Pada tahun 1936 ia kembali ke Belanda, dan pada tahun yang
sama menjadi kurator Royal Tropical Institute di Amsterdam, yang pada akhirnya berkembang
menjadi salah satu lembaga yang paling pening dari jenisnya di Eropa. Kemudian, ia memberi kuliah
tentang musik Indonesia di Universitas Amsterdam pada tahun 1953. Kunst akhirnya merilis album
terlaris dari lagu rakyat pada Folkways Records yang berjudul Living Folksongs dan Dance-Tunes
from the Netherlands.
Disini dapat kita lihat beberapa tulisan yang pernah dibuatnya :
•
•
with C. Kunst Van-Wely. De Toonkunst van Bali. (Weltevreden, 1924; part 2 in
Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, LXV, Batavia, 1925)
with R. Goris. Hindoe-Javaansche muziekinstrumenten. (Batavia, 1927; 2nd ed., revised,
Hindu-Javanese Musical Instruments, 1968)
•
A Study on Papuan Music (Weltevreden, 1931)
•
Musicologisch onderzoek 1931 (Batavia, 1931)
•
Over zeldzame fluiten en veelstemmige muziek in het Ngada- en Nagehgebied, WestFlores (Batavia, 1931)
•
De toonkunst van Java (The Hague, 1934; English translation, Music in Java, 1949; 3rd
ed., expanded, 1973)
•
Een en ander over den Javaanschen gamelan (Amsterdam, 1940; 4th ed. 1945)
•
Music in Flores: A Study of the Vocal and Instrumental Music Among the Tribes Living in
Flores (Leiden, 1942)
•
Music in Nias (Leiden, 1942)
•
Around von Hornbostel's Theory of the Cycle of Blown Fifths (Amsterdam, 1948)
•
The Cultural Background of Indonesian Music (Amsterdam, 1949)
•
Begdja, het gamelanjongetje (Amsterdam, 1950)
•
De inheemsche muziek in Westelijk Nieuw-Guinea (Amsterdam, 1950)
•
Metre, Rhythm, and Multi-part Music (Leiden, 1950)
•
Musicologica: A Study of the Nature of Ethnomusicology, Its Problems, Methods, and
Representative Personalities (Amsterdam, 1950; 2nd ed., expanded, retitled
Ethnomusicology, 1955; 3rd ed. 1959)
•
Kultur-historische Beziehungen zwischen dem Balkan und Indonesien (Amsterdam, 1953,
English translation, 1954)
•
Sociologische bindingen in de muziek (The Hague, 1953)
Dan didalam buku ini saya hanya mampu membahas sebagian dari salah satu bukunya yang berjudul
“Music in Java” yang memang kebetulan ada disini.
GAM.PELOG.SCALES EXPRESSED IN VIBRATION NUMBERS AND CENTS
Names of Tones
I
II
III
VI
IV
VII
V
Kadook Manis (Kraton Solo)
294
114
314
138
340
272
396
114
425
137
460
192
514
233
Pengasih
(Kraton Solo)
Gender Pelog (Kraton Solo)
286
270
128
130
308
291
148
131
335
314
270
392
404
123
421
396
116
131
450
427
182
500
405
233
GAM Pelog (Solo)
Kanyut Mesem Pelog (Solo)
Lipur Lomba Neng (Solo)
Udan Arum (Solo)
272
295
278
262
138
125
126
121
294
317
299
281
157
146
150
148
322
348
326
306
296
252
292
122
382
399
386
348
110
165
138
188
407
439
418
388
91
100
89
92
429
465
440
409
176
167
182
192
475
512
489
457
235
245
222
237
dan seterusnya…..
Disini memang sengaja saya idak memberikan contoh yang seutuhnya dari buku “ Music in Java”,
karena begitu terperincinya data pada masa itu yang telah dibuat oleh Jaap Kunts sebagai seorang
ethnomusicolog dan hal ini idak pernah mendidik kita untuk mempelajari kekayaan dari musik tradisi
kita sendiri.
Harry Partch
Harry Partch
(c. 1969), from the cover of The World of Harry
Partch (Columbia Masterworks)
June 24, 1901
Born
Oakland, California
September 3, 1974 (aged 73)
Died
Encinitas, California
• Composer
•
Occupation
Creator of custom-made
instruments
Music theorist (Harry Partch's
43-tone scale)
Website
www.corporeal.com
•
Harry Partch (24 Juni 1901 - September 3, 1974) adalah seorang komponis Amerika, ahli dalam teori
musik, dan pencipta alat musik. Ia hanya menggunakan scale interval yang sama sekali berbeda
dengan intonasi musik Barat, dan merupakan salah satu komposer abad ke-20 pertama di Barat yang
bekerja secara sistemais dengan microtonal scale. Dia membuat instrumen custom-made dengan laras
ini ubtuk memainkan komposisi-komposisinya, dan dijelaskan teori dan praktek dalam bukunya Genesis
of Music (1947).
Partch membagi octave dengan scale yang terdiri dari 43 nada yang tidak sama yang berasal dari
natural harmonic series; scale ini memungkinkan untuk menempatkan lebih banyak lagi nada dengan
menggunakan interval yang lebih kecil daripada sistim tala standard yang ada di Barat , seperi yang
sudah kita ketahui bahwa sistim tala standard Barat selalu menggunakan dua belas interval yang sama.
Untuk memainkan musik, Partch membuat sejumlah besar instrumen yang unik, dengan nama-nama
seperi Chromelodeon, yang quadrangularis Reversum, dan Zymo-Xyl. Partch menggambarkan musik
sebagai jasmani, yang membedakannya dengan musik abstrak, yang dianggap sebagai trend yang
dominan dalam musik Barat sejak zaman Bach. Komposisi paling awal nya hanya potongan kecil yang
akan dilantunkan untuk instrumental backing; karya-karyanya yang terakhir dia membuat produksi
teater terpadu di mana ia menuntut seiap pemain untuk menyanyi, menari, berbicara, dan termasuk
juga memainkan instrumen. Musik Teater nya sangat dipengaruhi oleh Teater Yunani kuno dan
Teater Jepang, Noh dan Kabuki.
Partch lahir pada tanggal 24 Juni 1901, di Oakland, California. Orang tuanya adalah Virgil Franklin
Partch (1860-1919) dan Jennie (née Childers, 1863-1920). Pasangan misionaris Presbyterian yang
ditugaskan ke Cina (1888-1893), dan dilanjutkan lagi pada tahun 1895-1900, setelah mereka
melarikan diri dari Pemberontakan Boxer. Partch pindah bersama keluarganya ke Arizona dengan
alasan untuk kesehatan ibunya. Ayahnya bekerja pada Layanan Imigrasi di sana, dan mereka
menetap di kota kecil Benson, yang pada masa itu masih Wild West hingga awal abad kedua
puluh, dan Partch masih ingat ketika melihat penjahat di kota itu. Di dekatnya, ada orang-orang
Yaqui asli dengan musik yang didengarnya. Ibunya bernyanyi kepadanya dalam bahasa Mandarin,
dan ia mendengar dan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Spanyol dan Yaqui. Ibunya
mendorong anak-anaknya untuk belajar musik, dan ia belajar mandolin, biola, piano, buluh
organ, dan kornet. Sedangkan ibunya mengajarinya membaca notasi musik.
Keluarganya pindah ke Albuquerque, New Mexico, pada tahun 1913, di mana Partch serius belajar
piano. Dia memiliki pekerjaan bermain keyboard untuk film bisu saat ia masih di SMA. Pada
usia 14 tahun, dia menulis repertoire untuk piano. Partch lulus dari sekolah tinggi pada tahun
1919.
Keluarganya pindah ke Los Angeles pada tahun 1919 setelah kematian ayahnya. Ibunya tewas
dalam kecelakaan kereta pada tahun 1920. Dia terdaftar di University of Southern California
School of Music pada tahun 1920, tetapi karena tidak puas dengan para gurunya setelah musim
panas 1922 dia memutuskan untuk pindah ke San Francisco dan mempelajari buku-buku tentang
musik di perpustakaan yang ada dan terus menulis. Pada tahun 1923 ia mulai menolak
standard twelve-tone equal temperament pada musik Barat setelah ia menemukan terjemahan
Hermann von Helmholtz's yang berjudul “Sensations of Tone”. Buku ini menunjuk Partch ke arah
just intonation sebagai dasar akustik untuk musiknya. Pada saat ini, saat bekerja sebagai usher
untuk Los Angeles Philharmonic,
Pada 1925, Partch menempatkan teori ke dalam praktek dengan menyusun intonasi pada
penutup kertas untuk biola dan biola alto, menyusun intonasi yang dibentuk hanya dengan
susunan fingering tertentu, dan dia menulis string quartet dengan menggunakan laras tersebut.
Dia menyusun teorinya dalam bentuk kata yang menjadi draft pertama untuk buku pada bulan
Mei 1928, kemudian dia menyebutnya sebagai Pameran monophony. Dia mencari nafkah untuk
dirinya selama ini dengan melakukan berbagai pekerjaan dengan mengajar piano, proofreading,
dan bekerja sebagai pelaut. Di bawah nama samaran Paul bajak laut, ia menulis lagu-lagu pop
yang ia coba untuk menjual kepada penerbit; untuk sementara waktu, ia menulis lagu setiap hari.
Hanya " My Heart Keeps Beating Time " (1929) yang diterbitkan, dan merupakan satu-satunya lagu
untuk bertahan hidup. Di New Orleans pada tahun 1930, ia memutuskan untuk memutuskan
hubungan dengan tradisi Eropa sepenuhnya, dan membakar semua skor nya didalam perapian.
Partch mengenal seorang pembuat biola dari New Orleans yang membuat biola dengan
fingerboard dari cello. Dia menggunakan alat ini yang dijuluki sebagai Diadaptasi Viola untuk
menulis musik dengan menggunakan scale dengan dua puluh sembilan nada per octave. karya
awal Partch yang mulai bertahan berasal dari periode ini, termasuk karya-karya berdasarkan ayat
Alkitab dan Shakespeare, dan Seventeen Lyrics Li Po yang berdasarkan terjemahan dari puisi Cina
Li Bai. Pada tahun 1932, Partch melakukan pertunjukan musik di San Francisco dan Los Angeles
dengan penyanyi soprano. Pada tanggal 9 Februari 1932, ia direkrut untuk bekerja pada Henry
Cowell New Music Society of California. Sebuah grup dengan sponsor pribadi dikirim Partch ke New
York pada tahun 1933, di mana ia memberikan penampilan solo dan memenangkan dukungan
dari para komposer, seperti Roy Harris, Charles Seeger, Henry Cowell, Howard Hanson, Otto
Luening, Walter Piston, dan Aaron Copland.
Akhirnya Partch berhasil diterapkan untuk hibah Guggenheim pada tahun 1933 dan 1934. The
Carnegie Corporation of New York yang memberikan kepadanya uang sebesar $ 1.500 sehingga ia
bisa melakukan penelitian di Inggris dan bepergian di Eropa. Dia bertemu WB Yeats di Dublin, dan
mendapatkan terjemahan dari Sophocles “Raja Oeadipus” yang ingin dibuatnya sebagai karya
musik, ia juga telah mempelajari infleksi ucapan dalam bacaan Yeats tentang teks. Ia membuat
sebuah instrumen keyboard, yang mempunyai warna suara seperti Organ, yang menggunakan
scale empat puluh tiga nada per octave. Dia juga bertemu dengan musikolog Kathleen Schlesinger,
yang telah menciptakan sebuah kithara Yunani kuno yang telah ditemukan dia dari gambar pada
sebuah vas di British Museum.. Partch membuat sketsa dari instrumen di rumahnya, dan
membahas teori musik Yunani kuno dengannya. Partch kembali ke AS pada tahun 1935 pada
puncak Depresi Besar, dan menghabiskan sembilan tahun sementara, sering sebagai
gembel, sering mengambil pekerjaan atau memperoleh hibah dari organisasi seperti Proyek
Penulis Federal. Selama delapan bulan pertama periode ini, ia meneruskan jurnal yang diterbitkan
secara posthumously sebagai Bitter Music. Ia masih terus menulis musik, membuat instrumen, dan
mengembangkan buku dan teori-teorinya, dan membuat rekaman pertamanya. Setelah mengambil
beberapa program woodworking pada tahun 1938, ia membuat Kithara pertama di Big Sur,
California, dengan skala kira-kira dua kali ukuran Schlesinger Pada tahun 1942 di Chicago, ia
membangun Chromelodeon nya yang lain dengan 43-nada buluh organ. Ia tinggal di pantai timur
Amerika Serikat ketika ia dianugerahi hibah Guggenheim pada bulan Maret 1943 untuk membuat
instrumen dan menyelesaikan tujuh bagian Siklus monophonic. Pada tanggal 22 April 1944, kinerja
komposisi pertama dari seri Americana nya diberikan oleh Liga Komponis. di Carnegie Chamber
Music Hall
J.W.S Rayleigh
J.W.S Rayleigh (1894) adalah seorang Doctor Matematika dan Fisika yang telah
menjadi salah satu pemenang Nobel pada bidang ilmu pengetahuan yang digeluinya.
Pada awal dsari bukunya yang berjudul “ The Theory of Sound” dia pernah mengatakan seperi ini :
Perimbangan ini membawa kita untuk mengharapkan hubungan yang luar biasa antara nada yang
periode adalah sebagai kebalikan dari angka natural (natural numbers). Periode getaran yang
disebabkan dengan meniup set pertama tentu akan menjadi dua kali lipat dari yang dimiliki kedua.
Untuk membuat percobaan dua nada yang ditemukan untuk berdiri satu sama lain dalam hubungan
Octave; dan kami menyimpulkan bahwa dalam melewai dari nada apapun untuk octave nya, frekuensi
getaran dua kali lipat. Sebuah metode yang sama, bahwa untuk rasio periode 3: 1 sesuai dengan interval
yang dikenal oleh para musisi, sebagai satu Octave dan Fifth; dengan rasio 4: 1, double octave; dan
dengan rasio 5: 1, interval menjadi Double Octave dan Major Third. Dalam rangka untuk mendapatkan
interval Fifth dan Major Third, rasio harus dibuat masing-masing 3: 2 dan 5: 4.
Dari percobaan ini tampak bahwa jika dua nada berdiri satu sama lain dalam hubungan yang tetap, maka
idak peduli apapun bagian dari letak skala mereka, periode mereka dalam karakterisik rasio konstan
tertentu dari relasi. Hal yang sama dapat dikatakan frekuensi mereka, atau jumlah getaran yang
mereka jalankan dalam waktu tertentu. Rasio 2: 1 adalah karakterisik dari interval oktave, misalnya,
mulai dari nada yang ditetapkan, untuk mengambil langkah satu oktave dan dilajutkan dengan fifth
pada arah yang sama, rasio yang sesuai harus ditambah:
2/1 x 3/2 = 3/1
Jika kita ingin memiliki ukuran interval dalam ari yang tepat, kita idak hanya harus mengambil rasio
karakterisik sendiri, tetapi logaritma dari rasio tersebut. Dan kemudian, ukuran interval hanya akan
senyawa dengan jumlah dari langkahnya.
Maka setelah memperimbangkan Interval Musik tadi, maka Rayleigh memutuskan dengan urutan
sebagai berikut :
Octave ……………………………2 : 1
Fifth ……………………………… 3 : 2
Fourth …………………………… 4 : 3
Major Third……………………… 5 : 4
Minor Sixth……………………… 8 : 5
Minor Third ……………………... 6 : 5
Major Sixth ……………………...5 : 3
Atau dengan kata lain urutannya akan menjadi seperi ini :
Do
1
-
Re - Mi - Fa
9/8
5/4
4/3
-
Sol
3/2
-
La
5/3
- Si
15/8
-
Do
2
Dari sini kita sudah mulai melihat bagaimana fenomena Tuning sudah menjadi salah satu obyek
penting dari Fisika Bunyi dan Matematika. Sekalipun J.W.S Rayleigh sebagai seorang Doctor dibidang
Fisika, dia juga selalu memperhaikan bidang-bidang yang berkaitan dengan disiplin ilmunya, dan Juga
termasuk Tala (Tuning) yang memang sudah menjadi bagian dari ilmu Fisika Bunyi.
Heinz Bohlen
Heinz Bohlen (lahir 1935 di Krefeld di wilayah Lower Rhine Jerman) adalah insinyur komunikasi dan
elektronik microwave. Dia merancang dan menjelaskan berbagai scale musik non-oktaf (laras musik
alternatif dan temperamen), berdasarkan banyak nada kombinasi, termasuk Bohlen-Pierce Scale pada
tahun 1972 (ditemukan independen oleh John R. Pierce pada tahun 1984, yang juga seorang insinyur
komunikasi dan elektronic microwave, enam tahun kemudian dengan Kees van Prooijen pada tahun
1978).
Bohlen mulai mempertanyakan dan menyelidiki laras pada awal tahun 1970 keika seorang teman dan
mahasiswa pascasarjana di Hochschule für Musik und Theater memintanya untuk memulai konser
rekaman di sekolah. Bohlen bertanya pada para siswa : mengapa semua musik mereka menggunakan
temperamen dua belas-nada yang sama, bahkan termasuk octave ? Karena idak puas dengan jawaban
mereka, dia mulai menyelidiki laras alternaif.
John R. Pierce
John Robinson Pierce
Born
Died
Nationality
Awards
John Robinson Pierce
March 27, 1910
Des Moines, Iowa
April 2, 2002 (aged 92)
Sunnyvale, California
American
IEEE Edison Medal (1963)
IEEE Medal of Honor (1975)
Marconi Prize (1979)
Japan Prize (1985)
John Robinson Pierce (27 Maret 1910 - 2 April 2002), adalah seorang insinyur Amerika. Ia bekerja
secara luas di bidang komunikasi radio, teknologi microwave, musik komputer, psychoacoustics, dan
fiksi ilmiah. Lahir di Des Moines, Iowa, ia meraih gelar PhD dari Caltech, dan meninggal di Palo Alto,
California akibat komplikasi penyakit Parkinson.
Bohlen–Pierce scale
Chord from just Bohlen–Pierce scale: C-G-A, tuned to harmonics 3, 5, and 7.
"BP" above the clefs indicates Bohlen–Pierce notaion
Bohlen-Pierce Scale (BP scale) adalah scale musik yang menawarkan alternaif dengan cara idak
mengulangi scale octave seperi yang terjadi khas pada musik di Barat dan lainnya, terutama seperi
scale diatonis tempered. Jika kita bandingkan dengan pengulangan pada scale octave, interval yang
lebih sesuai dengan spektrum akusik jenis tertentu. Hal itu secara independen dijelaskan oleh Heinz
Bohlen, Kees van Prooijen dan John R. Pierce. Penemuan Pierce, dengan Max Mathews dan lain-lain,
yang diterbitkan pada tahun 1984, bergani nama scale Pierce 3579b. Dan varian yang berwarna pada
scale Bohlen-Pierce setelah belajar dari publikasi Bohlen yang sebelumnya. Bohlen telah mengusulkan
scale yang sama berdasarkan perimbangan pengaruh nada kombinasi pada kesan Gestalt interval dan
accord.
Interval antara BP scale pitch classes berdasarkan pada rasio frekuensi bilangan bulat ganjil, berbeda
dengan interval dalam tangga nada diatonis, yang mempekerjakan rasio yang ditemukan dalam seri
harmonic , baik itu yang ganjil maupun yang genap. Secara khusus, langkah-langkah pada BP scale
didasarkan pada rasio bilangan bulat dengan faktor 3, 5, dan 7. Jadi scale tersebut mengandung
harmoni konsonan yang aneh berdasarkan nada harmonik 3/5/7/9 . Akord yang dibentuk oleh rasio 3:
5: 7 menawarkan peran yang sama sebagai chord 4: 5: 6. Dan hal ini idak terjadi dalam tangga nada
diatonis (3: 5: 7 = 1: 1,66: 2,33 dan 4: 5: 6 = 2: 2,5: 3 = 1: 1,25: 1,5).
Just tuning
Diatonic Bohlen–Pierce scale dapat dibangun dengan hanya ratios berikut (grafik yang
menunjukkan"Lambda" scale):
C
D
E
F
G
H
J
A
B
C
Ratio 1/1 25/21 9/7
7/5
5/3
9/5
15/7
7/3
25/9
3/1
Cents 0 301.85 435.08 582.51 884.36 1017.60 1319.44 1466.87 1768.72 1901.96
Step
T
s
s
T
s
T
s
T
s
Cents 301.85 133.24 147.43 301.85 133.24 301.84 147.43 301.85 133.24
Hanya sebuah BP scale yang dapat dibangun dari empat chord tumpang indih 3: 5: 7, misalnya, V, II,
VI, dan IV, meskipun Chord yang berbeda dapat dipilih untuk menghasilkan scale yang sama:
(5/3) (7/5)
V IX III
|
III VII I
|
VI I IV
|
IV VIII II
Bohlen–Pierce temperament
pada awalnya menyatakan BP scale yang kedua hanya intonasi dan temperamen saja
yang sama. Bentuknya Tempered, yang membagi tritave menjadi tiga belas langkah yang sama,
telah menjadi bentuk yang paling populer. Setiap langkah di atas berikutnya, atau Cent per
langkah. Octave dibagi menjadi beberapa pecahan langkah. Dua belas langkah Tempered yang
sama per octave digunakan dalam 12-TET. Bohlen-Pierce scale bisa digambarkan sebagai
8.202087-TET, karena octave murni (1.200 cent), dibagi dengan 146,3 ... cent per langkah, Hal ini
akan memberikan 8,202087 langkah per octave.
Membagi tritave menjadi 13 langkah yang sama emosi, atau mengurangi untuk Unison, baik dari
interval 245/243 (sekitar 14 Cent, kadang-kadang disebut minor Bohlen-Pierce Diesis) dan
3125/3087 (sekitar 21 Cent, kadang-kadang disebut Major Bohlen-Pierce Diesis) dengan cara yang
sama bahwa membagi oktaf menjadi 12 langkah yang sama mengurangi kedua 81/80 (syntonic
Comma) dan 128/125 (5-limit limma) untuk Unison. A 7-limit linear temperament tempers keluar
dari kedua interval tersebut; hasilnya Bohlen-Pierce temperamen tidak lagi ada hubungannya
dengan ekuivalensi tritave atau non-octave scales, di luar fakta bahwa itu juga disesuaikan dengan
menggunakan sebuah tuning 41 Scale per octave (1200-1241 = 29,27 Cent per step) akan cukup
logis untuk temperamen seperti ini. Dalam tala seperti itu, tempered perfect twelfth (1902,4 Cent,
sekitar setengah persen lebih besar dari just twelfth) dibagi menjadi 65 langkah yang sama,
menghasilkan paradoks: Mengambil setiap fifth scale berbasis octave ini menghasilkan perkiraan
yang sangat baik ke non-octave yang berbasis equally tempered BP scale. Selanjutnya, interval
lima langkah tersebut menghasilkan (berbasis octave) MOSes dengan 8, 9, atau 17note, dan scale
8-note (terdiri dari tingkat 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 dari scale 41-TET) dapat dianggap
sebagai versi octave yang setara dengan Bohlen–Pierce scale.
Bohlen
Intervals and scale diagrams
Berikut ini adalah iga belas nada dalam scale (Cent yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat):
Justly tuned
Interval (cents) 133 169 133 148 154 147 134 147 154 148 133 169 133
Note name
C D♭ D E F G♭ G H J♭ J A B♭ B C
Note (cents)
0 133 302 435 583 737 884 1018 1165 1319 1467 1600 1769 1902
Equal-tempered
Interval (cents) 146 146 146 146 146 146 146 146 146 146 146 146 146
Note name
C D♭ D E F G♭ G H J♭ J A B♭ B C
Note (cents)
0 146 293 439 585 732 878 1024 1170 1317 1463 1609 1756 1902
play equal tempered Bohlen–Pierce scale (help·info)
Steps
EQ
interval
Cents in Just intonation
Traditional name
EQ
interval
Cents in just
intonation
Difference
0
=
1.00
0.00
= 1.00
Unison
0.00
0.00
1
=
1.09
146.30
= 1.08
Great limma
133.24
13.06
2
=
1.18
292.61
= 1.19
Quasi-tempered
minor third
301.85
-9.24
3
=
1.29
438.91
= 1.29
Septimal major
third
435.08
3.83
4
=
1.40
585.22
= 1.4
Lesser septimal
tritone
582.51
2.71
5
=
1.53
731.52
= 1.53
BP fifth
736.93
-5.41
6
=
1.66
877.83
= 1.67
Just major sixth
884.36
-6.53
7
=
1.81
1024.13
= 1.8
Greater just minor
seventh
1017.60
6.53
8
=
1.97
1170.44
= 1.96
BP eighth
1165.02
5.42
9
=
2.14
1316.74
= 2.14
Septimal minor
ninth
1319.44
-2.70
10
=
2.33
1463.05
= 2.33
Septimal minimal
tenth
1466.87
-3.82
11
=
2.53
1609.35
= 2.52
Quasi-tempered
major tenth
1600.11
9.24
12
=
2.76
1755.66
= 2.78
Classic
augmented
eleventh
1768.72
-13.06
13
=
3.00
1901.96
= 3.00
Just twelfth,
"Tritave"
1901.96
0.00
Dan sekarang juga sudah dapat kita lihat bagaimana kedua Insinyur tersebut ( Heinz Bohlen & John
Robinson Pierce ) masih juga sempat membuat sistim Tuning nya sendiri.
Robert Moog
Robert Arthur "Bob" Moog
Born
Died
May 23, 1934
New York City
August 21, 2005 (aged 71)
Asheville, North Carolina
Nationality
American
Queens College, New York (B.S., Physics,
1957)
Alma mater Columbia University (B.S.E.E.)
Cornell University (Ph.D., Engineering
Physics, 1965)
Occupation
Spouse(s)
Relatives
Electronic music pioneer, inventor of
Moog synthesizer Entrepreneur
Shirleigh Moog (m. 1958; three
daughters, one son)
Ileana Grams (1996-his death)
Laura Moog Lanier (daughter)
Matthew Moog (son)
Michelle Moog-Koussa (daughter)
Renee Moog (daughter)
Miranda Richmond (daughter of Ileana
Grams)
Berasal dari New York City, Moog memasuki The Bronx High School of Science di New York, lulus pada
tahun 1952. Moog meraih gelar sarjana dalam fisika dari Queens College, New York pada tahun 1957,
juga untuk bidang teknik listrik dari Universitas Columbia, dan Ph .D. dalam bidang isika rekayasa dari
Cornell University. Penghargaan Moog termasuk gelar doktor kehormatan dari Institut Politeknik
Universitas New York (New York City) dan Universitas Lycoming (Williamsport, Pennsylvania).
Selama hidupnya, Moog mendirikan dua perusahaan untuk pembuatan alat musik elektronik. Dia juga
bekerja sebagai konsultan dan wakil presiden untuk peneliian produk baru di Kurzweil Sistem Musik
1984-1988, membantu untuk mengembangkan K2000 Kurzweil. Ia menghabiskan awal 1990-an
sebagai profesor riset musik di University of North Carolina di Asheville.
Léon Theremin
Léon Theremin
Lev Termen demonstrating Termenvox, c. December
1927
Lev Sergeyevich Termen
Born
15 August 1896
Saint Petersburg, Russian Empire
3 November 1993 (aged 97)
Died
Moscow, Russia
Occupation
engineer, physicist
Known for
Theremin, The Thing
Lev Sergeyevich Termen (Rusia: Лев Сергеевич Термен) (15 Agustus atau 27 Agustus] 1896-3
November 1993), atau Léon Theremin di Amerika Serikat, adalah seorang penemu Rusia dan Soviet,
yang paling terkenal untuk penemuan Theremin, satu alat musik elektronik pertama dan yang pertama
diproduksi secara massal. Ia juga merancang teknik interlace untuk meningkatkan kualitas sinyal video,
masih banyak digunakan dalam teknologi video dan televisi. Alat pendengar-Nya, "The Thing",
tergantung selama tujuh tahun terlihat jelas di kantor Duta Besar Amerika Serikat di Moskow dan
memungkinkan agen Soviet untuk menguping percakapan rahasia. Hal ini dianggap sebagai pendahulu
dari teknologi RFID.
Wendy Carlos
Wendy Carlos
Birth name
Walter Carlos
November 14, 1939 (age 75)
Born
Pawtucket, Rhode Island, U.S.
Ambient, jazz, classical, synthpop,
Genres
electronic
Electronic musician,
Occupation(s)
Composer
Instruments Synthesizer, keyboards, vocoder
Website
wendycarlos.com
Wendy Carlos (lahir November 14, 1939) adalah komponis Amerika dan musisi elektronik.
Carlos pertama kali mencuat pada tahun 1968 dengan Switched-On Bach, rekaman musik dengan JS
Bach yang dirakit frase-by-frase pada synthesizer Moog, pada saat instrumen yang relaif baru dan
belum dikenal. Album meraih iga Grammy Awards pada tahun 1969. Rekaman klasik lainnya diikui.
Carlos kemudian mulai merilis komposisi asli, termasuk yang pertama kalinya album suara lingkungan
disintesis, Sonic Bumbu (1972) dan album yang menjelajahi alternate tunings yang berjudul Beauty in
the Beast (1986). Dia juga bekerja untuk musik ilm, terutama menulis dan melakukan skor untuk dua
ilm Stanley Kubrick,yang berjudul A Clockwork Orange (1971) dan The Shining (1980), serta Walt
Disney Tron (1982).
Beberapa Tuning System yang pernah dibuatnya
Alpha scale
minor Third (hanya: 315,64 Cent),
12-tet: 300 Cent,
Alpha Scale: 312 Cent
The α (alpha) scale adalah non-octave-repeating musical scale. Dalam satu versi itu membagi
perfect fifth (3: 2). Menjadi sembilan bagian yang sama sekitar 78,0 Cent. Dalam hal lain
membagi Third minor menjadi dua bagian yang sama, atau empat bagian yang sama masingmasing sekitar 78 Cent. Pada 78 Cent per langkah, ini total diperlukan sekitar 15,385 langkah per
Octave. Langkah scale ini mungkin justru berasal dengan menggunakan 9: 5 untuk mendekati
interval 3: 2/5: 4, yang sama dengan 6: 5.
Hal ini ditemukan oleh Wendy Carlos dan digunakan pada album Beauty in the Beast (1986).
Beta scale
Perfect fourth (just: 498.04 cents)
12-tet: 500 cents
Beta scale: 512 cents
The β (beta) scale adalah non-octave-repeating musical scale. Dalam satu versi, ia membagi perfect
fifth (3/2) menjadi sebelas bagian yang sama masing-masing sekitar 63,8 Cent. Interpretasi lain
membagi perfect fourth menjadi dua bagian yang sama, atau delapan bagian yang sama masing-masing
sekitar 64 Cent . Pada 64 Cent per langkah, ini total sekitar 18,75 langkah per Octave. Ini mungkin
berasal dengan menggunakan 11: 6 untuk mendekai interval 3: 2/5: 4, yang sama dengan 6: 5.
Hal ini ditemukan oleh dan merupakan tanda tangan Wendy Carlos yang digunakan pada album Beauty
in the Beast (1986).
Delta scale
δ (delta) scale adalah non-octave repeating musical scale. Ini dapat dianggap sebagai beta scale's
imbal balik karena, "sejauh 'down' yang (0 3 6 9) lingkaran dari α sebagai β adalah 'up'." Dengan
demikian akan membagi Second minor menjadi delapan bagian yang sama seiap sekitar 14 Cent. Ini
akan benar-benar sekitar 85,7 langkah per Octave.
Bohlen–Pierce delta scale berdasarkan pada tritave dan 7: 5: 3 "lebar" iga serangkai dan 9: 7: 5
"sempit" triad (daripada konvensional 4: 5: 6 triad).
Gamma scale
Neutral third:
Just : 347.41 cents
ET : 350 cents
Gamma scale : 351 cents
γ (gamma) scale adalah non-octave repeating musical scale. Dalam satu interpretasi, ia membagi
perfect fifth menjadi 20 bagian yang sama masing-masing dengan 35,1 Cent. Di lain, ia membagi
neutral third menjadi dua bagian yang sama, atau sepuluh bagian yang sama masing-masing sekitar
35,1 Cent. Dengan 35,1 Cent per langkah ini total 34,188 langkah per Octave.
Ini mungkin berasal dari penggunaan 20:11 untuk mendekai interval 3: 2/5: 4, yang sama dengan 6: 5.
Hal ini ditemukan oleh Wendy Carlos. "Ini menghasilkan triad hampir sempurna." A 'rasa keiga,'
semacam menengah untuk 'alpha' dan 'beta', meskipun melodic diatonic scale mudah tersedia."
Lebih tepatnya langkah gamma scale adalah 35,099 Cent dan mempunyai 34,1895 per Octave.
6.Perkembangan yang terakhir tentang Sisim Tala
pada Tehnologi Baru
Pada saat ini sudah berbagai model dari sisim tala yang sudah dibuat orang, baik itu secara
manual maupun dengan membuat susunan data tertentu pada peralatan elektronik yang sudah semakin
canggih. Tehnologi ini dimulai sejak akhir abad ke 19 yang diawali dengan tehnologi perekaman dan
amplified pada audio dan perekaman gambar pada photography. Pada akhirnya perjalanan Ilmu
pengetahuan dengan sendirinya mulai berkembang dan membentuk percabangan-percabangan baru,
seperi ilmu tentang akusik (Accoustic), perekaman (Recording) dan pengeras suara (Amplified) pada
bidang tata suara (Audio), dan juga perekaman gambar hidup pada dunia visual, yang dimulai dengan
tehnologi Film bisu yang akhirnya terus berkembang menjadi Film seperi yang kita kenal sekarang. Dan
hal ini idak hanya melibatkan para ahli Fisika dan Matematika saja, tapi juga banyak melibatkan para
seniman Musik, Seni Rupa dan juga seniman Photography para pembuat Film. Disamping itu pula juga
melibatkan orang Manajemen dan Marketing untuk membuat dan memasarkan produk-produk yang
sudah siap untuk masuk pasar. Dengan demikian kita sudah bisa melihat bahwa tidak ada satu bidang
apapun yang berdiri sendiri, semuanya harus Integral atau berkaitan satu sama lainnya.
Sekarang kita kembali lagi kepada perkembangan yang berhubungan dengan persoalan Sistim
Tala tadi. Seperi yang sudah kita bahas pada Bab yang sebelumnya tentang orang-orang yang pernah
melibatkan ikiran mereka terhadap persoalan Tuning. Termasuk juga salah satu diantaranya adalah
Robert Moog, seorang ahli isika yang pertama kali membuat Synthesizer. Dan yang sekarang akan kita
bahas adalah Synthesizer itu sendiri.
Synthesizer
Synthesizer suara (sering disingkat sebagai "synthesizer" atau "synth") adalah sebuah alat musik
elektronik yang menghasilkan sinyal listrik yang diubah menjadi suara melalui pengeras suara
(loudspeaker) atau headphone. Synthesizer mungkin baik untuk menirukan instrumen lain atau
menghasilkan warna nada baru. Alat ini menggunakan keyboard, namun masih dapat dikontrol melalui
berbagai perangkat input lain, termasuk Sequencer, instrument controllers, fingerboards, synthesizer
guitar, wind controllers, dan electronic drums. Synthesizer tanpa built-in controller sering disebut
Sound Modul, dan dapat dikendalikan melalui MIDI atau CV / Gate.
Synthesizer menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan sinyal. Di antaranya yang paling
populer adalah waveform synthesis techniques yang menghasilkan subtractive synthesis, additive
synthesis, wavetable synthesis, frequency modulation synthesis, phase distortion synthesis, physical
modeling synthesis dan sample-based synthesis. Masih ada beberapa jenis synthesis yang kurang
umum, termasuk subharmonic synthesis, a form of additive synthesis via subharmonics ( yang
digunakan oleh mixture trautonium), dan granular synthesis, sample-based synthesis based on grains
of sound, umumnya menghasilkan soundscapes atau cloud .
Dari modular synthesizer ke musik Pop
Pada 1959-1960, Harald Bode mengembangkan synthesizer modular dan sound processor, dan pada
tahun 1961, ia menulis sebuah makalah yang menjelajahi tentang konsep mandiri portabel synthesizer
modular dengan menggunakan teknologi transistor yang baru muncul. Ia juga menjabat sebagai AES
ketua sesi musik dan elektronik untuk konvensi yang dibuat pada tahun 1962 dan 1964. Ide-idenya
diadopsi oleh Donald Buchla dan Robert Moog di Amerika Serikat, dan Paul Knetoff di Italia pada
waktu yang sama. Di antara mereka, Moog dikenal sebagai desainer synthesizer pertama yang
mempopulerkan voltage control technique dalam analog electronic musical instruments.
The Moog synthesizer modular dari 1960-tahun 1970-an.
Robert Moog membangun protoipe pertama antara 1963-1964, dan kemudian ditugaskan oleh Alwin
Nikolais Dance Theater of NY; sementara Donald Buchla ditugaskan oleh Morton Subotnick. Pada
akhir 1960-1970 an untuk pengembangan miniatur komponen solid-state yang memungkinkan
synthesizer untuk menjadi, instrumen portabel yang mandiri, seperi yang diusulkan oleh Harald Bode
pada tahun 1961. Pada awal 1980-an, perusahaan menjual synthesizer dengan harga yang sederhana
kepada publik. Ini, bersamaan dengan perkembangan Musical Instrument Digital Interface (MIDI),
yang membuatnya lebih mudah untuk mengintegrasikan dan mensinkronisasikan synthesizer dan
instrumen elektronik lainnya untuk digunakan dalam komposisi musik. Pada 1990-an, synthesizer
emulations mulai muncul dalam perangkat lunak komputer, yang dikenal kemudian sebagai software
synthesizers, VST dan plugin lainnya dapat meniru synthesizer hardware klasik untuk ingkat moderat
Cara membuat Tuning pada synthesizer jenis lama adalah dengan merubah Pitch Key Follow.
Biasanya posisi Pitch Key Follow pada angka 100. Jika kita ingin mendapatkan scale dengan interval
yang lebih besar dari 12 TET, seperi 9 TET, 10 TET atau 11 TET maka kita harus merubah posisi Pitch
Key Follow tadi menjadi kurang dari 100. Dan jika kita ingin mendapatkan scale dengan interval yang
lebih kecil dari 12 TET, maka kita harus melakukan yang sebaliknya.
Pada synthesizer generasi 1990 an, terutama dari jenis Workstation sudah mempunyai Scale Tune nya
sendiri, dimana kita sudah bisa menyusun pola tuning yang kita buat berdasarkan Instrumen Tradisi
tertentu. Bahkan pada Sound Module tertentu kita juga dapat menyusun pola tuning yang sudah kita
buat berdasarkan seiap tuts pada keyboard controller.
7.Bermacam-macam Equal Temperament Scale
Seperi yang sudah kita lihat dari sejarah perjalanan sistim tala pada Bab 1 tadi, bahwa
seperinya kita sedang digiring untuk mengamini bahwa hanya terdapat 12 nada didalam 1 Octave.
Sedangkan penemuan orang-orang Eropa pada zaman Kolonialisme menunjukkan hal yang lain lagi.
Seperi pada awal perjalanan ekspedisi Belanda ke kepulauan Nusantara ini juga melibatkan beberapa
orang ilmuwan, setelah mereka iba di pulau Jawa salah satu dari para ilmuwan tersebut mengatakan
bahwa sudah ada beberapa kerajaan disini, dan sudah ada tulisannya, hanya sayangnya cara
masyarakat disini memainkan instrument musiknya dengan dipukul-pukul dan bunyinya tidak
karuan. Setelah perjalanan waktu selama beberapa abad, mereka mulai mengapresiasinya, salah satu
diantaranya adalah bukunya Jaap Kunts yang berjudul “Music in Java” yang ditulis lebih dari 300 tahun
setelah kedatangan ekspedisi Belanda yang pertama .
Dan selain itu saya juga sengaja memisahkan para pemusik dan Ilmuwan yang terlibat
pada awal abad ke XX ini, karena pada abad ini telah terjadi loncatan peradaban yang sangat luar
biasa. Seperi penemuan media baru seperi Film, perkembangan tehnologi perekaman yang mulai
menjadi Multitrack Recording, perkembangan tehnologi Audio yang juga pada akhirnya menjadi
tehnologi Audio Visual, terutama pada era setelah Perang Dunia II. Terutama sejak ditemukannya
Synthesizer yang memungkinkan seiap orang membuat musik dengan pilihan tuning nya masingmasing, sekalipun cara berikir ini juga sudah diwakili oleh Harry Partch, Bohlen-Pierce yang secara
terus menerus melakukan perlawanan terhadap Well Tempered Tuning System.
Equal Temperament
Equal temperament adalah musical temperament, atau sistem tuning, di mana seiap pasangan nada
yang berdekatan memiliki rasio frekuensi yang sama. Secara kasar pitch dianggap sebagai logaritma
dari frekuensi, ini berari bahwa dianggap "jarak" dari sebuah nada terhadap tetangga terdekatnya
adalah sama dengan seiap nada dalam sistem tersebut.
Dalam equal temperament tunings, biasanya Octave - dibagi menjadi serangkaian langkah-langkah yang
sama (rasio frekuensi yang sama antara setiap nada). Untuk musik klasik, sistem tuning yang paling
umum adalah twelve-tone equal temperament (juga dikenal sebagai 12 equal temperament), menjadi
idak konsisten jika disingkat 12-TET, 12TET, 12tET, 12tet, 12-ET, 12ET, atau 12et, yang membagi
Octave menjadi 12 bagian, yang semuanya sama pada skala logaritmik. Hal ini biasanya disetel relaif
terhadap standard pitch 440 Hz, disebut A 440.
Masih ada equal temperaments yang lain (musik yang telah ditulis dalam 19-TET dan 31-TET misalnya,
dan 24-TET yang digunakan dalam musik Arab), akan tetapi keika orang di negara-negara Barat
menggunakan kata equal temperament tanpa kualiikasi, musik mereka biasanya berari 12 -TET.
Equal temperaments juga dapat membagi beberapa interval selain Octave, Pseudo-Octave, menjadi
sejumlah langkah yang berjarak sama. Contohnya adalah equal-tempered Bohlen–Pierce scale. Untuk
menghindari ambiguitas, penggunaah kata equal division dari Octave, atau EDO kadang-kadang lebih
disukai. Menurut sistem penamaan ini, 12-TET disebut 12-EDO, 31-TET disebut 31-EDO, dan
sebagainya. Disini saya mencoba melengkapinya dengan beberapa TET atau EDO yang pernah kita
temui dalam VSTi.
9 TET ........ 1200
: 9 =
133.33 cent
11 TET ....... 1200 : 11 = 109,09 cent
10 TET ....... 1200 : 10 =
120
cent
13 TET ....... 1200 : 13 =
92,307 cent
14 TET ....... 1200 : 14 =
85,714 cent
15 TET ....... 1200 : 15 =
80
17 TET ....... 1200 : 17 =
70,588 cent
18 TET ....... 1200 : 18 =
66,667 cent
19 TET ....... 1200 : 19 =
63,157 cent
21 TET ....... 1200 : 21 =
57,143 cent
22 TET ....... 1200 : 22 =
54,545 cent
23 TET ....... 1200 : 23 =
52,174 cent
24 TET ....... 1200 : 24 =
50
cent
27 TET ....... 1200 : 27 =
28 TET ....... 1200 : 28 =
42,857 cent
29 TET ....... 1200 : 29 =
41,379 cent
30 TET ....... 1200 : 30 =
40
cent
31 TET ....... 1200 : 31 =
38,709 cent
33 TET ....... 1200 : 33 =
36,363 cent
43 TET ....... 1200 : 43 =
27,906 cent
48 TET ....... 1200 : 48 =
25
cent
96 TET ....... 1200 : 96 =
cent
44,444 cent
12,5
cent
Bagaimana cara menghitungnya ? Disini saya hanya akan membatasi sisim perhitungannya hingga 19
TET saja.
9 TET .... 1200 : 9 = 133.33
cent
1...... 133,333 cent
2...... 266,666 cent
3...... 400
cent
4...... 533,333 cent
5...... 666,666 cent
6...... 800 cent
7...... 933,333 cent
8......1066,666 cent
9......1200 cent
10 TET ....... 1200 : 10 = 120
cent
1...... 120 cent
2...... 240 cent
3...... 360 cent
4...... 480 cent
5...... 600 cent
6...... 720 cent
7...... 840 cent
8...... 960 cent
9......1080 cent
10......1200 cent
11 TET ....... 1200 : 11 = 109,09 cent
13 TET ……1200 : 13 = 92,307
cent
1........
92,307 cent
2........ 184,615 cent
3........ 276,193 cent
4........ 369,230 cent
5........ 461,538 cent
6........ 553,846 cent
7........ 646,153 cent
8........ 738,461 cent
9........ 830,769 cent
10........ 923,076 cent
11........1015,384 cent
14 TET ....... 1200 : 14 = 85,714
cent
1....... 85,714 cent
2....... 171,428 cent
3....... 257,142 cent
4....... 342,857 cent
5....... 428,571 cent
6....... 514,285 cent
7....... 600
cent
8....... 685,714 cent
9....... 771,428 cent
10....... 857,142 cent
11....... 942,857 cent
15 TET ....... 1200 : 15 = 80
1.... 109,090 cent
2.... 218,181 cent
3.... 327,272 cent
4.... 436,363 cent
5.... 545,454 cent
6.... 654,545 cent
7.... 763,636 cent
8.... 872,727 cent
9.... 981,818 cent
10....1090,909 cent
11....1200
cent
1...... 80 cent
2...... 160 cent
3...... 240 cent
4...... 320 cent
5...... 400 cent
6...... 480 cent
7...... 560 cent
8...... 640 cent
9...... 720 cent
10...... 800 cent
11...... 880 cent
cent
12........1107,692 cent
13........1200
cent
17 TET ....... 1200 : 17 = 70,588
cent
1....... 70,588 cent
2....... 141,176 cent
3....... 211,764 cent
4....... 282,352 cent
5....... 352,941 cent
6....... 423,529 cent
7....... 494,117 cent
8....... 564,705 cent
9....... 635,294 cent
10....... 705,882 cent
11....... 776,470 cent
12....... 847,058 cent
13....... 917,647 cent
14....... 988,235 cent
15.......1058,823 cent
16.......1129,411 cent
17.......1200 cent
12.......1028,571 cent
13.......1114,285 cent
14.......1200
cent
18 TET ....... 1200 : 18 = 66,667
cent
1......
66,667 cent
2......
133,333 cent
3...... 200
cent
4...... 266,667 cent
5...... 333,333 cent
6...... 400
cent
7...... 466,667 cent
8...... 533,333 cent
9...... 600
cent
10...... 666,666 cent
11...... 733,333 cent
12...... 800
cent
13...... 866,667 cent
14...... 933,333 cent
15......1000
cent
16......1066,667 cent
17......1133,333 cent
18......1200
cent
12...... 960 cent
13......1040 cent
14......1120 cent
15......1200 cent
19 TET ....... 1200 : 19 = 63,157
cent
1......
63,157 cent
2...... 126,315 cent
3...... 189,473 cent
4...... 252,631 cent
5...... 315,789 cent
6...... 378,947 cent
7...... 442,105 cent
8...... 505,263 cent
9...... 568,421 cent
10...... 631,578 cent
11...... 694,736 cent
12...... 757,894 cent
13...... 821,052 cent
14...... 884,210 cent
15...... 947,368 cent
16......1010,526 cent
17......1073,684 cent
18......1136,842 cent
19......1200
cent
Cara mengenali fasilitas tuning pada Instrument
Jika kita menggunakan Keyboard yg ada Workstation, pertama-tama kita harus melihat pada fasilitas
Tune Scale untuk membuat tuning yang cocok dengan instrument tradisi. Atau kita merubah posisi
Pitch Key Follow yang terdapat pada Sound Editing untuk merubahnya menjadi Equai Temperament
Tuning System, biasanya kita akan menggunakan angka yangdibawah 100 untuk merubahnya menjadi
interval yang lebih besar dengan scale yang lebih sedikit dibandingkan 12 TET, atau kita akan
menggunakan sebaliknya untuk interval yang lebih kecil dengan scale yang lebih banyak dibandingkan
dengan 12 TET. Dan jika kita menggunakan Komputer, maka kita harus melihat menu Microtuning yang
ada pada seiap VSTi, karena idak semua VSTi memiliki fasilitas ini. Dan selain itu jika kita
menggunakan Steinberg Sequencer seperi Cubase & Nuendo, mungkin kita akan melihat fasilitas
Microtuner yang disediakan pada salah satu MIDI plugins. Fasilitas ini masih mungkin kita gunakan
selama hanya terbatas pada Steinberg Instrument saja, karena alat tersebut idak akan berfungsi pada
saat kita menggunakan VSTi yang ada diluar dari produk Steinberg tersebut. Tapi selain itu juga ada
produk seperi LinPlug yang menyediakan fasilitas Tuning nya di belakang dari instrument tersebut,
ataupun Kontakt (Native Instrument) yang juga menyediakan fasilitas Microtuner, terutama untuk
sound dari intrumen-instrumen tradisi yang pernah mereka produksi. Atau ada juga VSTi yang
berfungsi sebagai instrument untuk pengenalan kita terhadap Tuning Equal Temperament, seperi
Xenharmonic, instrument ini dapat kita download gratis dan hanya memiliki sound yang terbatas.
Selain itu juga masih ada VSTi yang juga memiliki pilihan Sound yang sangat luas dan pilihan Tuning
yang juga cukup luas, yaitu Omnisphere produk dari Spectrasonic.
8.Penutup
Setelah kita mengenal begitu banyak perjalanan panjang dari perjalanan peradaban
manusia, maka akan semakin sulit bagi kita untuk menentukan ukuran standard yang seragam. Karena
pada kenyataannya Standarisasi itu hanya berlaku permanen pada ruang dan waktu yang terbatas. Coba
kita bayangkan dengan cara apa kita dapat memahami jika kita hanya berpegang pada ukuran yang yang
kita anggap sudah pasi ? Sedangkan ukuran tersebut bukanlah ukuran dari bangsakita sendiri.
Bukan kah akan lebih baik jika kita mulai mengenal dan mempelajarinya ? Dan juga sekali lagi saya hanya
mengingatkan bahwa mempelajari sesuatu bukanlah hanya untuk sekedar menghafal, tapi
mempelajarinya supaya kita mengerti.
Mungkin kita akan merasa seolah-olah kita mengeri setelah kita menghafalkan sejumlah
catatan yang telah diberikan oleh para penelii asing. Sepanjang pengamatan dan pengalaman saya
akan lebih baik jika mempersiapkan makanan yang akan kita buat dan sekaligus mempersiapkannya
mulai dari proses awal hingga selesai dibandingkan jika kita menerima makanan yang siap saji, apalagi
jika makanan itu kita terima melalui tangan-tangan asing ? Mungkin hal ini juga ada benarnya pada saat
kita menjadi bayi, dan hal ini idak akan pernah dibenarkan lagi pada saat kita sudah bisa berikir,
apalagi memutuskan sesuatu yang sudah kita pilih. Dengan demikian memang masih diperlukan proses
pembelajaran hingga kita juga bisa mengeri dan memahami apa yang bangsa lain juga mengeri dan
memahaminya.
Atau mungkin juga kita merasa sudah terlambat untuk mempelajari ilmu pengetahuan,
sekalipun hanya sebatas kemampuan seperi yang saya miliki ini, yaitu seperi menyusun buku tentang
sistim tala. Akan tetapi sesederhana apapun buku yang saya buat, sedikitnya akan membuka cakrawala
baru untuk kita semua bahwa “kita tidak hidup sendirian dimuka Bumi ” yang pada akhirnya juga tidak
akan pernah siap untuk berhadapan dengan bangsa asing. Dan juga selain itu bangsa asing itu sendiri
adalah juga sebuah bangsa yang seperi kita dengan segala kecerdasan dan sekaligus kebodohannya.
Atau dengan kata lain “Tidak ada bangsa yang istimewa yang pernah hidup dimuka Bumi”. Hanya saja
kemampuan dan pengetahuan pada sebuah bangsa menjadi begitu isimewa setelah bangsa tersebut
dibenturkan pada faktor lingkungan, contohnya seperi iklim dan musim. Dan selain itu juga mereka
idak pernah menjadi bangsa yang pelupa dan yang terpening bangsa tersebut adalah bangsa yang
mau belajar dan bekerja. Dengan demikian sudah jelas bagi kita untuk dapat memahami bahwa begitu
peningnya proses pencatatan sejarah, baik sejarah tentang perilaku para penguasa, ataupun sejarah
budaya dan peradaban pada sebuah bangsa maupun sejarah dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dan hal
ini idak hanya berlaku untuk satu bangsa saja, akan tetapi selalu berkaitan dengan pergesekan budaya
dengan bangsa-bangsa yang lainnya.
Mungkin juga apa yang telah saya kerjakan sekarang adalah salah satu bagian dari proses
mencatat, sekalipun masih sangat sederhana, baik dari pengumpulan data, maupun cara menyusunnya
dan menterjemahkannya. Dan saya masih berharap semoga masih ada kawan-kawan, baik dari generasi
saya maupun generasi berikutnya yang juga akan memberikan tanggapan ataupun sanggahan terhadap
opini yang sudah saya bangun disini. Karena walau bagaimanapun yang kita butuhkan sekarang adalah
kesadaran kita bersama adalah untuk saling mengkriisi, untuk saling mengkoreksi, untuk saling mengisi ,
untuk saling berbagi dan untuk saling melengkapi pengetahuan yang kita miliki untuk kemajuan Bangsa
kita yang tercinta.
Datar Tabel Equal Temperament
9 TET
9 TET .... 1200 : 9 = 133.33 cent
1...... 133,333 cent
2...... 266,666 cent
3...... 400 cent
4...... 533,333 cent
5...... 666,666 cent
6...... 800 cent
7...... 933,333 cent
8......1066,666 cent
9......1200 cent
10 TET
10 TET ....... 1200 : 10 = 120 cent
1...... 120 cent
2...... 240 cent
3...... 360 cent
4...... 480 cent
5...... 600 cent
6...... 720 cent
7...... 840 cent
8...... 960 cent
9......1080 cent
10......1200 cent
11 TET
11 TET ....... 1200 : 11 = 109,09 cent
1.... 109,090 cent
2.... 218,181 cent
3.... 327,272 cent
4.... 436,363 cent
5.... 545,454 cent
6.... 654,545 cent
7.... 763,636 cent
8.... 872,727 cent
9.... 981,818 cent
10....1090,909 cent
11....1200 cent
13 TET
13 TET ....... 1200 : 13 = 92,307 cent
1........ 92,307 cent
2........ 184,615 cent
3........ 276,193 cent
4........ 369,230 cent
5........ 461,538 cent
6........ 553,846 cent
7........ 646,153 cent
8........ 738,461 cent
9........ 830,769 cent
10........ 923,076 cent
11........1015,384 cent
12........1107,692 cent
13........1200 cent
14 TET
14 TET ....... 1200 : 14 = 85,714 cent
1....... 85,714 cent
2....... 171,428 cent
3....... 257,142 cent
4....... 342,857 cent
5....... 428,571 cent
6....... 514,285 cent
7....... 600 cent
8....... 685,714 cent
9....... 771,428 cent
10....... 857,142 cent
11....... 942,857 cent
12.......1028,571 cent
13.......1114,285 cent
14.......1200 cent
15 TET
15 TET ....... 1200 : 15 = 80
1...... 80 cent
2...... 160 cent
3...... 240 cent
4...... 320 cent
5...... 400 cent
6...... 480 cent
7...... 560 cent
8...... 640 cent
9...... 720 cent
10...... 800 cent
11...... 880 cent
12...... 960 cent
13......1040 cent
14......1120 cent
15......1200 cent
17 TET
cent
17 TET ....... 1200 : 17 = 70,588 cent
1....... 70,588 cent
2....... 141,176 cent
3....... 211,764 cent
4....... 282,352 cent
5....... 352,941 cent
6....... 423,529 cent
7....... 494,117 cent
8....... 564,705 cent
9....... 635,294 cent
10....... 705,882 cent
11....... 776,470 cent
12....... 847,058 cent
13....... 917,647 cent
14....... 988,235 cent
15.......1058,823 cent
16.......1129,411 cent
17.......1200 cent
18 TET
18 TET ....... 1200 : 18 = 66,667 cent
1...... 66,667 cent
2...... 133,333 cent
3...... 200 cent
4...... 266,667 cent
5...... 333,333 cent
6...... 400 cent
7...... 466,667 cent
8...... 533,333 cent
9...... 600 cent
10...... 666,666 cent
11...... 733,333 cent
12...... 800 cent
13...... 866,667 cent
14...... 933,333 cent
15......1000 cent
16......1066,667 cent
17......1133,333 cent
18......1200 cent
19 TET
19 TET ....... 1200 : 19 = 63,157 cent
1...... 63,157 cent
2...... 126,315 cent
3...... 189,473 cent
4...... 252,631 cent
5...... 315,789 cent
6...... 378,947 cent
7...... 442,105 cent
8...... 505,263 cent
9...... 568,421 cent
10...... 631,578 cent
11...... 694,736 cent
12...... 757,894 cent
13...... 821,052 cent
14...... 884,210 cent
15...... 947,368 cent
16......1010,526 cent
17......1073,684 cent
18......1136,842 cent
19......1200 cent
21 TET
21 TET ....... 1200 : 21 = 57,143 cent
1....... 57,143 cent
2....... 114,286 cent
3....... 171,429 cent
4....... 228,572 cent
5....... 285,715 cent
6....... 342,858 cent
7....... 400 cent
8....... 457,144 cent
9....... 514,287 cent
10....... 571,43 cent
11....... 628,573 cent
12....... 685,716 cent
13....... 742,859 cent
14....... 800 cent
15....... 857,145 cent
16....... 914,288 cent
17....... 971,431 cent
18.......1028,574 cent
19.......1085,717 cent
20.......1142,86 cent
22 TET
21.......1200
cent
22 TET ....... 1200 : 22 = 54,545 cent
1....... 54,545 cent
2....... 109,090 cent
3....... 163,636 cent
4....... 218,181 cent
5....... 272,727 cent
6....... 327,272 cent
7....... 381,818 cent
8....... 436,363 cent
9....... 490,909 cent
10....... 545,454 cent
11....... 600 cent
12....... 654,545 cent
13....... 709,090 cent
14....... 763,636 cent
15....... 818,181 cent
16....... 872,727 cent
17....... 927,272 cent
18....... 981,818 cent
19.......1036,363 cent
20.......1090,909 cent
21.......1145,454 cent
23TET
22.......1200
cent
23 TET ....... 1200 : 23 = 52,174 cent
1....... 52,174 cent
2....... 104,347 cent
3....... 156,521 cent
4....... 208,695 cent
5....... 260,869 cent
6....... 313,043 cent
7....... 365,217 cent
8....... 417,391 cent
9....... 469,565 cent
10....... 512,739 cent
11....... 573,913 cent
12....... 626.086 cent
13....... 678,260 cent
14....... 730,434 cent
15....... 782,608 cent
16....... 834,782 cent
17....... 886,956 cent
18....... 939,130 cent
19....... 991,304 cent
20.......1043,478 cent
21.......1095,652 cent
22.......1147,826 cent
24 TET
23.......1200
cent
24 TET ....... 1200 : 24 = 50
1....... 50 cent
2....... 100 cent
3....... 150 cent
4....... 200 cent
5....... 250 cent
6....... 300 cent
7....... 350 cent
8....... 400 cent
9....... 450 cent
10....... 500 cent
11....... 550 cent
12....... 600 cent
13....... 650 cent
14....... 700 cent
15....... 750 cent
16....... 8oo cent
17....... 850 cent
18....... 900 cent
19....... 950 cent
20.......1000 cent
21.......1050 cent
22.......1100 cent
cent
23.......1150 cent
24.......1200 cent
Datar Pustaka
Kumpulan artikel-artikel tentang “Musical Tuning” dari “Wikipedia”
Theon of Smyrna “Mathematic useful for understanding Plato”
J.W.S Rayleigh “The Theory of Sound”
Stephen Hawking “On The Shoulder of Giant”
Hermann von Hemholtz “On the Sensation of Tone”
Swami Premi Vedant “A Simple Introduction to Indian Classical Music”
Henry George Farmer “A History of Arabian Music” ‘
Jaap Kunts “Music in Java”
Harry Partch “Genesis of Music”