GAMBARAN KESENANGAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
KELAS IV DAN V DI SDN TIRTOMARTO 03 AMPELGADING DALAM MENGIKUTI
SIMULASI EVAKUASI BENCANA GUNUNG MELETUS
Hardiyanto
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
E-mail : hardiyanto.agustinus@gmail.com
Abstract : Community's lack of understanding of evacuation during disasters is one of the things that
affects the emergence of casualties during disasters. Yet with the knowledge of the threat of disasters
that are around, this will be able to reduce the number of victims and minimize damage caused by
disasters. Objectives, This study aims to explore the fun and motivation of disaster evacuation simulation
participants in Tirtomarto 3 Elementary School Children . Method, The research method is descriptive
exploratory. The sample used was 60 people who were obtained by simple random sampling from all
grade 4A and 4B students and grade 5 at SDN Tirtomarto 03. Results. The gender frequency of the
majority of respondents was women with a total of 35 respondents (58.4%). 60% of respondents said that
they were very happy with this method, 35 percent said they were happy and only 1.6% (1 respondent)
said they were not happy. 51% of respondents were highly motivated in participating in this evacuation
simulation, and 35% said they were motivated. Discussion, One characteristic of simulation is playing a
role, according to the concept. Contains the nature of play in doing simulations, so this is suitable for
children where they can simultaneously learn and play. Motivation is an encouragement for someone to
act or have the expected behavior. Motivation is important in the success of disaster management,
especially for children. Suggestion, Deeper research is needed regarding the appropriate duration and
type of learning that can explore the benefits of evacuation simulations optimally
Keyword : Learning Excitement, Learning Motivation, Simulation
Abstrak : Ketidakpahaman masyarakat akan evakuasi saat bencana menjadi salah satu hal yang
berpengaruh pada timbulnya korban jiwa saat terjadi bencana. Padahal dengan adanya pengetahuan
mengenai ancaman bencana yang ada disekitar, hal ini akan dapat mengurangi jumlah korban jiwa dan
meminimalkan kerusakan akibat bencana. Penelitian ini berujuan untuk mengeksplorasi kesenangan dan
motivasi dari peserta simulasi evakuasi bencana pada Anak SD Tirtomarto 3. Metode penelitian bersifat
deskriptif eksploratif. Sampel yang digunakan sebanyak 60 orang yang didapat secara simple random
sampling dari seluruh siswa kelas 4A dan 4B dan kelas 5 di SDN Tirtomarto 03. Frekuensi jenis kelamin
responden mayoritas adalah perempuan dengan jumlah 35 responden (58,4%). 60% responden
menyatakan sangat senang dengan metode ini, 35 persen menyatakan senang dan hanya 1,6% (1
responden) yang menyatakan tidak senang. 51% responden sangat termotivasi dalam mengikuti
simulasi evakuasi ini, dan 35% mengatakan termotivasi. Salah satu ciri dari Simulasi adalah memainkan
peran, sesuai dengan konsepnya. Terkandung sifat bermain dalam melakukan simulasi, sehingga hal ini
cocok bagi anak-anak dimana mereka bisa sekaligus belajar dan bermain. Motivasi adalah sebuah
dorongan agar seseorang bertindak atau memiliki perilaku yang diharapkan Motivasi menjadi hal penting
dalam keberhasilan penanganan bencana terutama untuk anak-anak. Diperlukan penelitian yang lebih
dalam mengenai durasi dan tipe pembelajaran yang sesuai yang dapat megeksplorasi manfaat simulasi
evakuasi secara maksimal.
Kata Kunci : Kesenangan belajar, Moivasi Belajar, Metode pembelajaran, Simulasi.
PENDAHULUAN
Bencana alam yang terjadi karena aktifitas
alam, baik yang terjadi secara spontan atau
adanya
campur
tangan
manusia,
menyimpan
resiko
berbahaya
bagi
kehidupan manusia. Seringkali, bencana
alam ini mengakibatkan kerugian yang tidak
sedikit, baik untuk aspek fisik dan nyawa,
atau aspek bangunan dan material (BNPB,
2015).
Anak-anak menjadi salah satu
kelompok yang rentan menjadi korban
bencana alam. Kondisi fisik yang masih
lemah, rasa cemas dan khawatir
Indonesia merupakan negara yang
rawan mengalami bencana terutama
bencana akibat gunung meletus karena
letaknya yang berada dilempeng tektonik
aktif. Pertemuan antara jalur gunung berapi
Sirkum
Pasifik
dan
mediterania
menyebabkan adanya banyak sekali
gunung berapi aktif di Indonesia. Indonesia
memiliki 129 gunung berapi yang juga
sekaligus menjadikan Negara Indonesia
dengan gunung berapi terbanyak di dunia.
120
Hardiyanto, Gambaran Kesenangan dan... | 121
menjadikan mereka rentan dan sekaligus
juga
akan
memengaruhi kondisi
psikologis mereka.
Anak-anak
belum
menyadari
adanya
bahaya,
tidak
mengetahui cara melakukan pencegahan,
dan lebih lanjut tidak mampu melakukan
evakuasi
saat
terjadi
bencaana
(herdwiyanti, 2011). Ketidakmampuan anak
terhadap beberapa tindakan tersebut
menjadikan mereka rentan dan mudah
menjadi korban bencana. Dalam rangka
membangun budaya keselamatan dan
ketahanan terhadap bencana khususnya
untuk anak-anak dan generasi muda,
Pendidikan Kesiagaan Bencana perlu
diajarkan pada tingkat pendidikan dasar.
Anak sebagai populasi yang rentan menjadi
korban bencana, harus diajarkan kesiagaan
bencana agar dapat bertahan saat terjadi
bencana. Dimana salah satu caranya
adalah dengan menggunakan simulasi
bencana (Konsorsium Pendidikan Bencana,
2011).
Simulasi merupakan suatu tindakan
pengajaran yang bersifat tidak nyata atau
pura-pura yang digunakan sebagai metode
mengajar. Simulasi bisa juga diartikan
sebagai suatu kegiatan meniru suatu
kejadian sama seperti keadaan yang
sebenarnya. Metode pembelajaran
ini
bertujuan
untuk
meniru
dan
juga
memeragakan
suatu
keadaan
yang
dianggap nyata dalam kehidupan di
sekelilingnya. Proses pembelajaran yang
menggunakan metode simulasi objeknya
bukan suatu benda atau yang lainnya,
melainkan melakukan kegiatan belajarmengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan
simulasi jugadapat dilakukan oleh siswa
pada kelas tinggi ataupun di sekolah dasar
(Rahmad, dkk, 2014)
Motivasi didapakan dari Kata “Motif”,
yang dimaknai sebagai usaha untuk
mendorong seseorangmelakukan suatu hal
tertentu. Motif juga dapat diartikan sebagai
gayausaha dari dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitastertentu demi
mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut
Mc. Donals (2016), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai denganmunculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Pengetahuan tentang
proses
ini
membantu
kita
untuk
menerangkan tentang tingkah laku yang kita
amati dan meramalkantingkah laku dari
orang lain selanjutnya.
Sedangkan senang adalah perasaan
ringan, gembira, nyaman terhadap suatu hal
atau kegiatan. Senang menjadi salah satu
hal yang harus dikedepankan dalam
menciptakan suasana belajar yang baik
dengan cara menyertakan partisipasi siswa
di dalam kelas. Selain untuk membangun
komunikasi dengan siswa, pengajar juga
dapat mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan bagi para siswa (dwi siswoyo,
2013). Jika situasi ini tak terbangun, bisa
jadi siswa akan merasa canggung berbicara
dengan guru dan komunikasi tidak akan
berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga
akan
mengalami
kesulitan
untuk
mengetahui apa yang menjadi keinginan
siswa (Baker, 2011).
Kesenangan dan Motivasi menjadi alat
evaluasi apakah metode simulasi bencana
yang diberikan dapat memberikan manfaat
yang
diharapkan,
yaitu
terciptanya
keinginan untuk mempelajari lebih lanjut
tentang bencana. Kesenangan menjadi alat
ukur apakah metode tersebut dapat diterima
dengan baik oleh siswa, karena dengan
perasaan yang senang, materi pengajaran
yang diberikan tentunya dapat masuk lebih
baik. Saat ini metode pengajaran bencana
terutama kepada anak-anak masih jarang
dilakukan, padahal di negara-negara lain
hal ini sudah diterapkan dalam kurikulum
sekolah. Sehingga membutuhkan penelitian
dasar untuk mengetahui apakah siswa
merasa senang dan termotivasi dengan
adanya
pembelajaran
bencana
ini.
Harapannya penelitian ini dapat menjadi
dasar
penelitian-penelitian
selanjutnya
dalam bidang pendidikan bencana.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah Deskriptif analitik yaitu metode yang
digunakan untuk menjelaskan sebuah
kejadian atau fenomena. Sampel yang
digunakan sebanyak 60 orang yang didapat
secara simple random samplingdari seluruh
siswa kelas 4A dan 4B dan kelas 5 di SDN
Tirtomarto 03 yang berjumlah 90 murid.
Sampel
kemudian
akan
diberikan
pemutaran
video
evakuasi
bencana
dilanjutkan dengan Simulasi Evakuasi
Bencana. Setelah dilakukan simulasi
evakuasi, responden diberi kuesioner untuk
122 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.5 No.2, Oktober 2019, hlm 120-126
diukur gambaran kesenangan dan motivasi
setelah
mengikuti
simulasi
evakuasi
bencana yang diberikan. Pengumpulan data
dilakukan melalui kuesioner yang diberikan
post intervensi. Teknik pengolahan data
didasarkan langkah-langkah dari editing,
coding, entry data, cleaning, dan tabulating.
HASIL
Tabel 1 Karakteristik Responden
Variabel
N
F(%)
Jenis Kelamin
-
Laki-laki
25
41,6
-
Perempuan
35
58,4
Pernah mengalami jadi korban bencana
-
Pernah
5
8
-
Tidak pernah
55
92
Ingin mencoba metode belajar berbeda
-
Ya
50
84
-
Tidak
10
16
Berdasarkan Tabel 1 di dapatkan bahwa dari 50 responden, frekuensi jenis kelamin
responden mayoritas adalah perempuan dengan jumlah 35 responden (58,4%). Sedangkan
dari keseluruhan responden, jumlah responden yang pernah menjadi korban bencana adalah
sebanyak 5 responden (8%).
Tabel 2 Kesenangan, ketertarikan, dan perasaan rileks
Dalam Tabel 2, peneliti menyajikan data tentang tingkat kesenangan Responden setelah
mengikuti Simulasi Evakuasi, Dari tabel didapatkan bahwa 60% responden menyatakan sangat
senang dengan metode ini, 35 persen menyatakan senang dan hanya 1,6% (1 responden) yang
menyatakan tidak senang. Selanjutnya didapatkan data bahwa 63,4 persen responden
mengaku sangat tertarik dengan permainan ini, dan hampir separuh responden (41,75%)
menyatakan sangat rileks saat mengikuti simulasi evakuasi.
Tabel 3 Motivasi dan Keinginan berlatih
Variabel
N
F(%)
Motivasi untuk belajar lebih
-
Tidak termotivasi
0
0
-
Cukup termotivasi
8
13.36
-
Termotivasi
21
35.07
-
Sangat termotivasi
31
51.77
Keinginan untuk pelatihan
-
Tidak ingin
1
1.67
-
Cukup ingin
5
8.35
-
Ingin
20
33.4
-
Sangat ingin
34
56.78
Hardiyanto, Gambaran Kesenangan dan... | 123
Dari tabel 3 didapatkan data bahwa 51% responden sangat termotivasi dalam mengikuti
simulasi evakuasi ini, dan 35% mengatakan termotivasi. Lebih dari separuh responden (56,7%)
mengatakan ingin belajar lebih lanjut dalam bentuk pelatihan.
Tabel 4. Kelanjutan metode, ketertarikan belajar, dan jiwa penolong
Variabel
N
F(%)
Kelanjutan Metode untuk pembelajaran di kelas
-
Tidak setuju
0
0
-
Cukup setuju
1
1.67
-
Setuju
28
46.76
-
Sangat setuju
31
51.77
Ketertarikan untuk belajar lebih
-
Tidak tertarik
0
0
-
Cukup tertarik
3
5.01
-
Tertarik
16
26.72
-
Sangat tertarik
41
68.47
Jiwa penolong setelah melakukan simulasi
-
Tidak ingin
1
1.67
-
Cukup ingin
1
1.67
-
Ingin
26
43.42
-
Sangat ingin
32
53.44
Dari tabel 4 didapatkan data bahwa 51,7% responden menyatakan ingin kegiatan ini
dilanjutkan dikelas dan 53,4% responden menyatakan sangat ingin menjadi penolong bencana.
PEMBAHASAN
Dari hasi penelitian pada tabel 2
didapatkan dari sebanyak 60 responden,
diketahui sebanyak 36 responden (60.12%)
mengatakan sangat senang dengan metode
simulasi yang telah dilakukan. Hanya 1
orang yang mengatakan tidak senang
dengan metode Simulasi ini. Hal ini
menjelaskan bahwasanya metode Simulasi
untuk dapat memberikan pengetahuan
kebencanaan dapat diterima oleh kalangan
Anak-anak. Metode pembelajaran yang
tepat merupakan salah satu hal yang
penting agar informasi yang diberikan dapat
diserap oleh para siswa. Terkadang
permasalahan utama dalam pembelajaran
siswa adalah rendahnya ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran yang diberikan
karena cara penyampaian yang kurang
menarik untuk siswa tersebut (Djiwandono,
2014). Karena mereka tidak tertarik, para
siswa akhirnya tidak aktif mengikuti
kegiatan dan tidak dapat menyerap
pengetahuan yang disampaikan dengan
maksimal.
Akibatnya
program
yang
dicanangkan dan dilakukan menjadi kurang
bermanfaat. Hal ini seringkali terjadi pada
metode pembelajaran yang monoton seperti
ceramah (Maulana, 2012).
Simulasi adalah suatu tindakan yang
bersifat tidak nyata atau ke pura-puraan
yang digunakan sebagai metode mengajar.
Simulasi bisa juga diartikan suatu kegiatan
meniru suatu kejadian sama seperti
keadaan
yang
sebenarnya.
Metode
pembelajaran ini bertujuan untuk meniru
dan juga memeragakan suatu keadaan
yang dianggap nyata dalam kehidupan di
sekelilingnya. Jika siswa benar-benar serius
dalam pembelajaran dengan memakai
metode simulasi maka siswa tersebut akan
lebih bagus pemahamannya. (Ellington,
2011). Di samping itu dapat terlihat bahwa
tujuan metode simulasi adalah untuk
meningkatkan
keterampilan,
melatih
memecahkan
masalah,
meningkatkan
keaktifan belajar, memberikan motivasi
belajar, melatih untuk bekerja sama,
menumbuhkan daya kreatif, dan melatih
siswa
untuk
mengembangkan
sikap
124 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.5 No.2, Oktober 2019, hlm 120-126
toleransi. Beberapa tujuan ini sangat sesuai
dengan Konsep Penanganan bencana itu
sendiri. Seperti misalnya dalam hal
kerjasama, simuali memerlukan kerjasama
yang baik antar peran yang diberikan
(BNPB, 2017).
Selain data kesenangan, didapatkan
juga bahwa 33 (63%) responden sangat
tertarik dengan metode simulasi ini. Hanya
1 respondent (1,67%) yang tidak tertarik.
Artinya selain merasa senang, siswa juga
menyukai metode yang telah mereka
lakukan. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
penelitian-penelitian selanjutnya bahwa
metode simulasi ini pada dasarnya dapat
diterima oleh siswa karena mereka
sebenarnya merasa tertarik. Ketertarikan
menjadi faktor penting dalam pembelajaran.
Bila
siswa
tidak
tertarik
dengan
pembelajaran yang dilakukan, maka siswa
akan cenderung tidak aktif dan tidak
terhubung
dengan
pembelajaran
(Djiwandono,2014).
Lebih lanjut didapatkan data bahwa
41,75% merasa sangat rileks dan 35,05%
merasa rileks. Hal ini berarti menjelaskan
bahwa siswa selama mengikuti Simulasi ini
tidak memiliki beban saat mengikuti
simulasi. Dengan tidak adanya beban,
perasaan yang rileks saat mengikuti
simulasi, maka Kegiatan Simulasi inipun
akan mampu memberikan manfaat yang
optimal. Walaupun demikian, terdapat
bahwa
23,38%
responden
yang
mengatakan hanya cukup senang. Tidak
dapat dipungkiri bahwa simulasi merupakan
metode
yang
melelahkan.
Hal
ini
dikarenakan
simulasi
memerlukan
responden untuk ikut aktif memerankan
peran yang dimainkan. Dibandingkan
dengan metode ceramah dimana para
siswa hanya duduk mendengarkan, simulasi
memerlukan para siswa untuk bergerak,
berlari, berputar dan hal lainnya dalam
memerankan peran yang mereka mainkan.
Berdasarkan Tabel 5.3 di dapatkan
bahwa dari 60 responden, mayoritas
mengatakan sangat termotivasi yaitu
sebanyak
31
responden
(51.77%).
Selebihnya 35% mengatakan termotivasi
dan 13,36% mengatakan cukup termotivasi
untuk mengetahui mengenai penanganan
bencana lebih lanjut. Lebih dari separuh
respondent memiliki motivasi yang tinggi
setelah mengikuti Simulasi yang diberikan.
Hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi
peneliti dan pemangku kebijakan. Semakin
dini pembelajaran bencana diberikan maka
akan semakin baik pula tingkat kesiapan
menghadapi bencana (Hamasu, 2014).
Didukung dengan respon siswa sendiri yang
merasa termotivasi setelah mengikuti
simulasi, hal ini menjadi kunci untuk
penanganan bencana yang berhasil di
masa depan.
Kata “Motif”, diartikan sebagai upaya
yang
mendorong
seseorang
untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerakdari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitasaktivitastertentu demi mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donals (2012), motivasi adalah
perubahan energy dalam diri seseorang
yang ditandai denganmunculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap
adanyatujuan. Motivasi adalah sebuah
dorongan agar seseorang bertindak atau
memiliki perilaku yang diharapkan. Motivasi
dapat diihat sebagai dasar untuk mencapai
sukses pada berbagai segi kehidupan
melalui adanya peningkatan kemampuan
dan
kemauan
untuk
berkembang
(Notoadmodjo, 2012).
Motivasi menjadi hal penting dalam
keberhasilan
penanganan
bencana
terutama untuk anak-anak. Hal pertama
karena seperti yang kita tahu, Indonesia
berada
di
jalur
bencana
sehigga
penanganan
dan
kesiapan
bencana
menjadi hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Bencana akan terus terjadi di
Indonesia dengan frekuensi yang sering.
Bisa dikatakan bencana pasti terjadi di
masa depan, sehingga penanganan dan
kesiapan masih harus selalu siap sedia.
Semua lapisan masyarakat tidak terkecuali
anak-anak harus mempelajari kesiapan
dalam menghadapi bencana. Dengan
adanya motivasi yang cukup, pembelajaran
bencana
akan
semakin
optimal
(Notoadmodjo, 2012).l. Kedua, anak-anak
merupakan masa yang penting dalam tahap
pembelajaran. Anak-anak dapat diajarkan
cara yang baik dan benar dalam
menghadapi bencana, yang mana akan
menjadi bekal mereka di masa mendatang,
Apabila
anak-anak
tidak
memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik di
masa kecilnya (Baker, 2011), maka pada
masa remaja mungkin akan tidak siap dan
tidak memiliki pemahaman yang benar
mengenai kesiapsiagaan bencana.
Hardiyanto, Gambaran Kesenangan dan... | 125
Selain data motivasi, terdapat juga data
keinginan
untuk
mengikuti
pelatihan
bencana. Sebanyak 56,78% menyatakan
sangat ingin mengikuti pelatihan bencana
dan 33,4% yang ingin mengikuti pelatihan
bencana. Hanya 1,67% (1 respondent) yang
tidak ingin mengikuti pelatihan bencana. Hal
ini selaras dengan tingkat motivasi dimana
sebagian besar sangat termotivasi untuk
belajar bencana lebih lanjut dan juga
sebagian besar respondent mengaku
senang
setelah
mengikuti
pelatihan
bencana melalui simulasi ini. Data ini
menjadi data yang penting untuk strategi
penanganan kebencanaan selanjutnya,
karena pada dasarnya siswa SD-pun sudah
memiliki
keinginan
untuk
mengikuti
pelatihan bencana. Simulasi bencana
adalah jalan awal untuk membuka pikiran
mereka, untuk memperlihatkan apakah itu
penanganan bencana, dan pelatihan
bencana adalah program definitif untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan mereka menghadapi bencana.
Sehingga
apabila
program
Simulasi
bencana ini dilajutkan dengan pelatihan
bencana, maka tentunya akan menjadi
program yang berkesinambungan dan
menghasilkan manfaat yang optimal.
KESIMPULAN
Dari 60 responden yang diberikan
kuesioner,
36
responden
(60,12%)
menyatakan sangat senang mengikuti
simuasi bencana yang diberikan, 21
responden (35,07%) mengatakan senang, 2
responden (3,34%) mengatakan cukup
senang dan 1 responden (1,67%)
mengatakan tidak senang. Mayoritas
responden mangatakan senang dengan
metode Simulasi bencana yang diberikan.
Dari 60 responden yang diberikan
kuesioner,
31
responden
(51,77%)
menyatakan sangat termotivasi setelah
mengikuti simuasi bencana yang diberikan,
20
responden
(33,4%)
mengatakan
termotivasi,
5
responden
(8,35%)
mengatakan cukup termotivasi dan 1
responden (1,67%) mengatakan tidak
termotivasi.
Mayoritas
responden
mangatakan termotivasi dengan metode
Simulasi
bencana
yang
diberikan.
SARAN
Diperlukan penelitian yang lebih
dalam
mengenai
durasi
dan
tipe
pembelajaran yang sesuai yang dapat
megeksplorasi manfaat simulasi evakuasi
secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Baker A,Oh Navarro E, van derHoekA
(2011). An experimental car game
for teaching software engineering
processes. J Syst Software 75,3–16.
BNPB. 2015. Potensi Ancaman Bencana.
Http://bnpb.go.id. Diakses pada
tanggal 29 oktober 2018 pukul 19.45
WIB.
Direktorat
Vulkanologi
dan
Mitigasi
Bencana. 2016. Gunung Api.
Bandung Alfa Beta.
Dwi Siswoyo. (2013). Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Pers.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2014
Psikologi Pendidikan. PT. Gramedia
Widia Sarana Indonesia. Jakarta,
hal. 148-158,174-180.
Ellington H, Addinall E, Percival F (2011).
Games and Simulations in Science
Education, New York: Nichols.
Gutierrez, Arnel F, 2013. Development and
Effectiveness of an Educational
Card Game as Supplementary
Material in Understanding Selected
Topics
in
Biology.
Education
Department,
Bulacan
State
University–Sarmiento Campus, City
of San Jose del Monte, Bulacan
3023, Philippines
Hamasu, 2014. Effects of BLS training on
factors associated with attitude
toward CPR in college students.
Elsevier Ireland Ltd. Resuscitation
80 (2-09) 359–364
Herdwiyanti. 2011. Analisis Dampak
Bencana Merapi. Yogyakarta.
Konsorsium Pendidikan Bencana. 2011.
Sekolah
Siaga
Bencana.
Http://gerashiaga.files.wordpress.co
m/2012/06/buku-kerangka-kerja-
126 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.5 No.2, Oktober 2019, hlm 120-126
sekolah-siaga-bencana,pdf. Diakses
pada tanggal 4 November 2017
pukul 21.30 WIB.
Maulana, Heri D J. 2012. Promosi
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mc.donalds, etc, 2012. Motivation and work.
Psychology Department, Adelaiene
University–Australia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pendidikan praktis.
Edisi IV. Salemba Medika : Jakarta
Purbawinata, Atje. 2009. Mitigasi Bencana
Gunung Api. Bandung.
Qustian N. 2011. Perkembangan kognigtif
dan perkembangan mental pada
anak. Jakarta. Salemba Medika.
Rahmad, Agus. 2014. Badan Pengendalian
Hidup Daerah (BPLHD). Jawa-barat.
Schneider L, Oliveira DS, Strapasson ACP,
Ferreira BP, Molina CG,Stopiglia
CDO, Fischer G, Scroferneker ML
(2012). White blood cellgame: a
teaching method. Int J Health
Promot Educ 50, 311–317.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi
Pendidikan. CV.Rajawali, Jakarta,
hal. 64-70.
Ulum, Miftachul Rendy, 2016. “Pengeruh
Pendidikan
Kesehatan
dengan
metode
simulasi
terhadap
pengetahuan
tentang
mitigasi
bencana gunung meletus”. Skripsi
Keperawatan
Program
S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan. Jawa Timur