Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
TUGAS KELOMPOK FARMAKOTERAPI KONTRASEPSI DAN GANGGUAN MENSTRUASI KELOMPOK IV DISAJIKAN DALAM MATAKULIAH FARMAKOTERAPI SEMESTER AKHIR 2015/2016 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN DAFTAR ISI Halaman judul i Daftar isi ii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1 Latar Belakang 1 I.2 Rumusan Masalah 2 I.3. Tujuan Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN 4 II.1 Pengertian Kontrasepsi 4 II.2 Jenis-Jenis Kontrasepsi 7 II.3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kontrasepsi adalah metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi juga merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran. Kontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu. Metode kontrasepsi tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau abstinesia. Cara KB dengan sistem kalender adalah mengatur kehamilan dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat wanita dalam masa subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau datang bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi dan satu minggu sesudah menstruasi. Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat bertemu walaupun terjadi ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan seksual. Pemakaian alat kontrasepsi masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun saat ini masyarakat telah banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur kelahiran anak. Menstruasi adalah proses keluarnya cairah merah atau darah dari dinding rahim (endometrium) yang terjadi secara rutin setiap bulannya. Menstruasi juga merupakan proses mempersiapkan tubuh wanita untuk mengandung anak atau hamil. Wanita yang mengalami menstruasi adalah hal yang sangat wajar dan normal, tidak wajar bila usia 16-17 tahun belum mengalami menstruasi. Hal ini dapat saja akibat adanya gangguan pada organ reproduksi atau maslah fisiologis lainnya. Makalah ini akan membahas banyak hal mengenai kontrasepsi dan gangguan pada menstruasi serta bagaimana faktor-faktor penatalaksaan terhadap pemilihan kontasepsi dan penanganan gangguan menstruasi secara farmakoterapi. I.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu diantaranya : Apa pengertian dari kontrasepsi serta menstruasi? Gangguan-gangguan apa saja yang dapat terjadi pada saat menstruasi? Apasaja tipe-tipe alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi dan bagaimana tata laksana pemillihan alat kontrasepsi? Bagaimana tata laksana penanganan terhadap gangguan menstruasi ? I.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya : Untuk mengetahui pengertian dari kontrasepsi serta menstruasi. Untuk mnegetahui gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada saat menstruasi. Untuk mengetahui tipe-tipe alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi dan bagaimana tata laksana pemillihan alat kontrasepsi Untuk mengetahui tata laksana penanganan terhadap gangguan menstruasi. BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut. Secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keektifan dari suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis,dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectiveness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terusmenerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-lain Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota). Terjangkau harganya oleh masyarakat Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai: Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadi kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Selain itu akseptor sudah tidak ingin mempunyai anak lagi. Dapat dipakai untuk jangka panjang. Tidak menambah kelainan/penyakit yang sudah ada. Pada masa umur tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan metabolik meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak memberikan obat/kontrasepsi yang menambah kelainan/penyakit tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain : Faktor pasangan Umur Gaya Hidup Frekuensi senggama Jumlah keluarga yang diinginka Pengalaman dengan metode kon Sikap kewanitaan dan kepriaan Faktor kesehatan a. Status kesehatan b. Riwayat haid c. Riwayat keluarga d. Pemeriksaan fisik e. Pemeriksaan panggul 3. Faktor metode kontrasepsi a. Efektivitas b. Efek samping c. Biaya II.2 Menstruasi dan gangguannya II.2.1 Pengertian Menstruasi dan siklusnya Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Terjadi saat lapisan dalam rahim luruh dan keluar. Secara sederhana mekanisme terjadinya haid yakni bagian dari proses yang mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing Hormons), kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur. Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu : Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat. Fase proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. Fase sekresi/luteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Fase iskemi/premenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum Universitas Sumatera Utara mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh. Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. II.2.1 Gangguan Menstruasi Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Jika lamanya perdarahan kurang dari 7 hari ; dan jika jumlah darah yang hilang kurang dari 80 ml. Perlu dicatat bahwa discharge menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40 persen dari total discharge), darah (50-80 persen), dan fragmen-fragmen endometrium Gangguan pada lamanya siklus menstruasi: Polimenore atau Epinore Pada polimenore siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya yaitu terjadi dengan interval kurang dari 21 hari (Jones, 2002). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasa. Polimenore dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya. Oligomenore Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenore biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenore kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya. Amenore Amenore adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut. Amenore primer terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi, sedangkan pada Universitas Sumatera Utara amenore sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenore primer (dialami oleh 5 persen wanita amenore) mungkin disebabkan oleh defek genetik seperti disgenensis gonad, yang biasanya ciri-ciri seksual sekunder tidak berkembang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan duktus Muller, seperti tidak ada uterus, agenesis vagina, septum vagina transversal, atau himen imperforata. Pada tiga penyebab terakhir, menstruasi dapat terjadi tetapi discharge menstruasi tidak dapat keluar dari traktus genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore, bukan amenore. Penyebab yang paling umum pada amenore sekunder adalah kehamilan. Gangguan jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan Hipomenore Pendarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa dengan discharge menstruasi sedikit atau ringan. Hipomenore disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Adanya hipomenore tidak mengganggu fertilitas Hipermenore atau Menoragia Pendarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid, dan sebagainya . Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan pelepasannya pada waktu haid Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan kata lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal pada menstruasi. Ada pula gangguan menstruasi yang berhubungan dengan adanya gangguan pada siklus dan jumlah darah menstruasi yaitu metroragia. Pada keadaan ini, terdapat gangguan siklus menstruasi dan sering berlangsung lama, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dan jumlah darah menstruasi sangat bervariasi. Pola menstruasi seperti ini disebut metroragia. Universitas Sumatera Utara Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kondisi patologik di dalam uterus atau organ genitalia interna. Perlu bagi dokter untuk mengadakan investigasi lebih lanjut. Investigasi meliputi histeroskopi dan biopsi endometrium atau kuretase diagnostik. Dysmenorrhea Dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Istilah dysmenorrhea berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea yang artinya flow atau aliran. Jadi dysmenorrhea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi. Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsieklamsi, dan anafilaktik syok. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus. Gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah : a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid. d. Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung bagian bahwa dan tungkai. e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus. f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening. II.3 Jenis-Jenis Kontrasepsi Kontrasepsi oral Kontrasepsi oral atau biasa dikenal dengan pil KB adalah salah satu pilihan kontrasepsi. Yang perlu diketahui pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi: Resiko kanker jenis tertentu; Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi; Ketegangan premenstruasi; Perdarahan tidak teratur; Anemia; Kista payudara; Kista ovarium; Kehamilan ektopik(kehamilan di luar kandungan); Infeksi tuba falopii.Adapun efek sampingnya ada beberapa macam, misalnya potting: yaitu sering terjadi pada tahun pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti. Selain itu beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen. Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun). Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi. Mual dan sakit kepala juga akan terjadi pada pemakai pil KB. 1-2% perempuan pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur. Kontrasepsi penghalang Kondom bisa melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual (misalnya AIDS) dan dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher rahim. Ada kondom yang ujungnya memiliki penampung semen. Jika tidak ada penampung semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1 cm didepan penis. Kondom wanita merupakan alat kontrasepsi penghalang baru yang dipasang di vagina dengan bantuan sebuah cincin. Kondom perempuan menyerupai kondom pria, tetapi lebih lebar dan memiliki angka kegagalan yang tinggi. Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam. Penutup serviks (cervical cap) hampir menyerupai diafragma tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih kaku, dipasang pada serviks. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaian penutup serviks harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Penutup serviks dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam dan maksimal 48 jam sesudah melakukan hubungan seksual. Coitus interruptus Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat Metode ritmik/alender Pada metoda ritmik, pasangan suami istri tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi Kontrasepsi implant Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kontrasepsi suntikan Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami perdarahan. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi Medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen. IUD (itra uterine device, spiral). Terdapat 2 macam IUD, melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun) dan melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun). Biasanya IUD dipasang pada saat mentruasi. Jika kemungkinan terjadi inveksi serviks, masa pemasangan IUD ditunda sampai infeksi mereda. Keuntungan IUD adalah efeksampingnya terbatas di dalam rahim. Sterilisasi Sterilisasi merupakan cara KB yang sifatnya permanen. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada perempuan dilakukan prosedur ligasi tuba. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis).Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim. DAFTAR PUSTAKA Kusumanigrum.Raditha. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Universitas DIponegoro:Semarang. Tim Penyusun. Pusat Komunikasi dan Informasi perempuan. Kalyanamitra. Jakarta Selatan Indriani, K. 2009. Rekomnedasi Praktik Pilihan Untuk Penggunaan Kontrasepsi Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Manuaba, I.A.C, et.al 2009. Memahani Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta. Simanjuntak, P., 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 203-229. Jones, D.L., 2005. Haid. Dalam: Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing, 29-36. Guyton, A.C., 1997. Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon-hormon Wanita. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 9. Jakarta: EGC, 1290- 1293 20