Bagian Ilmu Kesehatan Anak TUTORIAL KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
BRONKOPNEUMONIA, GIZI BURUK TIPE MARASMUS DAN GROWTH & DEVELOPMENT DELAY
oleh:
Christi Angelia A. L (0808015029)
Helsa Eldatarina (0808015049)
Pembimbing:
dr. Sukartini, Sp.A.
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama pada anak di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Menurut laporan WHO hampir 1 dari 5 balita di negara berkembang meninggal karena pneumonia. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara.
Malnutrisi atau penyakit kurang energi protein (KEP) juga merupakan salah satu masalah kesehatan utama Indonesia dan melatarbelakangi lebih dari 50% kematian balita. Prevalensi yang tinggi terdapat pada balita, karena pada saat itu gizi atau makanan tersebut disediakan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta energi yang lebih aktif pada anak tersebut. Pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai berat 2,5.
Pada keadaan yang berat secara klinis terdapat 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, Marasmus Kwashiorkor. Pada semua tipe tersebut terdapat gangguan pertumbuhan, disamping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipe penyakitnya 2,5.
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis. Penyebabnya multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan 2,5.
Diagnosis marasmus ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pengukuran antopometri, untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap stabilisasi, tahap transisi dan rehabilitasi 2,5,7
BAB II
DATA PASIEN
Identitas
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 22 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat : Jl.Bukuan, Loa Janan
MRS tanggal 26 Februari 2013 Pukul 14.30 WITA
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn.I
Umur : 43 tahun
Alamat : Jl.Bukuan, Loa Janan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
Ayah perkawinan ke : I
Riwayat kesehatan ayah : Hipertensi
Nama Ibu : Ny. R
Umur : 33 tahun
Alamat : Jl.Bukuan, Loa Janan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SLTA
Ibu perkawinan ke : I
Riwayat kesehatan Ibu : Sehat
Anamnesa
Anamnesa dilakukan pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 13.00 WITA, di ruang Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda. Alloanamnesa oleh orangtua kandung pasien.
Keluhan Utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas dialami pasien sejak 3 hari SMRS dan semakin memberat 1 hari SMRS. Sebelumnya pasien mengalami batuk sejak 3 hari SMRS, batuk hingga terpingkal -pingkal hingga badan biru, sempat dibawa ke RS Moeis dan mendapatkan pengobatan tetapi batuk tidak berkurang. Batuk disertai dahak, kental (+), warna putih kekuningan, tidak berbau, darah (-). Keluhan juga disertai demam (+), mengigil (-), mengigau (-). Tidak ada muntah. Tidak ada kejang. Tidak ada BAB cair, BAK sering dan jumlah cukup banyak.
Selama sakit, nafsu makan menurun, minum susu sedikit, sering rewel. Menurut pengakuan orangtuanya, biasanya anak banyak makan, tapi berat badannya tidak meningkat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien saat usia 1 minggu dirawat di RS Islam selama 1 minggu dengan gejala kuning seluruh badan.
Usia 4 bulan dengan keluhan batuk berdahak 1 minggu tak kunjung sembuh pasien dirawat di RS Islam dengan diagnosa ISPA dan selama perawatan di RS terkena diare.
Setelah 4 hari pulang ke rumah, gejala pasien kambuh kembali dan dibawa ke RS Moeis dan masuk ke ICU selama 2 hari dan didiagnosa dokter spesialis anak pasien menderita bronkopneumonia.
Usia 7 bulan pasien masuk ke RS selama 2 minggu dengan diagnose bronkopneumonia. Dilakukan pemeriksaan medical cek up hasil menunjukan dalam batas normal.
Pasien dianjurkan untuk melakukan fisioterapi seminggu 3x. Pasien mengikuti fisioterapi selama 1 bulan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang serupa
Tidak ada keluarga yang mengalami batuk-batuk lama atau dalam pengobatan TB
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Berat badan lahir : 3600 gram
Panjang badan lahir : 51 cm
Tersenyum : 0 bulan
Miring : 2 bulan
Tengkurap : 1 bulan
Duduk : -
Gigi keluar : 7 bulan
Merangkak : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Berbicara dua suku kata : 1 tahun
Riwayat Makan Minum anak :
ASI : 0 bulan
Dihentikan : hingga sekarang
Susu sapi/buatan : -
Buah : 6 bulan
Bubur susu : 7 bulan , 3 x 1 mangkok (250 cc)
Tim saring : 8 bulan, 3 x 1 mangkok (250 cc)
Makanan padat dan lauknya : 1 tahun, 3 x 1 piring kecil (lauk, ikan/ayam, sayur)
Riwayat Kehamilan
Pemeliharaan Prenatal : pernah tetapi jarang (2x)
Periksa di : puskesmas
Penyakit kehamilan : merasa tidak ada keluhan
Obat-obatan yang sering diminum : tablet penambah darah
Riwayat Kelahiran :
Lahir di : RSUD AWS
di tolong oleh : Bidan
Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan
Jenis partus : spontan per vaginam
Riwayat Postnatal :
Pemeliharaan postnatal : rutin
Periksa di : Puskesmas dan bidan
Jadwal Imunisasi
Imunisasi
Usia saat imunisasi
I
II
III
IV
Booster I
Booster II
BCG
0 bulan
////////////
////////////
////////////
////////////
////////////
Polio
-
-
-
-
-
-
Campak
-
////////////
////////////
////////////
////////////
////////////
DPT
-
-
-
////////////
-
-
Hepatitis B
-
-
-
//////////
-
-
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 13.00 WITA
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Nadi : 125 x/menit
RR : 52 x/menit
Suhu (axila) : 38o C
Antropometri :
Berat Badan : 6,5 kg
Panjang Badan : 73 cm
Lingkar Kepala : 44 cm
Lingkar Lengan Atas : 13 cm
BMI : 12.19 kg/m2
Status Gizi : Gizi Buruk
Z-score (lampiran)
BB/TB : < -3SD
BB/U : < -3SD
TB/U : < -3SD
BMI/U : < -3 SD
LK/U : < -3 SD
Kepala/leher
Rambut : Warna hitam, mudah dicabut (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2mm/2mm, reflex cahaya (+/+), mata cowong (-/-)
Telinga : sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret hidung (+), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir normal, sianosis (-), lidah bersih, faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, tampak simetris, retraksi (-)
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kiri = ICS V MCL Sinistra
batas jantung kanan = ICS IV PSL Dextra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (+), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Flat
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor kulit (sde)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-/-), edema (-)
Status Neurologis
Kesadaran : E4V5M6
Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), Kernig (-), Brudzinski I (-), brudzinski II (-)
Refleks Fisiologis : Reflex biceps (+/+) normal, triceps (+/+) normal
Refleks patella (+/+) normal,achiles (+/+) normal
Refleks patologis : Babinsky (-), Chaddock (-), Tromer (-),Hoffman (-)
Sistem skoring diagnosis TB anak
Parameter
Skor
Kontak TB
- (tidak ada)
Uji Tuberkulin
Belum dilakukan
Status Gizi
2 (gizi buruk)
Demam tanpa sebab yang jelas
- (demam 2 hari)
Batuk
- (batuk 3 hari)
Pembesaran KGB
- (tidak ada limfadenopati)
Pembengkakan tulang/sendi
- ( tidak ada pembengkakan)
Foto Toraks
1
Total
3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
26 Januari 2013
WBC : 8.600
HCT : 47,8 %
HGB : 12,8 g/dl
PLT : 215.000
GDS : 104 mg/dl
Albumin : 4,2 g/dl
Globulin : 30 g/dl
Natrium : 134 mmol/L
Kalium : 3,4 mmol/L
Chlorida : 108 mmol/L
Lembar Follow Up
Tanggal
S
O
A
P
26/2/2013
Selasa
H I
Batuk berdahak (+), sesak (+), demam (+), mencret (+) rewel tidak bisa tidur.
T: 37,6 Nadi:128x/menit RR:46x/menit
Thoraks:
I: Retraksi +/+ (supraclavikula & subcostal)
Pa: Gerak dada simetris
A: Whezing +/+
P: Sonor
BB: 6,5Kg
Bronkopneumonia + Gizi buruk tipe marasmus
- Cek GDS, UL, SE, LFT
- IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
- Amoxicilin 3 x 200 mg IV
- Paracetamol 3 x ¾ cth
- Obat batuk puyer
27/2/2013
Rabu
H II
Batuk berdahak (+), sesak (+), demam (+), rewel tidak bisa tidur. Muntah 2x
T: 38 Nadi:125x/menit RR:52x/menit
Thoraks:
I: Retraksi +/+ (supraclavikula & subcostal)
Pa: Gerak dada simetris
A: Whezing +/+
P: Sonor
BB: 6,5 Kg
Bronkopneumonia + Gizi buruk tipe marasmus
- IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
- Amoxicilin 3 x 200mg IV
- Paracetamol 3 x ¾ cth
- Obat batuk puyer
Diet 975 kkal
F100 8 x100 kkal
Asam folat 2mg/hari
Vit. A 200.000 IU
Nasi 3x175 kkal
Zink 2 mg/kgbb/hari
28/2/2013
Kamis
H III
Batuk berdahak (berkurang), sesak (berkurang), demam (menurun), rewel tidak bisa tidur.
T: 38 Nadi:125x/menit RR:49x/menit
Thoraks:
I: Retraksi +/+ (supraclavicula)
Pa: Gerak dada simetris
A: Whezing +/+
P: Sonor
BB: 6,7 Kg
Bronkopneumonia + Gizi buruk tipe marasmus
- IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
- Amoxicilin 3 x 200mg IV
- Paracetamol 3 x ¾ cth
- Obat batuk puyer
Diet 975 kkal
F100 8 x100 kkal
Asam folat 2mg/hari
Nasi 3x175 kkal
Zink 2 mg/kgbb/hari
1/3/2013
Kamis
H IV
Batuk berdahak (berkurang), sesak (berkurang), demam (berkurang).
T: 36,7 Nadi:120x/menit RR:46x/menit
Thoraks:
I: Retraksi -/-
Pa: Gerak dada simetris
A: Whezing +/+
P: Sonor
BB: 6,4 Kg
Bronkopneumonia + Gizi buruk tipe marasmus
- IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
- Amoxicilin 3 x 200mg IV
- Paracetamol 3 x ¾ cth
- Obat batuk puyer
Diet 975 kkal
F100 8 x100 kkal
Asam folat 2mg/hari
Nasi 3x175 kkal
Zink 2 mg/kgbb/hari
Diagnosis Kerja
Diagnosis Kerja : Bronkopneumonia
Diagnosis Komplikasi : -
Diagnosis Lain :
- Gizi Buruk
- Growth & development delay
Penatalaksanaan
IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
Amoxicilin 3 x 200 mg IV
Paracetamol 3 x ¾ cth
CTM 0,6 mg, DMP 3,5 mg, efedrin 3,5mg, GG 25mg (puyer 3x1)
Terapi gizi:
Diet 975 kkal
Nasi 3 x 175 kkal
F100 8 x 100 kkal
Vitamin A 200.000 IU
Asam folat 2 mg/hari
Zink 2 mg/kgbb/hari
2.8 Prognosis
Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
Definisi.
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan interstisiil. Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Etiologi.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi,dll). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakterial dan pneumonia viral. Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat menentukan etiologi.
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan.
Klasifikasi.
Klasifikasi pneumonia menurut WHO:
1. Bayi berusia dibawah 2 bulan:
Pneumonia
nafas cepat (+) atau sesak (+)
harus dirawat
Bukan pneumonia
nafas cepat dan sesak (-)
obat simptomatis saja
2. Usia 2 bulan – 5 tahun:
Pneumonia sangat berat
sesak napas dan napas cepat (+)
harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia berat
sesak napas (+)
napas cepat (-)
harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
sesak napas(-)
napas cepat (+)
tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Klasifikasi pneumonia menurut MTBS:
Pneumonia berat
Pneumonia
Bukan pneumonia
Patofisiologi.
Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan karena sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkali terpolusi serta mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ respiratorik terdiri dari tiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas saluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi.
Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme patogen akan menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap berurutan:
Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
Stadium Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Gambaran Klinis.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya penyakit, pada bayi gejalanya tidak jelas seringkali tanpa demam dan batuk, namun secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar. Napas cepat/ takipnea, bila frekuensi napas:
- umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
- umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
- umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit
- umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
Pada pemeriksaan fisik paru dapat ditemukan tanda klinis sebagai berikut, auskultasi terdengar suara nafas menurun dan fine crackles (ronki basah halus) pada daerah yang terkena, dull (redup) pada perkusi.
Pemeriksaan penunjang.
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi seringkali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa tetapi gambaran foto toraks menunjukkan pneumonia berat. Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi 3 macam:
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram (pneumatokel), biasanya disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau Mycoplasma; gambaran berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchial cuffing, dan overaeriation; bila berat terjadi pachy consolidation karena atelektasis.
Gambaran pneumonia karena S. aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan gambaran bilateral yang difus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus sampai ke perifer.
Tatalaksana.
Medikamentosa:
Antibiotika
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus, tidak perlu antibiotik.
Pada penderita yang dirawat inap (penyakit berat), harus segera diberikan antibiotik.
Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dengan kuman penyebab
UMUR
PENYEBAB
PILIHAN ANTIBIOTIK
RAWAT INAP
RAWAT JALAN
< 3 bulan
Enterobacteriacea
(E. Colli, klebesiella, enterobacter)
Streptococcus group B
Staphylococcus
Cloxacilline
aminoglikosida (gentamisin, netromycin, amikacine ) iv/im
Ampicilline iv dan aminoglikosida atau
Cephalosporin gen 3 iv (cefotaxim, ceftriaxone, ceftazidime, cefuroxime) atau
Meropenem iv dan aminoglikosida iv/im
3 bulan – 5 tahun
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus
H. influenzae
Ampicilline iv dan chloramphenicol iv atau
Ampicilline dan cloxaciline iv atau
Chepalosporin generasi 3 iv (cefotaxime, ceftriaxone, ceftazidime, cefuroxime) atau
Meropenem iv dan aminoglikosida iv/im
Amoxycilline atau
Cloxaciline atau
Co-amoxyclav atau
Erythromycine atau
Clarithromycine atau
Azitromycin po atau
Cefalosporin oral (cefixime, cefaclor)
>5 tahun
Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Ampicilline iv atau
Erythromycine po atau
Clarithromycine po atau
Azitromycin po atau
Cotrimoxazole po atau
Cephalosporin gen 3
Amoxycilin atau
Erythromycine po atau
Clarithromycine po atau
Azitromycin po atau
Cefalosporin oral (cefixime, cefaclor)
Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis, mungkin disebabkan oleh:
Streptokokus pneumonia
Penisilin prokain (PP) 50.000-100.000 KI/kgBB/24 jam secara im, 1-2 kali sehari, atau
Ampisilin 50-100 mg/kgBB/24 jam im/iv, 3-4 kali sehari.
Stafilokokus
Kloksasilin 50 mg/kgBB/24 jam im/iv, 3-4 kali sehari.
Hemofilus influenza
Ampisilin 50-100 mg/kgBB/24 jam im/iv, 3-4 kali sehari, atau
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/24 jam iv/oral, 3-4 kali sehari.
Pada umumnya tidak dapat diketahui dengan pasti kuman penyebab, maka secara praktis dipakai:
Kombinasi PP + kloramfenikol, atau
Kombinasi ampisilin + kloksasilin
Umur di bawah 3 bulan, biasanya disebabkan oleh:
Kuman gram positif atau negatif (Streptokokus pneumonia, Stafilokokus, E. bacteriaceae)
Beri kombinasi:
PP 50.000-100.000 KI/kgBB/24 jam secara im, 1-2 kali sehari + gentamisin 5-7 mg/kgBB/24 jam im/iv, 2-3 kali sehari, atau
Kloksasilin 50 mg/kgBB/24 jam im/iv, 3-4 kali sehari + gentamisin 5-7 mg/kgBB/24 jam im/iv, 2-3 kali sehari.
Anak-anak yang non toksis, biasanya disebabkan oleh:
Streptokokus pneumonia
PP im selama 1-3 hari, dilanjutkan dengan Fenoksimetil penisilin 25.000-50.000 KI/kgBB/24 jam per oral, 4 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia
Eritromisin 20-50 mg/kgBB/24 jam oral, 3-4 kali sehari.
Apabila kuman penyebab dapat diisolasi atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotik lain.
Bila penderita alergi terhadap PP/ampisilin, dapat digantikan dengan eritromisin dosis 50 mg/kgBB/24 jam.
Bila terjadi leukopeni pada penggunaan kloramfenikol, dapat diganti dengan streptomisin.
Lama pemberian antibiotik bergantung pada:
Kemajuan klinis penderita
Jenis kuman penyebab:
Stafilokokus mungkin perlu 6 minggu parenteral.
Hemofilus influenza/streptokokus pneumonia cukup 2-3 minggu.
Bila anak disertai demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan distress, berikan parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi.
- Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer.
- Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)secara subkutan.
Suportif:
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya, pemberian dilakukan sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada ke dalam yang berat atau napas cepat) tidak ditemukan lagi.
Nutrisi parenteral diberikan selama pasien masih sesak. Kebutuhan cairan rumatan diberikan sesuai umur anak, tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
Komplikasi.
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri, curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik, ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada.
Ilten F dkk, melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.
Langkah Promotif/Preventif.
Pencegahan untuk Pneumococcus dan H.influenzae dapat dilakukan dengan vaksin yang sudah tersedia. Efektivitas vaksin pneumokok adalah sebesar 70% dan untuk H.influenzae 95%. Infeksi H. influenzae bisa dicegah dengan rifampisin bagi kontak di rumah tangga atau di tempat penitipan anak.
MARASMUS
Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering ditemui pada balita 2,5,6.
Etiologi
Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama pemasukan kalori, atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat kekurangan dalam susunan makanan, dan kebiasaan makan makanan yang tidak tepat 3,5.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan (misalnya penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan, prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal menahun dan gangguan saraf pusat 3,5.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus 5:
Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.
Peranan faktor sosial.
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.
Peranan kepadatan penduduk.
Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene yang buruk.
Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
Faktor kemiskinan.
Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal dapat mempercepat timbulnya KEP.
Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai sumber energi. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal 5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin 5,6.
Gejala Klinis 3,5,6,7
Pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan sampai berakibat kurus.
Mula-mula bayi mungkin cengeng dan rewel, walaupun telah mendapat minum atau disusui, sering bangun pada waktu malam, kemudian menjadi lesu, dan nafsu makan hilang.
Keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah, akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata tampak besar dan dalam.
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan turgornya sehingga menjadi kerut dan longgar atau keriput.
Tulang rusuk tampak lebih jelas.
Dinding abdomen dapat kembung/membuncit, cekung atau datar, dengan gambaran usus yang jelas.
Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang kering, tipis, dan mudah rontok.
Baggy pant
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis marasmus apabila 3,7:
BB/TB < -3 SD atau <70% dari median
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, tanpa adanya edema.
Penilaian awal anak gizi buruk
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan 7.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani):
Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV
Pemeriksaan fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB
Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).
Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi mulai umur 6 bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
Pemberian imunisasi.
Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu: fase stabilisasi fase transisi, dan fase rehabilitasi 2,7.
Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana
Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
Beri antibiotik.
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.
Hipotermia (suhu aksilar < 35,50 C)
Tatalaksana
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman.
Pemantauan
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5° C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi, atau selama pemeriksaan medis)
Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.
Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol
Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan. Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tatalaksana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah.
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.
*ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
• frekuensi napas
• frekuensi nadi
• frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
• frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
Pencegahan
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin
Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.
Gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
Tatalaksana
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal
Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
Antibiotik spektrum luas
Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
Pilihan antibiotik spektrum luas
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari.
Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH:
Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin
Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
UMUR
ATAU
BERAT BADAN
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILIN
Beri 3 kali sehari untuk 5 hari
Tablet dewasa
80 mg trimeto
prim + 400 mg sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg sulfametok
sazol
Sirup
125 mg
per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg)
¼
1
2,5 ml
2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg)
½
2
5 ml
5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg)
1
3
7,5 ml
10 ml
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita
tuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.
Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:
Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
UMUR
DAN
BERAT BADAN
TABLET BESI/FOLAT
Sulfas ferosus 200 mg + 0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
SIRUP BESI
Sulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
¼ tablet
2,5 ml (1/2 sendok teh)
12 bulan sampai 5 tahun
½ tablet
5 ml (1 sendok teh)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN
PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg)
½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg)
¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg)
1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)
1 ½ tablet
Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis
Umur
Kapsul Vitamin A
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
100.000 IU
6 bln sampai 12 bln
-
1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn
1 kapsul
-
Pemberian makanan awal
Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa
• Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
• Energi: 100 kkal/kgBB/hari
• Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
• Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
• Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi.
Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.
Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu mendapat ekstra air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:
• Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
• Muntah
• Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
• Berat badan.
Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
• Kembalinya nafsu makan
• Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):
Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.
Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.
Setelah transisi bertahap, beri anak:
pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak).
energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera:
• kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam
• kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya
130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya
selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
atasi penyebab.
Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan mendapat F-100:
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari;
Jika kenaikan berat badan:
kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap.
sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.
baik (> 10 g/kgBB/hari).
Stimulasi sensorik dan dukungan emosional
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan :
Kasih sayang
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.
Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
Faktor luar (eksternal).
Faktor Prenatal
Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
Toksin/zat kimia. Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
Endokrin. Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
Radiasi. Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
Infeksi. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
Kelainan imunologi. Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Anoksia embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Psikologi ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
Faktor Persalinan. Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Pascasalin
Gizi. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
Penyakit kronis/ kelainan kongenital. Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Endokrin. Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan pengasuhan. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
Menjaga kesehatannya dengan baik.
Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
Memberi stimulasi dini terhadap janin.
Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya.
Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.
Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
• Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
• Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan ibu.
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
• Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur
Umur 0-3 bulan
o Mengangkat kepala setinggi 450 .
o Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
o Melihat dan menatap wajah anda.
o Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
gambar
o Suka tertawa keras.
o Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
o Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
o Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak
Umur 3-6 bulan
o Berbalik dari telungkup ke telentang.
o Mengangkat kepala setinggi 90o.
o Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
o Menggenggam pensil.
o Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
o Memegang tangannya sendiri.
o Berusaha memperluas pandangan.
o Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
o Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
o Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.
Umur 6-9 bulan
o Duduk (sikap tripoid – sendiri).
o Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
o Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
o Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
o Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
o Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
o Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.
o Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
o Bermain tepuk tangan/ciluk ba.
o Bergembira dengan melempar benda.
o Makan kue sendiri.
Umur 9-12 bulan
o Mengangkat badannya ke posisi berdiri.
o Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
o Dapat berjalan dengan dituntun.
o Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
gambar
o Mengenggam erat pensil.
o Memasukkan benda ke mulut.
o Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
o Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
o Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
o Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
o Senang diajak bermain ”CILUK BA”
o Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.
Umur 12-18 bulan
o Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
o Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
o Berjalan mundur 5 langkah.
o Memanggil ayah dengan kata ”papa”, memanggil ibu dengan kata ”mama”.
gambar
o Menumpuk 2 kubus.
o Memasukkan kubus di kotak.
o Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
o Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.
Umur 18-24 bulan
o Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
o Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
o Bertepuk tangan, melambai-lambai.
o Menumpuk 4 buah kubus.
gambar
o Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
o Menggelindingkan bola kearah sasaran.
o Menyebut 3– 6 kata yang mempunyai arti.
o Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
o Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.
Umur 24-36 bulan
o Jalan naik tangga sendiri.
o Dapat bermain dan menendang bola kecil.
o Mencoret-coret pensil pada kertas.
o Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
o Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
o Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
o Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.
o Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
o Melepas pakaiannya sendiri.
Umur 36-48 bulan
o Berdiri 1 kaki 2 detik
o Melompat kedua kaki diangkat
o Mengayuh sepeda roda tiga.
o Menggambar garis lurus
o Menumpuk 8 buah kubus.
o Mengenal 2-4 warna.
o Menyebut nama, umur, tempat.
o Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.
o Mendengarkan cerita.
o Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
o Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
o Mengenakan sepatu sendiri.
o Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Umur 48-60 bulan
o Berdiri 1 kaki 6 detik.
o Melompat-lompat 1 kaki.
o Menari.
o Menggambar tanda silang.
gambar
o Menggambar lingkaran.
o Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
o Mengancing baju atau pakaian boneka.
o Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
o Senang menyebut kata-kata baru.
o Senang bertanya tentang sesuatu
o Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
o Bicaranya mudah dimengerti
o Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya
o Menyebut angka, menghitung jari
o Menyebut nama-nama hari
o Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
o Menggosok gigi tanpa dibantu.
o Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
Umur 60-72 bulan
o Berjalan lurus.
o Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
o Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
o Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
gambar
o Menggambar segi empat.
o Mengerti arti lawan kata
o Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
o Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
o Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
o Mengenal warna-warni
o Mengungkapkan simpati
o Mengikuti aturan permainan
o Berpakaian sendiri tanpa dibantu
Skrining Perkembangan Anak
Deteksi perkembangan anak untuk tes psikomotorik dengan menggunakan Denver Developmental Screening test II (DDST II), yaitu salah satu tes metode skrening yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa pada anak. DDST II merupakan salah satu tes psikomotorik yang sering digunakan di klinik atau rumah sakit bagi tumbuh kembang anak.
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Alat yang digunakan
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
Lembar formulir DDST II
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
c. Prosedur DST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan. 9-12 bulan, 3-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun.
Interpretasi dari nilai Denver II
Advanced : Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK : Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
Caution : Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay : Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal : Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect : Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable : Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.
Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan.
Gangguan bicara dan bahasa.Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
Sindrom Down. Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
Perawakan Pendek. Short stature merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
Gangguan Autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Anamnesis
TEORI
FAKTA
Gejala pneumonia :
- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas
Pada marasmus,pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan sampai berakibat kurus
Mula-mula bayi mungkin cengeng dan rewel, walaupun telah mendapat minum atau disusui
Marasmus dapat disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, seperti infeksi, malabsorpsi, kelainan bawaan GIT, dll
Sesak
Batuk
demam
Penurunan nafsu makan
Muntah
Tidak ada peningkatan berat badan.
Pasien cengeng dan rewel
Pasien sering sakit ISPA dan bronkopneumonia sejak kecil.
Pemeriksaan fisik
TEORI
FAKTA
Pneumonia :
Pada pemeriksaan fisik paru dapat ditemukan auskultasi terdengar suara nafas menurun dan fine crackles (ronki basah halus) pada daerah yang terkena, dull (redup) pada perkusi.
Gejala marasmus :
hilangnya lemak subkutan old man face
Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata tampak besar dan dalam.
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan turgornya sehingga menjadi kerut dan longgar atau keriput.
Tulang rusuk tampak lebih jelas.
Dinding abdomen dapat kembung/membuncit, cekung atau datar, dengan gambaran usus yang jelas.
Diare atau konstipasi
Kadang-kadang tampak rambut yang kering,tipis, mudah rontok
Baggy pant
RR : 52x/m, T : 38
retraksi (+) suprasternal dan subcostal
Ronki (+/+)
Atrofi otot dan otot-otot lemah
Tangan dn kaki terlihat seperti kulit dengan tulang
Kulit menjadi keriput
Tulang rusuk tampak lebih jelas
Dinding abdomen tampak datar
Diagnosis
TEORI
FAKTA
diagnosis marasmus :
BB/TB < -3 SD atau <70% dari median
tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, tanpa adanya edema.
Albumin dalam batas normal
Pada gizi buruk dapat ditemukan hipoglikemia
Growth and development delay
Status gizi : BB/TB < -3 SD atau <70%
Sangat kurus, tidak ada edema
Albumin : 4,2
GDS : 104
Pasien tidak mengalami perkembangan sesuai usianya.
Penatalaksanaan
TEORI
FAKTA
Terapi bronkopneumonia :
terapi supportif : O2
terapi simptomatis : paracetamol, anti mukolitik/ekspektoran
terapi kausatif : antibiotik jika disebabkan oleh bakteri sesuai kelompok umur
10 tatalaksana gizi buruk
O2 nasal kanula 1 L/m
IVFD D5 ¼ NS 9 tpm
Amoxicilin 3 x 200 mg IV
Paracetamol 3 x ¾ cth
CTM 0,6 mg, DMP 3,5 mg, efedrin 3,5mg, GG 25mg (puyer 3x1)
Terapi gizi:
Diet 975 kalori
Nasi 3 x 175 mg/hari
F100 8 x 100 kalori
Vitamin A 200.000 IU
Asam folat 2 mg/hari
Zink 2 mg/kgbb/hari
LAMPIRAN
Weight for Length
Weight for Age
Length for Age
BMI for Age
HC for Age
MUAC for Age
DAFTAR PUSTAKA
IDAI 2011. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta
Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1. Ed 15. alih bahasa A Samik Wahab. Jakarta. EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta.; 360-66.
WHO. 2008. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta. Depkes RI.
WHO. 2006. Child Growth Standards: Methods and development. Geneva: World Health Organization.
Rusmil, K. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI.
50
51