Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004:7) dalam bukunya yang berjudul Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004): Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. 2.1.1 Drainase Perkotaan Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan (Hasmar, 2002): Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi: Permukiman, Kawasan industri dan perdagangan, Kampus dan sekolah, Rumah sakit dan fasilitas umum, Lapangan olahraga, Lapangan parkir, Instalasi militer, listrik, telekomunikasi, dan Pelabuhan udara. 2.1.2 Sistem Drainase Perkotaan Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002): Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah. 2.1.3 Sarana Drainase Perkotaan Sarana penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah (Hasmar, 2002): Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Berdasarkan masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut: Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen). Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota. Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah : Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat. 2.1.4 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu: Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. 2.2 Jenis Drainase Drainase memiliki banyak jenis dan jenis drainase tersebut dilihat dari berbagai aspek. Adapun jenis-jenis saluran drainase dapat dibedakan sebagai berikut (Hasmar, 2012:3): Menurut sejarah terbentuknya Drainase menurut sejarahnya terbentuk dalam berbagai cara, berikut ini cara terbentuknya drainase: Drainase alamiah (natural drainage) Drainase alamiah yakni drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan- bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Gambar 2.1 Drainase Alamiah Pada Saluran Air Drainase buatan (artificial drainage) Drainase ini dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukanbangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong- gorong, pipa-pipa dan sebagainya. Gambar 2.2 Drainase Buatan Menurut letak saluran Saluran drainase menurut letak bangunannya terbagi dalam beberapa bentuk, berikut ini bentuk drainase menurut letak bangunannya: Drainase permukaan tanah (surface drainage) Drainase permukaan tanah yakni saluran yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow. Drainase bawah permukaan tanah (sub surface drainage) Saluran ini bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa) karena alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain. Menurut fungsi drainase Drainase berfungsi mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, berikut ini jenis drainase menurut fungsinya: Single purpose Single purpose yakni saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain. Multi purpose Multi purpose yakni saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian, misalnya mengalirkan air buangan rumah tangga dan air hujan secara bersamaan. Menurut konstruksi Dalam merancang sebuah drainase terlebih dahulu harus tahu jenis kontruksi apa drainase dibuat, berikut ini drainase menurut konstruksi: Saluran terbuka Saluran terbuka yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya terbuka dan berhubungan dengan udara luar. Saluran ini lebih sesuai untuk drainase hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupaun drainase non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan. Saluran tertutup Saluran tertutup yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya tertutup dan saluran ini tidak berhubungan dengan udara luar. Saluran ini sering digunakan untuk aliran air kotor atau untuk saluran yang terletak di tengah kota. 2.3 Pola Jaringan Drainase Jaringan drainase memiliki beberapa pola, yaitu (Hasmar, 2012:5): Siku Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota. Gambar 2.3 Pola Jaringan Drainase Pararel Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. Gambar 2.4 Pola Jaringan Drainase Pararel Grid Iron Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan. Gambar 2.5 Pola Jaringan Drainase Grid Iron Alamiah Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar. Gambar 2.6 Pola Jaringan Drainase Alamiah Radial Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah. Gambar 2.7 Pola Jaringan Drainase Radial Jaring-jaring Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. Gambar 2.8 Pola Jaringan-Jaring-Jaring 2.4 Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air di alam ini, yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan- perubahannya antara lain keadaan zat cair, padat dan gas dalam atmosfer di atas dan di bawah permukaan tanah, di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di bumi. Tanpa kita sadari bahwa sebagian besar perencanaan bangunan sipil memerlukan analisis hidrologi. Analisis hidrologi tidak hanya diperlukan dalam perencanaan berbagai bangunan air, seperti bendungan, bangunan pengendali banjir, dan bangunan irigasi, tetapi juga diperlukan untuk bangunan jalan raya, lapangan terbang, dan bangunan lainnya. (Soemarto,1987). 2.4.1 Siklus hidrologi Dalam perencanaan suatu bangunan air yang berfungsi untuk pengendalian penggunaan air antara lain yang mengatur aliran sungai, pembuatan waduk-waduk dan saluran-saluran yang sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku siklus yang disebut dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah proses yang diawali oleh evaporasi/penguapan kemudian terjadinya kondensasi dari awan hasil evaporasi. Awan terus terproses, sehingga terjadi salju atau hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Pada muka tanah air hujan ada yang mengalir di permukaan tanah, sebagai air run off atau aliran permukaan dan sebagian (infiltrasi) meresap kedalam lapisan tanah. Besarnya run off dan infiltrasi tergantung pada parameter tanah atau jenis tanah dengan pengujian tanah di laboratorium. Air run off mengalir di permukaan muka tanah kemudian kepermukaan air di laut, danau, sungai. Air infiltrasi meresap kedalam lapisan tanah, akan menambah tinggi muka air tanah didalam lapisan tanah, kemudian juga merembes didalam tanah kearah muka air terendah, akhirnya juga kemungkinan sampai dilaut, danau, sungai. Kemudian terjadi lagi proses penguapan. (Hasmar,2012:9). Gambar 2.9 Siklus Hidrologi 2.4.2 Analisis hidrologi Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis hidrologi. Sebelum informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi diketahui, hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk menetapkan berbagai sifat dan besaran hidrauliknya. Demikian juga pada dasarnya bangunan- bangunan tersebut harus dirancang berdasarkan suatu standar perancangan yang benar sehingga diharapkan akan dapat menghasilkan rancangan yang memuaskan. 2.4.3 Analisis frekuensi curah hujan Analisis frekuensi atau distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi ratarata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (kecondongan atau kemiringan). Tabel 2.1 Parameter Statistik Sumber: Suripin, 2004 Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi. Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Berdasarkan ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi: Distribusi Normal Distribusi Log Normal Distribusi Log Person III Distribusi Gumbel Berikut ini empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi: Distribusi Normal Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai berikut: …………........................................................................... (2.1) Keterangan: ……………………………………………………..………. (2.2) Keterangan: = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan, X = Nilai rata-rata hitung variat, S = Deviasi standar nilai variat, = Faktor frekuensi Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi (KT) umumya sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (Variable reduced Gauss), seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss Sumber: Suripin, 2004 Distribusi Log Normal Dalam distribusi log normal data X diubah kedalam bentuk logaritmik Y = log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti Distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan curah hujan rencana menggunakan persamaan berikut ini: = + S ………………………………………….………………… (2.3) = ……………………………………………………….……… (2.4) Keterangan: = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun = Nilai rata-rata hitung variat S = Deviasi standar nilai variat = faktor frekuensi Distribusi Gumbel Faktor frekuensi untuk distribusi ini dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut: Besarnya curah hujan rata-rata = …………………………………………………...……. (2.5) Standar Deviasi Sd = …………………………………..……….. (2.6) Curah Hujan untuk Periode Ulang t-Tahun = + Sd ………………………..………………………….. (2.7) Keterangan: = Besarnya curah hujan untuk t-tahun (mm) = Besarnya curah hujan rata-rata untuk t-tahun (mm) = Reduce mean deviasi berdasarkan sampel n = Reduce standar deviasi berdasarkan sampel n n = Jumlah tahun yang ditinjau Sd = Standar deviasi (mm) = Curah hujan rata-rata (mm) = Curah hujan maksimum (mm) Harga Yn berdasarkan banyaknya sampel n dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini: Tabel 2.3 Hubungan reduce mean (Yn) dengan banyaknya sampel (n) Sumber: Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/Prt/M/2014 Hubungan periode ulang untuk t tahun dengan curah hujan rata - rata dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Periode Ulang untuk t-tahun Tabel 2.5 Hubungan Reduce Standar Deviasi (σn) dengan Banyaknya Sampel (n) Sumber: Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/Prt/M/2014 Distribusi Log Person III Distribusi Log Pearson Tipe III banyak dugunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim. Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil dari transformasi dari distribusi Pearson tipe III dengan mengganti varian menjadi nilai logaritma. Data hujan harian maksimum tahunan sebanyak n tahun diubah dalam bentuk logaritma. Langkah-langkah dalam perhitungan curah hujan rencana berdasarkan perhitungan Log Pearson Type III sebagai berikut (Soemarto, 1999). Rata-rata Logaritma Log = …………………….………………………….. (2.8) Simpangan Baku Sd = ………..………………………….. (2.9) Koefisien Kemencengan G = ………………………………….……………. (2.10) Logaritma Curah Hujan Rencana dengan Periode Ulang Tertentu Log = Log + K Sd ……………………………………………. (2.11) Keterangan: Log X = Rata-rata logaritma data N = Banyaknya tahun pengamatan Sd = Standar deviasi G = Koefisien kemencengan K = Variabel standar ( standardized variable) untuk X yang besarnya .tergantung koefisien kemiringan G (Tabel 2.4) Besarnya harga K berdasarkan nilai G dan tingkat probabilitasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Distribusi Log Pearson III untuk Koefisien Kemencengan G Sumber: Suripin, 2004 2.4.4 Uji Kecocokan Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi perwakilan tersebut (Suripin, 2004:57). Ada dua parameter yang sering digunakan adalah: Uji Chi-Kuadrat Rumus yang digunakan dalam perhitungan dengan Metode Uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut (Kamiana, 2011: 36): - …………………………………..………………….. (2.12) Keterangan: = Parameter chi-kuadrat terhitung n = Jumlah sub-kelompok = Jumlah nilai pengamatan pada sub-kelompok ke f = Jumlah nilai teoritis pada sub-kelompok ke f Uji Smirnov-Kolmogorov Pengujian distribusi probabilitas dengan metode Smirnov-Kolmogorov dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengurutkan data (Xi) dari yang besar ke kecil atau sebaliknya Menentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut dengan menggunakan rumus. Menentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah diurut berdasarkan persamaan distribusi probabilitas yang dipilih. Menghitung selisih (Do) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data yang sudah diurut. 2.5 Pemodelan Hidrologi Dalam Tugas Besar ini debit banjir dihitung menggunakan software EPA SWMM 5.0. Konsep simulasi EPA SWMM ini menggunakan Hidrograf satuan. EPA SWMM (Storm Water Management Model) versi 5.0. EPA SWMM adalah model simulasi limpasan (run off) curah hujan yang periodic yang digunakan untuk mensimulasikan kejadian tunggal atau terus-menerusdengan kuantitas dan kualitas limpasan dari wilayah yang ditinjau. Komponen limpasan SWMM dioperasikan dengan menjumlahkan luas daerah tangkapan (subcatchment) yang menerima hujan total dan membangkitkannya dalam bentuk limpasan (runoff) dan beban polusi. Aliran limpasan di SWMM dapat ditelusuri melalui sistem pipa, saluran terbuka, kolam tampungan dan pompa. SWMM merupakan kuantitas dan kualitaslimpasan yang dibangkitkan pada masing-masing daerah tangkapan dan rata-rata aliran, kedalaman aliran dan kualitas air masing-masing pipa dan saluran terbuka waktu simulasi dimasukkan dalam penambahan waktu (Roissman, 2005). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Rain Gage Rain gage digunakan sebagai penyuplai data presipitasi untuk semua subctchment dalam satu wilayah penelitian. Data yang diperlukan adalah data curah hujan baik itu berupa data curah hujan harian, waktu interval (5 menitan maupun jamjaman) dan intensitas. Pada objek rain gage parameter yang diinput adalah: Rain format adalah data hujan yang di input berupa intensitas atau kumulatif. Rain interval adalah interval waktu pengamatan antara pembacaan gage. Data source adalah sumber data hujan dapat berupa time series. Subcatchment Subcatchment merupakan daerah (luasan area) yang mempengaruhi sistem drainase disekitarnya. Pada objek subcatchment parameter yang diinput adalah: Rain gage adalah nama rain gage yang berkaitan dengan subcatchment. Outlet adalah nama node yang menerima runoff subcatchment. Area adalah luas subcatchment. Width adalah panjang pengaliran % Slope adalah persentase kemiringan subcatchment. % Imperv adalah persentase area tanah yang impervious. N-Imperv adalah nilai n manning untuk aliran permukaan di daerah impervious. N-Perv adalah nilai n manning untuk aliran permukaan di daerah pervious % Zero imperv adalah persentase dari impervious area tanpa depression storage. Infiltration : pilihan untuk metode perhitungan infiltrasi dan parameternya Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk memperhitungkan harga infiltrasi dalam simulasi menggunakan metode SCS_Curve Number. Metode ini mangamsusikan bahwa infiltrasi tanah yang terjadi didapatkan melalui pemilihan jenis tata guna lahan dan di publikasikan oleh USDA Natural Resources Conservation Service dalam bentuk Tabel 2.7. Q = ……………………………………………….……………… (2.12) Keterangan: Q = Debit limpasan P = Curah hujan I = Infiltrasi tanah S = Kadar air maksimum tanah Tabel 2.7 Harga Infiltrasi dari Berbagai Jenis Tanah Sumber: SWMM User’s Manual Book Conduit Conduit adalah pipa atau saluran yang menghubungkan satu node ke node lain. Pada objek conduit parameter yang diinput adalah: Inlet node adalah nama node yang terletak pada inlet saluran. Outlet node adalah nama node yang terletak pada outlet saluran. Shape adalah bentuk geometri penampang melintang saluran. Max depth adalah kedalaman maksimum melintang saluran. Length adalah panjang saluran. Roughness adalah koefisien kekasaran manning. Inlet offset adalah kedalaman atau elevasi invert saluran diatas node invert pada daerah hulu (upstream) saluran. Outlet offset adalah kedalaman saluran diatas node invert pada daerah hilir. Debit yang masuk ke dalam saluran dihitung dengan menambahkan debit dari lahan (Qoi) dengan debit dari hulu saluran (Qgi). = + ………………………………...………………….. (2.13) Junction Junction merupakan saluran penghubung antara saluran satu dengan saluran lain. Selain itu, junction yang mewakili pertemuan saluran permukaan alam, lubang got dari sistem pembuangan. Pada objek junction node parameter yang diinput adalah: Invert elevation adalah elevasi invert dari junction. Max depth adalah kedalaman junction maksimum (misalnya dari permukaan tanah ke invert ). Initial depth adalah kedalaman air di junction pada awal simulasi. Surcharge depth adalah kedalaman tambahan yang melebihi kedalaman maksimum yang diijinkan sebelum junction meluap. Outfalls Outfalls merupakan titik pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan sebagai batas hilir berupa akhir sistem drainase ataupuan sungai. Pada objek outfall node parameter yang diinput adalah: Invert elevation adalah elevasi invert dari outfall. Tide gate merupakan parameter optional , yes (ada tide gate) dan no (tidak ada tide gate). Fixed stage adalah elevasi muka air untuk tipe outfall yang tetap.