Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
ARTIKEL PEMBELAJARAN FOLKLOR HASIL BACAAN JURNAL TENTANG FOLKLOR GOA MENGANTI DI KEBUMEN DAN DONGENG HUMOR ISLAMI DI PESANTREN BANTEN Resume ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Folklor Dosen Pengampu Sahlan Mujtaba, S.S., M. Hum. Oleh Dwi Septiyani R. 1510631080040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2017 Folklor Goa Menganti, Kebumen dan Dongeng Humor Islami, Banten Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folk dan lore atau folklore. Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2) mengatakan, kata folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sedangkan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara lisan dan turun-menurun atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Selanjutnya Taylor (Danandjaja, 2003: 31) mengatakan, folklor adalah bahan-bahan yang diwariskan dari tradisi melalui kata-kata dari mulut-kemulut maupun dari praktek adat istiadat. Sedangkan Charles Winick (1961: 217) dalam Dictionary of Anthropology mendefinisikan kata folklor sebagai “the common orally transmitted traditions, myths, festival, songs, superstition, and of all peoples, folklore has come to mean all kind of oral artistic expression. It may be found in societies. Originally folklore was the study of the curiousities”. Lalu menurut KBBI edisi keempat (2008: 395), kata folklor adalah adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turunmenurun, tetapi tidak dibukukan seperti folklor bukan lisan adalah folklor yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan tidak dalam bentuk lisan berupa arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tradisional, obatobatan tradisional, makanan dan minuman tradisional, bunyi isyarat, dan musik tradisional., folklor lisan adalah folklor yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk lisan berupa bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat). Sedikit berbeda dengan Brunvand (Danandjaja, 1986: 21), Folklor dibagi menjadi tiga yaitu folklor lisan (verbal folklore) adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan berupa bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan., ungkapan tradisonal seperti bahasa, pepatah, dan pemeo., pertanyaan tradisional seperti tekateki., puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair., cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng., dan nyanyian rakyat. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan berupa kepercayaan rakyat seperti takhayul, dan folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan walau cara pembuatannya diajarkan secara lisan yakni yang material dan bukan material. Folklor yang tergolong material berupa arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dsb.), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional, sedangkan folklor yang tergolong bukan material berupa gerak isyarat tradisional, bunyi adat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di Jawa, dsb.), dan musik rakyat. Hingga dapat disimpulkan bahwa arti kata folklor adalah segala jenis ekspresi seni seperti tradisi atau adat-istiadat, mitos, festival, lagu, takhayul, dan cerita rakyat yang diwariskan secara lisan dan turun-menurun melalui contoh yang disertai dengan gerak isyarat tertentu. Dalam penelitian folklor, biasanya menggunakan metode kualitatif. Sugiyono (2017: 7-9) mengatakan metode penelitian kualitatif sering disebut juga sebagai metode artistik, karena penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan/atau metode penelitian kualitatif ini sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Dalam metode penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang (human instrument) dan pengumpulan datanya bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan atau simultan, analisis datanya pun bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Setelah kita mengetahui apa arti kata folklor dan metode kualitatif. Selanjutnya kita akan membahas tentang contoh folklor itu sendiri. Pertama yaitu folklor Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Asal mula dari folklor ini adalah ditemukannya tempat pertemuan makhluk halus di pantai selatan khususnya Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, dan para pengikutnya oleh salah satu walisongo yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi. Syekh Maulana Maghribi adalah orang yang dihormati karena jasa besarnya yaitu menyebarkan ajaran Islam sekaligus melakukan nyepi di Goa Menganti yang dijadikan contoh dan ditiru oleh peziarah yang datang ke Goa Menganti untuk memperoleh berkah, dan keinginannya dapat segera terwujud. Adapun unsur-unsur mitos yang terkandung adalah, Goa Menganti memiliki kekuatan gaib berupa air di mulutnya yang dapat membuat awet muda dan bisikan-bisikan atau benda yang didapatkan peziarah sewaktu melalukan ritual nyepi. Berikut adalah sesaji dan makna simbolik yang terkandung didalamnya yaitu kembang telon yang berarti berbakti kepada orangtua dan Tuhan, rokok biasa dan rokok plenik yang berarti melambangkan jati diri orang Jawa, galong lempung berarti melambangkan bahwa manusia tidak boleh sombong dan berwatak seperti batu, minyak duyung berarti melambangkan kebaikan yang akan selalu dikenang, teh berarti melambangkan manusia di hari tua bermanfaat untuk orang lain, parem gading berarti melambangkan keheningan dalam berdoa, gula batu berarti melambangkan pergaulan yang baik, gedang raja berarti melambangkan kemuliaan raja, gedang ambon berarti melambangkan manusia lahir tidak membawa apa-apa, degan ijo berarti melambangkan kebersihan hati dalam berdoa, dan kemenyan berarti melambangkan penyampaian doa kepada Tuhan. Goa Menganti pun memberi jaminan keberkahan pada peziarahnya berupa kekayaan, pangkat, jodoh, dll. yang harus ia bayar dengan melakukan slametan setelah keberkahan itu terwujud., dan Goa Menganti dianggap sebagai pemberlakuan agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi dan yang melanggarnya akan mendapatkan musibah seperti larangan peziarah wanita untuk memakai pakaian berwarna hijau. Selanjutnya yang kedua atau yang terakhir adalah folklor Dongeng Humor Islami di Pesantren Banten. Berbeda dengan hal mistis di Goa Menganti di atas. Kali ini kita akan membahas folklor bercampur Islami yang tersebar di Pesantren Provinsi Banten. Folklor yang ada di Pesantren Provinsi Banten ini memiliki beberapa jenis dongeng humor Islami yaitu dongeng humor tentang kyai dan santri, dongeng humor tentang jawara, dongeng humor tentang guru dan murid, dongeng humor tentang orang kampung, dongeng humor tentang orang kaya yang kikir, dongeng humor tentang seks, dongeng humor tentang problematika suami istri, dongeng humor tentang orangtua dan anak, dongeng humor tentang neneknenek, dongeng humor tentang sifat hasad (iri dengki), ambisius, serakah, dan sombong., dongeng humor tentang orang bodoh yang sok pintar, dongeng humor tentang orang yang suka berbuat dosa dan siksa neraka, dan dongeng humor tentang orang yang suka menipu. Dongeng humor Islami yang tersebar di Pesantren Provinsi Banten ini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai bentuk nasehat yang mengandung nilai moral dan ajaran agama, sebagai kritik sosial yang dapat ditujukan kepada siapapun seperti kepada orang yang kikir, jawara yang sombong, kyai yang serakah dan mencintai duniawi, dsb., dan sebagai kontrol sikap dan perilaku. Dari beberapa folklor di atas, dapat kita simpulkan bahwa setiap daerah di Nusantara memiliki folklornya masing-masing. Tentu pada dasarnya setiap manusia pun dipenuhi dengan berbagai problematika hidupnya masing-masing. Ada manusia yang menikmati kehidupannya dan ada juga manusia yang merasa kesulitan akan kehidupannya. Apapun masalahnya, kita masih mempunyai Tuhan YME yang dapat memberi kita dorongan dalam menjalani kehidupan tanpa harus meminta pertolongan pada yang lainnya. Adapun cara lain untuk kita dapat menikmati kehidupan, salah satunya adalah dengan mendengarkan cerita atau dongeng humor, terutama dongeng humor Islami agar kita tidak hanya terhibur, namun kita juga dapat mengambil hikmah dari banyaknya dongeng humor Islami tersebut.