Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
LAPORAN PENELITIAN EVALUASI TENTANG PERILAKU BUDAYA BERSIH DAN SEHAT SISWA SMP NEGERI 1 CAWAS DI LINGKUNGAN SEKOLAH MATA KULIAH PRAKTIK EVALUASI PROGRAM Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Dra. Trie Hartiti Retnowati M.Pd. OLEH: NAMA NIM : WADIYONO : 16701251021 PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH NEGERI YOGYAKARTA 2017 i ABSTRAK Evaluasi tentang perilaku budaya bersih dan sehat ( PHBS ) siswa SMP Negeri 1 Cawas di lingkungan sekolah Oleh: Wadiyono Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah yang sesuai dengan moral bangsa serta bagaimana sebaiknya menurut siswa perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah dilaksanakan sesuai dengan moral bangsa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengidentifikasikan dan mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah yang sesuai dengan kehidupan sekolah khususnya SMP Negeri 1 Cawas, dan responden penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Cawas dengan teknik random sampling 15% dari jumlah populasi sebanyak + 160 orang siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan angket modifikasi tertutup dan terbuka dan divalidasi secara construct validity, serta analisis datanya dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa pendapat siswa SMP Negeri 1 Cawas tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah merupakan perilaku yang baik di lingkungan sekolah sesuai kebiasaan hidup masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Perilaku yang baik di sekolah ini menurut siswa, akan berjalan dengan baik apabila ada peraturan dan tata tertib yang yang jelas yang mengaturnya serta penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya. Menurut siswa perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah harus diatur dalam peraturan sekolah yang telah disepakati oleh siswa dengan tidak memberatkan siswa, dengan pelaksanaan yang bersifat wajib,melalui proses penyadaran yang berlangsung secara bertahap dan terus menerus. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga dapat tersusunlah laporan penelitian ini dengan baik. Kami menyadari laporan penelitian ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari berbagai pihak takkan mungkin terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnyalah jika pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Hartoyo,S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Cawas yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian kecil ini; 2. Rekan-rekan bapak dan ibu Guru SMP Negeri 1 Cawas yang telah mengijinkan peneliti menyebarluaskan angket penelitian ini kepada para siswanya; 3. Para siswa SMP Negeri 1 Cawas sebagai responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian ini; 4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Tiada gading yang tak retak, dan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya. Cawas, 21 November 2017 Wadiyono,S.Pd iii DATAR ISI Halaman Judul ........................................................................................... Abstrak ....................................................................................................... Kata Pengantar ........................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................... i ii iii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ......................................................................... D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 1 3 4 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendapat ........................................................................................ B. Perilaku .......................................................................................... C. Budaya bersih dan sehat di Sekolah .............................................. 5 5 9 BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. Jenis Penelitian ............................................................................ Populasi ........................................................................................ Teknik Sampling .......................................................................... Instrumen Penelitian .................................................................... Validasi Penelitian ...................................................................... Analisis Data ............................................................................... 12 12 12 12 13 13 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................ B. Pembahasan ................................................................................ 14 17 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ........................................................................................... 19 19 DATAR PUSTAKA .................................................................................... 21 iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika berjalan-jalan di sekitar jalan dan melihat tumpukan sampah yang di buang oleh orang2 yang tak bertanggung jawab,maka terbersit sekilas dalam pikiran saya,bagaimana orang-orang tersebut membuang sampah yang bukan pada tempatnya. Apa tujuan dan pikiran mereka. Apakah mereka tidak berfikir kalau sampah-sampah itu menimbukan berbagai macam efek dan akibat? Mulai dari bau busuk yang menyengat,mengganggu keindahan sampai pada sebagai tempat tumbuhnya berbagai macam bibit penyakit dan yang paling mengerikan adalah terjadinya banjir. Masalah sampah memang bukan masalah yang baru. Tetapi perlu adanya antisipasi dan pemahaman yang benar tentang efek dan akibat yang ditimbukan dari perilaku membuang sampah yang tidak pada tempatnya. Perlu beberapa tahun untuk bisa menyadarkan tentang akibat dari perilaku membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu masalah-masalah semacam itu mulai dipikirkan dan di sosialisasikan khususnya kepada generasi muda bangsa supaya berperilaku yang bersih dan sehat. Sekolah merupakan Lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah dibawah naungan Kemendikbud. Sebenarnya sekolah merupakan sebuah lembaga yang oleh pemerintah digunakan sebagai wahana meningkatakan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) atau untuk mencetak manusia yang sehat dan cerdas. Manusia yang memahami betul dampak dari perilaku-perilaku yang tidak bersih dan sehat. Akhir-akhir ini banyak isu-isu yang berkembang mengenai perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah terkait dengan persoalan kebersihan, dan perilaku 1 hidup sehat di lingkungan sekolah. Kebiasaan membuang sampah sembarangan,kurang memperhatikan kebersihan sekitar baik di lingkup kelas dan lingkup sekolah serta kurangnya merawat dan menjaga fasilitas umum, seperti toilet sekolah. Isu kepedulian terhadap lingkungan tersebut telah menjadi sorotan banyak pihak terutama para pimpinan sekolah khususnya guru dan pimpinan Sekolah Negeri Yogyakarta (SMP Negeri 1 Cawas. Bahkan isu yang berkembang telah menyangkut pihak luar yang ikut berkomentar menanggapai perilaku siswa yang kurang menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Isu-isu tersebut telah menjadi keprihatinan semua pihak baik dari keluarga ,masyarakat dan sekolah yang merupakan tempat yang utama dan pertama bagi siswa untuk memahami tentang pentingnya hidup bersih dan sehat. Perilaku yang tidak peduli lingkungan,tidak peduli kesehatan dan tidak peduli kebersihan,jika tidak segera ditangani akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar sehingga akan bisa berpengaruh buruk bagi kelestarian lingkungan alam dan kesehatan dari manusianya itu sendiri. Oleh karena itu sebagai komunitas pendidikan, sekolah harus menjadi contoh tauladan yang pertama dan utama selain keluarga untuk membentuk perilaku peduli lingkungan,peduli kebersihan dan peduli kesehatan, serta sebagai pelopor penjaga perilaku budaya bersih dan sehat bangsa Indonesia untuk masa selanjutnya. Secara keseluruhan, kebersihan dan keasrian sekolah adalah tanggung jawab bersama dari setiap warga sekolah. Selain guru dan siswa, pemeliharaan dan perwujudan lingkungan sekolah yang bersih sehat dan asri tidak lepas dari peran orang tua, swasta lembaga swadaya masyarakat mapupun pemerintah. Kondisi demikian akan melahirkan siswa yang cerdas, bermutu, berwawasan lingkungan serta mampu 2 menerapkan sikap cinta dan peduli lingkungannya di lingkungan sekolah maupun masyarakan Tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah, SMP Negeri 1 Cawas telah mengeluarkan sebuah peraturan tentang Perilaku budaya bersih dan sehat di Sekolah. Peraturan ini tertuang dalam tata tertib sekolah yang memuat segala hal tentang perilaku budaya siswa di sekolah, salah satu diantaranya adalah perilaku budaya bersih dan sehat . Peraturan yang tertuang dalam tata tertib sekolah ini merupakan peraturan yang sudah disepakati bersama antara para guru dan Kepala sekolah SMP Negeri 1 Cawas. Bahkan dalam tata tertib tersebut telah disepakati pula pencantuman sanksi bagi yang melanggar tata tertib sekolah, sesuai dengan yang dikriteriakan bersama. Siswa sebagai generasi muda harus memiliki pemahaman yang benar tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan dalam kehidupannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah ? b. Bagaimana sebaiknya menurut siswa perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah dilaksanakan dengan baik ? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 3 a. Mengetahui pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah. b. Mengetahui bagaimana sebaiknya menurut siswa perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai bahan pengambilan kebijakan pimpinan SMP Negeri 1 Cawas untuk melakukan evaluasi terhadap perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah yang tepat. b. Sebagai bahan kajian pembentukan karakter bangsa yang peduli lingkungan dan hidup sehat. 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendapat Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pendapat adalah (1) pikiran, anggapan, (2) buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal (seperti orang, peristiwa).(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Dengan demikian yang dimaksud pendapat siswa adalah (1) pikiran, anggapan siswa, (2) buah pikiran atau perkiraan tentang sesuatu hal dari siswa. Jadi pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah adalah pikiran, anggapan siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah atau buah pikiran atau perkiraan dari siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah. B. Perilaku Perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja, dan sebagainya ( Chaplin, 2006 ). Menurut Wordworth and Marquis (1971) perilaku merupakan keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkondisian. Menurut Branca dalam Herri (2010), perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiaan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berhubungan. Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu. Bimo Walgito (1990) mengatakan bahwa perilaku adalah akibat interelasi stimulus eksternal dengan internal yang akan memberikan respon-respon eksternal. Stimulus internal merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan 5 fisiologis atau psikologis seseorang. Misalnya, ketika kita lapar maka reaksi kita adalah mencari makanan. Sedangkan stimulus eksternal merupakan segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri (lingkungan). Misalnya, ketika melihat roti maka timbul keinginan untuk makan, meskipun reaksi dari tubuh kita tidak menunjukkan rasa lapar. Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku terhadap rangsangan dari luar dapat dikelompokkan menjadi dua: 1. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior” atau “covert behavior” apabila respon tersebut terjadi dalam diri sendiri dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude). 2. Perilaku Terbuka (overt behaviour), apabila respon tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktik (practice) yang diamati orang lain dari luar atau“observabel behavior”. Perilaku muncul sebagai akibat dari: a. Hubungan timbal balik antara stimulus dan respon yang lebih dikenal dengan rangsangan tanggapan. Hubungan stimulus dan respon akan membentuk pola-pola perilaku baru. 6 b. Hubungan stimulus dan respon merupakan suatu mekanisme dari proses belajar dari lingkungan luar. Ganjaran (reward) akan memberikan penguatan kepada respon atau tetap untuk mempertahankan respon. Adanya hukuman (punishment) melemahkan respon atau mengalihkan respon ke bentuk respon lainnya. Perubahan perilaku akibat perubahan dari ganjaran atau hukuman (Herri, 2010). Menurut Soekidjo Notoatmojo (2007), perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Pendapat di atas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Perilaku pasif atau respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit. 2. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung (melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat serupa. Menurut Suryani (2003) yang dikutip dari Fitriani (2011), perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia pada hakekatnya tindakan manusia itu sendiri yang 7 bertentangan sangat luas dari mulai berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja dan sebagainya. Skinner (1938) membedakan respon menjadi dua, yaitu: 1. Respondent Respon atau reflexive Merupakan respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Bisa juga disebut dengan eliciting stimulation atau stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti: makanan lezat merangsang makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup menarik bila jari terkena api, juga cakupan emosional seperti menangis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia. 2. Operant respon atau instrumental respon Yaitu respon yang timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu. Perangsang ini disebut dengan reinforce artinya penguat. Seperti karyawan yang telah bekerja dengan baik diberikan reward (penghargaan) atau hadiah dengan harapan bisa lebih meningkatkan kinerjanya lagi (Fitriani, 2011). Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning (respon perilaku yang diciptakan karena adanya kondisi tertentu) menurut Skinner adalah sebagai berikut: a. Melakukan identifikasi terhadap hal – hal yang merupakan penguat berupa reward atau hadiah bagi perilaku yang akan dibentuk. b. Melakukan analsis untuk mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. 1. Menggunakan secara urut komponen sebagai satu tujuan sementara. 8 2. Melakukan pembentukan perilaku dengan urutan komponen tersebut (Fitriani, 2011). C. Budaya bersih dan sehat di Sekolah Bersih dan sehat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila kita ingin bersih maka akan menjadi sehat. Apabila kita ingin sehat maka kita harus bersih terlebih dahulu. Karena kesehatan akan terwujud dari kebersihan. Motto “kebersihan adalah pangkal kesehatan” tak akan pernah lekang karena panas. Hidup bersih dan sehat adalah dambaan setiap manusia. Karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Sebagai contoh, apabila kita tidak bersih dalam merawat tubuh kita maka kesehatan kita akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit. Pola hidup bersih adalah suatu kegiatan yang biasa dilakukan untuk mewujudkan suatu nilai kebersihan pada diri. Hal ini menyangkut tingkat kesadaran tiap individu akan kebersihan. Apabila seorang individu telah sadar akan pentingnya suatu kebersihan, maka pola hidup bersih akan ia terapkan. Sebaliknya, apabila tingkat kesadaran akan kebersihan seorang individu rendah, maka pola hidup bersih akan jauh dari dirinya. Sama halnya dengan pola hidup sehat, pola hidup sehat adalah suatu kegiatan yang biasa dilakukan untuk mewujudkan suatu nilai kesehatan pada diri. Untuk mewujudkan suatu nilai kesehatan, harus berkaitan dengan kebersihan. Nilai pokok dari kesehatan adalah kebersihan. Sehat akan terwujud apabila kebersihan telah diterapkan. Contoh pola hidup bersih antara lain menjaga kebersihan diri sendiri, membersihkan lingkungan dengan baik baik di dalam keluarga,sekolah atau lingkungan tempat tinggal, dan buang air kecil dan besar pada tempatnya. Contoh pola hidup sehat 9 antara lain tidak merokok, sarapan pagi, makan buah dan sayur, cuci tangan, gosok gigi, dan rajin berolahraga. Namun, terkadang banyak orang yang lalai dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Tanpa disadari, penerapan pola hidup bersih dan sehat akan berdampak pada kelangsungan hidup kita. Seperti hal kecil saja yaitu menggosok gigi sebelum tidur, mencuci tangan dan kaki. Hal-hal seperti itu adalah perwujudan pola hidup bersih dan sehat yang lama telah kita tinggalkan. Oleh karena itu, setiap orang penting untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Penerapan pola hidup yang bersih dan sehat harus diajarkan sedini mungkin, sehingga akan terbiasa di kemudian hari.Hal itulah yang menjadikan sekolah sebagai sarana yang utama sebagai tempat belajar anak akan pentingya kebersihan dan kesehatan,selain ilmu tentunya. Penerapan pola hidup bersih dan sehat harus dimulai dari unit yang terkecil, yaitu dari dalam keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting untuk membentuk suatu individu. Keluarga adalah satuan yang harus terlibat dalam penerapan pola dan sikap seorang individu. Keluarga merupakan suatu wadah untuk memberikan kesadaran akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Penerapan yang harus dilakukan di dalam keluarga di antaranya adalah membersihkan diri dengan baik dalam arti mandi, mencuci tangan dengan sabun, membersihkan pakaian, buang air kecil dan buang air besar yang bersih dan teratur, olahraga yang teratur, pola makan yang baik, dll. Salah satu manfaatnya adalah, cuci tangan memakai sabun dapat menurunkan angka kejadian diare. Ini penting karena setiap tahun masih ada kejadian diare luar biasa atau muntaber yang menelan korban jiwa. Unicef melaporkan, setiap detik satu anak meninggal karena diare. Ini membuktikan bahwa memang sangat penting menerapkan pola hidup bersih dan sehat. 10 D. PHBS di lingkungan Sekolah PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, danmasyarakat lingkungan sekolah agara tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dengan segala aktifitasnya direncanakan dengansengaja disusun yang disenut kurikulum (Ahmadi, 2003). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/ sekolah meliputi (Depkes, 2008) : a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat d. Olahraga yang teratur dan terukur e. Memberantas jentik nyamuk f. Tidak merokok di sekolah g. Memimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan h. Membuang sampah pada tempatnya E. Sasaran PHBS di Tatanan Sekolah Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di tatanan sekolah adalah seluruh warga tatanan sekolah yang terbagi dalam : a. Sasaran primer 11 Sasaran utama dalam tatanan sekolah yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/ kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah) b. Sasaran sekunder Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait c. Sasaran tersier Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di isntitusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid. Menurut Tarigan (2004) yang dikutip Rahmawati (2015), sasaran PHBS pada usia sekolah (6-10 tahun) yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari b. Mandi pakai sabun c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihana lingkungan 12 2. Kebersihan rambut Menurut Potter dan Perri (2005) untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Memerhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnya dua kali seminggu b. Mencuci rambut dengan shampo/ bahan pencuci rambut lain c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri 3. Kebersihan gigi Menurut Irianto (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan b. Memakai sikat gigi sendiri c. Menghindari makanan yang merusak gigi d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi e. Memeriksakan gigi secara rutin 4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Menurut Potter dan Perri (2005), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan tangan, kaki, dan kuku yaitu : a. Mencuci tangan sebelum makan b. Memotong kuku secara teratur c. Kebersihan lingkungan 13 5. Kebiasaan olahraga Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolahraga. Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khusunya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmojo, 2007). 6. Kebiasaan Tidur yang cukup Tidur yang cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesheatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi, mengacu orang untuk meningkatkan kehidupannya di bidang sosial dan ekonomi, yang akhirnya mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya (Notoatmojo, 2010). Tubuh yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat sebab susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat merupakan kebutuhan yang pentin gyang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remangremang (tidak silau), serta kondisi tubuh yang nyaman seperti tungkai diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah (Irianto, 2007). 7. Gizi dan menu seimbang Keadaan gizi setiap individu adalah faktor yang sangat penting sebab zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang merupakan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dans erat sesuai dengan proporsi yang 14 memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari (Tarigan, 2004). F. Fasilitas Penunjang PHBS Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada praktek PHBS adalah fasilitas sanitasi yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, persentasi rumah yang memiliki yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63,5% (RPJPK, 2005 yang dikutip Adisasmito W., 2008). Fasilitas PHBS merupakan sarana yang dipergunakan sebagai pendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Fasilitas yang harus tersedia sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada murid sekolah adalah sebagai berikut (Depkes,2012) : 1. Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Penyediaan tempat cuci tangan di sekolah minimal satu tempat cuci tangan untuk dua kelas yang dilengkapi dengan :    Tersedianya air bersih yang mengalir Tersedianya sabun cair/ batang Tersedianya tisu / lap tangan 2. Kantin Sekolah Pengelolaan kantin dan makanan sehat harus memperhatikan beberapa aspek yang mengacu pada Keputusan Kementrian Kesehatan Nomor 1429/ Menkes/ SK/ XII/ 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah yaitu : a. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup 15 b. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa c. Tempat penyimpanan makanan harus bersih dan memenuhi persyaratan kesehatan d. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih yang mengalir atau dalam 2 wadah yang berbeda dan dengan menggunakan sabun e. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas pencemaran f. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya g. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai h. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan sebelum memasak dan dari toilet 3. Jamban  Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya.  Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, terpisah antara laki-laki dan perempuan. 4. Sarana atau tempat olahraga  Tersedianya tempat berolahraga dan bermain bagi murid sekolah. 16  Harus dalam keadaan bersih, tidak becek dan tidak membahayakan murid. 5. Pengendalian jentik nyamuk  Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati melalui indeks container di dalam lingkungan sekolah harus nol.  Tersedianya poster tentang 3 M (menguras, menutup dan mengubur) 6. Peraturan dilarang merokok  Tersedianya atau adanya ketentuan dilarang merokok berupa poster dan peraturan tertulis. 7. Alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan  Tersedianya alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan 8. Tempat sampah  Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan tutup  Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah  Peletakan tempat pembuangan/ pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m. G. Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah sangat diperlukan seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS. Indikator PHBS di sekolah akan memberikan indikasi keberhasilan atau pencapaian kegiatan PHBS di sekolah. Indikator yang dikembangkan meliputi indikator yang terkait dengan perilaku siswa di sekolah dan indikator yang 17 berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan kebijakan. Agar indikator PHBS memenuhi persyaratan tersebut, perlu dilakukan kajian dengan pemilihan responden atau informan masyarakat sekolah terutama siswa sekolah. Dengan diketahuinya perkembangan pelaksanaan PHBS di sekolah maka dapat dilakukan upaya promosi kesehatan lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah sekolah sehat di Indonesia (Ismoyowati, 2007). Beberapa indikator PHBS di sekolah (Depkes, 2011), meliputi : 1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah 2. Menggunakan jamban jika buang air kecil dan buang air besar ketika di sekolah 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Mengikuti kegiatan olahraga 5. Jajan di kantin sekolah 6. Memberantas jentik nyamuk 7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan 8. Tidak merokok di sekolah Oleh karenanya perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah dapat diartikan sebagai adat kebiasaan perilaku yang baik yang disepakati bersama dalam berinteraksi sosial di sekolah dan sebagai aktualisasi hak dan kewajiban moral dalam masyarakat yang beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai asas yang sesuai dengan ideologi bangsa yaitu Pancasila. 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dikarenakan hasil penelitian ini hanya mengidentifikasikan dan mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di lingkungan sekolah yang sesuai dengan kehidupan sekolah khususnya SMP Negeri 1 Cawas B. Model Evaluasi yang Digunakan Model evaluasi yang digunakan adalah Stake Countenance Model’s. Model ini menekankan dua hal pokok yaitu melakukan penggambaran (description) dan pertimbangan (judgments). Dua hal pokok ini diperoleh melalui tahapan evaluasi yaitu: (1) Tahap Pendahuluan (Antecedent) yaitu deskripsi program Jumat bersih yang meliputi kondisi siswa, kondisi guru, kondisi sarana dan prasarana pendukung, pemahaman guru terhadap kegiatan jumat bersih, perencanaan pembelajaran; (2) Tahap Proses (transaction) yaitu deskripsi implementasi kegiatan jumat bersih terkait persiapan pelaksanaan kegiatan jumat bersih meliputi persiapan siswa,Guru dan Proktor,teknisi dan sarana dan prasarana; (3) Tahap hasil (Outcomes) yaitu pengukuran terhadap hasil kegiatan jumat bersih mencakup efektifitas dan efisiensi program. Hasil observasi akan dibandingkan dengan standar pada kolom pertimbangan / judgments untuk mengetahui kesesuaiannya. Jika belum ada kesesuaian dengan standar yang ada, maka untuk selanjutnya diberikan suatu pertimbangan (judgments) terkait dengan program kegiatan jumat bersih. Pertimbangan dapat digunakan untuk membuat keputusan/kebijakan oleh pihak lain. Pemberian pertimbangan pada penelitian ini 19 dengan menggunakan standar yang ideal (absolute standard) yaitu standar/kriteria UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 tentang PHBS. Selanjutnya dilihat pula kemungkinan hubungan (contingency) antar tahapan. C. Tempat dan Waktu Evaluasi 1. Tempat : Tempat penelitian adalah 6 SMP yang melaksanakan Jumat bersih dengan memperhatikan peringkat dari dari masing-masing sekolah di Kabupaten Klaten,yaitu 2 sekolah dengan peringkat tinggi,2 sekolah dengan peringkat sedang dan 2 sekolah dengan peringkat rendah dari hasil Ujian Nasional tahun sebelumnya. 2. Waktu: bulan November 2017. D. Populasi dan Sampel Evaluasi Populasi dan sampel adalah siswa SMP Negeri 1 Cawas tahun pelajaran 2017/2018 yang melaksanakan jumat bersih dengan teknik purposif sampling dengan jumlah minimal 10% dari jumlah siswa di SMP Negeri 1 Cawas. Penentuan sampel siswa menggunakan teknik purposive sampling dengan dasar bahwa responden telah paham dalam pengisian angket yaitu sekolah pelaksana jumat bersih dengan memperhatikan tingkat kelas, serta memperhatikan kesiapan sarana dan prasarana pendukungnya yang ada di kelas . Hal ini didasarkan pada keterbatasan dana dan waktu penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik pengumpulan data 20 Teknik pengumpulan data menggunakan teknik non tes dengan menggunakan teknik angket, observasi, dan dokumentasi. a. Angket Teknik angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data terkait tahap input ( kondisi awal sebelum diterapkannya jumat bersih , pemahaman terhadap hidup bersih dan sehat ) dan tahap proses dan product ( pelaksanaan jumat bersih ). Angket yang digunakan berupa rating scale. Dengan rentang skala 1 - 4. Skala 1 untuk kategori sangat negatif / tidak pernah / jarang/sesuai rubrik yang telah dibuat. Skala 2 untuk kategori negatif / kadang / sesuai rubrik yang telah dibuat. Skala 3 untuk kategori positif / sering / sesuai rubrik yang telah dibuat. Skala 4 untuk kategori sangat positif / selalu / sesuai rubrik yang telah dibuat. b. Observasi Observasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan dengan memperhatikan aktivitas di dalamnya. Observasi dilakukan terhadap tahap awal yaitu observasi kesiapan sarana dan prsarana kebersihan yang ada di sekolah; tahap input (proses) yaitu proses aktivitas guru dan siswa dalam program jumat bersih; serta tahap product yaitu observasi terkait hasil serta efisiensi dan efektifittas dari pelaksanaan program Jumat bersih di Sekolah. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data melalui penelusuran dokumen yang berupa gambar kegiatan. Data yang dimaksud berkaitan dengan profil 21 sekolah, foto kegiatan jumat bersih, dan persiapan sarana prasarana pendukung di masing-masing kelas. 2. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. a. Angket Angket digunakan untuk menggali data tahap awal terkait tanggapan siswa terkait hidup bersih dan sehat , kondisi kebersihan lingkungan sekolah, kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan; dan tahap outcomes terkait hasil dari pelaksanaan jumat bersih. 1) Angket terkait kondisi sarana dan prasarana pendukung. Kondisi sarana dan prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana seperti sapu, alat pel, pewangi ruang,dan lainlain. Angket ini diisi oleh siswa kelas yang di sampling. 2) Angket terkait pemahaman siswa terhadap hidup bersih dan sehat. Angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap hidup bersih dan sehat. Angket dibuat berdasar pedoman dari program PHBS dari Kementerian Kesehatan RI 3) Angket terkait pelaksanaan Jumat bersih Angket ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan jumat bersih yang dilakukan oleh siswa tentang manfaat dan kegunaannya. yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan dari program PHBS dari Kementerian Kesehatan RI 22 b. Pedoman Observasi Observasi dilakukan terhadap kondisi kebersihan lingkungan sekolah yaitu kondisi ruang kelas,ruang guru, kamar mandi,serta toilet. c. Pedoman dokumentasi Data berkaitan dengan profil sekolah, dan pelaksanaan kegiatan jumat bersih,serta foto kegiatan pelaksanaan jumat bersih. F. Validasi dan Reliabilitas Instrumen Validasi instrumen menggunakan konstruk validasi dengan merujuk pada kajian teori yang relevan dengan permasalahan penelitian, yaitu dengan cara instrumen terlebih dahulu diuji untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. 1. Validitas Instrumen Validitas adalah dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Djemari Mardapi, 2008: 16). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan konstruk. Syaifudin Azwar ( 2010: 42 ) mengatakan validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (professional judgment / expert judgment). Butir pernyataan ditentukan atas dasar pertimbangan (judgement) dari pakar dalam hal ini dosen yang menguasai bidang evaluasi kurikulum. Langkah untuk menentukan validitas isi (content validity) yaitu: (a) validitas isi disahkan oleh dosen yang ahli dalam bidang evaluasi kurikulum berdasar pada pertimbangan; (b) analisis validitas isi dilakukan secara kualitatif dengan melihat berbagai coretan, masukan, untuk perbaikan butir instrumen. 23 Pada penelitian ini, validitas isi ditentukan oleh ahli (expert judgment). Hasil analisis validitas isi menghasilkan saran/masukan terhadap beberapa butir baik mengenai penulisan, bentuk instrumen, maupun isi instrumen. Masukan terkait dengan angket kondisi guru yaitu hendaknya menggunakan tes untuk mengetahui kompetensi guru. Namun jika tidak memungkinkan, maka bisa menggunakan angket yang berisi penilaian dari beberapa pihak terkait (dari atas bisa dilakukan oleh pengawas/kepala sekolah, dari bawah penilaian dari siswa). Sehingga dengan masukan tersebut bisa dipenuhi dengan menggunakan angket kondisi guru yang diisi oleh kepala sekolah dan angket kondisi guru yang diisi oleh siswa. Validitas konstruk dalam penelitiani ini dibuktikan dengan menggunakan analisis faktor. Pengertian validitas konstruk menurut Nunnally, 1978, Fernandes, 1984 ( Heri Retnawati, 2014:2-3) yaitu “validitas yang menunjukkan sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang hendak diukurnya”. Validitas konstruk ini terkait dengan pembuktian kebermaknaan (meaningfulness) skor hasil pengukuran. Validitas konstruk dapat dibuktikan dengan menguji bahwa konstruk instrumen memang ada dan dibuktikan secara empiris untuk mengkonfirmasi keberadaan konstruk sebuah instrumen. Analisis faktor digunakan untuk menguji korelasi antar variabel. Untuk menguji korelasi antar variabel digunakan uji Barlett’s test of sphericity dan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Jika hasilnya signifikan dengan nilai KMO di atas 0,5 dan nilai korelasi di atas 0,3 maka ada korelasi yang signifikan dengan sejumlah variabel. Analisis faktor dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS for windows versi 21 24 Kriteria yang digunakan untuk mengestimasi reliabilitas instrumen adalah dengan melihat indeks Alpha-Cronbach. Agar lebih teliti, dengan menggunakan SPSS 21.0 for windows, juga akan dilihat kolom Corrected Item Total Correlation. Rumus untuk menghitung koefisien alpha adalah: Hasil uji estimasi reliabilitas Alpha Cronbach menunjukkan bahwa semua instrumen dalam penelitian ini reliabel. Rincian nilai Alpha Cronbach untuk masingmasing instrumen sebagai berikut: a. Nilai Alpha Cronbach untuk angket kondisi siswa jika lebih dari 0,5 berarti angket reliabel. b. Nilai Alpha Cronbach untuk angket guru terkait pemahaman terhadap Teknologi dan Informatika komputer lebih dari 0,5 berarti angket reliabel. c. Nilai Alpha Cronbach untuk angket guru terkait pelaksanaan pengawasan dan sebagai proktor diatas 0,5 berarti angket reliabel. Menteri Kesehatan rerata skor perolehan ×100%Pemahaman Persentase Pencapaian = rerata ideal maksimal tiap aspek G. Analisis data Data dalam penelitian ini adalah data kuantitaif. Data kuantitatif diperoleh dari angket dan lembar observasi yang akan diolah dengan cara analisis kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini, analisis data ditentukan sebelumnya berdasarkan rata-rata ideal dan 25 simpangan baku ideal yang dicapai oleh instrument. Pencapaian skor responden pada masing-masing instrument dioleh dan dimasukkan dalam formula rerata ideal yang kemuadian digunakan sebagai bahan interpretasi. Kategorisasi untuk pengolahan data kuantitatif tersebut mengacu pada kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar (2017: 148). Tabel 5. Kategorisasi Pengolahan Data Kuantitatif Skor X X > M + 1.5 SD M+ 0.5 SD < X ≤ M + 1.5 SD M − 0.5 SD < X ≤ M + 0.5 SD M − 1.5 SD < X ≤ M − 0.5 SD X ≤ M − 1.5 SD Kategori Sangat Baik / Sangat Efektif Baik / Efektif Cukup Baik / Cukup Efektif Kurang Baik / Kurang Efektif Tidak Baik / Tidak Efekif Dimana; M = Ideal Mean (Mean = 1/2 (Skor tertingg + skor terendah)) SD = Ideal Standard Deviation (SD = 1/6 (Skor tertinggi − skor terendah)) H. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan pelaksanaan program PHBS mengacu pada UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 tantang perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS). Penelitian ini menggunakan instrument angket, lembar observasi, lembar telaah dokumen. Lembar angket, lembar observasi, lembar telaah dokumen menggunakan rentang skor 1 sampai 5. Perolehan skor untuk tiap butir instrument diolah dan ditentukan reratanya. Rerata tersebut nantinya dikelompokkan sebagai skor pada masing-masing aspek. Rerata skor masing-masing aspek memiliki kriteria tersendiri. Secara umum, kriteria penskoran untuk masing-masing aspek variable dalam peneliti ini mengikuti rerata ideal seperti yang dikemukakan sebelumnya. 26 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditentukan kriteria atau kategori evaluasi (penafsiran) untuk masing-masing aspek. Setelah melalui perhitungan skor, maka kriteria rerata ideal masing-masing aspek sebagai berikut: 1. Aspek Antecedent (Perencanaan Program) Aspek antecedent pada penelitian ini yang diukur menggunakan angket, terdapat 10 butir (butir 1-10) dengan rentang skor 1 sampai 5. Maka dapat diketahui, skor ideal tertinggi sebesar 50 dan skor ideal terendah sebesar 10. Dengan demikian, rerata ideal (M) = ½ (50+10) = 20 dan untuk simpangan baku ideal (SD) = 1/6 (50-10) = 6,67. Aspek yang diukur menggunakan lembar telaah dokumen, terdapat 16 butir dengan rentang skor 1 sampai 5. Pemberian skor diberikan oleh dua rater. Maka dapat diketahui, skor ideal tertinggi sebesar 50 dan skor ideal terendah sebesar 10. Dengan demikian, rerata ideal (M) = ½ (50+10) = 20 dan untuk simpangan baku ideal (SD) = 1/6 (50-10) = 6,67. Kriteria evaluasi sesuai formula rerata ideal sebagai berikut. Tabel 6. Kriteria Evaluasi Aspek Antecedent Interval Angket � > 40 33,33 < X ≤ 30 26,67 < X ≤ 33,33 20 < X ≤ 26,67 X ≤ 36,75 Interval Telaah Dokumen �>8 6,67 < X ≤ 8 5,53 < X ≤ 6,67 4 < X ≤ 5.53 X≤4 Kriteria Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 2. Aspek Transaction ( Pelaksanaan Program ) Aspek transaction pada penelitian ini diukur menggunakan angket, terdapat 28 butir (butir 11-38) dengan rentang skor 1 sampai 5. Maka dapat diketahui, skor ideal 27 tertinggi sebesar 140 dan skor ideal terendah sebesar 28. Dengan demikian, rerata ideal (M) = ½ (140+28) = 84 dan untuk simpangan baku ideal (SD) = 1/6 (140-28) = 18,67. Aspek yang diukur menggunakan lembar observasi, terdapat 16 butir dengan rentang skor 1 sampai 5. Pemberian skor diberikan oleh dua rater. Maka dapat diketahui, skor ideal tertinggi sebesar 50 dan skor ideal terendah sebesar 10. Dengan demikian, rerata ideal (M) = ½ (50+10) = 20 dan untuk simpangan baku ideal (SD) = 1/6 (50-10) = 6,67. Kriteria evaluasi sesuai formula rerata ideal sebagai berikut: Tabel 7. Kriteria Evaluasi Aspek Transaction Interval Angket � > 112 93,33 < X ≤ 112 74,67 < X ≤ 93,33 56 < X ≤ 74,67 X ≤ 56 Interval Observasi �>8 6,67 < X ≤ 8 5,53 < X ≤ 6,67 4 < X ≤ 5.53 X≤4 Kriteria Sangat baik Baik Cukup aik Kurang baik Tidak baik 3. Aspek Outcome (Evaluasi Program) Aspek outcome pada penelitian ini diukur menggunakan angket, terdapat 8 butir (butir 39-46) dengan rentang skor 1 sampai 5. Maka dapat diketahui, skor ideal tertinggi sebesar 40 dan skor ideal terendah sebesar 8. Dengan demikian, rerata ideal (M) = ½ (40+8) = 24 dan untuk simpangan baku ideal (SD) = 1/6 (40-8) = 5,33. Kriteria evaluasi sesuai formula rerata ideal sebagai berikut. Tabel 8. Kriteria Evaluasi Aspek Outcome Interval � > 32 26,67 < X ≤ 32 21,22 < X ≤ 26,67 16 < X ≤ 21,33 X ≤ 36,75 28 Kriteria Sangat baik Baik Cukup aik Kurang baik Tidak baik Kriteria-kriteria evaluasi tersebut digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data yang diperoleh. Dengan kata lain, judgement atau pengkategoriam rerata skor di lapangan pada masing-masing aspek mengacu kepada kriteria rerata ideal. Pencapaian rerata skor di lapangan kemudian dikonversi menjadi persentase pencapaian dengan formula sebagai berikut. Persentase Pencapaian = rerata skor perolehan ×100% rerata ideal maksimal tiap aspek Persentase capaian skor aspek menunjukkan seberapa besar keterlaksanaan program kegiatan Jumat bersih di SMP Negeri 1 Cawas dapat dicapai. Besarnya persentase capaian skor selanjutnya digunakan untuk mendeskripsikan kesesuaian antara standar dengan keadaan di lapangan. Persentase capaian skor setiap aspek dibandingkan dengan kriteria keberhasilan pada tabel di bawah ini. Tabel 9. Kriteria Keberhasilan Program Tahapan Aspek Kriteria Keberhasilan Antecedent Perencanaan Kegiatan 100% Pelaksanaan Kegiatan Transaction 100% Outcomes Evaluasi kegiatan 100% BAB IV 29 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 20 sampai 25 Nopember 2017 terhadap siswa di SMP Negeri 1 Cawas selaku populasi yang berjumlah 756 orang, dengan responden yang sesuai dengan teknik sampling yang digunakan berjumlah 160 orang. Data penelitian ini diperoleh dari angket (quesioner) yang diberikan kepada responden berupa angket gabungan terbuka dan tertutup untuk menjaring data tentang pandapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat di sekolah. Dari instrumen yang diberikan kepada responden sebanyak 160 angket dan diterima kembali kepada peneliti berjumlah 154 angket. Tidak kembalinya jumlah angket sesuai dengan jumlah yang telah diedarkan kepada responden ada beberapa kemungkinan yang menurut peneliti menjadi kendalanya yaitu, waktu penelitian yang singkat. Dari data yang diperoleh dapat diidentifikasi beberapa pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah, antara lain: 1. Perilaku budaya bersih dan sehat Siswa di Sekolah: a. Akan membuang sampah di sekolah sebaiknya: di tempat sampah yang disediakan ( 91,6% dari seluruh jumlah responden ), tidak dilakukan karena tidak ada tempat sampah yang disediakan (4,8% dari seluruh jumlah responden), dibuang ke luar sekolah sembarangan (2,4% dari seluruh jumlah responden), di sembarang tempat karena tidak ada tempat sampah yang disediakan (0,8% dari seluruh jumlah responden). 30 b. Menyapu kelas pada saat piket kelas (92,2% dari seluruh jumlah responden), sebagian kadang piket kadang tidak ( 5,4% dari seluruh jumlah responden ), tidak pernah piket (2,4% dari seluruh jumlah responden). c. Bila ada kegiatan jumat bersih, melaksanakan tugas bersih-bersih (94% dari seluruh jumlah responden), membersihkan sambil bermain-main ( 3,6% dari seluruh jumlah responden), tidak membawa alat kebersihan (2,4% dari seluruh jumlah responden). d. Bila ke toilet sehabis buang air kecil menyiram (95,8% dari seluruh jumlah responden), sedangkan sisanya kadang-kadang menyiram dan kadang lupa. e. Bila ke toilet sehabis buang air besar menyiram (100% dari seluruh jumlah responden). f. Melakukan Sarapan pagi (92,4 % dari seluruh jumlah responden), sedangkan sisanya tidak sarapan tetapi membawa bekal ( 5,6 % dari seluruh jumlah responden),sedangkan sisanya tidak sarapan dan jajan di kantin sekolah 2. Pelaksanaan Perilaku budaya bersih dan sehat siswa di Sekolah yang sesuai dengan tata tertib sekolah a. Pergaulan di sekolah sebaiknya mengedepankan dan memperhatikan tatanan suatu sopan santun terhadap semua orang. b. Rapi, sopan dalam berpakaian dan tidak dipaksa c. Mentaati aturan yang diberikan oleh sekolah dan dapat berperilaku sopan serta saling menghargai sesama orang dan dapat menjadi panutan untuk adikadik yang baru. d. Bergaul sesuai dengan norma dan batas wajar 31 e. Jangan dengan paksaan tetapi dengan penyadaran, bertahap, jangan langsung karena semua perlu proses, pembimbing harus sabar karena semua orang memiliki cara pandang masing-masing. f. Cukup melaksanakan peraturan yang sudah ada g. Berpakaian sopan, bertingkah laku baik dan disiplin h. Guru harus memberi contoh yang baik dalam norma dan etika dalam pendidikan B. Hasil Analisis Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan (antecedent), proses (transaction), dan hasil (outcomes). Pada masing-masing tahapan akan dilihat (secara horisontal) kesesuaiannya (congruence) antara perencanaan (intents) dan data hasil implementasi yang diperoleh dari observasi lapangan (observations). Jika terdapat ketidaksesuaian maka akan diberikan pertimbangan/saran/masukan terhadap implementasi UNBK tingkat SMP sesuai kondisi yang ada di lapangan. Selanjutnya akan dilihat pula kesenjangan yang ada pada masing-masing tahapan. Tahapan ASPEK Pendahuluan Tahapan (Antecedent) Kondisi siswa ASPEK Description matrix Intents Obervations Memahami 92% arti hidup sehat dan bersih Memahami 72% tugas dan tanggung jawabnya dalam program hidup bersih dan sehat Memahami 87% manfaat hidup bersih dan sehat di 32 Judgment matrix Standards Judgments 100% Tidak ada pertimbangan 100% Ada pertimbangan 100% Ada pertimbangan lingkungan sekolah Kondisi guru Kondisi sarana prasarana Proses (Transaction) Pelaksanaan Mencari informasi tentang hidup bersih dan sehat di internet Kompetensi pedagogik 59% 100% Ada pertimbangan 70 % 100% Ada pertimbangan Kompetensi kepribadian 75 % 100% Ada pertimbangan Kompetensi sosial 80 % 100% Ada pertimbangan Kompetensi profesional 65 % 100% Ada pertimbangan Laboratorium komputer 85% 100% Ada pertimbangan Ketersediaan hardware 90% 100% Ada pertimbangan Membuang sampah pada tempatnya Menyapu pada saat piket kelas Kegiatan jumat bersih 90 % 100% Ada pertimbangan 100% Ada pertimbangan Menyiram sehabis buang air kecil di toilet Menyiram sehabis buang air kecil di toilet 80 % Melakukan Sarapan 33 Hasil (outcomes) Hasil Hasil 100% 100% Tidak ada pertimbangan B. Pembahasan Dari data sebagaimana diuraikan dalam sub bab hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa perilaku budaya bersih dan 34 sehat siswa di sekolah harus dilaksanakan dengan sadar, dan tanpa paksaan. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut: a. Apabila akan membuang sampah di sekolah sebaiknya: di tempat sampah yang disediakan (91,6% ); b. Menyapu kelas pada saat piket kelas (92,2%); c. Apabila ada kegiatan jumat bersih, melaksanakan tugas bersih-bersih (94%); d. Apabila ke toilet sehabis buang air kecil menyiram (95,8%); e. Apabila ke toilet sehabis buang air besar menyiram (100%); f. Melakukan Sarapan pagi (92,4); Perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah menurut siswa sebaiknya selalu dilakukan agar lingkungan tetap bersih dan sehat. Pembiasaan untuk perilaku budaya bersih dan sehat perlu ditingkatkan baik di keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal siswa. Sedangkan menurut siswa tata tertib yang ada di sekolah sebaiknya tetap dilaksanakan dengan lebih memprioritaskan pada hal-hal yang bersifat mendesak,contohnya membersihkan saluran air untuk mengantisipasi banjir. Dengan demikian dari hasil penelitian di atas dapat dikemukakan bahwa pendapat siswa tentang perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah ternyata sebagian besar siswa SMP Negeri 1 Cawas menyatakan sebagai perilaku yang baik. Perilaku yang baik di sekolah ini menurut siswa, akan berjalan dengan baik apabila ada peraturan dan tata tertib yang jelas yang mengaturnya serta penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya. 35 Pelaksanaan perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah yang sesuai dengan identitas moral bangsa yaitu moral Pancasila dan harus diatur dalam peraturan sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang telah disepakati. Pelaksanaan perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah yang sesuai dengan identitas moral bangsa dengan tidak dipaksakan tetapi dengan penyadaran melalui proses yang berlangsung secara bertahap,dengan kesadaran mengubah perilaku memerlukan proses yang panjang. 36 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan pendapat siswa SMP Negeri 1 Cawas tentang : 1. Perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah adalah bahwa perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah merupakan perilaku yang baik. Perilaku yang baik di sekolah ini menurut siswa, akan berjalan dengan baik apabila ada peraturan yang jelas yang mengaturnya serta penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya. 2. Perilaku budaya bersih dan sehat siswa di sekolah harus sesuai dengan identitas moral bangsa menurut siswa dilaksanakan dengan memperhatikan perilaku budaya bersih dan sehat di masyakarat yang diatur dalam tata tertib sekolah yang telah disepakati oleh siswa dengan tidak memberatkan siswa dan peraturan ini bersifat wajib. Pelaksanaannya dengan tidak dipaksakan tetapi dengan penyadaran melalui proses yang berlangsung secara bertahap. B. Saran 1. Perlu sosialisasi tata tertib SMP Negeri 1 Cawas yang terus menerus terutama siswa agar dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan segala kegiatan di lingkungan sekolah. 2. Pelaksanaan kebersihan bersama dengan program jumat bersih perlu selalu dilaksanakan dalam rangka pembiasaan perilaku budaya bersih dan sehat siswa. 37 3. Pembelajaran harusnya selalu menyisipkan muatan yang berhubungan dengan perilaku siswa tentang sadar lingkungan yaitu budaya bersih dan sehat,dan bukan hanya terlalu fokus pada kegiatan-kegiatan keilmuan saja. 4. Pembelajaran tidak hanya memberikan ilmu bersifat pragmatis saja namun juga memberikan ilmu yang bersifat empiris juga. 5. Kesadaran akan lingkungan hidup harus di jadikan pembiasaan bagi siswa agar terbetuk perilaku sadar lingkungan,seperti kegiatan jumat bersih dan seterusnya 38 DAFTAR PUSTAKA Bimo Walgito (1991). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Andi Offset. Yogyakarta. Franz Magnis Suseno (1998). Model Pendekatan Etika. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. http://2411-ilhamrizally.blogspot.co.id/2014/05/hidup-bersih-dan-sehat-cerminanpribadi.html ( diakses 23.05 tanggal 20 November 2017 ) https://rasid09.wordpress.com/2009/01/26/menanamkan-budaya-hidup-bersih/ ( diakses 23. 24 tanggal 20 November 2017 ) Larry May, Shari Collins-Chobanian, Kai Wong (2001). Etika Terapan I Sebuah Pendekatan Multikultur. PT Tiara Wacana. Yogyakarta. Poedjawijatna (2003). Etika Filsafat Tingkah Laku. Rineka Cipta. Jakarta Suharsimi Arikunto (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. 39