Jurnal Scripta Teologi dan Pelayanan Kontekstual
STT Ebenhaezer
Tanjung Enim
STTE
ISSN 2086-5368 (Print)
ISSN 2722-8231 (Online)
Http://ejournal.stte.ac.id
Vol. 5, No.1, pp. 99-115, 2020
Pastoral Konseling Bagi Remaja Korban Bullying
1
Obet Nego
Jul Seniman Hulu
2
STT Ebenhaezer Tanjung Enim, obetnego82@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
___________________
Sejarah Artikel:
Diterima : 03 Mei 2018
Direvisi : 15 Mei 2018
Disetujui: 22 Mei 2018
Dipublikasi: 28 Mei
2018
___________________
Kata Kunci:
Pastoral, Konseling,
Remaja, Bullying.
Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata kerja
bully/bulie, merupakan tindakan menggertak orang yang lemah
dengan mengintimidasi, merendahkan, mencemooh/mengejek,
memukul dan mengasingkan seseorang dan tindakan ini sangat
berdampak negatif pada psikologis, sosial dan spiritual remaja
korban bullying. Bullying sendiri dapat memberikan dampak yang
besar bagi korban, dimana dampaknya korban bullying cenderung
merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih rendah
dibandingkan anak yang tidak menjadi korban bullying. Kasus
bullying yang dilakukan pelaku banyak terjadi secara fisik dan
verbal sehingga meninggalkan bekas yang begitu besar bagi
korban. Oleh karena itu, pastoral konseling Kristen hadir untuk
melayani remaja korban bullying, yang bertujuan untuk
memulihkan dan menolong mental dan spiritual remaja korban
bullying. Dalam karya tulisan ini, penulis akan menguraikan
pentingnya sebuah pelayanan pastoral konseling bagi remaja yang
mengalami bullying.
_______________________
Keywords:
keyword one, keyword
two, keyword three.
_______________________
ABSTRACT
Bullying comes from English, which is the verb bully / bulie, is an
act of bullying a weak person by intimidating, degrading, ridiculing /
mocking, beating and alienating someone and this action has a very
negative impact on the psychological, social and spiritual youth of victims
of bullying. Bullying itself can have a large impact on victims, where the
impact of bullying victims tends to feel fear, anxiety, and have lower self
esteem than children who are not victims of bullying. Bullying cases
committed by the perpetrators occurred physically and verbally so that
they left a huge mark on the victim. Therefore, Christian pastoral
counseling exists to serve youth bullying victims, which aims to restore
and help mentally and spiritually bullying adolescent victims. In this
paper, the author will describe the importance of pastoral counseling
services for adolescents who experience bullying.
99
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
Pendahuluan
Remaja adalah masa yang terindah dalam hidup kita, begitulah orang-orang
mengartikannya. Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa Di masa ini lah terjadi proses pematangan mental, emosional, dan
fisik. Secara umum remaja diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa
dewasa.1 Menurut buku Relevansi Program Pembinaan Remaja Gereja Dengan
Pertumbuhan Iman, remaja adalah:
Suatu masa transisi dari anak menuju dewasa dimana menampakkan perubahanperubahan mencolok, walaupun penentuan batasan umur yang pasti untuk masa remaja
tidaklah mudah, oleh karena pengertian dan kriteria dewasa itu sendiri sangat berkaitan
dengan latar belakang titik pandangan masyarakat. 2
Menurut Stanley Hall mengemukakan bahwa:
“Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan, yang
tercakup dalam storm and stress. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh
lingkungan. Salah satu yang membuat remaja diombang-ambingkan oleh munculnya
kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik serta pertentangan-pertentangan, krisis
penyesuaian, dan keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan. 3
Remaja usia 12-18 tahun secara psikologis perubahan merupakan situasi yang sulit
untuk diatasi oleh seseorang dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja.
Remaja harus menghadapi perubahan-perubahan biologis4 dimana tubuhnya tumbuh dan
berkembang, perubahan-perubahan psikologis5 dimana ia mengalami emosi-emosi yang
baru atau aneh baginya dan perubahan-perubahan sosial6menyadari semakin pentingnya
teman-teman sebaya dan apa yang menjadi pendapat seseorang terhadap dia. 7 Jadi, dalam
pertumbuhan dan perkembangan remaja secara normal selalu disertai dengan perkembangan
baik secara biologis, psikologis dan sosial.
Demikian juga remaja Kristen, idealnya harus mampu menghadapi tantangan atau
persoalan dari lingkungan dimana mereka berada. Tapi tidak sedikit, dalam masa-masa
remaja mengalami banyak masalah dalam diri mereka maupun dengan orang-orang di
sekelilingnya yang mengganggu psikologi maupun spiritual, sehingga menyebabkan remaja
kristen tidak mampu menghadapi masalah dalam hidup mereka.
Di era globalisasi saat ini sangat mempengaruhi gaya hidup generasi zaman sekarang.
Salah satu gaya hidup yang umum ditemukan pada anak-anak sekolah baik dulu maupun
sekarang adalah kebiasaan berkelompok atau membuat geng8. Hal ini disebabkan insting
alami dari remaja yang membagi diri mereka ke dalam suatu pengelompokkan dan hirarki.
1
Anni Dyck, Tantangan Dan kebutuhan Remaja, (Batu Malang: Departemen Pembinaan Anak dan
Pemuda/ YPPI, 1982), 5
2
Relevansi Program Pembinaan Remaja Gereja Dengan Pertumbuhan Iman, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Pendidikan Agama Protestan, 1993), 16
3
Jason Lase, Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa, (Jakarta:
Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia, 2003), 26
4
Biologis adalah ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhtumbuhan); ilmu hayat., Anto M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),
120
5
Psikologis adalah: bersifat kejiwaan, kegugupanmu itu jelas disebabkan oleh faktor-faktor-., Anto M.
Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 704
6
Sosial adalah studi yang memadukan sosiologi dan psikologi, yang mempelajari aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat, Anto M. Moeliono., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),
704
7
James Kenny & Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 278
8
Geng adalah kelompok remaja (yang terkenal karena kesamaan latar belakang sosial, sekolah, daerah,
dsb); gerombolan, Anto M. Moeliono, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 309
100
Tetapi seringkali kelompok tersebut melakukan tindakan yang menyakitkan seperti anarkis,
bahkan yang sedang fenomenal terjadi saat ini adalah tentang bullying.9 Tidak sedikit
ditemukan kasus bullying yang bisa saja terjadi kepada siapapun baik kepada orang dewasa,
remaja maupun anak-anak. Akan tetapi, kasus ini seringkali ditemukan di kalangan anakanak sekolah secara khusus penulis menyoroti bullying di kalangan remaja Kristen usia 1218 tahun yang masih duduk di bangku sekolah.
Istilah Bullying didefenisikan dalam bahasa inggris yang berasal dari kata kerja bully/
bulie, yang artinya: penggertak10, orang yang mengganggu11 orang yang lemah.12 Berikut
ada beberapa orang mendefenisikan arti Bullying. Menurut Profesor Sarlito menyebutkan
bahwa:
Makna sebenarnya dari kata Bullying adalah penekanan dari sekelompok orang
yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar, lebih banyak terhadap seseorang atau bisa
saja terhadap beberapa orang yang lebih lemah, lebih kecil, lebih junior. Penekanan
ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, akan tetapi berkelanjutan dari generasi
ke generasi berikutnya. 13
Demikian juga Cleary dan Sullivan mengartikan bullying sebagai tindakan agresi,
manipulasi atau pengucilan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan berulang-ulang
oleh individu/kelompok kepada individu yang lain.14 Jadi bullying diartikan sebagai bentuk
agresi atau serangan dimana terjadi ketidak seimbangan kekuatan antara pelaku
(bullies/bully) dengan korban atau sebagai kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan
ketidak seimbangan kekuasaan sosial atau fisik. 15
Berdasarkan uraian diatas, Penulis menyimpulkan bahwa bullying adalah seseorang
atau sekelompok orang (pelaku) mengganggu orang lain yang dianggap lemah dengan
melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain (korban) seperti ancaman, penindasan,
cemooh maupun intimidasi. Realita yang terjadi bahwa ternyata Bullying berdampak sangat
menyakitkan bagi korban yang mengalaminya, sehingga menimbulkan berbagai kondisi
negatif. Salah satu kondisi negatif yang terjadi akibat bullying adalah trauma. Trauma akibat
bullying mengakibatkan rasa takut, kecemasan, gelisah, dan perilaku yang tidak terkontrol
lainnya.16
Kasus bullying juga dapat memberikan dampak yang besar bagi korban, dimana
Menurut Olweus, Rigby dan Slee mengatakan bahwa: dampak korban bullying cenderung
9
Zetizen, 12 Februari 2018, 20
Penggertak berasal dari kata dasar gertak artinya: suara keras (entakan kaki, ancaman, dsb) untuk
menakut-nakuti: jangan takut, itu hanya-; sedangkan penggertak adalah: (1) orang yang menggertak (pelaku),
(2) alat dsb untuk menggertak; (3) sesuatu yang dibuat untuk membuat berani; Anto M. Moeliono, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 275
11
Mengganggu adalah 1 mengusik (binatang dsb); menyusahkan (dgn maksud jahat atau hanya untuk
bermain-main saja); menggoda (perempuan dsb); mis. Jangan kau ganggu anjing itu; katanya ada hantu yang
suka-orang; orang yang bersepeda itu dimaki-maki karena gadis itu; 2 merintangi (jalan dsb); mendatangkan
kerusuhan (kekacauan dsb); menyebabkan tidak berjalan sebagai mestinya (tt keadaan umum, kesehatan badan
dsb); mis.- lalu lintas, melintasi lalu lintas – hati (pikiran), merusuhkan hati (pikiran); keamanan,
mendatangkan kerusuhan (kekacauan dsb);- kesehatan badan, menyebabkan sakit (kurang enak badan);ketertiban umum, menyebabkan kurang baik kepada keamanan umum. W.J.S Poewadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), 295
12
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1989), 87
13
Mulyani Rina, Pendekatan Konseling Spiritual Untuk Mengatasi Masalah Bullying/Kekerasan,
(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013), 23
14
Cleary & Sullivan, Bullying in Secondary Schools, (California: Corwin Press, 2005), 55
15
Astrinityas, “Apa Itu Bullying”, diakses dari http://co.id/2012/08/apa-itu-bullying_325.html, pada
tanggal 10 Februari 2018 pukul 10:47
16
Richard Whittle,“Bullying”, diakses dari http://jogja.tribunnews.com/tag/bullying, pada tanggal 28
Maret 2018 pukul 10:47
10
101
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih rendah dibandingkan anak yang
tidak menjadi korban bullying. Kasus bullying yang dilakukan pelaku banyak terjadi secara
fisik dan verbal sehingga meninggalkan bekas yang begitu besar bagi korban.17Saat ini data
yang didapatkan mengenai kasus bullying di Indonesia adalah sebagai berikut: 84% anak di
Indonesia mengalami kekerasan di sekolah, itu artinya hampir semua anak di Indonesia
rentan terkena aksi bullying dengan kadar yang berbeda-beda.18
Dampak tersebut sangat mempengaruhi psikologi dan spiritual remaja Kristen,
kemungkinan besar mereka menjadi remaja yang mudah putus asa, mengalami penurunan
prestasi, tidak percaya diri, mudah marah, minder dan bisa saja dengan perlakuan yang
berkelanjutan akan membuat mereka mengalami depresi. Dampak bullying juga berakibat
sangat mengerikan apabila remaja Kristen yang mengalami bullying tidak ditolong dalam
menyelesaikan masalahnya. Proses pencegahan menjadi hal mutlak yang harus dilakukan,
tetapi bagi korban yang sudah mengalami sangat membutuhkan solusi, sehingga masalah
yang dihadapinya dapat terselesaikan dan remaja Kristen yg mengalami bullying dapat
keluar dari masalah yang dihadapinya secara khusus mereka mengalami pemulihan baik
secara mental dan spiritual. Sesuai pemaparan tersebut, sangatlah penting untuk memberikan
pelayanan Pastoral Konseling bagi para korban Bullying.
Praktek Bullying
Dalam kasus bullying yang terjadi, berbagai macam tindakan yang dilakukan oleh
pelaku. Pada bagian ini, penulis membahas tentang praktek bullying yaitu pengertian
bullying, bentuk-bentuk perilaku bullying, penyebab bullying dan akibat bullying.
Pengertian Bullying
Istilah Bullying dalam bahasa inggris adalah berasal dari kata kerja bully/ bulie, yang
artinya: penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.19 Definisi bullying menurut
PeKA (Peduli Karakter Anak) adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti
orang lain baik secara fisik maupun mental.20 Selain itu, menurut Komisi Nasional
Perlindungan Anak, memberi definisi/ pengertian terhadap bullying adalah: kekerasan fisik
dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap
seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi, dimana ada hasrat untuk
melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma/depresi dan tidak
berdaya.21
Berdasarkan uraian defenisi bullying tersebut, penulis menyimpulkan bahwa bullying
adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang yang menunjukkan sikap agresif dengan
tujuan untuk melemahkan seseorang dengan cara mengintimidasi, menggertak, mengancam,
mencemooh maupun dengan cara mengasingkan.
Bentuk-Bentuk Bullying
Olweus, “Presentatiolweus”, diakses dari http://www.nigz.nl/upload/presentatiolweus.pdf pada
tanggal 14 Juli 2017 pukul 10:47
18
Yoyok Prima Maulana “Kiva Program Anti Perundungan Terbaik Di Dunia”, Intisari, Oktober 2017,
42-48
19
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris - Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1975), 87
20
Neni Sholihat’s World, “Defenisi Bullying”, diakses dari https:// nsholihat. wordpress.
com/tag/definisi-bullying , pada tanggal 22 Mei 2018 pukul 21.30
21
Achmad Ridwan Sudirjo, “Hypnotherapist”, diakses dari http://www.facebook. com/ achmad
ridwanhypnotherapist/posts/10151731825433086, pada tanggal 22 mei 2018 pukul 21.32
17
102
Kasus bullying yang terjadi memiliki berbagai bentuk tindakan, antara lain: kontak
fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal langsung, perilaku non-verbal
tidak langsung dan kontak fisik.
Kontak Verbal Langsung
Kontak verbal langsung adalah tindakan seperti mengancam, mempermalukan,
merendahkan (put-down), mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling),
sarkasme, mencela/mengejek, memaki, menyebarkan gosip. Tindakan bullying seperti ini,
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban dengan merendahkan
bahkan merusak nama baik korban.
Jika hal demikian terjadi terhadap remaja Kristen yang sebetulnya mereka
membutuhkan dukungan, karena pada masa remaja pada umumnya sedang mencari identitas
diri. Akan tetapi, sebaliknya mereka alami hal yang membuat mereka bisa saja tawar hati
dan menyimpan kepahitan. Maka, jika hal ini tidak mendapatkan pelayanan konseling
Kristen dengan tujuan untuk memulihkan luka batin dalam diri mereka, maka mereka sedang
dalam ambang kehancuran secara mental dan spritual.
Perilaku Non Verbal Langsung
Sesuai tindakan bullying dengan perilaku non verbal langsung, dilakukan oleh sipelaku
dengan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
Tindakan bullying yang seperti ini juga hampir sama seperti bullying kontak verbal langsung.
Namun, kasus ini dilakukan secara halus dan tidak secara fisik/langsung, tetapi merupakan
intimidasi yang dilakukan oleh pelaku kepada korban yang dianggap lebih lemah dari dia.
Perilaku Non Verbal Tidak Langsung
Perilaku non verbal tidak langsung dilakukan dengan cara mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng.22 Tindakan bullying yang seperti ini sangat menyakitkan bagi
korban, yang berdampak pada psikologi maupun spiritual korban, karena menyangkut
tentang penerimaan diri baik dari sesama maupun dari diri sendiri. Jika korban tidak berpikir
postif, maka ia bisa saja menjadi orang tertutup, tidak percaya diri dan merasa diri rendah
dari yang lain.
Kontak Fisik
Bentuk bullying secara kontak fisik langsung merupakan jenis bullying yang paling
tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya. Jenis
penindasan secara fisik adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang,
menggigit, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan,
serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas.
Cynantia, “Jurnal Bullying Dalam Dunia Pendidikan”, diakses dari http://cynantia-rachmijati. Dosen.
stkipsiliwangi.ac.id/2015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-pendidikan/, pada tanggal 28 Mei 2018 pukul 09.00
22
103
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini,
bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.23 Anak yang secara
teratur memainkan peran ini kerap merupakan penindas yang paling bermasalah diantara
para penindas lainnya, dan yang paling cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal
yang lebih serius.
Akan tetapi, bullying juga dalam bentuk kontak fisik adalah dengan melakukan
pelecehan seksual. Dalam pernikahan, Seks adalah kudus. Bahkan, Firman Tuhan menyebut
sebagai perzinahan. Seks kudus sesuai ciptaan Allah adalah menggunakan organ-organ seks
sesuai rancangan dan peruntukkannya. 24 Namun, sebaliknya banyak kasus pelecehan seksual
terjadi baik dikalangan anak-anak maupun dewasa.
Pelecehan seksual adalah seorang dewasa atau anak yang lebih besar, seperti anak
remaja, menggunakan tubuh seorang anak kecil untuk mendapatkan kenikmatan seks bagi
orang dewasa atau anak yang lebih besar.25 Mereka menjadi korban kepuasan bagi pelaku
pelecehan seksual tersebut. Hal ini juga termasuk kasus bullying yang sangat berbahaya,
berupa agresi fisik dan agresi verbal.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa Pelecehan seksual tidak selalu diartikan seperti
menyentuh bagian tubuh. Sindiran dengan ucapan vulgar bernada seksual juga dianggap
sebagai pelecehan, rayuan seksual atau permintaan melayani seks yang tidak diinginkan juga
dianggap sebagai pelecehan seksual.
Agresi Fisik
Wittaker mengungkapkan perilaku agresif seringkali digunakan untuk menunjukkan
adanya kecenderungan menyerang individu lainnya atau individu-individu yang mempunyai
niat untuk menimbulkan cedera fisik maupun psikologi, dengan begitu tindakan fisik yang
overt, kecaman serta penggunaan bahasa verbal yang kasar juga merupakan perilaku
agresif.26 Mengenai kasus bullying yang adalah termasuk dalam pelecehan seksual, yaitu
dengan menyerang fisik (memukul kepala), hal ini dilakukan oleh sipelaku jika
keinginannya tidak dipenuhi oleh sikorban untuk melakukan seks.27 Demikianlah pelecehan
seksual secara agresif fisik, dimana sipelaku memuaskan keinginan seksnya dengan
memaksa korban. Jika hal itu tidak dipenuhi korban, maka ia bertindak kasar dengan melukai
fisik korban.
Agresi Verbal
Agresi verbal diartikan sebagai seseorang yang menuntut dalam melakukan hubungan
seksual serta memburuk-burukkan nama baik si korban, hal ini juga termasuk pelecehan
seksual secara verbal yang merugikan si korban. 28 Jadi, kasus bullying ini, dilakukan oleh
Coloroso, “Bentuk Bentuk Bullying”, diakses dari http://ewintri bengkulu. Blogspot .com /2012 /11/
bentuk-bentuk -bullying.html, pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 10.22
24
Jarot Wijanarko, Love Sex Dating, (Jakarta: Suara Pemulihan, 2003), 8
25
Stanton & Brenna B. Jones, What’s The Big Deal? Why God Cares About Sex, (Surabaya: Momentum,
2004), 86
26
_____, Department U.S. of Justice, Criminal victimization in the United States, (Washington:
Office of Justice Programs, 2008), 9
27
______,Jurnal Psikologi Undip,Vol.14 No.2 Oktober 2015, 151
28
Ibid., 152
23
104
pelaku terhadap korban dengan cara memaksa korban untuk memenuhi keinginannya. Dan
jika keinginan pelaku bullying tersebut tidak dikikuti atau dipenuhi, maka pelaku bisa saja
melakukan hal-hal lebih jahat lagi, yaitu dengan cara menjelekkan nama baik korban.
Penyebab Bullying
Kasus bullying yang terjadi pada umumnya, tentu ada akar masalah atau penyebab si
pelaku melakukan bullying, antara lain: tradisi senioritas, vengeance (balas dendam), show
of power (unjuk kekuasaan) dan kepuasan pelaku.
Tradisi Senioritas
Salah satu penyebab bullying terjadi dikarenakan tradisi senioritas.Tradisi senioritas
seringkali terjadi dikalangan pelajar, maupun di kalangan orang dewasa. Kebiasaan ini
dilakukan sebagai tindakan untuk mencari kepuasan. Ketika seseorang bangga dan sangat
bergantung pada kebudayaan senioritas29 maka timbul anggapan bahwa dirinya lebih hebat
dan lebih banyak pengalaman dari pada juniornya.
Berdasarkan tradisi senioritas adalah penyebab terjadinya bullying, maka sikap pelaku
yang seperti ini menjadikan sebuah kebiasaan untuk menyakiti orang lain dan menganggap
korban adalah lebih junior dari dia dan disertai sikap yang merendahkan orang lain.
Vengeance (Balas Dendam)
Hati yang tidak memaafkan seperti penjara yang membelenggu jiwa seseorang dan
penjara itu kejam sekali, karena dapat merampas kebahagiaan hidup.30 Balas dendam
muncul dari dorongan hati yang alamiah yang universal terhadap seseorang yang ia yakini
sudah merugikan dia.31
Balas dendam adalah salah satu penyebab terjadinya bullying yang berawal dari
masalah hidup sipelaku yang belum beres mengenai kepahitan, yaitu ketika ia disakiti
sebelumnya, sehingga timbul kemarahan dan kemarahan tersebut dipendam, sehingga
pelaku bisa saja melampiaskan perasaan sakit hatinya dengan menyakiti orang lain. Jadi,
dalam pribadi setiap orang yang sudah hidup di dalam Yesus Kristus, tidak lagi hidup dalam
kepahitan yang mendorong seseorang untuk balas dendam, tetapi Tuhan menuntut setiap
orang percaya untuk saling mengampuni, karena kita terlebih dahulu telah menerima kasih
pengampunan Tuhan.
Show Of Power (Unjuk Kekuasaan)
Bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan/kekuasaan. Perilaku ini dapat
mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan
berulangkali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas,
29
Senioritas adalah: menganggap diri keadaan lebih berpangkat, berpengalaman, usia: hambatan itu
akan semakin besar lagi apabila perbedaan-semakin besar antara satu dan yang lain., Anto M.Moeliono, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 817
30
Julianto Simanjuntak, Self Healing and Counseling-Seni Pemulihan Hati, (Tangerang: Layanan
Konseling Keluarga dan Karir, 2008), 110
31
E. P. Gintings, Konseling Pastoral..., 143
105
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
atau kemampuan.32Show of power adalah merupakan sikap hidup yang menganggap dirinya
berhak memperlakukan orang lain sesuai keinginannya. Mengenai tindakan bullying yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain, salah satu penyebabnya adalah unjuk
kekuasaan. Tentunya tindakan bullying selalu melemahkan korban.
Kepuasan Pelaku
Tindakan bullying dilakukan untuk mencari kepuasan oleh si pelaku. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kepuasan diartikan sebagai perihal yang bersifat puas; kesenangan;
kelegaaan33 pada usia remaja, salah satu untuk memuaskan kebutuhannya untuk merasa
diterima atau superior, yaitu dengan cara menjadikan orang lain objek untuk direndahkan
atau dikasari atau diabaikan, sedangkan sudut pandang remaja yang direndahkan, ia akan
merasa tertolak, sedih dan tidak percaya diri. 34 Jadi, tindakan bullying disebabkan keinginan
dari pelaku sebagai kepuasan pelaku ketika menyakiti orang lain.
Akibat Bullying
Perilaku bullying sangat merugikan korban yang mengalaminya, dimana hal ini sangat
berdampak negatif pada fisik, psikologis dan sosial korban. Berikut penulis akan
menguraikan akibat dari perilaku bullying
Dampak Fisik
Dampak fisik seseorang yang mengalami bullying adalah sakit kepala, memar, sakit
dada fisik, pakaian dan barang rusak, kehilangan uang, keluhan fisik, gangguan tidur,
kehilangan nafsu makan, dan lain-lain. Dalam bagian ini, yang dialami korban bullying
adalah berdampak pada fisik dan hal ini terlihat secara terang-terangan seperti yang
dilakukan pelaku dengan menggertak korban dan bermain secara fisik, yaitu seperti
memukul, menendang dan lain-lain.
Dampak Psikologis
Dampak bullying yang terjadi secara psikologis adalah: emosi negatif seperti marah,
dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih sedangkan dampak psikologis ekstrim yaitu rasa
cemas berlebihan, dan ingin bunuh diri. Tindakan bullying yang dilakukan oleh pelaku baik
dalam bentuk bullying verbal maupun nonverbal, akan berdampak pada psikologis korban.
Korban akan merasa tertekan dan tidak mampu untuk mengembangkan potensi dalam
dirinya serta tidak bertumbuh secara spiritual. Namun, yang terjadi adalah mereka hidup
dalam kepahitan, trauma, tidak percaya diri dan berada pada ambang kehancuran yang
mempengaruhi psikologi mereka.
Dampak Sosial
Setiap orang yang mengalami bullying mengalami ketakutan dan tidak percaya diri,
merasa tidak nyaman dan tidak bahagia. Aksi bullying menyebabkan seseorang menjadi
_____, Info Guru, ”Pengertian Bullying”, di akses dari http:// infogurubk. blogspot. co.id/2012/12/
pengertian-bullying.html, pada tanggal 07 Februari 2018 pukul 10.30
33
Anto M.Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 705
34
Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),
57
32
106
terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak mau akhirnya
mereka menjadi target bullying karena mereka berteman dengan korban. Menurut YKAI
(Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) menyimpulkan bahwa tindakan kekerasan
berdampak sangat serius terhadap kehidupan seseorang, misalnya korban memiliki konsep
diri yang negatif dan ketidakmampuan mempercayai dan mencintai orang lain, pasif dan
menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain.35 Jadi,
dampak dari tindakan bullying yang dialami oleh korban adalah sulit untuk berbaur dengan
orang lain atau menutup diri untuk berelasi dengan orang lain.
Metode dan Strategi Pastoral Konseling Kristen Bagi Korban Bullying
Pelayanan konseling harus ada metode dan strategi yang dipakai oleh konselor untuk
membuat pelayanan berhasil dan memudahkan konselor menolong konseli untuk
menyelesaikan masalahnya dan yang paling utama adalah untuk mendekatkan diri konseli
memahami kehendak Tuhan.
Pengertian Pastoral Konseling Kristen
Pastoral berasal dari kata “pastor”, dalam bahasa Latin atau dalam bahasa Yunani
disebut “poimen” yang artinya gembala. Secara tradisional dalam kehidupan gerejawi
merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau domba-Nya.
Pengistilahan ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karya-Nya sebagai pastor sejati
atau gembala yang baik (Yoh. 10).36 Pengosongan diri Allah (kenosis Theou) yang
menempati tempat yang sentral dalam pelayanan pastoral, dimana dalam Alkitab terutama
dimanifestasikan dalam perumpamaan tentang domba yang hilang. Berdasarkan pandangan
ini, Wolber merumuskan pelayanan pastoral Kristen seperti berikut:
Pelayanan pastoral (pemeliharaan jiwa) adalah apostolat atau pengutusan dari
kemurahan Allah yang tidak terbatas kepada manusia yang sesat dan hilang.
Pelayanan pastoral juga oleh Allah sendiri kepada hamba-hamba-Nya kepada
orang-orang yang menderita, orang-orang yang hidup dalam kebimbangan, orangorang yang bersalah (yang berdosa) dan orang-orang yang sedang menghadapi
maut, dalam ketakutan dan pergumulan mereka”.37
Demikian penulis menyimpulkan bahwa pastoral adalah seorang yang dipilih dan
dipanggil oleh Allah sendiri melalui kemurahan-Nya, dimana pendeta atau gembala
memiliki fungsi untuk melayani jemaat Tuhan yang sedang hidup dalam himpitan
pergumulan dan tugas ini dilakukan hanya untuk kemuliaan bagi nama-Nya.
Sedangkan istilah konseling diambil dari bahasa Inggris yaitu, counsellor yang artinya
penasehat, yang sudah dipergunakan dalam Perjanjian Lama misalnya dalam 1 Tawarikh
27:32 dengan istilah “soferim” yang diterjemahkan dalam bahasa inggris counsellor artinya
penasehat. Istilah ini juga muncul dalam Yesaya 9:6 dengan istilah misera (counsellor) yang
dinubuatkan tentang kedatangan Tuhan Yesus sebagai Penasehat Ajaib. Di dalam perjanjian
Cynantia, “Jurnal Bullying Dalam Dunia Pendidikan”, di akses dari http://cynantia-rachmijati.
dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-pendidikan/, pada tanggal 04 Juni 2018 pukul
10.30
36
J.L.Ch. Abineno, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 10
37
D.L. Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003),
26
35
107
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
baru, istilah counsellor paling sering muncul dalam hubungan dengan Roh Kudus (Yunani:
parakletos) artinya sebagai penasihat, penghibur dan penolong. 38
Demikian juga konseling diartikan sebagai alat pembaruan melalui pendamaian yang
membantu menyembuhkan keterasingan orang dari diri sendiri, dari keluarga, dari warga
gereja lainnya, dari orang yang berada di luar gereja dan dari hubungannya dengan Allah
yang memberi pertumbuhan serta membuka kesadaran baru, memperbaiki pandangan mata
hati yang dahulu menjadi buta karena kecemasan, kepedulian pada diri sendiri yang dibebani
oleh rasa bersalah akan segala keindahan, tragedi, keajaiban dan kesakitan orang. 39 Jadi,
pengertian konseling dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan pribadi kepada seseorang
yang sedang bergumul dalam hidupnya dengan tujuan untuk menolong atau membimbing
konseli yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Sesuai pemaparan tersebut, maka pengertian pastoral konseling adalah: melindungi
dan menolong jemaat mengalahkan hambatan-hambatan dalam pertumbuhan iman mereka
kepada Tuhan dan menolong mereka untuk terus bertumbuh dalam keselamatan supaya
semakin layak untuk menjadi teman sekerja Allah.
Metode Pastoral Konseling Kristen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.40 Di dalam
metode pastoral konseling, sangat penting memiliki sikap penuh pengertian dari pihak
konselor (understanding), sebagai suatu interpersonal relationship yang dilakukan dengan
cara dialog (bukan monolog).
Bagi hamba Tuhan, understanding haruslah lahir dari compassion (rasa belas kasihan
yang mendalam) terhadap konsele sama seperti yang Tuhan Yesus berbelas kasihan terhadap
orang-orang berdosa. Dimana undertanding juga adalah means (sarana, jalan) dan bukan
ends (tujuan akhir) dari koseling. Tetapi tujuannya adalah agar konseli mengenal diri sendiri,
akan dunianya, akan persoalannya bahkan mampu mengekspresikan secara tepat hingga
konsele sebagai individu yang harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri. 41 Berikut
penulis akan menguraikan bentuk-bentuk undestanding yang merupakan bagian dari metode
pastoral konseling.
Empathy (Empati)
Berbicara mengenai empathy adalah hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang
gembala atau hamba Tuhan dalam proses pelayanan konseling, yaitu sebagai sikap positif
konselor terhadap konseli yang diekspresikan melalui kesediaannya untuk menempatkan diri
pada tempat konseli, merasakan apa yang dirasakan konseli dan mengerti dengan pengertian
konseli. Disini Tuhan mengajarkan bahwa, Tugas seorang gembala adalah memiliki hati
yang penuh kasih bagi mereka yang hilang, tersesat, yang luka, dan yang sakit untuk
menuntun dan melindungi mereka dengan penuh belas kasihan, (Yeh. 34:16). Serta Rasul
38
E. P. Gintings, Konseling Pastoral Terhadap Masalah Umum Kehidupan, (Bandung: Jurnal Info
Media, 2009), 9-10
39
Horward Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002), 17-18
40
Anto M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 580
41
Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling, (Malang: Gandum Mas, 2000), 26
108
Paulus juga mendorong rasa empati, ketika ia mendesak sesama orang Kristen untuk
"Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang
menangis!" (Rm. 12:15).
Dengan adanya empati, maka konselor mengetahui, memahami, mengerti dan melihat
persoalan yang dialami oleh konseli. Namun, dalam berempati, konselor harus hati-hati.
Jangan berempati secara emosional, karena konselor hanyut dalam persoalan konsele.
Akibatnya, konselor tidak mampu melihat masalah dengan jelas. Tetapi, empati yang benar
adalah empati rasional (bukan irasional), yang artinya adalah empati yang tetap membatasi
diri dan menempatkan diri bahwa ia adalah konselor. Artinya, konselor tidak terbawa arus
dan hanyut dalam problem konseli.
Acceptance (Penerimaan)
Acceptance adalah merupakan bagian dari metode pelayanan konseling. Acceptance
adalah kesediaan koselor untuk menerima keberadaan konseli sebagaimana ia ada dengan
sikap nonjudgemental (tidak mengadili). Artinya, tidak melihat konseli semata-mata
berdasar kesalahan, kelemahan dan kegagalannya saja. Acceptance juga dapat diartikan
sebuah sikap membenarkan atau menetralisir apa yang salah pada konsele, tetapi harus
dengan sikap yang positif.42Jadi, acceptance yang sejati akan memberi peluang pada
konselor untuk mendorong konselinya melakukan tindakan dan langkah-langkah konkrit
tanpa menunggu sampai inti persoalannya ditemukan.
Jadi, seorang konselor harus menerima konseli dengan keberadaan dirinya atau tidak
pilih-pilih kasih (netral) seperti yang diungkapkan oleh rasul Paulus di dalam Roma 15:7,
demikian: “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah
menerima kita, untuk kemuliaan Allah”. Sehingga konseli mampu menghadapi realita
kehidupannya, mengambil keputusan-keputusan dan memikul tanggung jawab serta
melakukan tindakan-tindakan konkrit yang positif setelah mengalami dan menemukan selfconfidence (kepercayaan pada dirinya) melalui percakapan.
Listening (Mendengarkan)
Listening adalah unsur utama dari understanding. Listening sebagai salah satu syarat
utama untuk konselor, dan hal ini tidak akan dapat berhasil kalau konselor cenderung
narcissistic, yang kebutuhannya untuk mendapatkan apporoval (pujian, pengakuan), kurang
memiliki kerinduan untuk menolong konselinya serta kesediaan untuk mengorbankan
kepentingan pribadinya. 43 Firman Tuhan berkata Di dalam Amsal 17:17, demikian:
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam
kesukaran”. Artinya memberi perhatian, waktu serta mengajak dan mengarahkan hatinya
untuk menyerahkan pergumulannya kepada Tuhan. Pelayanan konseling yang berhasil
adalah konselor mampu bersedia untuk mendengarkan keluhan, masalah yang dialami
konsele. Pribadi Tuhan Yesus sebagai konselor agung, yang setia mendengar setiap seruan
orang -orang yang hidup dalam penderitaan dan tidak pernah lelah mendengar setiap seruan
orang yang datang kepada-Nya.
42
43
Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling, (Malang: Gandum Mas, 2000), 29
Ibid., 30
109
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
Responding (Menanggapi)
Menanggapi adalah memberi tanggapan yang membangun. Unsur-unsurnya adalah
warmth (kehangatan), support (dukungan), genuines (kemurnian), stimulating
(menstimulasi), merefleksikan dengan tepat perasaan konseli.44 Tuhan Yesus tidak hanya
saja mendengar setiap pergumulan seseorang yang berseru kepadanya, tetapi Dia
menanggapi. Bukti dari responding Tuhan Yesus sebagai titik toleransi yang Dia berikan
adalah dengan memberikan diri-Nya untuk disalibkan demi menyelamatkan manusia
berdosa, (Yoh. 3:16).
Dengan demikian, jika konselor mampu menanggapi setiap masalah konseli maka
hasilnya adalah konseli mampu mengetahui, menemukan sasaran dan arah serta cara
bertindak yang dapat membuatnya keluar dari masalah dan hal yang demikian konseli
mengurangi gejolak emosinya (meredakannya).
Strategi Pastoral Konseling Kristen
Di dalam melaksanakan pelayanan konseling oleh konselor sangat dibutuhkan strategi
yang tepat demi mencapai keberhasilan pelayanan yang maksimal, yaitu dengan cara:
menjalin kerjasama dengan orang tua remaja Kristen yang mengalami bullying dan menjalin
kerjasama dengan guru.
Pendekatan dan Kunjungan Kepada Konseli
Seorang pastor maupun hamba Tuhan yang melayani, harus perlu melakukan
pendekatan pribadi kepada konsele dengan cara mengusahakan suatu relasi atau hubungan
yang baik dengan remaja tersebut, karena relasi yang baik, yaitu relasi yang membuat konseli
yang mengalami merasa aman, relasi yang menciptakan kepercayaan maka pelayanan
tersebut akan berhasil.45 Tentunya dalam tahap pendekatan perkenalan, maka konselor
sangat perlu melakukan perkenalan terlebih dahulu untuk menjalin komunikasi yang baik
terhadap konseli.46
Di dalam tahap pendekatan pribadi, maka sangat perlu kunjungan. Kunjungan adalah
tradisi Calvinis yang diwarisi gereja-geraja di Barat yang datang untuk memberitakan injil.
Tujuan melakukan kunjungan ialah untuk memelihara dalam arti yang luas dengan anggota
jemaat. Seorang gembala, ia harus mengetahui situasi anggota-anggota jemaat, suka duka
mereka, persoalan-persoalan yang mereka alami karena gereja adalah satu-satunya instansi
yang atas inisiatifnya sendiri mengunjungi anggota-anggotanya.47
Berdasarkan strategi yang dilakukan oleh pastor kepada jemaat, melalui pendekatan
pribadi dan kunjungan. Di dalam pendekatan pribadi tersebut, adanya perkenalan dengan
objek yang akan dikonseling, menjalin relasi atau komunikasi yang baik serta melaksanakan
kunjungan.
Kerjasama Dengan Orang Tua
44
45
Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang..., 25
J. L. Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
91
46
Wayne A. Mack, Petunjuk-Petunjuk Alkitabiah Menuju kehidupan Bahagia, (Jakarta: Air hidup,
1994), 29
47
J. L. Ch. Abineno, Pedoman Praktis..., 95
110
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai
makhluk sosial.48 Dalam lingkup keluarga, peranan orang tua sangat dominan. Pada
hakekatnya orang tua bertanggung jawab untuk memelihara, melindungi dan mendidik.
Peranan orang tua sangat penting dalam membentuk pribadi anak. Suasana di dalam keluarga
memberi corak yang berarti bagi remaja, kehangatan dan keakraban dapat memupuk
tumbuhnya rasa aman dan percaya diri bagi anak remaja, dan dapat menolong mereka dalam
menjalin hubungan yang berarti dengan orang lain.49
Maka strategi yang dilakukan oleh seorang konselor untuk menjangkau remaja yang
mengalami bullying adalah menjalin kerjasama dengan orang tua remaja. Sehingga konselor
mampu mengetahui serta memiliki kesempatan yang besar dalam menjangkau remaja yang
mengalami bullying untuk melayani mereka.
Kerjasama Dengan Guru
Kasus bullying yang terjadi lebih banyak dialami di kalangan anak sekolah. Dalam
bagian ini, peran seorang konselor adalah dengan menjalin hubungan/kerjasama yang baik
terhadap guru-guru di sekolah. Karena ketika pihak sekolah mengabaikan keberadaan
bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang
dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya,
misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah. 50
Jadi, dalam bagian ini, penulis menjelaskan bahwa strategi yang baik yang harus
dilakukan oleh seorang konselor adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan guru
atau pihak sekolah yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah bullying yang terjadi di
sekolah.
Mem-Follow Up
Tiap orang yang telah mendapatkankan pelayanan konseling/pelayanan pribadi, harus
terus dipelihara supaya menjadi sempurna di dalam Kristus (Kol. 1:28). 51 Di dalam
Pelayanan Konseling, konselor tidak hanya melayani konseli secara pribadi dan cukup
berhenti disitu saja. Akan tetapi pelayanan konseling yang baik akan terus mendampingi
konseli dengan cara memonitor/men-follow up, sampai konseli benar-benar dewasa secara
iman dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Dalam hal ini konseli sudah dapat mandiri,
atau memiliki kematangan secara rohani. Karena ketika konselor lepas tangan begitu saja,
maka sewaktu-waktu konseli bisa saja kembali jatuh, maka tugas seorang konselor adalah
menguatkan, menopang dan menghibur.
Melalui Doa Bersama
48
Yusuf S., Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya, 2004), 24
Jason Lase, Pendidikan Agama Kristen,..., 39-42
50
Cynantia Rachmijati, “Jurnal Bullying Dalam Dunia Pendidikan”, diakses dari http://cynantiarachmijati.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-pendidikan/, pada tanggal 5 Juni
2018 pukul 08.30
51
Pondsius Takaliuang, Cara Menghidupkan Mayat di Dalam Terang Firman Allah, (Malang: Gandum
Mas, 1988), 221
49
111
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
Yang sangat penting dilakukan oleh seorang gembala dalam melakukan pelayanan
konseling selain perkunjungan, empati maupun percakapan adalah doa. Berikut penjelasan
tentang doa dalam konseling:
Doa adalah sebuah pelayanan Kristen atau tugas utama orang percaya. Sebab setiap orang
percaya telah ditetapkan sebagai imam dihadapan Allah untuk berdoa syafaat bagi sesama.
Berbicara mengenai doa dalam konseling adalah pemberi motivasi, penguji motivasi,
pemberi informasi dan inspirasi dalam pelayanan konseling. Doa juga menghadirkan Allah
dalam percakapan konseling. Doa merupakan pelayanan tindak lanjut pelayanan konseling
dan doa adalah alat pemelihara hubungan kita dengan Tuhan, konsele dan semua orang
yang dikasihi.52
Seorang gembala sidang harus berdoa dengan iman dan harus meyakini Allah bekerja
dalam setiap pelayanan yang dilakukan. Iman seorang gembala/hamba Tuhan yang melayani
dengan penuh kesungguhan akan menolong dan menguatkan iman anggota jemaat.53
Firman Tuhan Berkata: “...Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan sangat
besar kuasanya”54 Jadi, doa yang dinaikkan dihadapan Allah dengan segenap hati, maka ada
kuasa Tuhan yang Dia nyatakan untuk kemuliaan nama-Nya. Sesungguhnya doa juga bukan
hanya merupakan suatu kebiasaan atau rutinitas dalam pelayanan sehingga dianggap remeh.
Namun doa adalah hal yang terpenting di dalam melayani Tuhan. Sifat doa orang percaya
akan menentukan sifat pelayanan hamba Tuhan atau gembala. Doa menjadikan pelayanan
hamba Tuhan kuat, memberi keharuan dan menjadikannya teguh dan kukuh. 55 Tujuan doa
dalam pelayanan serta mendoakan orang yang dilayani adalah supaya orang-orang Kristen
mengerti kepentingan doa didalam hidupnya dan memahami cara berdoa yang patut serta
akan memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa. Inti dari semuanya itu, bahwa
doa adalah nafas rohani.
Kesimpulan
Setiap orang percaya tidak pernah terlepas dengan tantangan hidup yang harus
dihadapi. Tetapi, pada kenyataannya ada banyak orang percaya yang lari dari masalah
tersebut, putus asa, kecewa, depresi dan bahkan bisa saja menyelesaikan masalahnya dengan
berkeinginan untuk bunuh diri. Tugas sebagai hamba Tuhan adalah dengan menguatkan
yang lemah, maka sangat penting sekali melakukan konseling bagi mereka yang lemah iman,
yang sedang bergumul dalam setiap masalah yang mereka hadapi. Seperti yang diungkapkan
di dalam (Yeh. 34:16): “Yang hilang akan kucari, yang tersesat akan kubawa pulang, yang
luka akan kubalut, yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan
kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”. Bagian ini
mengingatkan peran hamba Tuhan yang telah Tuhan percayakan untuk pelayanan konseling
bagi setiap orang yang sedang bergumul, supaya setiap remaja Kristen yang mengalami
bullying mengalami pemulihan mental dan spiritual.
52
Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor, (Tangerang: Layanan Konseling Keluarga
dan Karir, 2017), 23
53
Seth Msweli & Donald Crider, Gembala Sidang Dan Pelayanannya, ( Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1974), 116
54
Yakobus 5:16
55
E. M. Bounds, Kuasa Karena Doa, (Surabaya: Yayasan Penerbitan Kristen Injili, tt), 21
112
Kepustakaan
Abineno, J.L.Ch.
2003
Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK Gunung Mulia
2001
Pendampingan Pastoral, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Bounds, E. M.
tt
Kuasa Karena Doa, Surabaya: Yayasan Penerbitan Kristen Injili
Cleary & Sullivan
2005
Bullying in Secondary Schools, California: Corwin Press
Clinebell, Horward
2002
Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan konseling Pastoral, Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Coloroso,
2018
“Bentuk Bentuk Bullying”, diakses dari http://ewintri bengkulu.
Blogspot.com /2012 /11/ bentuk-bentuk -bullying.html, pada tanggal 23 Mei
Dyck, Anni
1982
Tantangan Dan kebutuhan Remaja, Batu Malang: Departemen Pembinaan
Anak dan Pemuda/ YPPI
Echols, John M. & Hassan Shadily
1989
Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia
Gintings, E. P.
2009
Konseling Pastoral Terhadap Masalah Umum Kehidupan, Bandung: Jurnal
Info Media
Lase, Jason
2003 Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa,
Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Kristen Indonesia
Kenny, James & Mary Kenny
1991
Dari Bayi Sampai Dewasa, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Mack, Wayne A.
1994
Petunjuk-Petunjuk Alkitabiah Menuju kehidupan Bahagia, Jakarta: Air hidup
Maulana, Yoyok Prima
2017
“Kiva Program Anti Perundungan Terbaik Di Dunia”, Intisari, Oktober
Meweli, Seth & Donald Crider
1974
Gembala Sidang Dan Pelayanannya, Bandung: Yayasan Kalam Hidup
113
Jurnal Scripta| Volume 3, Nomor 1, (Mei, 2018)
Moeliono, Anto M.
1988
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nuhamara, Daniel
2008
PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, Bandung: Jurnal Info Media
Poewadarminta, W.J.S
1976 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka
Rina, Mulyani
2013
Pendekatan
Konseling
Spiritual
Untuk
Mengatasi
Masalah
Bullying/Kekerasan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Simanjuntak, Julianto
2017
Perlengkapan Seorang Konselor, Tangerang: Layanan Konseling Keluarga
dan Karir
2008
Self Healing and Counseling-Seni Pemulihan Hati, Tangerang: Layanan
Konseling Keluarga dan Karir
Stanton & Brenna B. Jones
2004
What’s The Big Deal? Why God Cares About Sex, Surabaya: Momentum
Susabda, Yakub B.
2000
Pastoral Konseling, Malang: Gandum Mas
Takaliuang, Pondsius
1988 Cara Menghidupkan Mayat di Dalam Terang Firman Allah, Malang:
Gandum Mas
Wijanarko, Jarot
2003
Love Sex Dating, Jakarta: Suara Pemulihan
Yusuf S.,
2004
Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: Rosda Karya
_____, Department U.S. of Justice, Criminal victimization in the United States,
Washington: Office of Justice Programs
_____, Info Guru, ”Pengertian Bullying”, di akses dari http:// infogurubk. blogspot.
co.id/2012/12/ pengertian-bullying.html, pada tanggal 07 Februari 2018
______, Jurnal Psikologi Undip,Vol.14 No.2 Oktober 2015
Astrinityas, “Apa Itu Bullying”, diakses dari http://co.id/2012/08/apa-itubullying_325.html, pada tanggal 10 Februari 2018
114
Cynantia, “Jurnal Bullying Dalam Dunia Pendidikan”, diakses dari http://cynantiarachmijati. Dosen. stkipsiliwangi.ac.id/2015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-pendidikan/,
pada tanggal 28 Mei 2018
Neni Sholihat’s World, “Defenisi Bullying”, diakses dari https://nsholihat. wordpress.
com/tag/definisi-bullying , pada tanggal 22 Mei 2018
Olweus, “Presentatiolweus”, diakses dari
http://www.nigz.nl/upload/presentatiolweus.pdf pada tanggal 14 Juli 2017
Richard Whittle,“Bullying”, diakses dari http://jogja.tribunnews.com/tag/bullying,
pada tanggal 28 Maret 2018
Sudirjo, Achmad Ridwan “Hypnotherapist”, diakses dari http://www.facebook. com/
achmad ridwanhypnotherapist/posts/10151731825433086, pada tanggal 22 mei 2018
115