As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
Abstract
Religious expressions in rural areas is no longer a problem with the
diversity it has. The social reality in Pangedaran Village is very
concerning, various problems such as the education rate is very low,
knowledge support activities are very minimal, even the drugs abuse is
common in the village. the social setting accompanies the da'wah
activities of the taklim, which demands that the recitation can fill Islamic
knowledge and religious experience and the congregation's spiritual care.
Thus, it is important to reveal the da'wah activities in the recitation in
caring for the congregation's spirituality to pacify the human ego as
spiritual beings. The purpose of this study is to explain the rituals,
experiences of members in carrying out the routines of the taklim
assembly to care for the spirituality of the congregation. Qualitative
methods and descriptive analysis were used to complete and obtain
relevant research results. Utilizing observation, in-depth interviews and
documentation to support the data to answer the main questions of this
research. The findings of this study, explained that the activities of the
taklim assembly in caring for the congregation's spirituality were carried
out by implementing dhikr, eradicating illiteracy, filling in religious
304 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
knowledge, recitation rituals, reading prayers, it were done consistently..
it provide opportunities for social interaction and support the spiritual
care of the congregation with social activities that form social capital so
that they enter the gemeinschaft of mind group that has the same drive
and motive, namely the spiritual instability of the congregation.
Keyword: majelis taklim; the spiritual congregation; preaching
Abstrak
Melihat ekspresi keagamaan di pedesaan sudah tidak menjadi persoalan
dengan keberagaman yang dimilikinya. Realitas sosial di Desa
Pangedaran sangat memprihatinkan, berbagai persoalan seperti angka
pendidikan sangat rendah, aktivitas pendukung pengetahuan sangat
minim, bahkan maraknya narkoba sudah menjadi rahasia umum di Desa
tersebut. Setting sosial demikian mengiringi aktivitas dakwah majelis
taklim, yang menuntut pengajian dapat mengisi pengetahuan keislaman
dan pengalaman keagamaan dan perawat ruhani jemaah. Dengan
demikian penting untuk mengungkap aktivitas dakwah dalam pengajian
tersebut dalam merawat ruhani jemaah dapat menentramkan ego
manusia sebagai makhluk spiritual dan landasan aritkel ini. Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan ritual, pengalaman anggota dalam
menjalankan rutinitas majelis taklim untuk merawat kerohanian jemaah.
Metode kualitatif dan menganalisis secara deskriptif digunakan untuk
menyelesaikan dan memperoleh hasil penelitian yang relevan.
Memanfaatkan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi dalam
mendukung informasi atau data akurat untuk menjawab pertanyaan
utama dari penelitian ini. Hasil dan diskusi pada temuan penelitian ini,
menjelaskan bahwa aktivitas majelis taklim dalam merawat ruhani jemaah
dilakukan dengan pelaksanaan zikir, pengentasan buta aksara, mengisi
pengetahuan keagamaan, ritual-ritual pengajian, pembacaan do’a, amalanamalan dan selawat dilakukan secara konsisten. Rutinitas jemaah
memberi peluang interaksi sosial dan mendukung perawatan ruhani
jemaah dengan kegiatan sosial yang membentuk modal sosial sehingga
mereka masuk ke dalam kelompok gemeinschaft of mind yang memiliki
dorongan dan motif sama, yaitu ketidakstabilan spiritual atau ruhani
jemaah.
Kata Kunci: dakwah; majelis taklim; ruhani jemaah
Pendahuluan
Eksistensi majelis taklim dan umat Islam adalah dua hal yang
tidak terpisah. Karena keduanya saling berinteraksi, mengisi dan
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 305
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
mempengaruhi. Secara umum majelis taklim berada di tengah
masyarakat didukung oleh masyarakat, bahkan inisiatif dari umat
Islam baik secara individu maupun komunitas. Sehingga
pengetahuan yang diperoleh dari aktivitas majelis taklim dapat
memberi perubahan sosial.1 Hal ini disebabkan potensi majelis
taklim tidak begitu tergali secara mendalam, bahkan majelis taklim
kerap dipandang taken for granted bagi masyarakat awam dan
akademisi. Kondisi demikian memicu penelitian majelis taklim ibuibu ini tidak mungkin ditawar lagi.2
Secara umum majelis taklim dihadiri oleh kaum perempuan
sehingga ia identik dengan pengajian ibu-ibu.3 Beberapa kelompok
menganggap bahwa perempuan tidak memiliki kemampuan untuk
mendalami kajian agama dan melibatkannya dalam membuat
hukum.4 Hal demikian bertentangan dengan temuan Umdatul
Hasanah yang menyebutkan beberapa tokoh majelis taklim mampu
mendapatkan kepercayaan publik, tidak terbatas pada persoalan
agama, tetapi meluas ke ruang publik di panggung nasional bahkan
internasional. Ia menyadari bahwa saat ini keberadaan majelis
taklim juga memiliki nilai tawar yang banyak ditunggu terkait sikap
dan kewenangannya menyikapi realitas kehidupan umat Islam. 5
Majelis taklim telah lama berkembang dan hadir dalam
kehidupan masyarakat muslim sebagai media dakwah dan lembaga
kependidikan yang diminati untuk memperoleh pengetahuan
1
Henda, Panduan Umum Majelis Ta’lim (Jawa Barat: Yayasan AMMA, 2010),
7.
2 Khaerul Umam Noer, “Majelis Taklim Perempuan Dan Transformasi
Otoritas Keagamaan Dalam Perspektif Feminist Anthropology” (Surabaya,
2009).
3 Umdatul Hasanah, Majelis Taklim Perempuan Dan Perubahan Sosial
Pada Masyarakat Perkotaan (Magelang: PKBM ‘Ngudi Ilmu’, 2017), iv.
4 Alimatul Qibtiyah, ‘Pengakuan Ulama Dan Isu Perempuan Di Majlis
Trajih Dan Tajdid Muhammadiyah’, dalam Demokratisasi Fatwa, Diskursus, Teori
Dan Praktik, ed. Syafiq Hasyim (Tangerang Selatan: International Center for
Islam and Pluralism (ICIP), 2018), 193–211.
5 Umdatul Hasanah, “Majelis Taklim and the Shifting of Religious Public
Role in Urban Areas,” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 13, no.
1 (2019): 97.
306 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
keagamaan.6 Kehadiran majelis taklim bagi masyarakat dapat
dinyatakan sebuah fenomena unik, karena lembaga ini memiliki
akar dalam sejarah dan dakwah Rasulullah, selain itu lembaga ini
tetap hidup di abad modern.7 Bahkan keberadaan majelis taklim
dapat berfungsi sebagai alternasi pendidikan non formal bagi
perempuan, sehingga ia terus diminati dalam memenuhi
pengetahuan keagamaan dan sekaligus gerakan sosial keagamaan. 8
Program Penelitian Pemberdayaan Perempuan dalam
Konteks Muslim (WEMC), menyimpulkan bahwa majelis taklim
tidak hanya memberikan manfaat untuk menimba ilmu agama.
Melalui proses pembelajaran dua arah dan desain khusus materi
terkait berbagai masalah nyata yang dihadapi perempuan, majelis
taklim dapat mendorong perempuan untuk memberdayakan diri
dan menantang otoritas publik dan pemuka agama. 9 Melalui majelis
taklim perlahan akhlak jemaah yang selalu hadir berubah lebih
baik, namun terdapat sedikit anggota yang belum mengalami
perubahan.10 Karena aktivitas yang dilakukan berbasis masyarakat
dengan kekhasan nilai Islam dalam pelaksanaan majelis taklim yang
berkelanjutan. Sehingga ia memberi kontribusi terhadap
perempuan dalam berbagai bidang: pertama, dapat meningkatkan
pengetahuan keagamaan, kedua, pengembangan keterampilan,
6 Givani Anisa Putri, Imron A. Hakim, dan Evy Ratna Kartika Wati,
“Dinamika Kelompok Pada Majelis Taklim Jami’atul Muslimah Di Desa
Mataram Kabupaten Musi Rawas,” Journal of Non formal Education and Community
Empowerment 3, no. 1 (2019): 44–51.
7 Asnil Aidah Ritonga dan Mahariah, “Majelis Taklim Sebagai Sebuah
Lembaga Pendidikan,” Al-Kaffah 2, no. 2 (2014): 143–76.
8 Rumadani Sagala, “Peran Majelis Taklim Al-Hidayah Dalam Pendidikan
Islam Dan Gerakan Sosial Keagamaan Di Propinsi Lampung,” AL-MURABBI:
Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2019), 34.
9 Dini Anitasari et al., “Perempuan Dan Majelis Taklim: Membicarakan Isu
Privat Melalui Ruang Publik Agama Penulis :,” April (2010): 3.
10 Mega Lestari Ningsih, “Urgensi Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak
Jamaah Di Majlis Taklim Al-Hidayah Desa Keranggan Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi” (Jambi, 2020).
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 307
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
ketiga, mengentas buta aksara, keempat, menjadi tempat menggali
pengetahuan agama berbasis masyarakat sepanjang hidup.11
Majelis taklim di Indonesia tersebar dan menyatu dengan
masyarakat, hal ini menunjukkan peningkatan semangat
keberagamaan umat Islam yang dibina melalui lembaga majelis
taklim telah membawa arti penting dalam kehidupan. Lembaga
pendidikan non formal tersebut telah berhasil membina umat dan
dimanfaatkan untuk rekreasi ruhani, silaturrahmi antar ulama, guru,
ustadz, kyai bersama umat. 12 Rekreasi ruhani merupakan bagian
dari ritual dalam diri manusia untuk mencapai keruhanian atau rasa
spiritual yang dapat ditumbuhkan melalui proses yang
berkelanjutan.
Artikel ini tidak dapat melepaskan bahwa bahwa konsep
ruhani merupakan hal fitrah dalam diri manusia, sehingga ia
memungkinkan untuk hilang dan atau tetap kokoh dalam batin
setiap individu. Rasa ruhani menjadi simbol atau identitas bahwa
manusia merupakan makhluk spiritual yang menduduki fisik
jasmani. Oleh karena itu, rasa ruhani dapat terjadi oleh orang yang
berbeda-beda. Dengan demikian kesadaran spiritual melalui
rutinitas seperti zikir dan aktivitas keagamaan lainnya, dapat
menetramkan ego manusia dalam menyikapi realitas.13
Zikir, adalah alah satu aktivitas majelis taklim yang biasa
disebut oleh ustadzah dan jemaah dengan “syair pengajian”.
Majelis taklim ini berada di Desa Pangedaran Kecamatan Pauh,
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Pengajian tersebut
dilakukan secara konsisten untuk mengajar dan membimbing kaum
muslimah baik dalam ibadah, pengetahuan keagamaan dan
11 Helmawati, “Meningkatkan Pendidikan Perempuan Indonesia Melalui
Optimalisasi Majelis Ta’lim,” INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia
and Southeast Asia, 3, no. 1 (2018): 65–88.
12 Hanny Fitriyah, Darmi AR, dan Rakhmad Zailani Kiki, Manajemen &
Silabus Majelis Taklim (Jakarta Utara: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam
Jakarta (Jakarta Islamic Centre), 2012), 10.
13 M.Iqbal Irham, Rasa Ruhani: Spiritualitas Di Abad Modern (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012).
308 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
berbagai ritual agama lainnya. Pertanyaan utama dalam penelitian
ini yaitu bagaimana aktivitas dakwah di majelis taklim dalam
perawatan ruhani jemaah atau rasa spiritualitas pada majelis taklim
di Desa Pangedaran. Fokus artikel ini ialah meliputi aktivitas
majelis taklim dan rutinitas zikir, sehingga keberadaan pengajian
tersebut terlibat dalam merawat ruhani jemaah yang dapat
menambah kekokohan rasa spiritual jemaah atau bahkan
sebaliknya.
Di Kementerian Agama Provinsi Jambi, berjumlah ratusan
bahkan ribuan majelis taklim yang terdata pada periode tertentu,
seperti 306 MT (Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2018), 86 MT
(Kota Sungai Penuh, 2019), dan 439 MT (Kabupaten Merangin,
2019). Di Jambi majelis taklim dalam aktivitas politik Pilkada tahun
2020. Syafril Nursal yang merupakan pasangan calon Gubernur
Jambi yaitu Fachrori-Syafril mengunjungi pengajian majelis taklim
yang sedang berlangsung, pada saat itu Syafril mengakui bahwa
majelis taklim dapat bersosialisasi dan berdiskusi antara satu orang
dengan yang lain.14 Hal di atas sangat berpeluang secara politis,
sebagaimana diperlihatkan oleh sebuah studi yang menjelaskan
bahwa majelis taklim menjadi media untuk berinteraksi dengan
politisi dan menarik jemaah dengan menggunakan identitas agama,
ritual dan kekuatan posisi mereka untuk menggalang dukungan
politik.15
Di Sarolangun majelis taklim mendapat bimbingan dari
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Pauh, di Desa Karang
Mendapo yang dihadiri kurang lebih 50 anggota majelis taklim. 16
Majelis Taklim Nurul Yakin Desa Pauh telah diteliti oleh Rohman
mengenai strategi dai dalam menyampaikan nilai keislaman pada
14 SM, “Emak-Emak Majelis Taklim Kota Jambi Berikan Dukungan Ke
Fachrori-Syafril,” Jamberita.Com, 2020, https://jamberita.com.
15 Nisaul Fadillah, “Female Brokers: Mobilising Voters within Indonesia’s
Majelis Taklim Network,” Global Media Journal Australian, 14, no. 1 (2020): 12.
16 akb, “KUA Kec Pauh Memberikan Bimbingan Majelis Taklim,” Kantor
Wilayah
Kementerian
Agama
Provinsi
Jambi,
2013,
https://jambi.kemenag.go.id.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 309
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
Majelis taklim dilakukan.17 Sedangkan di Desa Pangedaran Kec.
Pauh, majelis taklim belum ditemukan penelitian sejenis dari aspek
apapun. Di Pangedaran aktivitas majelis taklim rutin melakukan
zikir dan selawat dalam rangka merawat ruhani jemaah. Menurut
Iqbal rasa ruhani manusia dapat dipraktikkan dengan melakukan
zikir, ia merupakan metode yang harus dilakukan secara
berkelanjutan karena pada metode ini akan dapat mendeteksi
ruhani dalam diri manusia. 18 Oleh karena itu, posisi artikel ini
bertujuan mendeskripsikan aktivitas majelis taklim seperti zikir,
selawat, bacaan sejumlah amalan dan sebagainya yang
berkontribusi pada perawatan ruhani jemaah.
Artikel ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian
lapangan untuk meneliti objek alamiah dalam aktivitas majelis
taklim, peneliti menjadi instrumen kunci pada metode tersebut.
Penelitian lapangan berupaya meneliti, menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, mempelajari, memahami dan menjelaskan
seseorang atau sekelompok orang pada suatu komunitas yang
berinteraksi. Peneliti menggunakan teknik penelitian dalam
mempelajari masyarakat mereka sendiri.19 Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dilakukan pada
sejumlah partisipan: Ustadzah Ama Kalsum; Ketua majelis taklim;
dan beberapa jemaah; dokumentasi; foto maupun peta untuk
memperoleh informasi dan data akurat dalam menjawab
pertanyaan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Wawancara lapangan dihasilkan dari interaksi peneliti dan anggota
majelis taklim, ustadzah, dan masyarakat. Data tersebut dianalisis
terkait aktivitas dan konsistensi majelis taklim dalam merawat
aspek ruhani jemaah yang dilaksanakan untuk mendidik masyarakat
17 Fathur Rohman, “Strategi Da’i Dalam Menyampaikan Nilai-Nilai
Keislaman (Studi Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh Kecamatan Pauh
Kabupaten Sarolangun Jambi)” (Jambi, 2018).
18 M.Iqbal Irham, Rasa Ruhani: Spiritualitas Di Abad Modern, 136.
19 W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches, 7th ed. (Boston: Pearson Education, 2011), 462–463.
310 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
muslimah baik dalam bidang ibadah maupun muamalah di Desa
Pangedaran Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun.
Pembahasan
Majelis taklim di Desa Pangedaran merupakan salah satu
wilayah di Kec. Pauh Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
Majelis taklim ini rutin dilakukan di hari Jumat di Masjid AtTaubah RT.02 dimulai dari jam 14.00 sampai 16.00 WIB. Majelis
taklim ini mengalami berbagai perubahan respon masyarakat
maupun anggota majelis taklim tersebut. Semangat anggota
komunitas dalam aktivitas pengajian telah terjadi pergeseran dan
naik turun kehadiran jemaah setiap pertemuan.
Suatu ketika pengajian yang dilaksanakan dengan jemaah
yang begitu besar, namun pada waktu lain pengajian hanya dihadiri
oleh beberapa orang. Hal demikian tidak menjadi hambatan dan
penghalang ustadzah untuk tetap menjaga spirit dakwah melalui
majelis taklim. Pada suatu ketika sempat terjadi bahwa ustadzah
yang menunggu kedatangan anggota pengajian, semangat untuk
menyebarkan pengetahuan keagamaan dan memperbaiki perilaku
dan moral masyarakat menjadi motif bagi pengajar untuk terus
konsisten menyebarkan ajaran Islam pada satu kelompok maupun
individu.
Masyarakat sekitar sesungguhnya mengetahui keberadaan
majelis taklim tersebut dan penyelenggaraannya di Masjid AtTaubah, namun semangat beragama dan kebutuhan akan nasehatnasehat agama masih kurang bagi warga sekitar. Padahal dari desa
tetangga yaitu Desa Pauh, terdapat beberapa orang yang mengikuti
pengajian yang diselenggarakan di Masjid tersebut. Namun,
dikarenakan masyarakat desa ini tidak begitu antusias untuk
mengisi kekurangan pengetahuan agama dan kekeringan spiritual
sehingga majelis taklim tersebut tidak dapat mereka ikuti bersama
anggota pengajian lainnya.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 311
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
Generasi muda di Desa Pangedaran tidak mendapat
pendidikan keagamaan yang memadai, sedangkan orang tua atau
masyarakat luas tidak begitu minat dengan pengajian-pengajian
keagamaan. Bahkan tidak dapat dihindari, aktivitas anak muda
Desa ini diiringi penyebaran narkoba atau obat terlarang lainnya
yang marak dan mudah diakses oleh masyarakat. Namun, dalam
kehidupan realitas sosial demikian, pengajian ibu-ibu bertahuntahun bahkan puluhan tahun terus berlanjut, tidak khawatir atas
pujian dan cacian masyarakat sekitar, kaum ibu-ibu dan orangorang berumur tetap konsisten mempelajari ilmu keislaman dan
mengasah serta merawat ruhani jemaah secara terus-menerus.
Masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan dan aktivitas sosial
yang dapat menyadarkan anggota jemaah bahwa agama terlibat
dalam menyelesaikan persoalan masyarakat, pengetahuan
keagamaan, dan kehidupan sosial.20 Majelis taklim di Desa
Pangedaran melaksanakan pengajian di masjid sebagai rumah
pemersatu umat, pusat pendidikan masyarakat, dan medan
silaturahmi umat Islam.
Majelis Taklim: Konsistensi di Jalan Dakwah
Majelis taklim di Desa Pangedaran ini dibentuk untuk
menjadi wadah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
mempelajari Islam. Ama Kalsum menyatakan bahwa majelis taklim
di Desa Pangedaran telah dilakukan sejak tahun 1983. Namun
pengajian tersebut rutin dilakukan di tahun 1987. 21 Tujuan
pelaksanaan pengajian tersebut semula adalah mengirim doa
kepada ruh yang telah mendahulu mereka, membaca al-Fatihah,
Surat al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas, agar para jemaah dan orang tua
yang mengikuti majelis tersebut selalu mengingat kematian.
Mukhibat, “Rekonstruksi Spirit Harmoni Berbasis Masjid (Studi Kasus
KPM Tematik Posdaya Di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo),” dalam
Memahami Realitas Sosial Keagamaan, ed. Raudatul Ulum (Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2015), 185.
21 Wawancara, Ustazdah Ama Kalsum, 16 Oktober 2020.
20
312 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
Sejak 1987 hingga sekarang pengajian atau majelis taklim
tersebut dilakukan pada hari Jumat sore. Jemaah pengajian atau
majelis taklim tidak ada batasan usia, baik muda maupun tua, yang
terpenting adalah bahwa seseorang tersebut memiliki keinginan
untuk mempelajari ilmu agama yang diajarkan di majlis taklim
tersebut.22 Majelis taklim telah memberi manfaat besar, karena
mampu menambah wawasan bagi jemaah dan komunitas muslim.
Dalam kehidupan nyata majelis taklim menjadi tempat
pembelajaran keagamaan yang sangat fleksibel, tidak tertutup bagi
usia tertentu, lapisan masyarakat, maupun jenis kelamin. Sehingga
majelis taklim menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan
pengetahuan umat Islam bagi kalangan tertentu. 23
Sejak awal hingga sekarang pengajian ini diajarkan oleh
Ustazah Ama Kalsum. Majelis taklim ini diketuai oleh Nyai Emilia.
Anggota majelis taklim pada awalnya berjumlah 15 orang hingga
berkembang dan bertambah peminatnya sampai saat ini.
Permintaan masyarakat setempat dan khususnya jemaah majelis
taklim untuk memperbaiki ibadah, puasa, salat dan ibadah
lainnya.24 Harapan masyarakat sesungguhnya adalah realitas sosial
yang tidak mungkin diabaikan dalam menjawab kekosongan
pengetahuan dan semangat beragama umat muslim. Hal ini pula
yang menuntut peran penting majelis taklim untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta pengamalan Islam bagi masyarakat
muslim dewasa.25 Dengan demikian majelis taklim menjadi media
22
Wawancara, Ustazdah Ama Kalsum.
Aspari Ismail, Penguatan Pendidikan Islam Informal Dan Non Formal, ed.
Moh. Haitami (Pontianak: Bulan Sabit Press, 2016), 7.
24 Wawancara, Ketua Majels Taklim, 17 Oktober 2020.
25 Suhirman, Rini Fitria, dan Fathan Awwalur Rayyan, “Dakwah Subuh
Dan Filantropi Islam: Praktik Terbaik Pembelajaran Dakwah Di Era Millenial,”
Jurnal Ilmiah Syiar 20, no. 1 (2020): 65.
23
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 313
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
dakwah yang berorientasi pada memasyarakatkan Islam, seperti
dilaksanakan di musholla, masjid dan tempat lainnya.26
Dakwah dalam kerangka strategi kebudayaan meliputi semua
wilayah kehidupan manusia yang bermuara pada peradaban dan
perubahan dimensi masyarakat untuk mensejahterahkan kehidupan
duniawi dan ukhrawi.27 Karena pendekatan dakwah dapat
memasuki kehidupan manusia yang kompleks. Sehingga dakwah
berperan dalam pemulihan keseimbangan, mengarah pada
pembebasan, serta persaingan terhadap budaya lain. 28 Terlihat
dalam pengajian ini tidak ada aktivitas arisan, baju seragam, 29 hal ini
tidak dianjurkan oleh ustazah tersebut, jadi dalam pengajian
memakai pakaian apa adanya, tidak perlu harus mengeluarkan biaya
untuk membuat seragam atau membeli makanan. Demikian
merupakan aktivitas dan praktik dalam merawat ruhani jemaah
dengan menjauhkan jemaah dari ketergantungan materi dan
menghindarkan dari perbuatan duniawi yang dapat merusak
kesadaran spiritual manusia. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
ruhani jemaah secara sistematis dirancang oleh ustadzah untuk
menafikan beban materi terhadap anggota majelis taklim. Berbeda
dengan rutinitas pengajian di kalangan masyarakat urban yang
mana majelis taklim menjadi wadah hijrah; fashion, simbol-simbol
keagamaan menjadi praktik konsumtif bagi majelis taklim kelas
menengah. Dwi menyimpulkan bahwa hijrah pada komunitas
majelis taklim ini adalah konversi dari non-Salafi menjadi gerakan
Ahmad Darlis, “Hakikat Pendidikan Islam: Telaah Antara Hubungan
Pendidikan Informal, Non Formal Dan Formal,” Jurnal Tarbiyah XXIV, no. 1
(2017): 93–94.
27 Waryono Abdul Ghafur, “Dakwah Dan Interaksi Interkultural,” dalam
Dakwah Humanis, ed. Muhammad Habibi Siregar and Joko Susanto (Bandung:
Citapustaka Media, 2014), 70.
28 Yasril Yazid dan Nur Alhidayatillah, Dakwah Dan Perubahan Sosial
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), 20-21.
29 Wawancara, Ustazdah Ama Kalsum.
26
314 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
Salafi, sehingga konsekunsinya kehidupan keagamaan
masyarakat kota telah terjadi pengaburan realitas fisik. 30
di
Hal ini mempermudah jemaah dalam mengikuti pengajian,
sehingga tidak terikat dan memberatkan jemaah dengan membawa
makanan, honor, ataupun yang lain sebagaimana dakwah atau
pengajian-pengajian di sebagian kota saat ini. Honorarium menjadi
persoalan jika dikaitkan dengan dakwah. Sebagian tidak
membenarkan jika aktivitas dakwah dihubungkan dengan gaji.
Namun pandangan lain membolehkan pemberian honor, namun
hal tersebut tidak mengurangi kebersihan hati, istiqamah, serta
kesungguhan dai dalam berdakwah. Idealnya, lembaga tertentu atau
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap imbalan bagi ustadz,
dai, guru, maupun imam yang memiliki perhatian penuh dalam
mendakwahkan Islam.31
Kemudahan tersebut terlihat bagaimana para jemaah tetap
konsisten mengulang-ngulang kajian sebelumnya bila ustadzah
yang mengisi pengajian tidak hadir, para jemaah tetap
melangsungkan pengajian tersebut, membaca syair, doa, dan
amalan-amalan yang tertulis dalam salinan syair. 32 Di sini terlihat
bahwa konsistensi jemaah dalam menyelenggarakan pengajian
adalah hasil dari pemeliharaan spirit jemaah yang telah berlangsung
bertahun-tahun. Sehingga anggota majelis taklim menjadikan
kegiatan pengajian tersebut sebagai aktivitas wajib, rutin dilakukan
setiap hari Jumat, hadir ataupun tidak guru yang mengajari mereka,
pengajian tetap berlangsung hingga mereka dapat mengembangkan
kualitasnya. Demikian interaksi anggota jemaah dalam bekerjasama
dalam memadukan peran sehingga kemampuan dan kebutuhan
30 Dwi Retnani Srinarwati, Pinky Saptandari Endang Pratiwi, dan Diah
Ariani Arimbi, “Simulacra in Women’s Majelis Taklim Based on Jean
Baudrillard’s Perspective,” JURNAL STUDI KOMUNIKASI 4, no. 3 (2020):
632.
31 Muchlis M. Hanafi, ed., Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, Dan Berpolitik
(Tafsir Al-Qur’an Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2009),
454.
32 Wawancara, Ketua Majels Taklim.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 315
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
spiritual mereka dapat dipenuhi. Dalam majelis taklim terlihat
interaksi sosial bekerja secara alamiah, tidak ada aturan yang
mengikat, saling menaklukkan atau mendominasi antara satu orang
dengan yang lain.
Majelis taklim yang memuat syair-syair Islam menjadi wadah
dakwah berkelanjutan yang memuat tema dari aspek akidah,
ibadah, dan kematian. Demikian juga aktivitas majelis taklim di
Desa ini seperti menjenguk jemaah yang tertimpa musibah, sakit,
meninggal, syukuran, dan yasinan.33 Setelah pengetahuan tentang
keagamaan diperoleh jemaah pengajian berupaya melakukan amal
sosial dalam rangka mengamalkan ajaran Islam dan tetap
menjalankan misi dakwah agar tetap menjaga ajaran agama di
tengah-tengah masyarakat. Sehingga kegiatan demikian dapat
mengembangkan kualitas jemaah secara berkelanjutan.34
Akidah atau keimanan adalah hal utama yang ditekankan
untuk ditanam kepada umat manusia di masa awal dakwah Nabi
dijalankan yaitu periode Makkah. Berbeda dakwah Nabi di
Madinah yang memberi penekanan pada aspek terapan syariat
Islam, penataan kehiduan manusia, dan pembangunan ekonomi
umat sebagai dasar dalam bernegara dan berbangsa.35 Demikian
penting akidah sebagai bahasan di dalam aktivitas dakwah umat
Islam hari ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa keimanan bukanlah
sesuatu yang mudah untuk diletakkan porsinya dalam hidup
manusia.
Majelis taklim kemudian menjadi suatu agama vernakular,
akrab dengan masyarakat, merakyat, demokratis, egaliter yang
mengisi kekurangan semangat religiusitas sosial, terkhusus ibu-ibu
33
Wawancara, Ustazdah Ama Kalsum.
Muhammad Qadaruddin, A.Nurkidam, dan Firman, “Peran Dakwah
Masjid Dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat,” Ilmu Dakwah: Academic
Journal for Homiletic Studies 10, no. 2 (2016): 237.
35 Sahdin Hsb, Politik Arabisasi Dan Dakwah: Refleksi Perkembangan Dakwah
Era Umaiyah Dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer Di Indonesia (Medan:
Perdana Publishing, 2019), 111.
34
316 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
yang butuh terhadap agama sebagai landasan pendidikan dalam
keluarganya.36 Seorang ustadzah menjadi agen dalam membina,
mengajar serta menyadarkan jemaah dengan komunikasi
persuasif.37 Pendekatan ini menghadirkan pola komunikasi kultural
yang tidak membiarkan pemisah atau jarak antara pengajar dengan
jemaah, sehingga pengajian dapat dilaksanakan secara egaliter.
Misi merawat ruhani kaum muslimah diselipkan dalam
majelis taklim tersebut sebagai upaya menangkal jemaah dari
berbagai tantangan dakwah di era milenial. Konsistensi anggota
pengajian setiap minggu merupakan tanggapan kultural terhadap
berbagai aktivitas dakwah di era media online yang mengakibatkan
masjid absen dari aktivitas dakwah dan menjamur atau viralnya
ceramah ustadz populer di youtube maupun media sosial lainnya.38
Pengajian tidak dapat berjalan terus-menerus jika ustadzah tidak
memiliki kecerdasan komunikasi dan interaksi dengan masyarakat
yang memiliki ragam karakter. Komunikasi menjadi suatu
determinan ketika berinteraksi dengan berbagai lawan bicara, Islam
telah memberi perhatian dan meletakkan prinsip dasar dalam
berkomunikasi, yaitu perkataan yang benar, layak, lembut, baik,
jelas dan fasih.39
Pembahasan tentang kematian, mendoakan arwah terdahulu,
serta menjenguk orang yang meninggal adalah aktivitas spiritual
dalam meningkatkan kesadaran atas kefanaan manusia dan
keabadian Tuhan Maha Pencipta dan Maha Hidup. Sehingga
dengan materi tersebut jemaah dapat menyadari keberadaannya di
36
Muhammad Iskandar, Azyumardi Azra, and Muhammad Hisyam, Sejarah
Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 3 (Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2015), 415.
37 Bustanol Arifin, “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah Dalam
Membina Masyarakat Pedesaan,” Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi 2, no. 2
(2018): 159.
38 Suhirman, Fitria, dan Fathan Awwalur Rayyan, “Dakwah Subuh Dan
Filantropi Islam: Praktik Terbaik Pembelajaran Dakwah Di Era Millenial,” 63.
39 Mubarok dan Made Dwi Andjani, Komunikasi Antarpribadi Dalam
Masyarakat Majemuk (Jakarta Timur: Dapur Buku, 2014), 8.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 317
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
dunia ini, asal-asul manusia, hakikat hidup di dunia dan tujuan
akhir kehidupan manusia. Dalam studi tasawuf, manusia sebagai
seorang ciptaan yang lemah ia harus sadar atas tugas serta
kewajibannya sebagai hamba dan tanggung jawabnya di bumi.40
Hal ini bukan berarti mengabaikan aktivitas sosial
sebagaimana kegiatan masyarakat pada umumnya. Menjenguk
orang sakit, masyarakat tertimpa musibah, atau yasinan di rumah
warga merupakan kegiatan majelis taklim yang cukup
memperhatikan kehidupan nyata dimana pengetahuan,
pemahaman, dan amalan yang diperbuat sebanyak-banyaknya tidak
akan memberi manfaat kepada umat Islam jika tidak
disosialisasikan secara kultural atau dengan dakwah bi al-hal. Selain
itu, interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota majelis taklim dan
ustazdah tersebut adalah upaya membuat ikatan, memperkuat
persatuan dan memperkokoh persaudaraan sesama umat Islam.
Majelis taklim kemudian menjalankan fungsi dan
memasukkan makna dalam kegiatan pengajian,41 seperti fungsi dan
makna religi; sosial budaya; apresiatif; reflektif dan kontemplatif
baik yang berkaitan dengan syair pengajian di masjid maupun
pertemuan di rumah ibu-ibu ketika yasinan. Keseluruhan makna
dalam majelis taklim ini adalah bagian terpenting yang harus
diungkapkan dan dilestarikan. Sehingga jemaah merasakan
bagaimana persaudaraan sesama umat Islam terawat di satu sisi,
dan aspek spiritual dan keruhanian anggota pengajian dapat
terasah. Jemaah majelis taklim bila dapat bekerja dengan baik,
memungkinkan lembaga pendidikan non formal ini disebut sebagai
organisasi dakwah atau organisasi sosial keagamaan. 42 Hal ini
terlihat ada usaha untuk melembagakan majelis taklim menjadi
40
S. Hamdani, “Tasawuf Sebagai Bahan Terbaik Dakwah” (Jakarta, 2006),
104.
41
Ni Luh Nyoman Seri Malini, Analisis Wacana: Wacana Dakwah Di
Kampung Muslim Bali (Denpasar-Bali: Cakra Press, 2016), 88.
42 Mujahidin, “Urgensi Majelis Taklim Sebagai Lembaga Dakwah Di
Masyarakat,” Jurnal Alhadharah 17, no. 33 (2018): 5.
318 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
sebuah rumah bersama untuk melakukan kerja-kerja keagamaan
maupun sosial.
Mengentas Buta Aksara Jalan Merawat Ruhani Jemaah
Tujuan syair pengajian ini dilakukan untuk beribadah,
mengajarkan pengetahuan agama kepada masyarakat khususnya
kaum muslimah di Desa Pangedaran. Secara umum tujuan
pengajian ini diselenggarakan untuk mengembangkan ajaran
agama. Sebagaimana dinyatakan oleh Ustadzah Ama Kalsum:
Memperkembangkan apo namo ko perjuangan agama,
jangan agama tu putus kan. Mengembangkan pengajian tu
pengajaran agama. Mengajar baco huruf Arab.43
Sebelum pengajian dimulai, terlebih dahulu belajar membaca
huruf Arab, selawat, penyelenggaraan jenazah. Dimulai dengan
mempelajari sembahyang orang mati, belajar ngaji.44 Karena ketika
pertama kali pengajian ini diselenggarakan para jemaah terkhusus
orang-orang tua di masa itu tidak bisa membaca huruf Arab, jadi
membaca yasin hanya melihat huruf latinnya.45 Namun setelah
keberlangsungan majelis taklim yang kian lama, para anggota
majelis sudah mampu membaca huruf Arab, ayat-ayat pendek dan
membaca syair-syair yang bertuliskan huruf Arab. Secara alamiah
majelis tersebut ikut berperan membina pengetahuan keislaman
jemaah pengajian.46
Keprihatinan tersebut menjadi alasan pokok atas kehadiran
pengajian di Desa Pangedaran, Sehingga pertama kali yang ditekuni
adalah belajar huruf Arab, mengaji. Sehingga target awalnya adalah
pengentasan buta aksara Arab di Desa ini, jika sudah mampu,
kemudian dilanjutkan mempelajari salat jenazah, mandi jenazah,
43
Wawancara, Ustadzah Ama Kalsum.
Wawancara, Naimah, 20 Oktober 2020.
45 Wawancara, Ustadzah Ama Kalsum.
46 Firman Nugraha, “Majelis Taklim Sebagai Basis Pemberdayaan Umat,”
Jurnal Diklat Keagamaan XII, no. 33 (2018): 108.
44
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 319
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
kemudian mempelajari syair-syair perlembar setiap pengajian
digelar, membaca syair-syair yang telah disusun dan dibagikan
kepada jemaah, hingga saat ini para jemaah sudah mahir dan
bahkan hafal syair-syair yang dilantunkan setiap kali pengajian
dilakukan.47
Pengetahuan adalah hal penting dalam menopang
peningkatan keruhanian manusia sebagai karunai Tuhan, berbekal
kemampuan seorang hamba dapat sadar akan kehidupannya
berlandaskan pada kesadaran adanya Allah dan pengarah hidup
seseorang. Ruh Tuhan yang ditiupkan kepada manusia serta
perlengkapan seperti panca indera lahir maupun batin merupakan
tanda bahwa manusia adalah makhluk keruhanian.48 Majelis taklim
berkontribusi bagi pengembangan pengetahuan jemaah, hal
demikian tampak pada perubahan sikap dan kesungguhan anggota
pengajian untuk terus mempelajari dan mendalami pemahaman
keislaman.49
Dakwah pada ruang substansif merupakan aktivitas rekayasa
serta rekadaya dalam mengubah berbagai bentuk persembangan
terhadap selain Allah menjadi tauhid, dari kehidupan timpang
menuju hidup yang lempang, dipenuhi dengan nilai Islam yang
dapat menggerakkan batin dan lahir. 50 Majelis taklim selain
lembaga dakwah ia juga berfungsi sebagai pendidikan non formal.
Kekuatan yang dimiliki oleh Majelis taklim ialah fleksibelitas,
sehingga ia tetap bertahan dan paling dekat dengan kehidupan
umat. Bahkan ia menjadi media komunikasi interaktif antara umat
47
Wawancara, Kulsum, 20 Oktober 2020.
Muchlis M. Hanafi, ed., Spiritualitas Dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an
Tematik) (Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), 118.
49 Asep Shodiqin Saeful Lukman, Yusuf Zaenal Abidin, “Peranan Majelis
Taklim Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Masyarakat,” Tabligh:
Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam 4, no. 1 (2019): 65.
50 Agus Ahmad Safei, Sosiologi Dakwah: Rekonsepsi, Revitalisasi, Dan Inovasi
(Yogyajarta: Deepublish, 2016), 62.
48
320 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
dan mu‘alim atau antara jemaah yang tidak terbatas. 51 Majelis taklim
menjadi aktivitas pendidikan keagamaan yang dapat ditempuh oleh
berbagai pihak dengan kelenturan kegiatan yang dimilikinya.
Sehingga ia tidak begitu formal dan tidak memiliki jenjang dalam
melaksanakan kegiatan majelis taklim. Sebagaimana tertulis dalam
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 Ayat 11, 12, dan 13. Berikut gambaran isi
Undang-Undang tersebut:
Tabel I: Pendidikan Diniyah/Keagamaan
No
1
Formal
Jenis
2
Nonformal berjenjang
3
Nonformal tak berjenjang
4
Informal
Keterangan
Diniyah Athfal
Diniyah Ula
Diniyah Wustha
Diniyah Ulya
Ma’had ‘Aly
Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Diniyah Takmiliyah Wustha
Diniyah Takmiliyah Ulya
Diniyah Takmiliyah ‘Aly
Pengajian Kitab
Majelis Taklim
Pendidikan al-Qur’an
Bentuk lain sejenis
Keluarga dan Lingkungan
Tabel di atas adalah klasifikasi pendidikan keagamaan
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Majelis taklim
masuk pada jenis pendidikan keagamaan non formal berjenjang.
Hal ini membuat majelis taklim lebih leluasa untuk beraktivitas
tanpa harus terikat oleh mekanisme struktual sebagaimana terjadi
pada lembaga formal. Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Jambi memberi perhatian signifikan atas aktivitas majelis
51 Asep Ahmad Fathurrohman, Ilmu Pendidikan Islam Sebuah Pengantar
(Dengan Pendekatan Teologis Dan Filosofis) (Bandung: Pustaka Al-Kasyaf, 2013),
141.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 321
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
taklim di Provinsi Jambi,52 dengan memberi Bantuan Operasional
Majelis Taklim di Tahun 2020 adalah upaya untuk memaksimalkan
peran majelis taklim di Jambi dalam melaksanakan pengajaran
Islam yang dikelola oleh lapisan masyarakat. Hal ini
memperlihatkan demikian penting pengajaran, pendidikan dan
memberi pemahaman kepada masyarakat yang berkaitan dengan
pengetahuan keagamaan Islam.
Kesadaran terhadap ketidaktahuan masyarakat dan
identifikasi ustadzah terhadap jemaahnya adalah modal untuk
mengambil langkah berikutnya. Pembelajaran keagamaan yang
diberikan sesungguhnya adalah panggilan moral dan tugas dakwah
atas kenyataan masyarakat Desa Pangedaran yang demikian
memprihatinkan. Meskipun sesungguhnya dakwah seharusnya
dipikul oleh seluruh umat manusia. Namun dikarenakan
keterbatasan pengetahuan sehingga tugas tersebut hanya diemban
oleh sebagian orang seperti; ulama, ustadz/ustadzah, guru agama
dan lain sebagainya. Maka seorang yang berpengetahuan harus
mengambil tugas tersebut, karena bagaimana mungkin suatu
masyarakat dapat mengalami kemajuan jika tidak berpengetahuan,
atau meningkatkan keimanan jika tidak didukung dengan
pengetahuan keagamaan, tentu sangat memprihatinkan jika
anggota masyarakat diam di tengah kebodohannya, keselamatan
pun tidak akan tercapai oleh umat Islam.53 Menurut perspektif
Islam tanggung jawab seorang muslim terhadap masyarakat tidak
terbatas, bahkan pada konteks tertentu diperintahkan untuk
mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.54
Diantara tema-tema pengajian yang dipelajari yaitu; mandi
wajib khususnya bagi perempuan, makanan yang halal, makanan
52 “Pengumuman Tentang Bantuan Operasional Majelis Taklim,” Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi, 2020, http://jambi.kemenag.go.id.
53 Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal: Menentramkan Jiwa, Mencerahkan
Pikiran (Jakarta: Paramadina, 2004), 2.
54 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah Edisi Pertama (Jakarta: Kencana,
2016), 44.
322 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
yang baik untuk keluarga, karena seorang wanita atau istri harus
mengetahui bahwa makan yang disajikan kepada keluarganya
bersih dari keragu-raguan, tidak syubhat sumbernya dan berbagai
pembahasan lainnya.55 Kesadaran terhadap beban moral dalam
mewujudkan masyarakat religius ikut menentukan dalam aktivitas
majelis taklim.56 Karena demikian muatan pembahasan pada
pengajian tersebut meliputi aspek muamalah dan spiritualitas umat
Islam yang dapat menambah binaan bagi keluarga secara signifikan.
Sebagaimana terlihat hubungan positif dan memiliki signikansi
antara majelis taklim dan pembinaan terhadap keluarga dalam
mewujudkan rumah tangga yang sakinah.57 Karena kecerdasan
ruhani seseorang dapat diwujudkan apabila dapat memadukan
intelektualitas dan emosional dalam memaknai kehidupan agar
dipenuhi berkah oleh Tuhan al-Haqq.58
Demikian halnya pengajian ini beranggotakan ibu-ibu tema
terkait keluarga, membina keluarga, kependidikan Islam dan
menjalankan dakwah dapat berkembang dan tumbuh subur di
tengah masyarakat. Sehingga majelis taklim dapat dikatakan bagian
dari aktivitas masyarakat untuk mengisi pengetahuan kaum
muslimah. Kemudian berangkat dari hal tersebut majelis taklim
merupakan fenomena universal, namun pada aspek lokal ia
merupakan sebuah kekhasan Nusantara yang diproduksi
berdasarkan kultur umat Islam Indonesia.59
Syair pengajian ini awalnya hanya pembacaan yasin,
dikarenakan para jemaah telah mahir atau bisa membaca yasin
55
Wawancara, Ustadzah Ama Kalsum.
Hadi Machmud, “Model Pendidikan Pada Majelis Taklim Kota
Kendari,” Al-Izzah 8, no. 1 (2013): 73.
57 Muhammad Yusuf Pulungan, “Peran Majelis Taklim Dalam Membina
Keluarga Sakinah Masyarakat Muslim Di Kota Padangsidimpuan,” Tazkir 9, no.
1 (2014): 136.
58 Muchlis M. Hanafi, ed., Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an
Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2011), 81.
59 Iskandar, Azra, and Muhammad Hisyam, Sejarah Kebudayaan Islam
Indonesia Jilid 3, 415.
56
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 323
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
maka dialihkan pada pembacaan syair, amalan, selawat, doa dari
kitab Sullamu at-Taufiq, kitab perukunan, rukun yang dua puluh;
wajib dan mustahil. Selain itu juga mempelajari hal-hal yang
termasuk dalam pembahasan awwaluddin dalam mempersiapkan
ibadah, seperti rukun sembahyang, fardhu sembahyang, dan lain
sebagainya. Setelah hal tersebut dipahami oleh jemaah, kemudian
ustadzah mengajarkan hal lain seperti kutipan berikut:
Kini ko lah ke ujung tu lah doa-doa bae lagi, sudah tu
macam-macam amalan kan.60
Jemaah atau ustadzah yang mengajarkan pada majelis taklim
tersebut menyebutnya sebagai syair pengajian. Disusun, ditulis dan
dikutip dari berbagai kitab, kitab hadis, dan al-Quran. Setelah
Ustadzah Ama Kalsum menyalin, kemudian dibagikan kepada
anggota majelis taklim untuk dibaca bersama di setiap kali
pengajian dilaksanakan.61 Ama Kalsum merupakan seorang
pengajar pada majelis taklim tersebut yang sudah puluhan tahun
terjun ke dalam dunia dakwah dan menghadapi berbagai dinamika
masyarakat.
Bacaan doa yang dilantunkan di saat sebelum ceramah agama
yaitu: doa pengampunan dosa, doa sesudah salah subuh, doa
menghilangkan kantuk, doa untuk anak baru lahir, doa kalau
rumah hendak pengajian, doa memasuki rumah, doa mulai
memakai pakaian, doa pakaian setelah dipakai, doa memakai
pakaian baru, doa duduk dalam majelis pengajian atau di rumah,
doa pulang majelis, doa keselamatan untuk anak dan cucunya, doa
memohon syafaat kepada Rasulullah dan doa kedua orang tua. 62
Begitu juga dengan amalan, berbagai macam yang dibaca pada saat
syair pengajian berlangsung seperti amalan untuk isi rumah di
surga, amalan di malam Jumat dan amalan lainnya.63 Sedangkan
60
Wawancara, Ustadzah Ama Kalsum.
Wawancara, Mawaddah, 18 Oktober 2020.
62 Ama Kalsum, “Dokumen Syair Pengajian,” n.d.
63 Kalsum.
61
324 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
selawat yang terdapat dalam syair tersebut ialah selawat Nabi yang
dibaca ketika salat, selawat hari Jumat di waktu asar, selawat yang
tertulis di batu gua Hira’, dan selawat sekalian diampuni dosa.64
Aktivitas majelis taklim di Desa Pangedaran dilakukan secara
teratur di setiap kali pengajian dilaksanakan, dimulai membaca doadoa, amalan-amalan, selawat, menjelaskan hadis, tata cara salat, dan
diakhiri dengan ceramah agama dari Ustadzah Ama Kalsum. Kitab
yang digunakan adalah Durratu al-Nashihin. Kebiasaan ini dilakukan
secara rutin, hingga masuk bulan Sya’ban anggota majelis taklim
melakukan puasa bersama pada 10 hari sebelum puasa Ramadhan
datang.65 Maka tidak dapat dinafikan jika dakwah melalui majelis
taklim tampak efektif dan berpotensi besar dalam memeriahkan
dakwah Islam.66
Rutinitas demikian adalah upaya mengingat Tuhan dan
mendekatkan diri kepada Allah, permintaan taubat hingga
konsisten di jalan yang benar agar tidak menyimpang dari syariat
Islam.67 Pengelolaan dan pengendalian batin jemaah melalui ritualritual lahiriah agar memperoleh refleksi secara batin dan mampu
menjadi pribadi muslimah yang kokoh dalam ajaran agama Islam
dan tetap konsisten bermunajat kepada Allah Swt. Pada konteks ini
majelis taklim dapat dijuluki sebagai sentral pembelajaran Islam
yang tidak kalah perannya dalam membentuk manusia cerdas dan
berakhlak.68 Meningkatkan kualitas spiritual dalam Islam mendapat
64
Kalsum.
Wawancara, Ustadzah Ama Kalsum.
66 Iskandar, Azra, dan Muhammad Hisyam, Sejarah Kebudayaan Islam
Indonesia Jilid 3, 413.
67 Wawancara, Ketua Majelis Taklim.
68 Kalsum Minangsih, “Paradigma Baru Pengelolaan Institusi Dakwah:
Urgensi Ilmu Manajemen Mewujudkan Majelis Taklim Ideal,” Kontekstualita 29,
no. 2 (2014): 145–57.
65
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 325
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
perhatian lebih sejak usia dini, hal demikian adalah usaha untuk
menanam keimanan dan keruhanian secara kuat. 69
Merawat ruhani jemaah melalui doa-doa sejalan dengan
tujuan dakwah yaitu memperbaiki jiwa manusia, menebarkan kasih
sayang, menjaga persatuan dan persaudaraan.70 Solidaritas jemaah
dalam membangun tradisi intelektual melalui majelis taklim
berguna bagi keberlanjutan dakwah Islam dalam kehidupan
masyarakat.71 Masyarakat yang sepi dari kehadiran ustadz, pengajar,
atau tokoh agama akan merasakan kehampaan dari kekosongan
spiritual atau kekeringan ruhani. Hal ini sangat berdampak besar,
bagaimana Desa tersebut telah dikenal bagi masyarakat sekitar
sebagai Desa yang memiliki angka pendidikan terendah, moralitas
yang buruk, serta pergaulan anak muda tidak terkontrol di tengah
arus perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Maka kehadiran majelis taklim di desa ini berfungsi dan
berperan penting bagi umat Islam. Peranan yang diperlukan di desa
ini seperti;72 pertama, menguatkan fungsi majelis taklim sebagai
pendidikan non formal yang dapat mengisi pengetahuan
masyarakat dalam hal pokok ajaran Islam, persoalan kehidupan
sehari-hari, dan amalan-amalan lainnya. Kedua, menjadikan majelis
taklim sebagai tempat pengkaderan generasi Islam. Ketiga,
menjadikan majelis taklim rumah konseling. Keempat, menjadi
tempat pengembangan skill jemaah. Kelima, memberdayakan
masyarakat pada aspek ekonomi dan sosial. Keenam, menjadi ruang
silaturrahmi fisik dan ruhani. Ketujuh, menjadi pusat informasi dan
69
Muchlis. M. Hanafi, ed., Pendidikan, Pembangunan Karakter, Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Tafsir Al-Qur’an Tematik) (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), 357.
70 Bahrum Subagia, Fikih Dakwah & Pemikiran Dakwah Di Indonesia (Bogor:
Pustaka Melek, 2013), 11.
71 Fahrurrozi, Model-Model Dakwah Di Era Kontemporer (Mataram: LP2M
UIN Mataram, 2017), 50.
72 Maryam, “Peran Majelis Ta’lim Nurul Iman Dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Masyarakat RT 10/02 Kelurahan Pagar Dewa Kec Selebar
Bengkulu,” Manhaj: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat 3, no. 2 (2018):
29–31.
326 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
komunikasi. Kedelapan, menjadi tempat pengembangan budaya
Islam. Kesembilan, menjadi lembaga kontrol sosial.
Dengan demikian peranan di atas dapat memaksimalkan
aktivitas penting dalam mendukung kerja-kerja majelis taklim
mendakwahkan Islam dan mematangkan spiritualitas jemaah.
Majelis taklim terbukti telah terlibat dalam menangkal kehampaan
agama, penyederhanaan pemahaman keagamaan dan pandangan
tekstual-rigid di dalam komunitas muslim yang belakangan dekat
dengan framing radikalisme.73 Dalam berdakwah tentu penilaian
terhadap seorang jemaah atau manusia secara umum tidak cepat
mengambil pilihan baik-buruk, halal-haram, atau berdosa dan
berpahala, itu berarti pandangan terhadap manusia ditunda dan
memberi tawaran perspektif lain.
Amalan-amalan pada majelis taklim di Desa Pangedaran
adalah bagian aktivitas ruhani seorang manusia atau jemaah secara
alamiah yang digerakkan oleh fisik sebagai media dalam
mengaktifkan alam bawah sadar dan didikte oleh kegiatan kolektif
suatu komunitas. Pengajian ini memberi ruang untuk mengolah
batin jemaah secara bersama dengan mengingat Tuhan dan
meminta ampunan atas segala kesalahan atau perbuatan yang
dilarang dalam agama. Berbagai macam doa, selawat, dan amalan
yang mengarah pada hal demikian telah dilakukan oleh setiap
anggota sebagai bentuk perawatan terhadap ruhani jemaah.
Hal demikian sedikit berbeda dengan kalangan muslim kelas
menengah di perkotaan. Seperti kasus umat muslim di Surakarta,
religiusitas mereka diperlihatkan melalui aktivitas majelis taklim
yang memadukan kegiatan spiritual dan sosial. Bentuk lain ekspresi
keagamaan masyarakat muslim perkotaan ialah gaya hidup yang
syar’i dengan memilih atau menampilkan produk serta jasa berlabel
73 Wiwi Siti Sajaroh dan Sarah Hajar Mahmudah, “NU Women’s Role In
Narrating The Moderate Islam Through Majelis Taklim,” Advances in Social
Science, Education and Humanities Research (ASSEHR) 129 (2018), 375.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 327
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
syariah maupun Islami.74 Kekeringan spiritual memang menuntut
umat Islam baik secara kelembagaan, individu maupun kelompok
agar cepat menangkap kebutuhan masyarakat muslim, hal ini tentu
sesuai kebutuhan umat Islam di tengah krisis spiritual. Salah satu
kegiatan rutin yang dapat dilakukan ialah melalui majelis taklim
untuk berdakwah secara langsung kepada masyarakat. 75
Masyarakat muslim perkotaan menjadi pintu gerbang dari
arus modernisasi yang berdampak besar bagi kehidupan sosial dan
kegersangat spiritual. Hal demikian akhirnya mencari alternatif
untuk mencari pelampiasan sementara atau untuk merespon
terhadap kegelisahan batin. Sebagaimana terlihat dalam kutipan
berikut:
Berkumpul di majelis taklim, bukan hanya mencari ilmu
agama dan pahala, namun juga sebagai peneduhan diri dalam
mencari ketenangan. Bagi masyarakat perkotaan yang berada
dalam budaya industrialisasi di mana cenderung individualis,
kehidupan masyarakat urban yang identic dengan anomie.
Perasaan anomi menurut E. Durkheim dapat menggangu
stabilitas sosial masyarakat.76
Hal ini sesuai dengan kehidupan masyarakat modern yang
sedang mapan, bahwa agama adalah suatu struktur institusi penting
yang dapat melengkapi sistem sosial. 77 Maka agama sebagai
identitas menjadi modal sosial dapat mempengaruhi ikatan yang
kuat. Setiap individu pandangannya akan dipengaruhi oleh
kekuatan dan kemampuan supranatural atau spiritualitas seorang
manusia. Karena agama adalah sumber keyakinan sosial, ia tidak
Nurul Aeni dan Lilam Kadarin Nuriyanto, “Religiusitas Kelas Menengah
Muslim Surakarta (Interaksi Dengan Globalisasi Dan Modernitas),” Harmoni:
Jurnal Multikultural & Multireligius 19, no. 2 (2020): 232.
75 Syamsul Akbar, “Majelis Taklim Nahdliyah Kraksaan Layani Kebutuhan
Spiritual Warga,” nuonline, 2017, https://www.nu.or.id.
76 Umdatul Hasanah, “Majelis Taklim Perempuan Dan Pergeseran Peran
Publik Keagamaan Pada Masyarakat Perkotaan Kontemporer” (Jakarta, 2016),
123.
77 Muhammad Fajar Pramono, Sosiologi Agama Dalam Konteks Indonesia
(Ponorogo: UNIDA Gontor Press, 2017), 123.
74
328 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
tumbuh secara alamiah melainkan proses panjang anggota
masyarakat.78
Spiritualitas anggota jemaah adalah sebuah hasil interaksi dan
internalisasi dari berbagai pengetahuan maupun pengalaman
keagamaan sebagaimana pada ritualitas yang dilakukan dalam
pelaksanaan pengajian. Setiap anggota tentu mengalami ekspresi
keagamaan secara individu maupun kolektif. Hubungan antar
anggota pengajian yang memiliki persamaan pandangan terhadap
kehidupan atau kebutuhan pengetahuan keagamaan dan
kerohanian mendorong mereka untuk masuk ke dalam satu
komunitas majelis taklim. Menurut Tonnies kelompok seperti
mereka adalah jenis kelompok gemeinschaft of mind,79 yang mana
persahabatan, serta persamaan kebutuhan menjadi alasan untuk
berhubungan dan berinteraksi secara teratur.
Penutup
Ruhani jemaah merupakan identitas manusia sebagai
makhluk yang memiliki kesadaran spiritual menjadi ide dasar dari
pengajian majelis taklim di Desa Pangedaran ini. Kesadaran ruhani
menjadi penangkal bagi jemaah untuk mengikuti arus
konsumerisme di kalangan masyarakat modern sebagaimana terjadi
pada majelis taklim kaum muslim urban. Pembahasan dan diskusi
di atas menyimpulkan bahwa kegiatan dakwah di Desa Pangedaran
melalui majelis taklim konsisten dilakukan sebagai kepedulian dan
keprihatinan terhadap realitas masyarakat muslimah desa banyak
yang tidak mampu membaca huruf Arab, mengaji dan kekeringan
spiritual atau keadaan ruhani jemaah yang tidak stabil. Majelis
taklim telah memainkan peran penting dalam memberi pendidikan
keislaman dan memelihara spiritualitas bagi kaum muslimah
78
Haryanto Sindung, Sosiologi Agama: Dari Klasik Hingga Postmodern
(Yogyajarta: Ar-Ruzz Media, 2015).
79 Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan
Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis
(Yogyajarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 300.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 329
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
dewasa dan mengisi kehausan ruhani bagi jemaah majelis taklim.
Hal demikian sebagaimana terlihat bahwa dalam pengajian tersebut
tidak diperkenankan membuat arisan dan baju seragam, makanan
berlebihan, dan honor bagi ustadzah. Pengajian yang dilakukan
secara konsisten berhasil merawat ruhani jemaah dari berbagai arus
modernisasi, demoralisasi dan di tengah lingkungan minim
pengetahuan keagamaan baik bagi anak-anak muda maupun
perempuan muslim tua. Dengan rutinitas pengajian, kerohanian
masyarakat muslimah dapat terawat dan mampu mengontrol diri
dari setiap persoalan terlarang dalam Islam.
Daftar Pustaka
Aeni, Nurul, and Lilam Kadarin Nuriyanto. “Religiusitas Kelas
Menengah Muslim Surakarta (Interaksi Dengan Globalisasi
Dan Modernitas).” Harmoni: Jurnal Multikultural &
Multireligius 19, no. 232 (2020).
Agus Ahmad Safei. Sosiologi Dakwah: Rekonsepsi, Revitalisasi, Dan
Inovasi. Yogyajarta: Deepublish, 2016.
Ahmad Darlis. “Hakikat Pendidikan Islam: Telaah Antara
Hubungan Pendidikan Informal, Non Formal Dan Formal.”
Jurnal Tarbiyah XXIV, no. 1 (2017): 84–103.
akb. “KUA Kec Pauh Memberikan Bimbingan Majelis Taklim.”
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi, 2013.
https://jambi.kemenag.go.id.
Anitasari, Dini, Fatimah Hasan, Lely Nurohmah, and Sri Wiyanti.
“Perempuan Dan Majelis Taklim : Membicarakan Isu Privat
Melalui Ruang Publik Agama Penulis :,” no. April (2010).
Asep Ahmad Fathurrohman. Ilmu Pendidikan Islam Sebuah Pengantar
(Dengan Pendekatan Teologis Dan Filosofis). Bandung: Pustaka
Al-Kasyaf, 2013.
Asnil Aidah Ritonga, and Mahariah. “Majelis Taklim Sebagai
Sebuah Lembaga Pendidikan.” Al-Kaffah 2, no. 2 (2014):
143–76.
Aspari Ismail. Penguatan Pendidikan Islam Informal Dan Non Formal.
330 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
Edited by Moh. Haitami. Pontianak: Bulan Sabit Press, 2016.
Bahrum Subagia. Fikih Dakwah & Pemikiran Dakwah Di Indonesia.
Bogor: Pustaka Melek, 2013.
Bustanol Arifin. “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah
Dalam Membina Masyarakat Pedesaan.” Communicatus: Jurnal
Ilmu Komunikasi 2, no. 2 (2018): 159.
Fahrurrozi. Model-Model Dakwah Di Era Kontemporer. Mataram:
LP2M UIN Mataram, 2017.
Fathur Rohman. “Strategi Da’i Dalam Menyampaikan Nilai-Nilai
Keislaman (Studi Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi).” Jambi,
2018.
Firman Nugraha. “Majelis Taklim Sebagai Basis Pemberdayaan
Umat.” Jurnal Diklat Keagamaan XII, no. 33 (2018): 105–13.
Fitriyah, Hanny, Darmi AR, and Rakhmad Zailani Kiki. Manajemen
& Silabus Majelis Taklim. Jakarta Utara: Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre), 2012.
Hadi Machmud. “Model Pendidikan Pada Majelis Taklim Kota
Kendari.” Al-Izzah 8, no. 1 (2013): 73.
Hasanah, Umdatul. Majelis Taklim Perempuan Dan Perubahan Sosial
Pada Masyarakat Perkotaan. Magelang: PKBM “Ngudi Ilmu,”
2017.
Helmawati. “Meningkatkan Pendidikan Perempuan Indonesia
Melalui Optimalisasi Majelis Ta’lim.” INSANCITA: Journal
of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia 3, no. 1 (2018):
65–88.
Henda. Panduan Umum Majelis Ta’lim. Jawa Barat: Yayasan AMMA,
2010.
Iskandar, Muhammad, Azyumardi Azra, and Muhammad Hisyam.
Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 3. Jakarta: Direktorat
Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Kalsum, Ama. “Dokumen Syair Pengajian,” n.d.
Kalsum Minangsih. “Paradigma Baru Pengelolaan Institusi
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 331
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
Dakwah: Urgensi Ilmu Manajemen Mewujudkan Majelis
Taklim Ideal.” Kontekstualita 29, no. 2 (2014): 145–57.
M.Iqbal Irham. Rasa Ruhani: Spiritualitas Di Abad Modern. Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012.
Malini, Ni Luh Nyoman Seri. Analisis Wacana: Wacana Dakwah Di
Kampung Muslim Bali. Denpasar-Bali: Cakra Press, 2016.
Maryam. “Peran Majelis Ta’lim Nurul Iman Dalam Pembentukan
Sikap Keagamaan Masyarakat RT 10/02 Kelurahan Pagar
Dewa Kec Selebar Bengkulu.” Manhaj: Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat 3, no. 2 (2018).
Mega Lestari Ningsih. “Urgensi Dakwah Dalam Pembinaan
Akhlak Jamaah Di Majlis Taklim Al-Hidayah Desa
Keranggan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.”
Jambi, 2020.
Mubarok, and Made Dwi Andjani. Komunikasi Antarpribadi Dalam
Masyarakat Majemuk. Jakarta Timur: Dapur Buku, 2014.
Muchlis. M. Hanafi, ed. Pendidikan, Pembangunan Karakter, Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Tafsir Al-Qur’an Tematik).
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.
Muchlis M. Hanafi, ed. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, Dan
Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2009.
———, ed. Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik).
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an, 2011.
———, ed. Spiritualitas Dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an Tematik).
Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012.
Muhammad Fajar Pramono. Sosiologi Agama Dalam Konteks
Indonesia. Ponorogo: UNIDA Gontor Press, 2017.
Muhammad Yusuf Pulungan. “Peran Majelis Taklim Dalam
Membina Keluarga Sakinah Masyarakat Muslim Di Kota
Padangsidimpuan.” Tazkir 9, no. 1 (2014): 136.
Mujahidin. “Urgensi Majelis Taklim Sebagai Lembaga Dakwah Di
Masyarakat.” Jurnal Alhadharah 17, no. 33 (2018): 1–12.
Mukhibat. “Rekonstruksi Spirit Harmoni Berbasis Masjid (Studi
332 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
Kasus KPM Tematik Posdaya Di Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo).” In Memahami Realitas Sosial
Keagamaan, edited by Raudatul Ulum, 185. Puslitbang
Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2015.
Nisaul Fadillah. “Female Brokers: Mobilising Voters within
Indonesia’s Majelis Taklim Network.” Global Media Journal
Australian 14, no. 1 (2020): 12.
Noer, Khaerul Umam. “Majelis Taklim Perempuan Dan
Transformasi Otoritas Keagamaan Dalam Perspektif
Feminist Anthropology.” Surabaya, 2009.
Nurani Soyomukti. Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori &
Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan
Sosial, & Kajian-Kajian Strategis. Yogyajarta: Ar-Ruzz Media,
2014.
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi.
“Pengumuman Tentang Bantuan Operasional Majelis
Taklim,” 2020. http://jambi.kemenag.go.id.
Putri, Givani Anisa, Imron A. Hakim, and Evy Ratna Kartika Wati.
“Dinamika Kelompok Pada Majelis Taklim Jami’atul
Muslimah Di Desa Mataram Kabupaten Musi Rawas.”
Journal of Nonformal Education and Community Empowerment 3,
no. 1 (2019): 44–51.
Qadaruddin, Muhammad, A.Nurkidam, and Firman. “Peran
Dakwah Masjid Dalam Peningkatan Kualitas Hidup
Masyarakat.” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic
Studies 10, no. 2 (2016): 237.
Qibtiyah, Alimatul. “Pengakuan Ulama Dan Isu Perempuan Di
Majlis Trajih Dan Tajdid Muhammadiyah.” In Demokratisasi
Fatwa, Diskursus, Teori Dan Praktik, edited by Syafiq Hasyim,
193–211. Tangerang Selatan: International Center for Islam
and Pluralism (ICIP), 2018.
Rosyidi. Dakwah Sufistik Kang Jalal: Menentramkan Jiwa, Mencerahkan
Pikiran. Jakarta: Paramadina, 2004.
Rumadani Sagala. “Peran Majelis Taklim Al-Hidayah Dalam
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 333
As’ad, Muhammad Rafii, Abdurahman Syayuthi, Fahmi Rohim
Pendidikan Islam Dan Gerakan Sosial Keagamaan Di
Propinsi Lampung.” AL-MURABBI: Jurnal Studi
Kependidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2019): 27–36.
S. Hamdani. “Tasawuf Sebagai Bahan Terbaik Dakwah.” Jakarta,
2006.
Saeful Lukman, Yusuf Zaenal Abidin, Asep Shodiqin. “Peranan
Majelis Taklim Dalam Meningkatkan Pemahaman
Keagamaan Masyarakat.” Tabligh: Jurnal Komunikasi Dan
Penyiaran Islam 4, no. 1 (2019): 65.
Sahdin Hsb. Politik Arabisasi Dan Dakwah: Refleksi Perkembangan
Dakwah Era Umaiyah Dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah
Kontemporer Di Indonesia. Medan: Perdana Publishing, 2019.
Sajaroh, Wiwi Siti, and Sarah Hajar Mahmudah. “NU Women’s
Role In Narrating The Moderate Islam Through Majelis
Taklim.” Advances in Social Science, Education and Humanities
Research (ASSEHR) 129 (2018).
Sindung, Haryanto. Sosiologi Agama: Dari Klasik Hingga Postmodern.
Yogyajarta: Ar-Ruzz Media, 2015.
SM. “Emak-Emak Majelis Taklim Kota Jambi Berikan Dukungan
Ke
Fachrori-Syafril.”
Jamberita.com,
2020.
https://jamberita.com/read/2020/11/12/5963585/emake
mak-majelis-taklim-kota-jambi-berikan-dukungan-kefachrorisyafril/.
Srinarwati, Dwi Retnani, Pinky Saptandari Endang Pratiwi, and
Diah Ariani Arimbi. “Simulacra in Women’s Majelis Taklim
Based on Jean Baudrillard’s Perspective.” JURNAL STUDI
KOMUNIKASI 4, no. 3 (2020).
Suhirman, Rini Fitria, and Fathan Awwalur Rayyan. “Dakwah
Subuh Dan Filantropi Islam: Praktik Terbaik Pembelajaran
Dakwah Di Era Millenial.” Jurnal Ilmiah Syiar 20, no. 1
(2020): 63–71.
Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana, 2016.
Syamsul Akbar. “Majelis Taklim Nahdliyah Kraksaan Layani
Kebutuhan
Spiritual
Warga.”
nuonline,
2017.
334 |
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021
Merawat Ruhani Jemaah: Studi Dakwah Majelis Taklim
https://www.nu.or.id.
Umdatul Hasanah. “Majelis Taklim and the Shifting of Religious
Public Role in Urban Areas.” Ilmu Dakwah: Academic Journal
for Homiletic Studies 13, no. 1 (2019): 97.
———. “Majelis Taklim Perempuan Dan Pergeseran Peran Publik
Keagamaan Pada Masyarakat Perkotaan Kontemporer.”
Jakarta, 2016.
W. Lawrence Neuman. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. 7th ed. Boston: Pearson Education,
2011.
Waryono Abdul Ghafur. “Dakwah Dan Interaksi Interkultural.” In
Dakwah Humanis, edited by Muhammad Habibi Siregar and
Joko Susanto, 315. Bandung: Citapustaka Media, 2014.
Yazid, Yasril, and Nur Alhidayatillah. Dakwah Dan Perubahan Sosial.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017.
Vol. 20, No. 2, Juli - Desember 2021 | 335