Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari 2014, Vol. 3, No. 01, hal 65 - 70 Pola Asuh Demokratis, Kemandirian Dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Lydia Edmay Viveca David Alumni Program Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Andik Matulessy Herlan Pratikto Dosen Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Dosen Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya e-mail: andikmatulessy@untag-sby.ac.id e-mail : herlanpratikto@untag-sby.ac.id Abstract. The aim of this research was correlation the democratic parenting style and autonomy toward achievement motivation. The participants are 110 students of Medicine Faculty of Sam Ratulangi University. Instruments research used achievement motivation scale, democratic parenting-style scale and autonomy scale. Cronbach’s Alpha reliability found the reliability of achievement motivation scale α = 0,917 democratic parenting-style scale α = 0,915 autonomy scale α = 0,947 Regression analysis result F = 120,977 and p = 0,000 (p < 0,01) indicated that both of democratic parenting-style and autonomy variables give contributions for the students’ achievement motivation. Partial correlation result between achievement motivation and democratic parenting-style found r partial = 0,031 p = 0,753 (p > 0,05) indicated no correlation between democratic parenting-style and achievement motivation. Partial correlation result between achievement motivation and autonomy found r partial = 0, 775 p = 0,000 ( p < 0,01) indicated that achievement motivation and autonomy was significant positively correlation. Keywords: achievement motivation, democratic parenting-style, autonomy Abstrak. Tujuan penelitian ini menghubungkan pola asuh demokratis dan kemandirian dengan motivasi berprestasi. Subyek penelitian adalah 110 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, semester dua angkatan 2011. Instrumen penelitian menggunakan skala motivasi berprestasi, skala pola asuh demokratis dan skala kemandirian. Reliabitas menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh reliabilitas skala motivasi berprestasi α = 0,917 skala pola asuh demokratis α = 0,915 skala kemandirian α = 0,947. Kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total menggunakan batasan koefisien korelasi r ≥0,30. Hasil penghitungan analisis regresi berdasarkan uji Anova, diperoleh nilai F = 120,977 dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,01) artinya hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pola asuh demokratis dan kemandirian secara serentak dengan motivasi berprestasi terbukti. Hasil uji korelasi partial antara variabel pola asuh demokratis dengan motivasi berprestasi diperoleh r partial = 0,031 p = 0,753 (p > 0,05) berarti tidak ada korelasi antara variabel pola asuh demokratis dengan motivasi berprestasi. Hasil uji korelasi partial antara variabel kemandirian dengan motivasi berprestasi diperoleh r partial = 0, 775 p = 0,000 ( p < 0,01) berarti ada korelasi positif yang sangat signifikan antara variabel kemandirian dengan motivasi berprestasi. Kata kunci: motivasi berprestasi, pola asuh demokratis, kemandirian PENDAHULUAN Pada usia 18 tahun umumnya remaja lulus dari SMA dan memasuki Perguruan Tinggi yaitu memasuki dunia mahasiswa. Mahasiswa harus mulai menyesuaikan diri dengan ling- kungannya yang baru di Perguruan Tinggi, terutama dengan pola disiplin yang agak berbeda yaitu lebih longgar dibandingkan ketika di bangku SMA, tetapi menuntut tanggung jawab pribadi yang lebih besar. Demikian pula dengan kurikulum di Perguruan Tinggi yang biasanya 65 Pola Asuh Demokratis, Kemandirian Dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa lebih sedikit tetapi cenderung lebih ketat terutama untuk bidang eksakta. Pada Fakultas Kedokteran yang sekarang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompe-tensi (KBK) dengan materi kuliah yang padat, menuntut mahasiswa memiliki inisiatif, mam-pu mengerjakan sendiri tugas rutin dan harus lebih mandiri dengan cara belajar yang lebih terjadwal, harus lebih aktif serta dituntut dapat bekerja sama secara berkelompok dan mampu mengembangkan komunikasi yang baik antar individu dimana hal ini sangat diperlukan nantinya ketika terjun ke lapangan. Hasil wawancara dengan staf pengajar pada Fakultas Kedokteran Unsrat Manado, motivasi berprestasi merupakan hal penting yang harus dimiliki mahasiswa terlebih dengan adanya jadwal kuliah yang padat, materi kuliah yang berat, biaya yang cukup mahal serta jangka waktu kuliah yang cenderung lebih lama. Pada angkatan 2011, ada sejumlah mahasiswa yang pencapaian prestasinya cenderung begitu-begitu saja dari semester satu hingga ke semester dua baik dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sering telat waktu dan hasilnya tidak maksimal juga nilai-nilai mata kuliah yang tidak semakin meningkat, cenderung acuh tak acuh dan lebih mengandalkan kelompok dalam mengerjakan tugas maupun dalam diskusi kelas. Motivasi berprestasi adalah hal yang penting sekali untuk keberhasilan, dalam banyak hal kegagalan seseorang mungkin disebabkan oleh terbatasnya kemampuan yang dimiliki namun dipihak lain kegagalan sering disebabkan oleh kurang bahkan tidak adanya dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, bahkan banyak potensi dalam diri individu yang terbengkalai karena sumberdaya manusia yang tidak ditumbuh kembangkan dan dibina secara tepat (Singgih & Singgih, 2001). Motivasi berprestasi dalam batas-batas tertentu adalah ciri dari kepribadian anak yang dibawa sejak lahir, namun di pihak lain perkembangan dorongan berprestasi ternyata dalam banyak hal adalah hasil dari mempelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan hidup utama anak adalah keluarga, bahwa individu berkembang karena faktor pribadi mencakup motivasi, kreativitas dan kapasitas intelektual; sedangkan faktor ling- kungan meliputi keluarga, sekolah dan teman sebaya (Monks, dkk, 2006). Kemandirian memegang peranan penting dan membawa dampak positif bagipeningkatan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Mahasiwa yang mandiri mampu bersaing dengan orang lain, ia dapat segera mengambil keputusan untuk tindakan yang akan dilakukannya dan tidak menunggu orang lain memutuskan untuknya,mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya sehingga tidak tergesa-gesa meminta bantuan orang lain, tidak terombangambing oleh derasnya informasi yang di-terima, baik secara lisan maupun tulisan, mampu menggunakan nilai-nilai mana yang penting dan mana yang benar (Steinberg, 2002). Kemandirian yang dimiliki mahasiswa serta cara pengasuhan yang diterimanya dari orang tua, sehingga mahasiswa mampu menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah menyerah dan selalu termotivasi untuk berprestasi yaitu untuk mengerjakan segala sesuatu dengan baik mengungguli orang lain serta memiliki daya juang untuk menyelesaikan pendidikan. TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi McClelland (1987) menjelaskan motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Kebutuhan untuk berprestasi ini mendorong individu untuk meraih sukses gemilang, hasil yang sebaik-baiknya menurut “standard keunggulan”. Standard keunggulan berhubungan dengan: (a) prestasi orang lain, (b) prestasi diri sendiri, (c) tugas yang harus dilakukan. Standard ini dapat diterapkan dalam pekerjaan, di bidang olahraga, juga dalam pendidikan di sekolah. Manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang lebih baik dari orang lain dalam banyak hal. Orang yang mempunyai n-ach tinggi akan meningkatkan performance sehingga terlihat kemampuan berprestasinya lebih baik dibanding mereka dengan 66 Lydia Edmay Viveca David; Andik Matulessy; Herlan Pratikto n-ach rendah. Motivasi berprestasi yang kuat akan mengarahkan individu untuk mendekati situasi yang berkaitan dengan prestasi dan akan mencoba kembali usahanya setelah mengalami kegagalan dan mau berusaha dengan sungguhsungguh, sebaliknya individu yang kurang memiliki motivasi berprestasi cenderung kurang mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap kegagalan serta tidak mendapat perasaan positif terhadap tugas-tugas yang sifatnya menantang. Menurut Woolfolk (1993) motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras dan mengungguli berdasarkan suatu standard mutu tertentu. Gage & Berliner (1992) motivasi berprestasi adalah motivasi untuk meraih sukses dan menjadi yang terbaik dalam melakukan sesuatu. Winkel (1991) achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri sendiri. Pola Asuh Demokratis Menurut Baumrind (dalam Gonzalez, 2006) pola asuh demokratis adalah pola asuh yang menghargai anak, mereka saling melengkapi, melatih anak untuk bertanggung jawab dalam menentukan tingkah lakunya sendiri mencapai kedewasaan. Conger (1977) pola asuh demokratis ditunjukkan oleh orang tua yang mempunyai sikap terbuka dan mengasihi. Orang tua membuat aturan-aturan, memberi dukungan pada anak dan anak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas. Hasil penelitian Gonzalez, dkk, (2006) pola asuh orang tua yang demokratis, mendukung diskusi dan pengambilan keputusan bersama dengan anak remajanya berkorelasi positif dengan tingginya motivasi berprestasi. Kemandirian Menurut Kartini (2003) kemandirian berasal dari kata independence yang dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah lakunya sebagai orang dewasa dalam melaksanakan kewajiban, guna memenuhi kebutuhan sendiri. Menurut Mussen, dkk (1992) kemandirian menekankan pada pengandalan diri dan kebe- basan untuk mengatur diri sendiri (autonomy) tanpa ada campur tangan orang lain, mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan diri sendiri. Smart & Smart (1978) individu dikatakan mandiri bila mempunyai kepercayaan diri, mempunyai tujuan dan pengendalian diri, mampu mengembang kan diri, mampu dan puas akan pekerjaannya. Perilaku mandiri memungkinkan individu memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain dalam bekerja, berperilaku dan mengambil keputusan. Ryan dan Deci 2000; Ryan dan Connel 1989 (dalam Gonzalez 2006) otonomi adalah kebebasan individu dalam bertindak, kebebasan dan kemandirian ini bila disertai dengan tanggung jawab dan pengendalian diri akan menghasilkan motivasi berprestasi yang tinggi. Dasar teori Pada dasarnya setiap manusia memiliki motif yaitu keinginan, dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku. Perilaku yang dimunculkan adalah wujud dari sejumlah keinginan, kebutuhan, imbalan, harapan dan tujuan, serta intensitas dan ketekunan dalam mencapainya. Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang harus dimiliki setiap mahasiswa, terutama dalam pengembangan sumberdaya manusia yang berkwalitas dan berdaya saing tinggi yaitu kemampuan untuk melakukan suatu karya yang lebih baik dari orang lain dalam banyak hal melampaui suatu standard keunggulan yaitu kemampuan seseorang dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri dan tugas-tugas yang harus dilakukan. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitumemiliki tanggung jawab pribadi untuk mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan tepat waktu, rajin dan tekun, tidak mudah menyerah saat gagal, berani bersaing dalam berkarya, kreatif mencoba halhal baru untuk hasil yang lebih baik dan berkwalitas. Perkembangan motivasi berprestasi pada seseorang, selain oleh faktor bawaan juga pentingnya faktor keluarga sebagai lingkungan 67 Pola Asuh Demokratis, Kemandirian Dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa awal seorang anak berinteraksi, di samping lingkungan sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Keluarga adalah tempat anak berinteraksi sejak awal kehidupannya, tempat ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian, mulai mengenal aturan-aturan, belajar menghargai dan bertanggung jawab, bagaimana berdiskusi dan mengeluarkan pendapat, mendapatkan kebebasan berekspresi. Cara orangtua memperlakukan anak, berbagai aturan yang diterapkan serta suasana dalam keluarga, meliputi interaksi antar seorang dengan yang lainnya, antara anak dengan orang tua, antara anak dengan saudaranya, suasana kompetitif yang sehat dan konstruktif antar saudara, menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh tidaknya dorongan berprestasi pada anak. Pola asuh demokratis memberikan pengaruh yang baik untuk perkembangan anak karena dalam gaya pengasuhan ini orang tua menuntut anak mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalam keluarga tetapi disertai penjelasan yang dapat dipahami anak, anak diberi kesempatan untuk berdialog dan menyampaikan pendapat kepada orang tua. Kemandirian sebagai bagian penting dari kepribadian yaitu kemampuan berdiri diatas kaki sendiri, tidak bergantung pada orang lain, punya inisiatif, tidak mudah menyerah bila ada hambatan dan bertanggungjawab akan mendu-kung tingginya motivasi berprestasi. Hipotesis Instrumen Penelitian Alat ukur yang digunakan adalah skala motivasi berprestasi, skala pola asuh demokratis dan skala kemnadirian, masing-masing berjumlah 60 butir pernyataan, skoring menggunakan model Likert, untuk aitem favourable jawaban sangat setuju (SS) nilainya 4, setuju (S) nilainya 3, netral (N) nilainya 2, dan tidak setuju (TS) nilainya 1, sangat tidak setuju (STS) nilainya 0. Sedangkan aitem-unfavourable untuk jawaban sangat setuju nilai 0, setuju nilainya 1, netral nilai 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju nilai 4. Reliabilitas skala menggunakan Alpha Cron-bach, diperoleh koefisien reliabilitas untuk skala motivasi berprestasi α = 0,917 skala pola asuh demokratis α = 0,915 skala kemandirian α = 0,947 Untuk uji kelayakan aitem, semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap sahih, sedangkan nilai dibawah 0,30 dan nilai min dinyatakan gugur. Berdasarkan uji kelayakan tersebut, dari 60 butir diperoleh 38 butir sahih skala motivasi berprestasi, 34 butir sahih skala pola asuh demokratis, 48 butir skala kemandirian. HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis regresi dan korelasi partial pada data penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara variabel pola asuh 1. Ada hubungan antara pola asuh demokratis demokratis dan kemandirian dengan moti(X1) dan kemandirian (X2) dengan motivasi vasi berprestasi, berdasarkan uji Anova (nilai berprestasi (Y). F = 120,977 dan nilai p = 0,000). 2. Ada hubungan positif antara pola asuh 2. Tidak ada hubungan antara variabel pola demokratis (X1) dengan motivasi berpresasuh demokratis dengan motivasi berprestasi (Y). tasi (koefisien korelasi r partial = 0,031 nilai 3. Ada hubungan positif antara kemandirian p = 0,753). (X2) dengan motivasi berprestasi (Y). 3. Ada hubungan antara kemandirian dengan motivasi berprestasi (koefisen korelasi r METODE PENELITIAN partial = 0,775 nilai p = 0,000). Subyek Penelitian PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan Ratulangi Manado, semester dua, angkatan antara pola asuh demokratis dan kemandirian 2011, sejumlah 110 orang. secara serentak dengan motivasi berprestasi, artinya motivasi berprestasi pada mahasiswa di 68 Lydia Edmay Viveca David; Andik Matulessy; Herlan Pratikto pengaruhi oleh faktor pola asuh demokratis dan kemandirian secara bersama-sama. Di tinjau dari indikator-indikator dalam pola asuh demokratis yaitu sikap orang tua yang menerapkan aturan-aturan yang jelas yang harus dilakukan anak serta adanya kebebasan untuk mengatur diri sendiri dan mengerjakan tugas-tugas rutin, orang tua menerima keadaan anak apa adanya sehingga anak menjadi percaya diri, punya inisiatif, berani mencoba hal-hal baru, tidak takut gagal serta lebih bertanggung jawab secara pribadi. Pola pengasuhan yang diterapkan ini membentuk anak menjadi pribadi yang lebih mandiri, yaitu memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam bekerja, dalam mengerjakan tugas-tugas dan mengambil keputusan, semua aspek kepribadian yang mandiri ini adalah ceminan dari indikator-indikator dalam kemandirian yaitu punya inisiatif dan mau mencoba hal-hal baru, tidak takut gagal, mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah, penuh ketekunan dan tanggung jawab dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Indikator-indikator kemandirian ini sangat mendukung pengembangan dan peningkatan motivasi berprestasi yaitu motivasi yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu karya yang lebih baik dari orang lain dalam banyak hal, mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab dan ketekunan, tidak mudah menyerah saat gagal, berani mencoba hal-hal baru untuk hasil yang lebih baik. Berpadanan juga dengan karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu menyukai pekerjaan yang menuntut tanggung jawab pribadi, memerlukan umpanbalik yang segera yaitu mendapatkan informasi tentang pencapaiannya, sehingga ia tahu kekurangan apa yang harus diperbaiki untuk peningkatan prestasi, berhati-hati dalam mengambil tindakan, terukur sesuai kemampuan yang dimiliki, kreatif serta dinamis, yaitu berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru yang lebih baik., sehingga menjadi jelas bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pola asuh demokratis dan kemandirian. Hubungan antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan motivasi berprestasi ini didukung juga dengan pendapat Monks, dkk (2006) bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi sosial yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan, bahwa individu berkembang karena faktor pribadi mencakup motivasi, kreativitas dan kapasitas intelektual; sedangkan faktor lingkungan meliputi keluarga, sekolah dan teman sebaya. Meninjau dari sudut pola pembentukan motivasi berprestasi pada diri seseorang, Whiting (Deckers, 2001) mengaitkannya dengan pola asuh yang diterima seseorang dalam lingkungan keluarga dimana ia berada bahwa seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi biasanya berasal dari pola asuh keluarga yang penuh kepercayaan dan penanaman akan kemandirian. Orang tua yang memberikan kebebasan pada anak untuk menjelajah lingkungannya, mencoba melakukan sesuatu untuk dirinya, mengatur dan mengurus masalah-masalah sendiri, mengambil keputusan dengan konsekuensi, akan besar sekali artinya bagi kemandirian anak (Haditono, 2006), dan jika anak diajarkan untuk mandiri sejak kecil, ia akan tumbuh menjadi pribadi mandiri yang punya inisiatif, tidak mudah menyerah, dan memiliki daya juang untuk berprestasi lebih dari orang lain (Prapattong, dalam Gunarsa 2004) Tidak ada hubungan antara variabel pola asuh demokratis dengan motivasi berprestasi setelah variabel kemandirian dikendalikan, artinya hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan motivasi berprestasi, ditolak. Hasil penelitian Gonzalez, dkk (2006) yang menunjukkan ada korelasi positif antara pola asuh demokratis dengan motivasi berprestasi, tidak terbukti. Bahwa cara pengasuhan orang tua yang demokratis tidak menjamin anak akan memiliki motivasi berprestasi yaitu untuk melakukan segala sesuatu secara lebih baik dalam banyak hal mengungguli orang lain dan prestasi sebelumnya. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya mengukur dari pola asuh secara demokratis saja, sedangkan dalam keluarga pada umumnya orang tua menerapkan pola asuh kombinatif, ada saat-saat orang tua menggunakan pendekatan yang hangat dan demokratis tetapi pada saat tertentu orang tua bersikap tegas dan tanpa kompromi, disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak serta kondisi dalam keluar- 69 Pola Asuh Demokratis, Kemandirian Dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa ga. Suasana dan iklim dalam keluarga itu harus juga menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian tentang motivasi berprestasi, seperti pendapat ahli bahwa suasana dalam keluarga, meliputi interaksi antar seorang dengan yang lainnya, antara anak dengan orang tua, antara anak dengan saudaranya, suasana kompetitif yang sehat dan konstruktif antar saudara, menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh atau tidaknya dorongan berprestasi pada anak (Parsons, dalam Winkel 1996). Ada hubungan positif antara kemandirian dengan motivasi berprestasi, berarti semakin mandiri seseorang akan diikuti dengan meningkatnya motivasi berprestasi. Ini didukung juga oleh pendapat para ahli yaitu Winterbottom (dalam Crider, 1983) mengemukakan bahwa banyak hal yang memberikan pengaruh terhadap terbentuknya motif berprestasi, diantaranya adalah latihan dalam mengembangkan ketidaktergan tungan pada orang lain. Perilaku mandiri sebagai kemampuan anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri atau mampu mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupan, adanya kepercayaan diri, mampu mempertahankan diri dan hak miliknya, memiliki tujuan, ada insiatif untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas rutin dan mencoba mengatasi rintangan yang dihadapi, menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi, (Martin & Stendeler, dalam Gunarsa, 1982; Wetherington, 1994; Spencer &Kass, 1979). Kemandirian yang disertai tanggungjawab dan pengendalian diri akan menghasilkan motivasi berprestasi yang tinggi (Ryan&Deci, dalam Gonzalez, 2006). DAFTAR PUSTAKA Conger. (1977). Contemporary Issued in Developmental. NewYork: Harper & Row. Gage, N. Berliner, D.C. (1992). Educational Psychology (5th Ed). Boston: Houghton Mifflin. Gonzalez, Ana-Liza, Wolters, CA. (2006). The Relation Between Perceived Parenting Practices and Achievement Motivation in Mathematics. Journal of Research in Childhood Education 21.2. Gunarsa, SD. dan Gunarsa WA. (2004). Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Haditono, S. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM. Hurlock, E. (1998). Psikologi Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kartono, K. (2003). Kamus Lengkap Psikologi. Bandung: Pioner Jaya. Mc.Clelland, D.C. (1987). Human Motivation. NewYork: Cambridge University Press. Monks, FJ.Knoers, AM., Haditono, SR. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM. Mussen, P.H. Conger, J.J.Kagan, J. (1992). Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Arean. Smart, M.S. Smart, R.C. (1978). Preschool Children Development & Relationship (2nd Ed). NewYork: McMillan. Wetherington, C. (1994). Psikologi Pendidikan. (Buchori, Alih Bahasa). Jakarta: Aksara Baru. Winkel, W. (1996). Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta: Wirasarana. Woolfolk., A. (1993). Educational Psychology (4th Ed). New Jersey: Prentice Hall. Deckers, L. (2001). Motivation: Biological, Psychologycal and Environmental. USA: Allyn & Bacon. 70