ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930
Journal of Regional and Rural Development Planning
(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2020.4.3.172-185
Valuasi Ekonomi Wisata Memancing
di Perairan Laut Sekitar Tanjung Kait, Tangerang, Banten:
Pendekatan Contingent Valuation Method dan Travel Cost Method
Economic Valuation of Recreational Fishing Tourism
in Tanjung Kait Coastal Water, Tangerang, Banten:
Contingent Valuation Method and Travel Cost Method Approach
Titan Budi Setyawan1*, Achmad Fachruddin2 & Handoko Adi Susanto2
1
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Tropis, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia; 2Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis, Kampus IPB
Dramaga, Bogor 16680, Indonesia; *Penulis korespondensi. e-mail: setyawantb91@gmail.com
(Diterima: 14 April 2020; 26 Juni 2020)
ABSTRACT
Tanjung Kait, located in the north coast of Tangerang, has undeveloped tourism potential of
recreational fishing on a bamboo platform in the middle of the sea. The purpose of this research
was to determine the economic value of recreational fishing tourism in Tanjung Kait and to identify
the influencing factors of the tourism demand in Tanjung Kait. Methods used in this research were
Travel Cost Method (TCM) and Contingent Valuation Method (CVM). Linear regression was used
to determine influencing factors of tourism demand. Data were obtained by interviewing tourists as
respondents, with the help of questionnaires. The result of TCM showed that factors that
significantly contributed the number of visits were education and duration of visit. Potential
economic value of tourism activity in Tanjung Kait based on TCM reached IDR 3,272,524,846
annually. The result of CVM showed that the factor that significantly affected willingness-to-pay
was education. Potential economic value of tourism activity in Tanjung Kait based on CVM
reached IDR 2,254,934,539 annually.
Keywords: Contingent Valuation Method, economic valuation, recreational fishing, Tanjung Kait,
Travel Cost Method
ABSTRAK
Tanjung Kait, terletak di pesisir utara Tangerang, memiliki potensi wisata yang belum
dikembangkan, yaitu wisata memancing di atas bagan bambu di tengah laut. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menghitung nilai valuasi ekonomi dari kegiatan wisata memancing di Tanjung
Kait dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi permintaan wisata di Tanjung
Kait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Travel Cost Method (TCM) dan
Contingent Valuation Method (CVM). Regresi linier digunakan untuk menentukan faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan wisata. Data diperoleh melalui wawancara dengan wisatawan
sebagai responden dengan bantuan kuesioner. Hasil dari TCM menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang secara signifikan berkontribusi terhadap jumlah kunjungan adalah pendidikan dan lamanya
kunjungan. Nilai potensi ekonomi dari kegiatan wisata di Tanjung Kait berdasarkan metode TCM
mencapai Rp 3,272,524,846.00/tahun. Hasil dari CVM menunjukkan faktor-faktor yang secara
172
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
signifikan memengaruhi kesediaan membayar wisatawan adalah edukasi. Nilai potensi ekonomi
dari kegiatan wisata di Tanjung Kait berdasarkan metode CVM mencapai Rp
2,254,934,539.00/tahun.
Kata kunci: Contingent valuation method, Tanjung Kait, Travel Cost Method, valuasi ekonomi,
wisata memancing
PENDAHULUAN
Kampung Nelayan Tanjung Kait
merupakan salah satu tempat wisata yang
terletak di Pesisir Utara Tangerang, Banten.
Tempat wisata ini tidak menawarkan pantai
yang indah dengan pasir putih, melainkan
pesona wisata yang tidak umum diketahui, yaitu
wisata memancing. Di tempat wisata ini
terdapat kampung nelayan, sehingga mayoritas
pekerjaan penduduk di kawasan tersebut adalah
sebagai nelayan. Namun, selain sebagai
nelayan, penduduk di desa tersebut juga
menawarkan jasa penyewaan bagan dan perahu
untuk wisatawan yang ingin memancing di laut
di daerah tersebut.
Secara administratif, tempat wisata
memancing Tanjung Kait termasuk ke dalam
wilayah Desa Tanjung Anom, Kecamatan
Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Secara geografis, tempat wisata memancing
Tanjung Kait terletak pada koordinat 6.015605
LS dan 106.538284 BT. Tempat wisata
Tanjung Kait terletak di barat laut dari Kota
Jakarta dengan jarak sekitar 50 km. Penduduk
Desa Tanjung Anom berjumlah mencapai 7,000
penduduk dengan sebagian besarnya bekerja di
bidang agrikultur dan sekitar satu per tiga
bagiannya bekerja sebagai nelayan, yang
hampir semuanya bertempat tinggal di
kampung nelayan Tanjung Kait. Selain sebagai
nelayan, sebagian penduduk di Tanjung Kait
juga menyewakan bagan pancing sebagai salah
satu objek wisata di Tanjung Kait.
Recreational Fishing atau kadang disebut
juga Leisure Angling atau rekreasi memancing,
atau Sport fishing atau olahraga memancing
merupakan salah satu kegiatan wisata yang
termasuk ke dalam kegiatan ekowisata.
Menurut EAA (2004) dalam Pawson et al.
(2007), pembeda antara wisata memancing
dengan kegiatan memancing adalah wisata
memancing dilakukan bukan untuk tujuan
komersial
melainkan
untuk
memenuhi
kepuasan batin wisatawan. Wisatawan yang
melakukan
olahraga
memancing
pada
umumnya akan melepaskan hasil tangkapan
kembali ke alam (catch and release), atau
mengonsumsi untuk wisatawan itu sendiri tanpa
memperoleh keuntungan finansial. Kegiatan
wisata memancing di Tanjung Kait sesuai
dengan definisi wisata memancing yang
dikeluarkan oleh EAA, karena pada umumnya
wisatawan tidak menjual hasil tangkapannya
untuk keuntungan komersial.
Kegiatan wisata memancing di Indonesia
dapat ditemukan di berbagai tempat. Kegiatan
wisata memancing bisa dilakukan di kolam
pemancingan, di pinggir pantai, dan bahkan di
tengah laut dengan menggunakan kapal dan
bagan. Sayangnya, kegiatan wisata memancing
di Indonesia masih jarang dipandang sebagai
sebuah kegiatan wisata bertemakan bahari,
sehingga penelitian mengenai kegiatan wisata
memancing ini masih sangat jarang untuk
dibahas. Oleh karena itu, penelitian mengenai
wisata memancing, terutama potensi ekonomi
dari kegiatan wisata memancing perlu
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan penilaian ekonomi dari kegiatan
wisata Tanjung Kait, serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan
wisata dan memberikan saran untuk
pengembangan wisata memancing di Tanjung
Kait.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Survei dan pengambilan data dilakukan
di tempat wisata memancing Tanjung Kait,
Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk,
173
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Analisis data dilakukan di Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan April–
September 2019.
Jenis Data dan Metode Penarikan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer. Data dikumpulkan
dengan cara wawancara dengan nelayan dan
wisatawan. Wawancara dilakukan secara
langsung dengan alat bantu kuesioner. Data
primer yang dikumpulkan yaitu data umur,
pendidikan, jumlah kunjungan, biaya yang
dikeluarkan
selama
perjalanan,
jumlah
tanggungan keluarga, pengeluaran bulanan,
rombongan, waktu kunjungan, dan nilai yang
bersedia dikeluarkan untuk melakukan kegiatan
wisata (WTP). Pengambilan data dilakukan
sebanyak enam kali dari bulan April–Juni 2019.
Data diambil setiap akhir pekan saat wisatawan
datang berkunjung ke kampung nelayan
Tanjung Kait.
Jumlah dan Cara Penarikan Sampel
Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006)
memberikan peraturan (rule of thumb) dalam
menentukan jumlah dan cara penarikan sampel.
Ruscoe mengatakan jumlah sampel lebih dari
30 dan kurang dari 500 adalah pantas untuk
digunakan untuk kebanyakan penelitian. Selain
itu, Roscoe juga mengatakan bahwa untuk
penelitian dimana sampel penelitiannya
menggunakan
subsampel
(pria/wanita,
junior/senior) maka jumlah sampel minimum
30 untuk masing-masing kategori adalah tepat.
Penelitian ini mengambil responden
sebanyak 74 orang, dengan pembagian 30 orang
untuk nelayan dan 44 orang untuk wisatawan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
purposive sampling dengan kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria untuk responden nelayan
adalah nelayan tetap yang tinggal di Tanjung
Kait yang pekerjaannya adalah nelayan. Kriteria
untuk responden wisatawan adalah wisatawan
yang berkunjung ke lokasi penelitian dengan
tujuan wisata memancing.
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
Metode Analisis Data
a. Contingent Valuation Method
Keuntungan dan kerugian di dalam
pengelolaan sumberdaya alam dicerminkan oleh
Willingness to Pay untuk mendapatkan
keuntungan dan Willingness to Accept untuk
mentoleransi kerugian. Salah satu metode yang
menggunakan konsep WTP dan WTA ini
adalah metode Contingent Valuation Method.
Contingent Valuation Method (CVM) adalah
metode pendekatan untuk mengestimasi nilai
yang diberikan oleh seseorang untuk suatu
barang. Metode ini menggunakan prinsip
Willingness-to-Pay (WTP) dan Willingness-toAccept (WTA). WTP adalah nilai yang
seseorang
bersedia
membayar
untuk
mendapatkan suatu barang sedangkan WTA
adalah nilai yang seseorang bersedia terima
untuk melepaskan suatu barang. Konsep WTP
dan WTA ini biasanya digunakan untuk sesuatu
yang tidak bisa dinilai dengan uang secara
langsung karena barang yang dimaksud tidak
masuk ke dalam pasar, seperti misalnya polusi
udara, penurunan kualitas air, keberadaan
ekosistem mangrove, kenikmatan dari kegiatan
wisata, dan lain sebagainya.
Contingent Valuation Method (CVM)
adalah metode yang digunakan untuk
mengestimasi
nilai
non-pemanfaatan
sumberdaya dan kawasan atau dengan kata lain,
nilai keberadaan dari suatu objek (Sobari, 2008
dalam Tsabiq et al., 2018). Dalam penelitian
ini, nilai keberadaan yang ingin diketahui
nilainya adalah nilai wisata memancing.
CVM dapat dihitung melalui langkahlangkah di bawah ini:
a) Membangun pasar hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk menjual
kesediaan seseorang membeli ikan yang
bebas dari logam berat dan juga membeli
keindahan
pemandangan
budidaya
perikanan sebagai objek wisata.
b) Menentukan besarnya penawaran (WTP)
Ada beberapa metode yang bisa digunakan
untuk menentukan besarnya penawaran
maksimal, dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah discreet-choice.
Metode ini dipilih karena metode ini
174
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Xi
memberikan pertanyaan yang dapat
dijawab dengan mudah oleh responden
tanpa memberikan tekanan mental
sehingga dapat memberikan gambaran
keadaan pasar yang lebih mendekati
keadaan sebenarnya.
c) Menghitung nilai tengah dan rataan WTP
Nilai tengah WTP dapat dihitung dengan
menggunakan statistika dengan formula
sebagai berikut (Akmaludin & Yuniati,
2019):
e) Menjumlahkan data
Penjumlahan data dilakukan untuk
mengonversi nilai tengah WTP terhadap
nilai total yang dimaksudkan. Formula
yang digunakan untuk menjumlahkan data
adalah berikut ini:
Keterangan:
TWTP = Total dari WTP
= WTP individu ke-i
= Jumlah sampel ke-i yang
bersedia membayar sebesar WTP
i
= Responden ke-i yang bersedia
membayar sebesar WTP
Keterangan:
= Nilai tengah WTP
= Batas bawah WTP
pada kelas ke-i
= Frekuensi relatif ke-i
n
i
= Jumlah responden
= Sampel (1, 2, 3, …, n)
d) Menduga kurva penawaran
Kurva
penawaran
diduga
dengan
menggunakan formula di bawah ini:
Keterangan:
Y
= Besarnya nilai WTP
= Variabel ke-1
= Variabel ke-2
= Variabel ke-n
Variabel X adalah variabel dari responden,
yaitu usia, pendapatan per tahun, jumlah
tanggungan keluarga, dan lamanya
pendidikan.
Nilai WTP diduga dengan formula dari
Grigalunas & Congar (1995) dalam Aini et
al. (2018).
WTPi = ß0 +
ß1Xi
Keterangan:
WTP = Estimasi kesediaan membayar
ß0
= Intercept
ß1
= Koefisien regresi variabel X
= Variabel bebas Xi (Usia,
pendapatan, jumlah tanggungan
keluarga dan lamanya pendidikan)
b. Travel Cost Method
Metode
ini
digunakan
dengan
menghitung
biaya
perjalanan
seorang
wisatawan untuk mencapai lokasi wisata. Biaya
perjalanan dapat dihitung dengan menggunakan
formula yang digunakan oleh Effendi (2015)
seperti di bawah ini:
BPT = BTr + BD + (BKr - BKh) + L
Keterangan:
BPT = Biaya perjalanan total
(Rupiah/orang/hari)
BTr
= Biaya transportasi dari tempat asal
ke tempat wisata yang dituju
(Rupiah/orang)
BD
= Biaya dokumentasi (Rupiah/ orang)
BKr
= Biaya konsumsi selama
rekreasi (Rupiah/orang/hari)
BKh = Biaya konsumsi tidak melakukan
rekreasi (Rupiah/orang/hari)
L
= Biaya lain-lain (Rupiah/orang/ hari)
Biaya rata-rata wisatawan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Ekwarso (2010)
dalam Effendi (2015). Formula untuk
175
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
menghitung biaya perjalanan rata-rata adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
ATC = Rata-rata biaya perjalanan
n
= Jumlah pengunjung yang
diwawancarai
Biaya rata-rata perjalanan per zona
menggunakan rumus dari Safitri (1996) dalam
Sihotang (2014).
Keterangan:
ATCi = Biaya perjalanan rata-rata dari zona i
(Rupiah/hari/orang)
BPTji = Jumlah total biaya perjalanan
pengunjung ke j dari zona i
(Rupiah/hari/ orang)
Ni
= Jumlah total pengunjung dari
zona i (orang)
Data CVM dan TCM dianalisis
menggunakan software Microsoft Excel dan
SWANSTAT. Metode analisis potensi ekonomi
baik CVM dan TCM masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kekurangan dari kedua metode tersebut adalah
adanya bias. Penelitian ini menggunakan dua
metode sehingga hasil analisis dari kedua
metode dapat dibandingkan, untuk mengetahui
bias yang mungkin terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tempat Wisata memancing
Tanjung Kait
Tempat wisata memancing Tanjung Kait
merupakan tempat wisata khusus untuk
memancing di bagan yang telah disediakan oleh
pihak pengelola. Pengelola bagan-bagan
pemancingan pada umumnya adalah nelayan
yang tinggal di kampung nelayan Tanjung Kait.
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
Di kampung nelayan Tanjung Kait, terdapat dua
macam bagan, yaitu, bagan untuk budidaya
kerang hijau yang tidak disewakan ke
pemancing dan bagan pancing yang disewakan
khusus untuk pemancing. Perbedaan dari kedua
bagan ini adalah jumlah bambu yang digunakan
untuk membangun bagan-bagan tersebut.
Jumlah bambu pada bagan kerang hijau lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah bambu
pada bagan pancing karena bagan kerang hijau
membutuhkan area permukaan yang lebih luas
sebagai tempat menempelnya kerang hijau.
Pengelolaan bagan-bagan khusus untuk
pemancing dikelola oleh asosiasi bagan pancing
yang anggotanya terdiri dari pemilik-pemilik
bagan pancing di tempat wisata memancing
Tanjung Kait. Tidak ada campur tangan
pemerintah dalam pengelolaan tempat wisata
memancing Tanjung Kait selain untuk
perizinan.
Fasilitas-fasilitas
pendukung
kegiatan wisata yang disediakan untuk
wisatawan di kampung nelayan Tanjung Kait
sudah cukup lengkap.
Menurut Ramdan & Ikhwana (2016), ada
tujuh kriteria dasar untuk pengembangan wisata
di suatu lokasi, yaitu potensi pasar, daya tarik,
sarana dan pra sarana penunjang, ketersediaan
air bersih, aksesibilitas, kondisi lingkungan, dan
pengelolaan dan perawatan. Potensi pasar serta
daya tarik dari kegiatan wisata memancing ini
sudah cukup besar, mengingat setiap
minggunya dapat mencapai seribu wisatawan
yang berkunjung ke tempat wisata ini untuk
memancing. Sarana dan prasarana seperti toilet,
masjid, listrik, air bersih dan sinyal telepon
genggam juga sudah lengkap tersedia di
Kampung Tanjung Kait. Sementara itu, di
bagan pancing hanya tersedia toilet saja di
dalam gubuk untuk berteduh. Aksesibilitas
untuk mencapai tempat wisata ini juga mudah,
terutama jika menggunakan kendaraan pribadi,
yang dilakukan oleh semua responden
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata
Tanjung Kait. Pengelolaan dan perawatan
wisata memancing dilakukan oleh nelayannelayan pemilik bagan pancing secara mandiri
di bawah asosiasi bagan pancing di lokasi
wisata tersebut.
176
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Bagan pancing tersebar di perairan secara
merata, dengan jumlah bagan mencapai lebih
dari 200 bagan pancing dengan berbagai
ukuran. Bagan pancing dengan ukuran kecil
dapat menampung 4 pemancing dengan bagan
pancing berukuran besar dapat menampung
hingga lebih dari 10 pemancing dalam satu
waktu. Beberapa bagan pancing terdapat di tepi
pantai yang terhubung oleh jembatan bambu.
Pemancing dapat menyewa bagan-bagan yang
terletak di pesisir ini dengan harga yang relatif
lebih murah, yaitu Rp. 15,000/orang.
Sedangkan bagan yang terletak jauh dari pesisir
membutuhkan nelayan untuk mengantar
wisatawan dengan menggunakan kapal nelayan.
Harga sewa untuk bagan yang terletak jauh dari
pesisir adalah Rp. 50,000/orang. Harga sewa ini
sudah termasuk dengan harga antar jemput oleh
kapal nelayan.
Kondisi umum sarana dan prasarana di
lokasi wisata memancing Tanjung Kait dapat
dilihat lebih jelas di Tabel 1. Wilayah perairan
Tanjung Kait juga merupakan tempat nelayan
untuk mencari ikan dan budidaya kerang hijau
selain sebagai tempat wisata. Tidak ada konflik
kepentingan antara nelayan pemilik baganbagan pancing, nelayan pemilik bagan-bagan
kerang hijau dan nelayan yang kesehariannya
menangkap ikan.
Tabel 1. Kondisi umum sarana dan pra sarana di lokasi wisata memancing Tanjung Kait
No
Kriteria
Skor
1
Ketersediaan Air Bersih
Cukup
2
Kemudahan Mencari Tempat Makan
Baik
3
Fasilitas Toilet
Baik
4
Kualitas Kebersihan
Buruk
5
Kondisi bangunan
Baik
6
Pemandangan Perairan
Baik
7
Aksesibilitas (Angkutan umum, kondisi jalan)
Buruk
8
Kemudahan Menemukan Penginapan
Buruk
9
Kekuatan Sinyal Telepon Genggam
Baik
Keterangan: Kategori skor: Sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik
Arah pengembangan kegiatan wisata di
kampung nelayan Tanjung Kait berusaha untuk
tidak
memberikan
dampak
terhadap
lingkungan. Wisatawan diberikan pengetahuan
untuk tidak merusak lingkungan dengan
membuang sampah sembarangan. Wisatawan
juga menyadari bahwa dengan merusak
lingkungan, hal itu akan mengurangi
kesenangan mereka karena dengan banyaknya
sampah, ikan yang mereka dapatkan akan
berkurang.
Pengembangan
ekowisata
diusahakan memberikan dampak yang sangat
kecil terhadap lingkungannya dengan cara
pembangunan yang berorientasi lingkungan
serta dukungan terhadap konservasi dan
pemberdayaan
masyarakat
setempat
(Ramadhani et al., 2018).
Karakteristik Umum Wisatawan di Lokasi
Wisata memancing Tanjung Kait
Wisatawan yang datang ke Kawasan
Wisata memancing Tanjung Kait memiliki
karakteristik sosial seperti yang ditampilkan di
dalam Tabel 2. Karakteristik ekonomi
wisatawan dapat dilihat di dalam Tabel 3.
Seluruh wisatawan mancing yang ada di
lokasi wisata adalah laki-laki dengan rentang
usia antara 19–50 tahun dengan rata rata usia
34.7 tahun. Mayoritas wisatawan bekerja
sebagai pegawai swasta dan wiraswasta dengan
masing-masing sejumlah 50% dan 36.36% dari
sampel yang diperoleh. Wisatawan yang
memiliki
profesi
sebagai
PNS/POLRI/TNI/BUMN sebesar 6.82%.
177
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Tingkat pendidikan wisatawan pada
umumnya adalah SMA dengan persentase
sebesar 68.18% diikuti oleh SMP 18.18%,
berdasarkan dari sampel yang diperoleh.
Wisatawan dengan Pendidikan terakhir SD,
Perguruan Tinggi serta lainnya memiliki
persentase yang cukup kecil, di bawah 10%.
Seluruh wisatawan yang berkunjung ke
lokasi wisata menggunakan kendaraan pribadi
untuk mencapai lokasi wisata. Kendaraan
pribadi yang digunakan, pada umumnya adalah
kendaraan sepeda motor, dengan sebagian kecil
menggunakan mobil secara kondisional, hanya
jika situasi mendorong mereka untuk membawa
mobil. Selain itu, kendaraan mobil juga
digunakan jika rombongan wisatawan cukup
besar (≥4 orang) untuk menghemat pengeluaran
bahan bakar.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
lokasi wisata memancing Tanjung Kait
jumlahnya tidak menentu, namun setiap
minggunya, minimal ratusan wisatawan
mengunjungi lokasi wisata memancing Tanjung
Kait. Jumlah wisatawan akan meningkat drastis
hingga lebih dari seribu wisatawan jika ada
kegiatan Mancing Bareng (Mabar). Wisatawan
yang datang pada umumnya adalah wisatawan
regular yang berkunjung ke lokasi wisata
memancing hampir setiap minggunya selama
beberapa tahun terakhir dan sudah bergabung
dengan komunitas-komunitas memancing.
Komunitas-komunitas memancing tersebut
pada umumnya berdasarkan pada daerah asal
wisatawan.
Tabel 2. Karakteristik sosial wisatawan di lokasi wisata memancing Tanjung Kait
No Karakteristik Pengunjung
Jumlah (individu)
Pria
44
1
Jenis Kelamin
Wanita
0
≤20
1
21-30
19
2
Kelompok Umur
31-40
11
41-50
13
≥50
0
SD
3
SMP
8
3
Tingkat Pendidikan
SMA
30
Perguruan Tinggi
2
Lainnya
1
0
2
1
5
2
6
4
Jumlah Tanggungan Keluarga
3
16
4
9
≥5
6
Tangerang
35
Bogor
2
5
Asal Pengunjung
Jakarta Barat
4
Lainnya
1
6
Motivasi Pengunjung
Memancing/hobi
43
Lainnya
1
Frekuensi Berkunjung per Sering (4-5)
39
7
bulan
Kadang-kadang (2-3)
3
Jarang (<1)
2
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
178
Persentase (%)
100
0
2.27
43.18
25.00
29.55
0.00
6.82
18.18
68.18
4.55
2.27
4.55
11.36
13.64
36.36
20.45
13.64
79.55
4.55
9.09
2.27
97.73
2.27
88.64
6.82
4.55
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Tabel 3. Karakteristik ekonomi wisatawan di lokasi wisata memancing Tanjung Kait
No
1
2
3
Karakteristik Pengunjung
Jumlah (individu)
Jenis Pekerjaan
Pelajar Mahasiswa
Persentase (%)
0
0.00
Pendapatan (juta/bulan)
PNS/Polri/TNI/BUMN
Pegawai Swasta
Wiraswasta
IRT/BRT
Lainnya
<1
3
22
16
1
2
3
6.82
50.00
36.36
2.27
4.55
6.82
Jenis Kendaraan
1-3
3-5
5-10
>10
Motor
17
14
10
0
44
38.64
31.82
22.73
0
100.00
Mobil
2
4.55
Sebagian besar wisatawan yang diwawancara
adalah wisatawan regular yang mengunjungi
tempat wisata Tanjung Kait hampir setiap
minggunya selama satu tahun. Wisatawan
regular ini berjumlah 39 orang. Sebagian kecil
datang hanya sebulan dua sampai tiga kali dan
dua orang baru datang ke lokasi wisata tersebut
untuk pertama kalinya. Wisatawan regular pada
umumnya tetap mengunjungi lokasi wisata
meski saat bulan puasa.
Wisatawan yang berkunjung pada
umumnya berasal dari tiga daerah, yaitu
Tangerang, Jakarta Barat dan Bogor.
Wisatawan dari Tangerang berjumlah 35 orang,
Jakarta Barat sejumlah 4 orang dan Bogor
sejumlah 2 orang. Satu orang berasal dari
Sewon dan dua orang tidak mengatakan
asalnya. Mayoritas berasal dari Tangerang
karena lokasi wisata tersebut merupakan lokasi
terdekat dari Tangerang. Motivasi wisatawan
pada umumnya adalah untuk memancing yang
merupakan hobi mereka. Satu orang memiliki
motivasi utama untuk bercengkrama dengan
komunitas memancing yang ada di lokasi
wisata tersebut.
Wisatawan pada umumnya datang di hari
Sabtu pagi dan pulang di hari Minggu siang
atau sore. Wisatawan menginap di atas bagan
dengan membawa persediaan makanan masingmasing. Jumlah wisatawan yang datang setiap
minggunya berkisar di antara 500 hingga 1,000
pengunjung, dan pada saat ada acara mancing
bareng, jumlah pengunjung bisa mencapai lebih
dari 1,000 pengunjung. Dengan asumsi jumlah
pengunjung minimal 500 pengunjung setiap
minggunya dan 1,000 pengunjung saat ada
kegiatan mancing bareng, maka diperkirakan
jumlah pengunjung wisata memancing di
Tanjung Kait dapat mencapai 2,500 pengunjung
setiap bulannya.
Travel Cost Method
Valuasi ekonomi dari kegiatan wisata
dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Travel
Cost
Method.
Metode
ini
mengasumsikan perjalanan (travel) sebagai
komoditi
(goods).
Asumsi
ini
akan
menggambarkan berapa nilai suatu tempat
wisata berdasarkan jumlah yang dikeluarkan
oleh wisatawan selama melakukan perjalanan
wisata (Brown & Mendelsohn, 1984).
Biaya Perjalanan Total (BPT) adalah
total biaya yang dikeluarkan oleh seorang
wisatawan dalam satu hari. Total Biaya
Perjalanan Total adalah total biaya yang
dikeluarkan oleh seluruh sampel wisatawan di
lokasi wisata tersebut. Total BPT wisata
memancing sebesar Rp. 5,060,000. Total BPT
masing-masing daerah (Bogor, Jakarta Barat,
Tangerang dan lainnya) secara berturut-turut
adalah Rp. 300,000, Rp. 435,000, Rp.
4,050,000, dan Rp. 320,000.
Pengeluaran rata-rata (Average Total
Cost) yang dikeluarkan oleh wisatawan selama
melakukan kegiatan wisata memancing di
Tanjung Kait adalah sebesar Rp. 120,476.
179
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Pengeluaran rata-rata untuk masing-masing
wilayah (Bogor, Jakarta Barat, Tangerang dan
lainnya) secara berturut-turut adalah Rp.
150,000, Rp. 108,750, Rp. 114,429 dan Rp.
320,000. Pengeluaran dari wilayah lainnya
memiliki nilai yang cukup besar karena sampel
yang berasal dari daerah selain Bogor, Jakarta
Barat, dan Tangerang, terdapat satu sampel
yang berasal dari daerah Sewon, Bantul.
Tabel 4. Nilai ekonomi pendekatan Travel Cost
Method
No. Kategori
Nilai
1
Total
Biaya Rp5,060,000
Perjalanan Total
2
Biaya Perjalanan Rp120,476/orang/trip
Rata-rata
3
Nilai
Potensi Rp3,272,524,846/tahun
Ekonomi
Nilai pengeluaran rata-rata dari daerah
Tangerang lebih rendah bila dibandingkan
dengan nilai pengeluaran rata-rata dari daerah
lainnya karena Tangerang lebih dekat dengan
lokasi wisata memancing Tanjung Kait. Begitu
pula dengan nilai pengeluaran rata-rata dari
Jakarta Barat lebih rendah dari nilai
pengeluaran rata-rata dari Bogor karena letak
geografis yang lebih dekat dari lokasi wisata
memancing Tanjung Kait.
Potensi nilai ekonomi kegiatan wisata
memancing Tanjung Kait mencapai Rp.
3,272,524,846/tahun. Bila dibandingkan dengan
tempat wisata lain seperti wisata Pulau Tangkil,
Pulau Untung Jawa dan Taman Nasional
Karimunjawa yang potensi ekonominya secara
berturut-turut
dapat
mencapai
Rp.
10,888,284,096/tahun (Effendi et al., 2015),
Rp. 68,505,101,600/tahun (Zulpikar et al.,
2018) dan Rp. 4,981,963,500/tahun (Nahib et
al., 2012), maka potensi nilai ekonomi kegiatan
wisata memancing di Tanjung Kait memiliki
nilai lebih rendah. Hal ini dikarenakan
wisatawan yang berkunjung ke wisata
memancing Tanjung Kait mayoritas adalah
wisatawan yang berasal dari Tangerang, Jakarta
Barat dan Bogor sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan satu kali
perjalanan wisata relatif lebih rendah.
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
Jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi
wisata memancing Tanjung Kait dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu, umur,
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
pengeluaran, jumlah rombongan, biaya yang
dikeluarkan selama berwisata, dan lamanya
kunjungan. Hasil regresi linear berganda
menunjukkan bahwa faktor yang memiliki nilai
paling signifikan adalah faktor durasi
kunjungan dan pendidikan. Model regresi linear
dari TCM dapat dilihat di Persamaan (8).
Ln (Y) = - 1.897 - 0.07 ln (X1) + 0.075 ln
(X2) + 0.601 ln (X3) - 0.105 ln (X4) +
0.053 ln (X5) - 0.023 ln (X6) + 1.316 ln
(X7).......................................................(8)
Keterangan:
Y = Jumlah Kunjungan
X1 = Total Biaya yang dikeluarkan
selama melakukan perjalanan
X2 = Umur
X3 = Pendidikan
X4 = Jumlah Tanggungan
X5 = Pengeluaran
X6 = Rombongan
X7 = Durasi kunjungan
Uji asumsi sudah dilakukan terhadap
model permintaan wisata memancing Tanjung
Kait,
yaitu
uji
multikolinearitas,
uji
homogenitas, uji autokorelasi dan uji
normalitas.
Model
permintaan
wisata
memancing Tanjung Kait memenuhi semua uji
asumsi tersebut. Nilai R2 dari model regresi
linear TCM sebesar 0.392 dengan nilai = 5%.
Artinya, dengan tingkat kepercayaan sebesar
95%, model dapat menjelaskan jumlah
kunjungan sebesar 39.2%. Variabel yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai Y adalah variabel pendidikan dan lamanya
kunjungan. Variabel-variabel lainnya tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai Y.
Nilai koefisien dari variabel biaya,
jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah
rombongan
bernilai
negatif.
Hal
ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan untuk
180
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
variabel biaya, jumlah tanggungan keluarga,
dan jumlah rombongan akan mengurangi nilai
jumlah kunjungan. Sebaliknya, penurunan nilai
dari variabel biaya, jumlah tanggungan keluarga
dan jumlah rombongan akan meningkatkan
jumlah kunjungan. Variabel biaya memiliki
hubungan negatif dengan jumlah kunjungan.
Hal ini diduga karena semakin besarnya biaya
yang dikeluarkan oleh seseorang, maka semakin
berkurang juga kemampuan wisatawan tersebut
untuk dapat melakukan kunjungan ke lokasi
wisata yang mengakibatkan turunnya jumlah
kunjungan wisatawan tersebut. Hasil dari biaya
perjalanan yang bernilai negatif sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zulpikar et al.
(2017). Begitu pula dengan jumlah tanggungan
keluarga yang dapat memengaruhi kemampuan
finansial seseorang untuk melakukan kunjungan
wisata sehingga dapat mengurangi jumlah
kunjungan. Jumlah rombongan memiliki
hubungan negatif dengan jumlah kunjungan
diduga karena sebagian besar wisatawan lebih
cenderung untuk bergerak dalam rombongan
kecil. Wisatawan diduga bergerak dalam
rombongan besar hanya jika ada kegiatan mabar
(mancing bareng) yang berlangsung satu kali
setiap bulannya.
Nilai koefisien dari variabel umur,
pendidikan,
pengeluaran,
dan
lamanya
kunjungan bernilai positif. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan nilai untuk variabel
umur, pendidikan, pengeluaran, dan lamanya
kunjungan
akan
meningkatkan
jumlah
kunjungan ke lokasi wisata. Sebaliknya,
berkurangnya nilai variabel umur, pendidikan,
pengeluaran, dan lamanya kunjungan akan
mengurangi juga jumlah kunjungan ke lokasi
wisata.
Variabel umur berhubungan positif
dengan kegiatan wisata memancing diduga
karena minat untuk memancing lebih umum
ditemukan pada wisatawan yang berusia lebih
tua. Pendidikan memiliki pengaruh signifikan
positif terhadap jumlah kunjungan diduga
karena ada hubungan tidak langsung. Semakin
tinggi pendidikan, semakin tinggi pendapatan
sehingga meningkatkan kemampuan wisatawan
tersebut untuk berkunjung ke lokasi wisata dan
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
tersebut. Pengeluaran bulanan memiliki
hubungan positif diduga karena semakin besar
pengeluaran bulanan seseorang, maka semakin
besar pula kemampuan wisatawan tersebut
untuk melakukan kunjungan wisata yang
meningkatkan jumlah kunjungan. Lamanya
kunjungan berhubungan positif dengan jumlah
kunjungan diduga karena pengunjung reguler
yang lebih sering berkunjung wisata memiliki
kecenderungan untuk memancing lebih lama
juga.
Contingent Valuation Method
Salah satu metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Contingent Valuation
Method (CVM). Hasil analisis CVM
menunjukkan bahwa potensi nilai ekonomi
kegiatan wisata memancing Tanjung Kait dapat
mencapai Rp. 2,254,934,545/tahun. Nilai
potensi ekonomi ini dapat dibandingkan dengan
penelitian lainnya di tempat yang berbeda,
seperti Taman Nasional Karimunjawa, Taman
Nasional Danau Sentarum dan Lawang Sewu
yang secara berturut-turut memiliki nilai
potensi
ekonomi
mencapai
Rp.
2,129,418,000/tahun (Baskara et al., 2017), Rp.
486,970,684/tahun (Maria et al., 2013) dan Rp.
69,356,894,660/tahun (Sitepu et al., 2018).
Potensi nilai ekonomi dari kegiatan wisata
memancing di Tanjung Kait lebih tinggi bila
dibandingkan
dengan
Taman
Nasional
Karimunjawa dan Taman Nasional Danau
Sentarum. Hal ini dapat disebabkan oleh bias
dari wisatawan karena adanya harga penyewaan
bagan seharga Rp. 50,000. Selain itu, beberapa
wisatawan juga menyatakan bahwa mereka
bersedia membayar dengan harga tinggi
dikarenakan hasil pancing wisatawan tersebut
sering kali sudah melebihi biaya menyewa
bagan sehingga wisatawan bersedia untuk
membayar lebih. Ditambah lagi, wisatawan
yang berkunjung ke lokasi wisata memancing
Tanjung Kait sebagian besarnya adalah
wisatawan reguler yang berkunjung ke lokasi
wisata memancing tersebut hampir setiap
minggunya dalam satu bulan, sehingga hal
tersebut dapat meningkatkan nilai potensi
181
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
ekonomi dari kegiatan wisata memancing di
Tanjung Kait.
Salah satu metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Contingent Valuation
Method (CVM). Hasil analisis CVM wisatawan
wisata memancing Kampung Nelayan Tanjung
Kait dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Nilai WTP wisatawan Tanjung Kait
No Kategori
Nilai (Rp/bulan)
1
Nilai Rata-rata WTP 75,164
2
Nilai Total WTP
2,254,934,539
Model permintaan wisata memancing Tanjung
Kait:
Ln (Y) = 7.992 + 0.236 ln (X1)
+ 0.875 ln (X2) + 0.038 ln (X3)
Keterangan:
Y = WTP
X1 = Usia
X2 = Pendidikan
X3 = Pengeluaran Rumah Tangga
Uji asumsi sudah dilakukan terhadap
model permintaan wisata memancing Tanjung
Kait,
yaitu
uji
multikolinearitas,
uji
homogenitas, uji autokorelasi dan uji
normalitas.
Model
permintaan
wisata
memancing Tanjung Kait memenuhi semua uji
asumsi tersebut. Nilai R2 dari model tersebut
adalah sebesar 21.81% dengan nilai = 5%
yang berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan
95%, model tersebut dapat menjelaskan
permintaan wisata memancing Tanjung Kait
sebesar 21.81%. Variabel pendidikan secara
signifikan memengaruhi nilai Y dalam model
permintaan wisata memancing Tanjung Kait
(Persamaan 9).
Koefisien dari masing-masing variabel
bernilai positif, yang berarti hubungan antara
variabel-variabel bebas dan variabel terikat
bersifat positif. Hal ini berarti dengan
meningkatnya nilai dari variabel-variabel bebas
akan meningkatkan nilai variabel terikat
sebanding dengan nilai koefisiennya. Artinya,
semakin tinggi usia, semakin tinggi tingkat
pendidikan dan semakin tinggi pengeluaran
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
rumah tangga bulanan, maka semakin tinggi
juga kesediaan wisatawan untuk membayar
(willingness-to-pay).
Sebaliknya, semakin
rendah usia, semakin rendah tingkat pendidikan
dan semakin rendah pengeluaran rumah tangga
bulanan, maka semakin rendah pula kesediaan
wisatawan untuk membayar.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan meningkatkan kesediaan wisatawan untuk
membayar. Hal ini diduga karena semakin
tingginya
tingkat
pendidikan
seorang
wisatawan, maka wisatawan tersebut akan
semakin mengerti nilai-nilai dari kegiatan
wisata yang wisatawan tersebut lakukan
sehingga lebih menghargai kegiatan wisata
yang wisatawan tersebut lakukan. Usia
berhubungan positif diduga karena mayoritas
wisatawan yang berusia lebih tua merupakan
wisatawan reguler sehingga lebih mengetahui
berapa nilai wisata yang pantas untuk kegiatan
wisata tersebut. Pengeluaran rumah tangga
bulanan juga memengaruhi kesediaan untuk
membayar wisatawan secara positif diduga
karena wisatawan dengan pengeluaran rumah
tangga bulanan lebih tinggi memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan
wisatawan dengan pengeluaran rumah tangga
bulanan lebih rendah sehingga meningkatkan
kesediaan wisatawan tersebut untuk membayar
lebih.
Pengembangan Wisata Memancing
Nilai potensi ekonomi yang diperoleh
berdasarkan dua metode pendekatan yang
berbeda menghasilkan dua nilai yang berbeda.
Nilai ekonomi yang diperoleh dengan
menggunakan pendekatan TCM dan CVM
berturut-turut
adalah
sebesar
Rp
3,272,524,846/tahun dan Rp2,254,934,539/
tahun. Perbedaan ini diduga karena terdapat
bias yang dimiliki oleh wisatawan karena
beberapa faktor.
Sumber utama yang menjadi penyebab
bias adalah kesalahan pengambilan sampel acak
atau kesalahan sistematis (Hendarto, 2017).
Salah satu bias yang menyebabkan nilai CVM
lebih rendah dibandingkan dengan nilai TCM
adalah adanya biaya sewa bagan yang sudah
182
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
ditetapkan oleh pihak pemilik bagan. Karena
adanya harga yang sudah ditetapkan itu,
sebagian besar wisatawan menjadikan harga itu
sebagai patokan sehingga nilai rata-rata WTP
yang ditawarkan oleh wisatawan tidak berbeda
jauh dari harga tersebut.
Biaya TCM juga cenderung lebih tinggi
dalam penelitian ini bukan karena biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan,
melainkan biaya konsumsi yang dikeluarkan
oleh wisatawan yang relatif lebih tinggi.
Walaupun untuk menekan biaya wisata
sebagian besar wisatawan membawa bekal
makanan dari rumah, namun bagi wisatawan
yang memancing sepanjang malam, ada satu
barang konsumsi yang tidak bisa ditinggalkan,
yaitu rokok. Biaya konsumsi untuk rokok ini
cenderung meningkatkan biaya perjalanan yang
dilakukan oleh wisatawan, sehingga nilai
potensi ekonomi dari wisatawan berdasarkan
pendekatan TCM dapat lebih tinggi dari nilai
potensi ekonomi berdasarkan pendekatan CVM.
Nilai potensi ekonomi kegiatan wisata
memancing di perairan Tanjung Kait dapat
ditingkatkan dengan beberapa cara, termasuk
diantaranya adalah dengan meningkatkan
kualitas kondisi umum dan fasilitas serta sarana
dan prasarana di lokasi wisata. Beberapa
kriteria yang tergolong kurang yang bisa
ditingkatkan adalah kualitas kebersihan dan
aksesibilitas. Kemudahan mencari penginapan,
walaupun dinilai kurang baik, namun
wisatawan
yang
memancing
akan
menghabiskan malamnya dengan menginap di
bagan pancing, sehingga penginapan tidak
terlalu dibutuhkan. Salah satu kriteria yang
memiliki skor cukup sehingga dapat
ditingkatkan lagi adalah ketersediaan air bersih.
Peningkatan kualitas-kualitas kondisi
umum, fasilitas serta sarana dan prasarana
diharapkan dapat meningkatkan nilai potensi
ekonomi dari kegiatan wisata memancing di
perairan Tanjung Kait, terutama meningkatkan
kesediaan untuk membayar wisatawan (WTP).
Kesediaan untuk membayar berkaitan secara
langsung dengan kondisi umum fasilitas serta
sarana dan prasarana, karena dengan
meningkatnya kualitas fasilitas serta sarana dan
prasarana akan membuat wisatawan merasa
harga yang lebih tinggi akan lebih pantas untuk
mendapatkan kepuasan dari kegiatan wisata
memancing ini.
Selain peningkatan kualitas sarana dan
prasarana, kurangnya peran pemerintah dalam
mengembangkan tempat wisata memancing
juga dapat ditingkatkan sehingga dapat
membantu pengembangan lokasi wisata
memancing.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Nilai ekonomi wisata memancing di
Tanjung Kait berdasarkan pendekatan TCM
dapat
mencapai
angka
sebesar
Rp.
3,272,524,846/tahun. Penyumbang terbesar dari
nilai ekonomi ini adalah wisatawan yang
berasal dari Tangerang, karena 79.55%
pengunjung berasal dari Tangerang. Faktorfaktor yang memengaruhi jumlah kunjungan
adalah faktor pendidikan dan faktor lamanya
kunjungan. Nilai ekonomi wisata memancing di
Tanjung Kait berdasarkan pendekatan CVM
mencapai angka sebesar Rp. 2,254,934,539/
tahun. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai
kesediaan untuk membayar adalah faktor
pendidikan.
Adanya perbedaan nilai yang diperoleh
antara pendekatan TCM dan pendekatan CVM
yang terjadi disebabkan oleh bias wisatawan
terhadap harga WTP. Selain itu, biaya
konsumsi rokok juga menyebabkan lebih
tingginya nilai potensi ekonomi dari pendekatan
TCM dibandingkan dengan pendekatan CVM.
Nilai potensi ekonomi dari CVM dan
TCM, bila dibandingkan dengan tempat wisata
lainnya (Taman Nasional Karimun Jawa),
memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Hal ini
menunjukkan besarnya nilai potensi ekonomi
dari kegiatan wisata memancing di Tanjung
Kait. Rekomendasi yang bisa diberikan untuk
pemerintah untuk dapat membantu pengelolaan
dan
mengembangkan
kegiatan
wisata
memancing di Tanjung Kait yang memiliki
potensi yang cukup besar.
183
Valuasi Ekonomi Wisata…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Kusumastanto, T., Adrianto, L., &
Sadelie, A. (2018). Identifikasi Aktivitas
Ekonomi dan Nilai Ekonomi Spasial
DAS Ciliwung. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8
(2), 223–234.
Akmaludin, M. & Yuniati. (2019). Analisa
Daya Beli Masyarakat Terhadap Tarif
Air Bersih (PDAM) Kota Bandung
Menggunakan Contingent Valuation
Method
(CVM).
Jurnal
Teknik
Lingkungan, 25 (1), 29–43.
Baskara, K. A., Hendarto, R. M., & Susilowati,
I. (2017). Economic’s Valuation of
Marine Protected Area (MPA) of
Karimunjawa, Jepara-Indonesia. Bioflux,
10 (6), 1554–1568.
Brown, G., & Mendelsohn, R. (1984). The
Hedonic Travel Cost Method. The review
of Economics and Statistics, 66 (3), 427–
433.
Effendi, A., Bakri, S., & Rusita. (2015). Nilai
Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil
Provinsi Lampung dengan Pendekatan
Biaya Perjalanan. Jurnal Sylva Lestari, 3
(3), 71–84.
Hendarto, K., A. (2017). Estimasi Willingnessto-Pay untuk Libur Sekolah Akibat
Kebakaran Hutan: Teori yang Mendasari,
Langkah-langkah, dan Reduksi Bias yang
Mungkin Timbul. Proceeding SENDI_U
3rd, 608–615. Semarang.
Maria, Y., Hardiansah, G., & Natalina, U.
(2013). Nilai Ekonomi Ekowisata Taman
Nasional Danau Sentarum Kabupaten
Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat
(Studi Kasus di SPTN II Semitau,
Stasiun Riset Bukit Terkenang). Jurnal
Hutan Lestari, 1 (2), 216–224.
T. B. Setyawan, A. Fachruddin & H. A. Susant
Nahib, I., Suwarno, Y., & Arief, S. (2012).
Pemetaan Terumbu Karang dan Nilai
Ekonomi
Berdasarkan Travel Cost
Method: Studi Kasus di Taman Nasional
Karimunjawa. Globe, 14 (1), 7–16.
Pawson, M. G., Tingley, D., Padda, G., &
Glenn, H. (2007). EU Contract
FISH/2004/011 on “Sport Fisheries” (or
Marine Recreational Fisheries) in the EU.
CEFAS.
Ramadhani, N., H., Pati, A., & Tulung, T.
(2018). Politik Ekologi Ekowisata di
Taman Wisata Alam Batu Putih
Kelurahan Batu Putih Bawah. Jurnal
Eksekutif, 1 (1), 1–14.
Ramdan, R. M. & Ikhwana, A. (2016). Analisa
Kelayakan Pengembangan Wisata di
Desa Cimareme Kecamatan Banyuresmi
Garut. Jurnal Kalibrasi, 14 (1), 101–110.
Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis.
Salemba Empat.
Sihotang, J. S., Wulandari, C., & Herwanti, S.
(2014). Nilai Objek Wisata Air Terjun
Way Lalaan Provinsi Lampung dengan
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost).
Jurnal Sylva Lestari, 2 (3), 11–18.
Sitepu, S. A. B., Subiyanto, S., & Bashit, N.
(2018). Analisis Perkembangan Wisata di
Kota Semarang Berdasarkan Nilai
Frekuensi Kunjungan dari Tahun 20152017 dengan Pendekatan Travel Cost
Method dan Contingent Valuation
Method Menggunakan SIG (Studi Kasus:
Lawang Sewu dan Goa Kreo). Jurnal
Geodesi Undip, 7 (4), 223–232.
Tsabik, A. T. N., Subiyanto, S., &
Amarrohman, F. J. (2018). Pembuatan
Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan dan
Analisis Nilai Ekonomi Kawasan melalui
Teknik Valuasi Travel Cost Method dan
Contingent Valuation Method Studi
Kasus: Kawasan Wisata Pantai Alam
Indah, Kota Tegal). Jurnal Geodesi
Undip, 7 (2), 1–10.
184
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2020, 4 (3): 172-185
Zulpikar, F., Prasetyo, D. E., Shelvatis, T. V.,
Komara, K. K., & Pramudawardhani, S.
(2017). Valuasi Ekonomi Objek Wisata
Berbasis Jasa Lingkungan Menggunakan
Metode Biaya Perjalanan di Pantai Batu
Karas Kabupaten Pangandaran. Journal
of Regional and Rural Development
Planning
(Jurnal
Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan),
1 (1), 53–63.
Zulpikar, F., Tambunan, L. A., Utami, S. R., &
Kiyat, W. E. (2018). Economic Valuation
of Marine Tourism in Small Island Using
Travel Cost Method (Case Study: Untung
Jawa Island, Indonesia). Omni-akuatika,
14 (1), 28–35.
185
Valuasi Ekonomi Wisata…