Mk

Seasonal and annual rainfall data of the stations: Akluj, Baramati, Bhor and Malsiras stations located in Nira Basin, Central India, were analyzed for studying trend and periodicity using 104 years’ rainfall data. The analysis was carried out by using Mann-Kendall (MK), Modified Mann-Kendall (MMK) and Theil and Sen’s slope estimator tests describing rising trend at all the stations. However, it is statistically significant at Akluj and Bhor stations at 10% significance level. Bhor station showed the maximum increase in percentage change i.e. 0.28% in annual rainfall. Monsoon and post-monsoon seasonal rainfall shows a rising trend while the summer and winter seasonal rainfall shows a falling trend. Wavelet analysis showed prominent annual rainfall periods ranging from 2 to 8 years at all the stations after 1960s resulting in describing more changes in the rainfall patterns after 1960s.

NEGARA Jerman Sejarah Ketatanegaraan : Mahkamah Konstitusi dibentuk berdasarkan diterapkannya basic law. Menyadari pentingnya Mahkamah Konstitusi, maka berdasarkan kewenangan yang dimilikinya, perbuatan actor actor politik dapat dievaluasi serta ditentukan kadar konstitusionalitasnya. Dua gambaran mengenai perkembangan Mahkamah Konstitusi Jerman, Pertama keunggulan kaum bangsawan saat itu memproduksi system monarchi konstitusional, kedua dalam periode tersebut yurisdiksi dualistic sepakat membatasi konsep supremasi konstitusi dan kewenangan Peradilan konstitusi. Sistem Pemerintahan : Negara Jerman adalah sebuah negera federasi di Eropa barat. Awalnya pemerintahan negara ini berbentuk kekaisaran. Seusai perang Perancis-Prusia (1870-1871) sistem pemerintahan negara ini berubah menjadi sistem parlementer dengan kanselir pemegang pemerintahan. Kanselir pertama adalah Otto Von Bismarck. Pemerintahan yang sehari-harinya dipegang oleh Kanselir memegang peranan seperti perdana menteri. Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh kandidat utama partai pemenang pemilihan umum federal. Jerman juga pernah menganut sistem pemerintahan demokrasi tapi tidak berlangsung lama, itu terjadi tahun 1933. Setelah itu pemerintahan dipegang oleh NAZI, sebuah rezim otoriter yang dipimpin Adolf Hitler dan membawa kehancuran dalam perang dunia II. Hal ini membuat Jerman terbagi menjadi dua yaitu Jerman Barat (Republik federal Jerman) dan Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman). Tapi Kekalahan dalam Perang Dunia II telah membuat Jerman kehilangan wilayah timur. Lalu pemerintahan berpindah ke Jerman Barat. Setelah negara Jerman terpisah lalu pada tahun 1990 terjadi penyatuan kembali dengan diruntuhkannya tembok Berlin. Sistem pemerintahan berubah menjadi sistem pemerintahan demokrasi yang berbasis ideologi berlandaskan prioritas hak-hak asasi manusia. Dalam pemerintahan Jerman, Parlemen dikenal sebagai Bundestag, yang anggota-anggotanya dipilih. Partai yang memerintah adalah partai dengan koalisi dominan di dalam parlemen ini. Selain Bundestag terdapat pula Bundesrat, yang anggota-anggotanya adalah perwakilan pemerintahan negara-negara bagian. Bundesrat sering disamakan dengan senat, meskipun pada kenyataannya memiliki wewenang yang berbeda. Walau secara konstitusional Jerman dipimpin oleh kanselir namun negara karena Jerman juga menganut sistem parlementer sehingga pimpinan negara dipegang oleh presiden yang dipilih setiap 5 tahun sekali. Jerman juga memiliki makhamah konstitusi liberal, dimana setiap warga mempunyai hak mengajukan keberatan berdasarkan konstitusi jika ia merasa hak asasinya dilanggar oleh pemerintah. Sistem Peradilan : 1. Pengadilan Umum, menangani kasus-kasus pidana dan kasus perdata. 2. Pengadilan Tenaga Kerja menangani sengketa perdata yang berkaitan dengan hubungan kerja.

1. We tested the hypothesis that increasing myocardial cyclic GMP levels would reduce myocardial O2 consumption and areas of low O2 supply/consumption balance, using zaprinast, a selective cyclic GMP-phosphodiesterase inhibitor.2. The study was conducted in three groups (vehicle, 10−-3 and 3×10−-3 mol/L zaprinast) of anaesthetized open-chest New Zealand white rabbits (n = 24). Coronary blood flow (radioactive microspheres), arterial and venous O2 saturation (microspectrophotometry), O2 consumption, cyclic GMP content (competitive binding) and cyclic GMP-phosphodiesterase activity (conversion of 3H-cyclic GMP to 3H-GMP) were determined.3. Agents were applied to a patch on the myocardial surface and did not cause significant haemodynamic changes, except for bradycardia in the vehicle and low dose group.4. The total myocardial cyclic GMP-phosphodiesterase activity was 148 ± 14 while the zaprinast (10 μmol/L) inhibitable activity averaged 63 ± 8 pmol/mg protein per min. Cyclic GMP content was increased with increasing doses of zaprinast (vehicle, 4.308 ± 0.349 pmol/g; low dose zaprinast, 4.803 ± 0.279 and high dose zaprinast, 7.938 ± 1.304 pmol/g).5. Coronary blood flow was not different after treatment (198 ±11, 209 ± 10 and 153 ± 9 mL/min per 100 g for the vehicle, low and high dose zaprinast, respectively).6. Under control conditions, 48% of the small veins had O2 saturations below 50%. With zaprinast, this value was reduced to 19% for the low and 24% for the high dose.7. Average venous O2 saturation increased with zaprinast (49 ± 2%, 61 ± 3% and 59 ± 1%). Myocardial O2 consumption was decreased with increasing doses of zaprinast (15.0 ± 1.9, 11.2 ± 1.0 and 7.7 ± 0.7 mL O2/min per 100 g for the vehicle, low and high dose zaprinast, respectively.8. Thus, increasing the myocardial level of cyclic GMP with zaprinast was correlated with reduced cardiac O2 consumption and a reduced number of veins with low O2 saturations.

In recent times, the world is taking into a part of challenging construction by using hard structures and high strength concretes. The proposed procedure deals with the experimental examination to find the mechanical properties of ternary blended concrete with hybrid fibers. Utilizations of mineral admixtures, such as, Fly Ash (FA), Metakaolin (MK) and Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBS) are efficient to increase the strength and make sturdy for high strength concrete. Mechanical behavior of ternary blended concrete is prepared by high rates of ternary mixes like MK, FA, GGBS (10%-30%) and hybrid fibers (steel and polypropylene) with different volume parts (Steel:0.5-2%; PP:0.1-0.5%) are explored. The specimens are set up by various evaluations of concrete, for example, M20, M50, and M60 and furthermore shifting rates of ternary mix and fibers. The test examinations explored the proposed specimens and find the compressive strength, split tensile strength, and flexural strength. The proposed ternary blended concrete with hybrid fibers upgraded the mechanical properties and optimal strength.