Naskah Drama

(Deandra) : Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya di dekat hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Suatu hari dia menggembalakan domba di dekat hutan. Dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana apabila dia melihat serigala. Dia teringat ucapan tuannya. Tuan Anak Gembala (Kelvin) : "Apabila kamu melihat serigala datang dan menyerang domba, kamu harus berteriak memanggil bantuan. Orang sekampung akan datang membantumu." Narator (Deandra) : Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang-orang. Anak gembala itu berlari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya. Anak Gembala (Tisen) : "Ada serigala, serigala. Tolooooong!" Narator (Deandra) : Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarkan berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya.

rumah menjadi tempat berpulang bagi mereka yang telah lelah beraktifitas sepanjang hari di luar. tempat dimana melepas lelah dan letih di dada, tempat merasa aman dan nyaman juga berpeluh dengan segala problema yang menujam selama sehari yang ada. namun bagaimana jika waktu pulang merupakan waktu yang amat sangat di hindari kejadiannya, karena yang menunggu dirumah bukan kebahagiaan, bukan juga ketenangan, melainkan beban mental dan emosional. kebebasan adalah harapan yang selalu di imajikan di dalam rumah itu, khayalan menjadi hiburan melepas lelah dan emosi selama sehari bekerja. arya datang dengan motor, dan sembari melepas peralatannya dia mengobrol acuh kepada bapak nya, bapaknya tidak banyak merespon, sampai esa bertanya apakah bapak nya sudah makan, ia merespon dengan gelengan kepala, tak disangka arya marah, ia menahannya beberapa saat dan kemudian mengambilkan apel yang ia bawa dari tempat ia bekerja. ia mengupas sambil terus berbicara dengan ayahnya, ketika apel itu hendak disuapi ke mulut ayahnya, ia menolak dan buah apel yang sudah di kupas itu terjatuh ketanah, itu membuah arya geram dan marah, ia membanting apel dan pisau yang sudah ia gunakan untuk mengupas itu lantas memarahi ayahnya, arya yang semakin geram kemudian mempertanyakan tentang bebannya sebagai tulang punggung, sedang ayahnya hanya terus berkhayal tentang perjuangannya dulu semasa sebelum kemerdekaan. arya dalam amarahnya juga menyinggung soal kemerdekaan dan apa-apa yang sudah di raih indonesia sampai saat ini. segala bebannya membuat arya semakin stress dengan keadaannya, ia kemudian tertawa dalam tangisnya dan dengan cepat ia beranjak dan mengajak ayahnya untuk seakan-akan sedang berada di panggung pertunjukan, arya berbicara dengan penonton, mempertanyaan kebebasan dan kemerdekaan yang mengapa sulit sekali ia dapatkan. kemudia arya terdiam lama, ditengah kerumunan manusia imajinya ia terdiam, ada rasa yang tertahan namun tak dapat di keluarkan, arya kembali pada ayahnya, dan mulai mengganti bajunya, kembali ia mengoceh dengan banyak perumpamaan tentang harapan-harapannya. dan terakhir sebelum ia meninggalkan ruang itu, arya berharap ayahnya dapat menemukan kebebasan sejati. arya berlalu dan musik berbunyi, dalam musik itu ayah nya meminum sebuah obat dan meregang nyawa. ...

Pozzo Lucky Sinopsis Sementara menunggu godot.." bercerita tentang perjalanan hidup dua orang sahabat, Didi (Vladimir) dan Gogo (Estragon). Selama mereka menantikan kedatangan seseorang bernama Godot, mereka berjanjin bertemu Godot, di pinggir jalan; jalan dekat sebuah pohon. Penantian itu menjadi penantian panjang. Dan sementara menunggu godot, mereka melewatkan waktu dengan memperdebatkan hal-hal di sekitar mereka; sepatu, topi, pohon, peristiwa penyaliban ataupun kisah penyelamatan. Tetapi bukan godot kemudian yang datang, melainkan Pozzo dan Lucky, sang tuan dan budaknya. Kemudian datang pula seorang utusan godot yang mengatakan bahwa godot tidak bisa datang sekarang melainkan besok. Waktu terus berjalan, sementara mereka masih menunggu godot. Semua peristiwa terulang kembali. Nyaris seperti sebelumnya, sepatu, pohon, kedatangan lucky dan pozzo, serta utusan godot dengan berita yang sama. Semua itu dikemas Beckett tidak dengan bahasa yang suram, tidak jatuh dalam situasi yang tragis melainkan dalam bahasa yang lucu, unik, kadang komikal khas beckett yang pengungkapan monotomi hidup tidak terjebak pada irama yang membosankan.

Seseorang tua datang dari balik tembok besar dibelakang, ada sebuah meja dengan pemutar musik diatas nya, lampu temaram hanya di sinari lilin dan sebuah lampu minyak di tembok itu. Kemudian si orang tua menyalakan musik dan mendengarkan, sebentar kemudian dia seperti menari mengikuti iringan musiknya. Diambilnya photo seseorang yang ada diatas meja dan diajaknya photo itu berdansa bersama. Musik perlahan usai dan si orang tua jatuh dalam tangisnya. Orang tua : aku mengingat sorot mata nya, indah bagai sinar bulan purnama di malam tahun baru, sorot mata yang selalu menggambarkan kesedihan atas perpisahan yang terjadi malam itu, begini katanya dulu "aku janji bakal pulang, sabar ya. Sebentar lagi selesai kita bisa menikmati kopi bersama di bawah matahari senja berdua lagi" Suara parau itu selalu terngiang dalam fikiran ku, Ia buat aku menunggu dengan berjuta tanya di dalam fikiran, apakah ia benar akan pulang, apakah benar ia masih mencintai ku, apakah perpisahan ini akan berakhir dengan pertemuan, atau apakah itu hanya kalimat penenangku agar tidak merasa begitu sedih ketika melepas dia pergi. Orang tua itu terduduk dalam sendunya, ia menuangkan kopi atau teh untuk dinikmati namun tanpa sadar ia menyiapkan untuk dua orang, Orang tua : dahulu setiap menjelang senja, aku selalu menunggu dia disini, sambil menikmati matahari terbenam dan dengan sesekali menengok ke teras. Menunggu kedatangan dia pulang, dan jika malam telah turun aku putuskan masuk untuk bersiap tidur, aku hanya sedikit bergumam "tidak pulang hari ini" lalu menarik selimut ku dan mematikan lampu. Setiap malam mimpi ku hanya menyambut dirinya pulang, melihat ia begitu menawan diterpa angin musim kemarau, daun daun kering berbunyi dibawah kakinya, dan aku berlari kearah nya kemudian kami berpelukan dengan mesranya, Terus seperti itu, terdengar membosankan mungkin bagi kalian, tapi percayalah 40 tahun sudah dan hanya itu yang membuat ku selalu bahagia, aku bahkan berharap tak usah kembali terbangun agar tidak lagi berpisah dengan nya. Si orang tua beranjak dari tempat nya, ia kembali dengan membawa sebuah jaket ojol, apapu itu, di dekap nya jaket itu, kemudian dengan nikmat nya ia menciumi jaket itu, menghisap penuh aroma nya dan dengan mata yang berbinar ia meringis Orang tua : ia memiliki mimpi yang besar, untuk dapat mengantarkan paket ke semua orang di dunia, bagi dia melihat senyuman dari orang-orang yang menerima paket kirimannya adalah kebahagiaan terbesar baginya, walau terkadang tidak semua orang membalasnya dengan senyuman, Pernah sesekali waktu ia pulang kerumah dengan keadaan baju yang basar dengan air cucian sebab orang yang menerima paketnya marah karena pengirimannya telat. Ia menerima perlakuan itu dengan ikhlas, hanya senyum yang dia bawa sampai ke rumah, walau aku tau sebenarnya ada tangis dibalik senyuman itu. Di masa senja nya ia terus melanjutkan mimpinya, dan pada suatu sore dia pulang kerumah dengan sangat bahagia Dia peluk aku yang sedang menyetrika pakaian di ruang tamu (sambil memeluk jaket nya) Dalam peluk itu dia berkata, "kini aku tidak hanya akan mengantarkan paket saja, aku juga bisa mengantar dan menjemput orang-orang yang membutuhkan bantuan ku dalam perjalanan" sambil ia menunjukkan jaket ini padaku, aku larut dalam emosinya, bahagia yang ia rasakan saat itu begitu tulus. Mata nya berbinar menunjukan keyakinan yang begitu besar dengan amanah yang saat itu ia terima. Aku terikut senang dengan nya.

Abstak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya penulisan hingga siap untuk dipentaskan dengan memasukkan unsur retorika dalam naskah drama. Objek penelitian ini adalah naskah drama Zetan karya Putu Wijaya. Penelitian ini difokuskan pada proses telaah naskah drama dengan menggunakan kajian retorika sehingga dalam membuat naskah drama kelak dapat memenangkan unsur keindahan yang lebih tergambar dalam setiap pertunjukkannya serta dimaksudkan pembaca atau penonton dapat lebih menikmati jalannya cerita yang disajikan. Metode dalam penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah keseluruhan isi naskah drama Zetan karya Putu Wijaya. Hasil penelitian ini adalah: (1) gaya penulisan retorika naskah drama Zetan karya Putu Wijaya; (2) retorika pementasan ditinjau dari naskah drama Zetan karya Putu Wijaya. Dengan hasil keseluruhan dalam naskah drama Zetan karya Putu Wijaya ini sarat akan penggunaan unsur retorika. Sehingga naskah drama Zetan karya Putu Wijaya ini merupakan salah satu karya yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penciptaan karya sastra yang memiliki nilai estetik dan nilai retorika di dalamnya. Kata kunci: kajian retorika, naskah drama, karya sastra PENDAHULUAN Retorika merupakan sebuah seni dalam berbicara. Seni berbicara yang mengutamakan pengolahan kata dalam setiap tuturannya. Seni berbicara juga disebut dengan gaya bahasa. Gaya bahasa yang dimaksudkan ialah bersifat efektif, jelas, dan bermakna seperti pada tujuan dalam beretorika. Retorika berasal dari bahasa Inggris "rhetoric" dan bersumber dari bahasa Latin "rhetorica" yang berarti ilmu berbicara. Apabila digabungkan antara seni dan ilmu dalam berbicara, maka retorika memiliki peranan yang penting terhadap penggunaanya dalam berkomunikasi terutama dalam menarik perhatian pendengar dan termotivasi untuk melakukan sesuatu demi tercapainya suatu perubahan yang lebih baik.

Semiotika ada dimana-mana. Kali ini, saya akan membawakan analisis semiotika dalam naskah drama "Presiden Kita Tercinta" karya Agus Noor. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat perkuliahan mata kuliah Semiotika di Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta. Alasan dipilihnya naskah drama adalah masih kurangnya penelitian tentang naskah drama. Selain itu, dalam segi konten dan konteks karya sastra yang saya analisis kali ini juga memiliki aroma yang kuat dalam segi semiotika.

Anak usia dini merupakan masa golden age, dimana otak akan menyerap
pengetahuan dan keahlian dengan cepat. Pada masa tersebut merupakan waktu
yang tepat untuk menanamkan nilai moral kejujuran, agar mempunyai bekal untuk
bersosialisasi dan menyesuaikan etika yang ada di lingkungannya. Setelah melihat
masalah nilai kejujuran pada anak bernama Nadia yang tertulis pada halaman 1,
hal tersebut melatarbelakangi penciptaan skenario Niswara tentang cara
menanamkan nilai moral kejujuran pada anak usia dini. Metode yang dilakukan
yaitu observasi tokoh, observasi lokasi, riset nilai kejujuran pada anak usia dini
dan riset segmentasi. Skenario Niswara bercerita tentang menanamkan nilai moral
kepada anak usia dini dengan cara membiasakan setiap hari untuk berbicara jujur
dan disisi lain dengan cara konsep white lie, yakni konsep “tidak berbohong tetapi
tidak mengatakan semuanya”. Skenario drama televisi ini dikemas dalam bentuk
cerita lepas berdurasi 90 menit termasuk commercial break, dengan jenis cerita
drama televisi keluarga dan segmentasi untuk orang tua muda. Skenario Niswara

tentang menanamkan nilai moral kejujuran ini cukup berhasil, dilihat dari adegan-
adegan yang dihadirkan cukup efektif dalam menanamkan nilai moral kejujuran

pada anak usia dini.

Dalam setiap perjalanan, kita selalu menemui hal tak terduga, banyak yang terjadi, datang dan pergi lalu, semua hampai pada ujungnya, begitulah bagaimana ending tercipta, kini mereka sedang mencari akhir yang baik untuk kisah yang belum mereka lukiskan. Dua orang dalam keterbuangan, berjalan pada satu jalan panjang, namun selalu berakhir pada pengulangan. Tidak ada harapan untuk bisa melanjutkan.

Kala tokoh dalam karya sastra menyerbu realitas si penulis, terbawa dalam pergolakan emosi dan batin. merobek dinding pembatas antara 2 dimensi kata dengan 3 dimensi realitas bentuk dan tubuh, warna tertuang dalam garis waktu yang tak beraturan, tak teridentifikasi lagi kapan dan dimana kejadian ini terjadi. Rus : ungkapan yang mengatakan "cinta tak harus memiliki" adalah bualan dari orang yang patah harapan. Terjebak dalam kenaifan yang berkedok keikhlasan, setiap insan harus berani memperjuangkan cinta dan cita nya. Tidak ada kecuali, semua punya hak yang sama dimata cinta. tidak perlu berkaca lebih jauh jika ingin berbincang tentang cinta, ya tidak usahlah mengambil referensi dari buku luar yang selama ini aku baca, yang menawarkan pandangan luas tentang peradaban dan kemajuan umat manusia. Ah, Aku terlalu banyak bicara. Mungkin kita bisa memulai perbincangan ini dengan saling mengenal satu sama lain. Kalian bisa memanggil saya Rus, saya bekerja sebagai dokter hewan dan penyair, lahir di tanah minang dan di besarkan dalam lingkungan yang sangat kental dengan budaya lokal. Membuat saya ingin bebas, membaca adalah cara saya merasakan kebebasan Bebas berpetualang ke dunia yang jauh, bercengkrama dengan diksi dan prosa. Selalu membuat saya dapat menikmati waktu yang saya habiskan sejak bangku sekolah Kegemaran saya adalah mendengarkan cerita dari seorang tukang kaba yang sering mampir pada masa saya masih di kampung dulu, Ah kembali ke topik awal, "cinta haruslah di perjuangkan" Atas dasar ini saya menikahi istri saya pada tahun 1911, hubungan kami tidak di restui oleh abak dan ibu. Namun aku kokoh pada pendirian, alhamdulillah, kami dikarunia 3 orang anak yang tampan-tampan dan cantik. Kehidupan cinta kami, aku abadikan dalam rangkaian diksi yang berkumpul menjadi sebuah cerita, cerita yang menjadi awal mula perjuangan kaum istriku untuk memperjuangkan hak nya sebagai warga negara yang pantas untuk di dengar, pantas untuk di hargai dan di hormati. senyap kemudian, lalu muncul wanita dan lelaki dari arah berlawanan, mereka bertiga menggunakan pakaian yang serba lusuh, berputar mengeliling dan berhenti pada sebuah sudut, lalu dengan kaku dua diantara mereka saling bercengkrama, terlihat menikmati waktu bersama, namun si lelaki harus pergi, berpisah. mereka berpisah, datang dua orang lain dengan wajah lusuh berderai air mata, mereka berbicara dengan si wanita, dan terjadi perdebatan, lalu si wanita ditampar keras. ia terjatuh dalam tangisnya, kedua orang itu mengikat leher si wanita sampai tangannya, dan menyerahkannya pada si lelaki besar. si lelaki besar bersenang-senang dengan wanitanya sampai ia bosan, namun bayang lelaki nya yang telah pergi masih terngiang dalam fikir wanita itu, kadang dalam tidur nya ia melihat ikatannya di lepaskan dan dia bisa kembali kepada pelukan lelakinya, namun itu hanya mimpi semata, fatamorgana di siang hari yang panas dan gersang. lalu suatu ketika ikatan dan bungkam itu dilepaskan, si lelaki besar mengajak makan, namun akhir dari cerita si wanita pun tiba, ia mati di racun karena api cemburu si pria besar. Rus : Ya begitulah tragedi yang aku ciptakan dari kehidupan cinta kami, saya bersyukur bisa menyutradai kisah ini, walau dengan raga yang berbeda dan dunia yang berbeda juga. Selesai.