Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) Sebagai

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening Assessment

nt (NSSA) 99
Vol. 7, No. 3, Maret 2011: 99-106

Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan


Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) sebagai
status gizi awal pasien dewasa sebagai prediktor lama rawat
inap dan status pulang1
Agustinus I Wayan Harimawan2, Hamam Hadi3, Susetyowati4

ABSTRACT

Background: Assessment of nutrition status of newly hospitalized patients is an initial stage of nutrition intervention
which will bring effects to the duration of stay and the history of patients' diseases during hospitalization. Appropriate
nutrition intervention as part of patients' care can be used as an indicator of the quality of hospital service.
Objective: The study aimed to identify preliminary nutrition status of newly hospitalized adult patients using SGA method,
its effects to length of stay and status of discharge and compare the capacity of SGA and NSSA indicators in predicting
length of stay and status of discharge of adult patients.
Method: This observational study used prospective cohort study design. It was carried out at Anuntaloko Hospital of
Parigi, District of Parigi Moutong, Sulawesi Tengah from July to September 2008. Subject consisted of 162 people
comprising 82 undernourished people and 80 people with good nutrition status based on assessment using SGA method.
Data analysis used bivariable and multivariable, receiver operating characteristics (ROC) curve and diagnostic methods
using computer program.
Result: The majority of newly hospitalized patients were undernourished (50.6%); preliminary status of patients
assessed using SGA method could affect length of stay, relative risk (RR)=3.67 but not status of discharge (RR=0.97).
The capacity of SGA indicator, area under the curve (AUC)=0.81 and maximum sum of sensitivity and specificity (MSS)
=1.57 was better than NSSA indicator (AUC=0.76 and MSS 1.43) in predicting length of stay. The capacity of SGA
indicator (AUC=0.50 and MSS=1.01) was better than NSSA indicator (AUC=0.49 and MSS=0.98) in predicting discharge
status of the patient.
Conclusion: SGA and NSSA indicators could be implemented in assessing preliminary nutrition status of newly
hospitalized adult patients; SGA indicator had better capacity than NSSA indicator.

KEYWORDS nutrition status, length of stay, discharge status, Subjective Global Assessment (SGA), Nutrition Services
Screening Assessment (NSSA)

PENDAHULUAN

Malnutrisi yang dialami oleh orang sakit masih 2003, pada saat awal masuk rumah sakit diperoleh
merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan sebanyak 63,3% pasien penyakit dalam teridentifikasi
karena akan dapat menurunkan daya tahan tubuh untuk malnutrisi yang dinilai dengan metode Subjective Global
mencegah, melawan, dan proses penyembuhan dari Assessment (SGA) dengan rincian 8,3% malnutrisi berat,
penyakit (1). Malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah 18,3% malnutrisi sedang, dan 36,7% malnutrisi ringan.
sakit dapat menyebabkan tingginya angka kesakitan dan Kemudian 75% dari pasien yang menderita malnutrisi
kematian, lama rawat inap yang panjang dan meningkatnya akan bertambah buruk status gizinya selama dirawat di
biaya perawatan (2). Penelitian yang telah dilakukan di RS rumah sakit (2). Demikian pula hasil penelitian pada pasien
Sardjito Yogyakarta, RS Jamil Padang, dan RS Sanglah kanker yang dilakukan operasi di Rumah Sakit Mumbai
Denpasar yang dipublikasikan tahun 2004, menunjukkan India didapatkan sebanyak 1,7% pasien dengan status
bahwa subjek yang mengalami penurunan status gizi dari gizi kurang berdasarkan indikator SGA meninggal selama
baik menjadi sedang, baik menjadi buruk, dan sedang dirawat di rumah sakit (4). 1234
menjadi buruk berpengaruh secara signifikan terhadap Melihat seriusnya dampak malnutrisi yang terjadi di
lama rawat inap yang lebih panjang (3). Beberapa tahun rumah sakit maka perlu dilakukan skrining dan penilaian
terakhir, telah dikembangkan berbagai macam strategi dan
metode untuk mengevaluasi pasien rawat inap dengan 1
Dipresentasikan pada .......
masalah gizi. Namun masalah malnutrisi masih sulit 2
Dinas Kesehatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
terdiagnosis dan sering terlewatkan oleh tim medis yang 3.
Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, Jl. Farmako Sekip Utara, e-mail: hamam@indosat.net.id
merawat pasien (2). 4
Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Gadjah Mada, Jl. Farmako Sekip Utara, e-mail: susetyowati2000@
Sakit Umum Spanyol yang dipublikasikan pada tahun yahoo.com
100 Agustinus I Wayan Harimawan, Hamam Hadi, Susetyowati

status gizi awal pada pasien baru yang akan menjalani ruang perawatan, pasien dirujuk, dan pasien pulang atas
rawat inap di rumah sakit untuk mengevaluasi status gizi, permintaan sendiri (APS).
mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan pasien mana Dibutuhkan jumlah sampel minimal untuk setiap
yang sangat membutuhkan intervensi gizi sesuai dengan kelompok sebanyak 29 orang. Dengan perkiraan adanya
permasalahan gizi yang dialaminya. Penilaian status gizi sampel yang hilang maka besar sampel untuk masing-
pada prinsipnya mengandung empat komponen yaitu: masing kelompok menjadi 35 orang, sehingga besar
pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, riwayat nutrisi, sampel minimal keseluruhan pada kedua kelompok dalam
dan analisis laboratorium (5). Penelitian yang telah dilakukan penelitian ini adalah 70 orang. Penentuan jumlah sampel
di RS Sardjito Yogyakarta, RS Jamil Padang, dan RS Sanglah dihitung berdasarkan rumus pengujian hipotesis risiko
Denpasar yang dipublikasikan tahun 2004 menggunakan tiga relatif populasi dengan tingkat kepercayaan Zα sebesar
indikator status gizi yaitu dengan metode SGA, Indeks Massa 1,96, kekuatan uji Zβ sebesar 0,842, proporsi pasien lama
Tubuh (IMT), dan Tebal Lipatan Kulit (TLK) ternyata hanya rawat inap pendek pada status gizi buruk dan sedang
SGA yang memenuhi jumlah sampel minimal sebanyak 73 sebagai kelompok terpapar p1= 68,7%, proporsi pasien
orang bagi kelompok yang mengalami penurunan status gizi. lama rawat inap pendek pada status gizi baik sebagai
Berdasarkan SGA terdapat 74 orang subjek (28,2%) yang kelompok tidak terpapar p 2= 31,3%, dan p sebesar
mengalami penurunan status gizi selama dirawat inap di setengah dari hasil jumlah p1 dan p2 yaitu 0,5.
rumah sakit, 10 orang (3,8%) di antaranya pada saat masuk Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah
rumah sakit berstatus gizi baik namun mengalami penurunan variabel bebas yaitu status gizi awal pasien dewasa
menjadi status gizi buruk pada saat keluar rumah sakit. yang dinilai dengan metode SGA dan NSSA. Variabel
Subjek yang mengalami penurunan status gizi baik menjadi terikat yaitu lama rawat inap dan status pulang pasien
sedang dan sedang menjadi buruk masing-masing sebanyak serta faktor-faktor lain seperti umur, jenis penyakit, jenis
32 orang (12,2%) (3). kelamin, kelas perawatan, dan pendidikan. Status gizi awal
Metode Nutrition Services Screening Assessment subjek diperoleh secara langsung melalui riwayat medis
(NSSA) adalah salah satu metode skrining yang memuat dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kuesioner SGA.
tentang catatan medis yang terdiri dari data diagnosis, Sedangkan status gizi berdasarkan indikator NSSA dinilai
tinggi badan, berat badan, persentase berat badan ideal, berdasarkan anamnesis riwayat gizi yang dilakukan dalam
persentase berat badan normal, kadar albumin, nafsu makan, waktu 24 jam pertama pasien dirawat inap sesuai dengan
pengobatan, dan pengembangan diet. Namun di Indonesia kuesioner NSSA, selanjutnya dikelompokkan menjadi dua
belum diketahui keberhasilan metode NSSA dalam menilai kelompok yaitu berisiko malnutrisi bila terdapat minimal 3
status gizi pasien rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk kriteria dan tidak berisiko malnutrisi bila terdapat kurang
menilai status gizi awal pasien penyakit dalam yang baru dari 3 kriteria. Kriteria tersebut meliputi kehilangan nafsu
dirawat dengan menggunakan metode SGA dan NSSA, serta makan lebih dari 48 jam, kesulitan mengunyah atau
membandingkan kemampuan kedua metode tersebut dalam menelan, alergi atau pantangan makanan, kelihatan
memprediksi lama rawat inap dan status pulang. malnutrisi, umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun
saat masuk rumah sakit, makanan yang dikonsumsi kurang
BAHAN DAN METODE dari 50%, dan ada modifikasi diet (6).
Lama rawat inap dikategorikan menjadi dua
Penelitian ini merupakan penelitian observasional kelompok, yaitu pendek apabila kurang dari 6 hari dan
dengan rancangan studi kohort prospektif. Pada penelitian panjang apabila lebih dari atau sama dengan 6 hari. Status
ini peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap subjek pulang adalah keadaan pasien saat keluar dari rumah
penelitian tanpa memberikan perlakuan. Rancangan studi sakit yang dinyatakan oleh dokter dalam rekam medis
kohort ini digunakan untuk melihat lama hari rawat inap dengan kategori status pulang sembuh dan tidak sembuh
subjek penelitian dari awal masuk sampai keluar rumah (meninggal). Data status gizi berdasarkan SGA dan NSSA
sakit dalam keadaan sembuh atau meninggal. dilakukan oleh 2 orang yaitu ahli gizi rumah sakit sebagai
Populasi penelitian ini adalah pasien baru yang enumerator dengan kualifikasi DIII gizi yang sebelumnya
dirawat di ruang penyakit dalam RSD Anuntaloko Parigi dilakukan pelatihan penyamaan persepsi pengambilan data.
Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Subjek pada Data lama rawat inap dan status pulang subjek diperoleh
penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi dari status pasien saat diperbolehkan keluar rumah sakit
kriteria inklusi yaitu: umur lebih dari atau sama dengan 16 oleh dokter yang merawat sedangkan data karakteristik
tahun, memiliki kesadaran baik (compos mentis), mampu subjek diperoleh secara langsung melalui anamnesis.
berkomunikasi dengan baik, kooperatif, dapat diukur berat Setelah data terkumpul kemudian dilakukan
badan dan tinggi badannya, dan bersedia ikut dalam entry data menggunakan paket program komputer.
penelitian ini dengan menandatangani informed consent, Karakteristik umum subjek penelitian dilakukan analisis
sedangkan untuk kriteria eksklusi yaitu: pasien pindah bivariat dengan chi square untuk melihat kebermaknaan
Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) 101

hubungan antara berbagai variabel dengan status gizi awal Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian terhadap
pasien berdasarkan indikator SGA. Uji statistik chi square status gizi berdasarkan indikator SGA
kemudian dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan Gizi kurang Gizi baik
antara jenis penyakit berdasarkan jenis kelamin dengan (SGA) (SGA) Nilai
Karakteristik n (%)
lama rawat inap, serta pengaruh variabel independen dan n= 82 n= 80 p
faktor-faktor lain terhadap variabel dependen sedangkan n % n %
besarnya pengaruh status gizi awal dan faktor-faktor Jenis kelamin
lain terhadap lama rawat inap dan status pulang pasien Perempuan 46 55,4 37 44,6 83 (51,2) 0,27
Laki-laki 36 45,6 43 54,4 79 (48,8)
diketahui dari nilai risiko relatif (RR). Analisis multivariat
Umur (tahun)
dilakukan untuk melihat variabel mana yang paling besar 16 – 64 64 46,4 74 53,6 138 (85,2) 0,02
pengaruhnya terhadap variabel dependen (7). ≥ 65 18 75,0 6 25 24 (14,8)
Analisis diagnosis dilakukan untuk mengetahui Pendidikan
sensitivitas, spesifisitas, dan Maximum Sum Of Sensitivity Tidak sekolah 12 80,0 3 20 15 (9,3)
and Specificity (MSS) indikator SGA dan NSSA. Analisis SD dan SLTP 62 55,5 47 44,5 110 (67,9) 0,00
SLTA dan PT 9 24,3 29 75,7 37(22,8)
Receiver Operating Characteristic (ROC) Curve dilakukan
Pekerjaan
untuk mengetahui Area Under the Curve (AUC) dari Tidak bekerja 21 50,0 21 50,0 42 (25,9)
indikator SGA dan NSSA. Kemampuan indikator SGA dan Petani 53 57,0 40 43,0 93 (57,4) 0,04
NSSA dalam memprediksikan lama rawat inap dan status Pegawai 8 29,6 19 70,4 27 (16,7)
pulang pasien ditentukan berdasarkan nilai AUC dan MSS, Kelas perawatan
indikator yang mempunyai nilai AUC dan MSS lebih besar VIP 1 14,3 6 85,7 7 (4,3)
Kelas I 7 46,7 8 53,3 15 (9,3) 0,20
berarti lebih baik kemampuannya.
Kelas II 13 46,4 15 53,6 25 (17,3)
Kelas III 61 54,5 51 45,5 112 (69,1)
HASIL DAN BAHASAN Diagnosis
Infeksi 36 52,9 32 47,1 68(42,0) 0,73
Status gizi subjek penelitian berdasarkan karakteristik Non infeksi 46 48,9 48 51,1 94 (58,0
umum Penyakit penyerta
Ada 17 48,6 18 51,4 35 (21,6) 0,93
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu Tidak ada 65 51,2 62 48,8 127 (78,4)
antara bulan Juli sampai dengan bulan September 2008
dan diperoleh subjek penelitian yang sesuai dengan Keterangan: p= Continuity correction
kriteria inklusi sebanyak 180 orang. Selama penelitian ini
berlangsung sebanyak 18 orang yang drop out, dengan Penelitian lain yang menggunakan metode SGA
rincian 15 orang pasien pulang atas permintaan sendiri dalam menilai status gizi awal pasien masuk rumah
(APS) dan 3 orang dirujuk ke rumah sakit provinsi dan 2 sakit didapatkan hasil yang bervariasi, di antaranya
orang meninggal dunia selama dalam perawatan. Sampai adalah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Sardjito
penelitian ini selesai, sebanyak 162 orang menjadi subjek Yogyakarta, pada pasien penyakit dalam dan saraf
penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah gizi kurang sebanyak 54,3% (9), penelitian di
indikator SGA yaitu kelompok terpapar adalah pasien Argentina pada pasien penyakit dalam jumlah gizi kurang
dengan status gizi kurang sebanyak 82 orang dan didapat sebanyak 47,6% (8), sedangkan penelitian yang
kelompok tidak terpapar adalah pasien dengan status gizi dilakukan di Rumah Sakit Umum Spanyol pada pasien
baik sebanyak 80 orang. Adapun data karakteristik umum umum diperoleh status gizi kurang 63,3% dan diagnosis
dari subjek penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. tidak berpengaruh terhadap status gizi pasien (2). Pada
Hasil pada penelitian ini didapatkan bahwa status penelitian ini berdasarkan NSSA sebanyak 56 orang
gizi awal masuk pasien dewasa di ruang penyakit dalam (72,7%) berisiko malnutrisi, dan sisanya sebanyak 25
lebih banyak subjek dengan status gizi kurang yaitu orang (29,4%) tidak berisiko malnutrisi. Hasil penelitian
sebanyak 82 orang (50,6%) dibandingkan dengan gizi baik. yang dilakukan di RS. Moewardi Surakarta dengan
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh secara bermakna menggunakan alat penilaian gizi sederhana (PGS),
terhadap status gizi awal pasien adalah umur, tingkat menunjukkan bahwa pasien dengan gizi baik atau tidak
pendidikan, dan pekerjaan sedangkan jenis kelamin, mempunyai risiko malnutrisi ditemukan pada 37 pasien
diagnosis dan ada tidaknya penyakit lain sebelum masuk (74%) dengan serum albumin, 29 pasien (58%) dengan
rumah sakit tidak berpengaruh terhadap status gizi pasien. PGS pertama, dan 26 pasien (52%) dengan PGS kedua.
Penelitian di Argentina menyebutkan bahwa faktor-faktor Pasien yang berisiko kekurangan gizi hingga aktual
yang menentukan status gizi pasien di rumah sakit di malnutrisi ditemukan pada 13 pasien (26%) dengan serum
antaranya status sosial ekonomi, umur, patologi penyakit, albumin, 21 pasien (42%) dengan PGS pertama, dan 24
dan riwayat masuk rumah sakit (8). pasien (48%) dengan PGS kedua (10). Hasil penelitian
102 Agustinus I Wayan Harimawan, Hamam Hadi, Susetyowati

Tabel 2. Pengaruh variabel penelitian terhadap lama rawat inap

Lama rawat
Total RR
≥ 6 hari < 6 hr p
Variabel (95% CI)
n % n % n %
Umur (tahun)
16 – 64 67 48,6 71 51,4 138 85,2 0,83 0,51
≥ 65 14 58,3 10 41,7 24 14,8 (0,57-1,22)
Jenis kelamin
Perempuan 52 62,7 31 37,3 83 51,2 1,71 0,00*
Laki-laki 29 36,7 50 63,3 79 48,8 (1,22-2,38)
Jenis penyakit
Infeksi 33 48,5 35 51,5 68 42,0 0,95 0,87
Non infeksi 48 41,1 46 48,9 94 58,0 (0,69-1,30)
Kelas perawatan
Non VIP 79 51,0 76 49,0 155 95,7 1,78 0,25
VIP 2 28,6 5 71,4 7 4,3 (0,55-5,81)
Pendidikan
Rendah 70 56,0 55 44,0 125 77,2 1,88 0,01*
Tinggi 11 29,7 26 70,3 37 22,8 (1,12-3,17)
SGA
Kurang 64 78,0 18 22,0 82 50,6 3,67 0,00*
Baik 17 21,3 63 78,8 80 49,4 (2,37-5,69)
NSSA
Resiko malnutrisi 56 72,7 21 27,3 77 47,5 2,47 0,00*
Tidak risiko malnutrisi 25 29,4 60 70,6 85 52,5 (1,73-3,53)
Keterangan: p= Continuity correction
*= signifikan (p<0,05)

di RSUP Dr.Sardjito menunjukkan bahwa pasien yang rawat inap mempunyai nilai RR lebih dari 1 (Tabel 2). Hal
mempunyai risiko masalah gizi berkisar antara 50-61,6%, ini membuktikan bahwa status gizi awal pasien penyakit
apabila menggunakan indikator MST, The Short Nutritional dalam di RSD Anuntaloko Parigi Sulawesi Tengah akan
Assesment Questionnaire (SNAQ), Nutrition Risk Sreening berpengaruh terhadap lama rawat inap pasien. Nilai p
(NRS) dan SGA, sedangkan dengan indikator Malnutrition kurang dari 0,05 (p=0,00) artinya bahwa secara statistik
Universal Screening Tool (MUST) didapatkan hasil yang status gizi awal masuk pasien yang dinilai dengan indikator
paling rendah yaitu 34% (11). SGA maupun NSSA memiliki hubungan bermakna dengan
SGA merupakan salah satu cara untuk menilai status lama rawat inap.
gizi pasien di rumah sakit. Penilaian SGA meliputi nilai Adanya pengaruh status gizi awal pasien terhadap
subjektif umum berdasarkan riwayat medis dan penilaian lama rawat inap pasien itu, dapat dijelaskan karena
fisik. Riwayat medis meliputi empat hal yaitu perubahan sebagian besar zat gizi baik secara langsung maupun
berat badan, perubahan asupan makan, adanya gejala tidak langsung terlibat dalam sintesis protein dan respon
gastrointestinal, kapasitas fungsional serta penyakit dan imun tergantung dari protein-protein dengan fungsi
hubungannya dengan kebutuhan gizi. Penilaian fisik spesifik. Zat gizi makro akan mempengaruhi sistem
meliputi lemak subkutan, massa otot, adanya odeme, dan imunitas sedangkan zat gizi mikro seperti seng, selenium,
acites (12). Sedangkan NSSA adalah salah satu bentuk besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B-6 serta asam folat
screening gizi dan penilaian status gizi yang digunakan di merupakan imunomodulator yang sangat penting dan
rumah sakit yang dapat dilihat dari catatan medis meliputi sangat menentukan respon tubuh terhadap antigen
data diagnosis, tinggi badan, berat badan, berat badan maupun keadaan patologis yang terjadi dalam tubuh
ideal, kadar albumin, nafsu makan, terapi medis, diit yang sehingga berdampak pada proses penyembuhan (13).
diberikan, dan perbahan diit. NSSA digunakan sebagai Pengaruh variabel penelitian terhadap lama rawat inap
dasar untuk menentukan risiko terjadinya malnutrisi dan dapat dilihat pada Tabel 2.
menentukan terapi gizi yang tepat bagi pasien (6). Selain status gizi yang dinilai dengan indikator
SGA dan NSSA, jenis kelamin dan pendidikan juga dapat
Variabel penelitian dan lama rawat inap mempengaruhi lama rawat inap pasien. Hal ini dapat
Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis dilihat dari hasil analisis bivariat di mana nilai RR lebih
bivariat didapatkan status gizi awal yang dinilai dengan dari 1 dan nilai p kurang dari 0,05 berarti jenis kelamin dan
menggunakan indikator SGA dan NSSA terhadap lama tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang bermakna
Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) 103

Tabel 3. Pengaruh variabel jenis kelamin, pendidikan dan dalam dan saraf di 3 rumah sakit tipe B didapatkan hasil
status gizi SGA terhadap lama rawat inap bahwa status gizi awal pasien memiliki hubungan yang tidak
Variabel Model I Model II bermakna dengan lama rawat inap pasien (7). Penelitian
OR p OR p yang dilakukan di RS Dr Sardjito dengan menggunakan
Jenis kelamin 5 indikator, berdasarkan hasil uji statistik chi square
Perempuan 3,41 0,003 3,48 0,002 dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan adanya
Laki-laki 1 1 hubungan antara hasil skrining gizi awal masuk rumah sakit
Pendidikan berdasarkan indikator MST dan SNAQ dengan lama rawat
Sekolah Dasar (SD) 1,41 0,49 - -
inap. Namun sebaliknya tidak demikian dengan indikator
Sekolah Menengah 1
Keatas (SMP) NRS, MUST dan SGA (p>0,05). Berdasarkan keseluruhan
Status Gizi (SGA) indikator status gizi, subjek penelitian dengan status gizi
Kurang 13,54 0,00 14,50 0,00 tidak berisiko sebagian besar dirawat kurang dari 7 hari
Baik 1 1 dan sebaliknya status gizi berisiko sebagian besar dirawat
lebih dari atau sama dengan 7 hari. Dibandingkan dengan
terhadap lama rawat inap, oleh karena itu dilakukan uji keseluruhan indikator status gizi lainnya, nilai relative
statistik multivariat. ratio (RR) indikator SGA paling tinggi yaitu sebesar 1,58
Hasil analisis multivariat didapatkan nilai RR untuk (p = 0,061, 95% CI =0,978-2,537) dan sebaliknya nilai
variabel jenis kelamin sebesar 3,48 sedangkan status gizi RR indikator MST paling rendah yaitu sebesar 0,546 (p =
dengan metode SGA sebesar 14,50 dan nilai p kurang 0,012, 95%CI = 0,340-0,875) (11).
dari 0,05 yang berarti bahwa jenis kelamin dan status Jenis kelamin pada penelitian ini mempunyai
gizi berdasarkan indikator SGA mempunyai hubungan pengaruh yang bermakna terhadap lama rawat inap karena
bermakna dengan lama rawat inap di mana pasien pada penelitian ini subjek perempuan lebih banyak dari laki-
dengan gizi kurang akan mempunyai lama rawat 14,50 laki, dan berdasarkan data 10 penyakit terbanyak di RSD
kali lebih lama daripada pasien dengan gizi baik. Hasil Anuntaloko, dyspepsia menempati urutan pertama. Subjek
analisis multivariat jenis kelamin, pendidikan, dan status dengan penyakit dyspepsia akan berpengaruh terhadap
gizi berdasarkan indikator SGA terhadap lama rawat inap asupan dan penyerapan zat-zat gizi oleh tubuh sehingga
dapat dilihat pada Tabel 3. akan terjadi penurunan status gizi yang berdampak pada
Sedangkan hasil analisis multivariat variabel lama rawat inap yang lebih lama (14).
jenis kelamin, pendidikan, dan status gizi yang dinilai
dengan indikator NSSA terhadap lama rawat inap pasien Variabel penelitian dan status pulang
didapatkan nilai RR= 2,89 untuk jenis kelamin dan 6,40 Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis bivariat,
untuk status gizi dan nilai p < 0,05. Hasil uji statistik nilai RR kurang dari 1 untuk status gizi awal terhadap status
multivariat dari variabel jenis kelamin, pendidikan, dan pulang pasien menggunakan metode SGA maupun NSSA
status gizi dengan metode NSSA terhadap lama rawat (RR=0,97 dan RR=0,99). Hasil uji statistik kai kuadrat
inap dapat dilihat pada Tabel 4. dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara status gizi awal dengan
Tabel 4. Pengaruh variabel jenis kelamin, pendidikan dan
status gizi NSSA terhadap lama rawat inap status pulang pasien (p>0,05). Hal ini berarti bahwa status
gizi awal pasien rawat inap yang dinilai dengan metode
Model I Model II SGA maupun pada NSSA pasien penyakit dalam di RSD
Variabel
RR p RR p Anuntaloko Parigi tidak berpengaruh terhadap status
Jenis kelamin pulang pasien. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian di
Perempuan 2,82 0,004 2,89 0,003
RS Dr Sardjito yang menyatakan adanya hubungan antara
Laki-laki 1 1
Pendidikan skrining gizi awal masuk rumah sakit dengan status pulang
Rendah 1,61 0,30 - - untuk indikator MST, SNAQ, NRS dan SGA sedangkan
Tinggi 1 untuk indikator MUST tidak ada hubungan yang signifikan
Status Gizi (NSSA) (11).
Kurang 5,75 0,00 6,40 0,00 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
Baik 1 1
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah tipe B Pekanbaru
pada pasien anak balita di mana pada penelitian tersebut
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
didapati hubungan yang bermakna antara status gizi
dilakukan di Argentina terhadap pasien penyakit dalam,
awal dengan indikator SGNA dan status pulang pasien
bahwa pasien dengan gizi kurang yang dinilai dengan
anak (15). Hasil penelitian ini yang menyatakan tidak ada
metode SGA memiliki lama rawat inap 2,06 kali lebih lama
hubungan bermakna antara status gizi awal dengan status
dari pasien gizi baik (9). Sedangkan pada pasien penyakit
pulang pasien dapat disebabkan karena keterbatasan
104 Agustinus I Wayan Harimawan, Hamam Hadi, Susetyowati

Tabel 5. Pengaruh variabel penelitian terhadap status pulang

Status Pulang
Total RR
Variabel Meninggal Sembuh p
(95% CI)
n % n % n %
Umur (tahun)
16 – 64 1 0,7 137 99,3 138 85,2 0,17 0,27
≥ 65 1 4,2 23 95,8 24 14,8 (0,01-2,78)
Jenis kelamin
Perempuan 2 2,4 81 97,6 83 51,2 0,98 0,50
Laki-laki 0 0,0 79 100 79 48,8 (0,94-1,01)
Diagnosis
Infeksi 0 0,0 68 100 68 42,0 1,02 0,51
Non infeksi 2 2,1 92 97,9 94 58,0 (0,99-1,05)
Kelas perawatan
Non VIP 2 1,3 153 98,7 155 95,7 0,99 1,00
VIP 0 0,0 7 100 7 4,3 (0,97-1,00)
Penyakit lain
Ada 0 0,0 35 100 35 21,6 1,02 1,00
Tidak ada 2 1,6 125 98,4 127 78,4 (0,99-1,04)
Pendidikan
Rendah 2 1,6 123 98,4 125 77,2 0,98 1,00
Tinggi 0 0 37 100 37 22,8 (0,96-1,01)
SGA
Kurang 1 1,2 81 98,8 82 50,6 0,97 1,00
Baik 1 1,3 79 98,8 80 49,4 (0,06-15,86)
NSSA
Risiko malnutrisi 1 1,3 76 98,7 77 47,5 0,99 1,00
Tidak risiko malnurisi 1 1,2 84 98,8 85 52,5 (0,96-1,03)
Keterangan : SGA : Subjective Global Assessment
NSSA : Nutrition Services Screening Assessment

ROC Curve
penelitian ini yang tidak dapat memantau seluruh subjek 1.00
ROC Curve 1.00

yang masuk kriteria inklusi penelitian yaitu subjek yang


pulang atas permintaan sendiri maupun yang berobat .75
.75

lanjut ke sarana perawatan yang lebih tinggi dalam hal ini


.50
.50
rumah sakit provinsi. Pengaruh variabel penelitian terhadap
status pulang pasien dapat dilihat pada Tabel 5.
Sensitivity
Sensitivity

.25
.25

Kemampuan indikator SGA dan NSSA 0.00


0.00 .25 .50 .75 1.00
0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

1 - Specificity
Analisis ROC curve. Analisis ini dilakukan untuk 1 - Specificity
Diagonal segments are produced by ties. Diagonal segments are produced by ties.

melihat Area Under the Curve (AUC) dari kedua indikator


status gizi. Luas AUC dari indikator SGA dan NSSA untuk Gambar 1. ROC curve indikator SGA dan NSSA untuk lama
lama rawat inap dan status pulang pasien dapat dilihat rawat inap
pada Gambar 1 dan 2.
ROC Curve
Nilai AUC dari indikator SGA baik pada lama rawat ROC Curve

inap maupun status pulang pasien lebih tinggi daripada 1.0


1.0

indikator NSSA yaitu masing-masing 0,81 untuk lama rawat 0.8


0.8

inap dan 0,99 untuk status pulang pasien. Nilai p value


Sensitivity
Sensitivity

0.6
0.6
untuk lama rawat inap dari kedua indikator adalah kurang
dari 0,05 yang berarti bahwa secara statistik indikator 0.4 0.4

NSSA dan SGA mempunyai hubungan bermakna dengan 0.2 0.2

lama rawat inap pasien. Hasil penelitian di RS Dr Sardjito 0.0


0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
1 - Specificity
menunjukkan bahwa indikator SGA mempunyai nilai AUC Diagonal segments are produced by ties.
1 - Specificity

Diagonal segments are produced by ties.

paling besar terhadap lama rawat inap yaitu sebesar 0,555


dan berturut-turut diikuti oleh indikator MUST, NRS, SNAQ Gambar 2. ROC curve indikator NSSA dan SGA untuk
dan MST. Artinya indikator SGA dapat menerangkan lama status pulang pasien
Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening Assessment (NSSA) 105

rawat inap sebesar 55,5%. Hanya indikator MST yang menunjukkan bahwa indikator SGA lebih baik dibandingkan
mempunyai hubungan signifikan dengan lama rawat inap. dengan indikator NSSA dalam memprediksi lama rawat inap
Keempat indikator lainnya (SNAQ, NRS, MUST, dan SGA) pasien dewasa. Sedangkan untuk status pulang pasien
secara statistik mempunyai hubungan tidak signifikan tidak dapat ditentukan karena berdasarkan analisis bivariat
dengan lama rawat inap (nilai p value >0,05) (11). dan analisis ROC curve didapatkan adanya hubungan
Sedangkan nilai p untuk status pulang pasien dari yang tidak bermakna antara status gizi dan status pulang
kedua indikator adalah kurang dari 0,05 yang berarti bahwa pasien. Nilai MSS indikator SGA (111%) paling tinggi, diikuti
secara statistik indikator NSSA dan SGA mempunyai berturut-turut oleh indikator MUST, NRS, SNAQ, dan MST.
hubungan tidak bermakna dengan status pulang pasien. Artinya, berdasarkan analisis nilai MSS maka indikator
Hasil penelitian di RS Dr Sardjito menunjukkan bahwa SGA paling baik digunakan dalam memprediksi lama rawat
indikator SNAQ mempunyai nilai Area Under Curve (AUC) inap dibandingkan indikator lainnya. Berbeda pada saat
paling besar terhadap status pulang yaitu sebesar 0,640 dibandingkan dengan lama rawat inap, nilai MSS indikator
dan berturut-turut diikuti oleh indikator NRS, MST, MUST SGA justru menjadi paling rendah (81,8%) dibanding
dan SGA. Hal ini berarti bahwa indikator SNAQ dapat indikator lainnya pada saat dibandingkan dengan status
menerangkan status pulang sebesar 64%. Indikator SNAQ, pulang subjek penelitian. Indikator yang memiliki nilai MSS
NRS dan MST memiliki hubungan yang signifikan dengan tertinggi dalam memprediksi status pulang adalah SNAQ
status pulang (nilai p value < 0,05). Kedua indikator lainnya (128%), diikuti berturut-turut oleh indikator NRS, MST,
(MUST dan SGA) secara statistik mempunyai hubungan MUST, dan SGA (11).
tidak signifikan dengan status pulang (nilai p value >0,05) Perbedaan kemampuan antara indikator NSSA
(11). Hasil analisis Receiver Operating Characteristic dan indikator SGA dalam memperkirakan lama rawat inap
(ROC) curve dari indikator NSSA dan SGA dapat dilihat pasien dapat disebabkan karena pada penilaian status
pada Tabel 6. gizi dengan menggunakan metode SGA telah mencakup
data tentang riwayat medis dan pemeriksaan fisik (9).
Tabel 6. Perbandingan nilai AUC indikator NSSA dan SGA Sedangkan pada penilaian status gizi dengan metode
Lama rawat inap Status pulang
NSSA hanya mencakup riwayat medis (6).
Variabel
Nilai AUC p Nilai AUC p
NSSA 0,76 0,00 0,49 0,95 KESIMPULAN DAN SARAN
SGA 0,81 0,00 0,50 0,99
Keterangan : SGA : Subjective Global Assessment Status gizi awal pasien penyakit dalam yang
NSSA : Nutrition Services Screening Assessment dinilai dengan metode SGA maupun NSSA lebih banyak
menderita status gizi kurang. Namun berdasarkan metode
Analisis diagnostik. Hasil perhitungan dengan NSSA dibandingkan dengan menggunakan metode SGA
berbagai cut off diketahui nilai sensitifitas, spesifisitas, jumlah pasien dengan status gizi awal yang dikategorikan
dan Maximum Sum Of Sensitivity And Specificity (MSS) kurang persentasenya lebih banyak.
kedua indikator dari nilai minimum sampai nilai maksimum Jenis kelamin dan status gizi awal masuk pasien
untuk lama rawat inap dan status pulang diperoleh hasil dewasa yang dinilai dengan menggunakan metode SGA
bahwa indikator SGA mempunyai nilai lebih tinggi daripada akan berpengaruh terhadap lama rawat inap namun tidak
indikator NSSA seperti pada Tabel 7. untuk status pulang pasien. Kemampuan indikator SGA
lebih baik dari indikator NSSA dalam memprediksi lama
Tabel 7. Perbandingan nilai Se, Sp, dan MSS dari indikator rawat inap sedangkan untuk status pulang pasien tidak
NSSA dan SGA
dapat ditentukan.
Lama rawat inap Status pulang Pasien penyakit dalam yang akan menjalani rawat
Variabel
Se Sp MSS Se Sp MSS inap harus dilakukan skrining awal dengan menggunakan
NSSA 0,73 0,71 1,43 0,50 0,48 0,98 indikator NSSA sedangkan dalam menilai status gizi dengan
SGA 0,78 0,79 1,57 0,50 0,51 1,01 menggunakan metode SGA agar mempertimbangkan
Keterangan : SGA: Subjective Global Assessment sumber daya manusia yang ada. Penilaian status gizi ini
NSSA : Nutrition Services Screening Assessment penting guna pemberian intervensi gizi yang tepat sesuai
dengan status gizi pasien sehingga kejadian komplikasi
Berdasarkan Tabel 7 didapatkan nilai MSS dari penyakit dapat dicegah dan kesembuhan pasien dapat
indikator SGA lebih tinggi dari indikator NSSA juga pada lebih cepat yang berdampak pada lama rawat inap pasien
hasil analisis ROC curve didapati nilai AUC indikator SGA menjadi lebih pendek. Adapun kesembuhan dan lama
lebih tinggi daripada indikator NSSA untuk lama rawat rawat inap pasien dapat dijadikan tolak ukur dari gambaran
inap pasien. Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut mutu pelayanan rumah sakit.
106 Agustinus I Wayan Harimawan, Hamam Hadi, Susetyowati

UCAPAN TERIMA KASIH 6. Hammond KA. Dietary and clinical assessment. in:
Mahan LK, Stump SE, editors. Food, nutrition, and diet
Penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan therapy. Pennsylvania: Saunders; 2004. 407-35.
dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan 7. Hastono SP. Analisis data kesehatan. Jakarta: Fakultas
Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong dalam Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2007.
hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong. Pada 61.
kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih 8. Baccaro F, Moreno JB, Borlenghi J, Aquino L, Armesto
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah G, Plaza G, Zapata Z. Subjective global assessment
dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, in the clinical setting. J Parenter Enteral Nutr 2007;
Direktur Badan RSD Anuntaloko Parigi, dan Kepala Badan 31(5):406-9.
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat. Ucapan 9. Yanti HF. Status gizi awal masuk pasien dewasa
terima kasih juga kami sampaikan kepada enumerator, sebagai prediktor lama rawat inap di rumah sakit
dokter ruangan, dan perawat ruang penyakit dalam, [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2003.
petugas ruang rekam medik, dan pasien yang menjadi 10. Mardalena I, Suprapto B, Widarto, Murti B. Penilaian
subjek penelitian serta semua pihak yang turut membantu gizi sederhana: alat penilaian praktis untuk menentukan
sehingga penelitian ini dapat terlaksana. status gizi pasien rawat inap di rumah sakit. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2005; 1(3):137-44.
RUJUKAN 11. Susetyowati, Hadi H, Budiningsari RD, Pramantara ID.
Kemampuan metode skrining MST, SNAQ, NRS, MUST
1. Kruizenga HM, Tulder MWV, Seidell JC, Thijs A, dan SGA dalam memprediksi status pulang dan lama
Ader HJ, Schueren MVB. Effectiveness and cost- rawat inap pasien rumah sakit. Naskah dipresentasikan
effectiveness of early screening and treatment dalam The 5th Asian Congress of Dietetics “ The Art of
of malnourished patients. Am J Clin Nutr 2005; Well-Being Through Asian Dietetic Practice”; 2010 Nov
82:1082-9. 10-12; Imperial Queen’s Park, Bangkok, Thailand.
2. Pablo AMR, Izaga MA, Alday LA. Assessment of 12. Detsky AS, McLaughlin JR, Baker JP, Johnston N,
nutritional status on hospital admission: nutritional Whittaker S, Mendelson RA, Jeejeebhoy KN. What is
scores. Eur J Clin Nutr 2003; 57:824-31. subjective global assessment of nutritional status?. J
3. Budiningsari RD, Hadi H. Pengaruh perubahan status Parenter Enteral Nutr 1987; 11: 8-13.
gizi pasien dewasa terhadap lama rawat inap dan 13. Asiah N. Nutrisi, infeksi dan imunitas: suatu sinergisme.
biaya rumah sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2004; Majalah GizMindo 2003; 2(6):4-6.
1(1); 35-45. 14. Badan RSD Anuntaloko Parigi. Profil RSD Anuntaloko
4. Shirodkar M, Mohandas KM. Subjective global Parigi. Parigi; 2007.
assessment: a simple and reliable screening tool for 15. Wahyuni S, Julia M, Budiningsari RD. Pengukuran
malnutrition among indians. Indian J Gastroenterol status gizi pasien anak menggunakan metode
2005; 24:246-50. subjective global nutrition assessment (SGA) sebagai
5. Moore MC. Pocket guide nutrition and diet therapy. prediktor lama rawat inap, status pulang, dan kejadian
(Terjemahan) Oswari LD. Jakarta : Hypocrates; 1997. malnutrisi di rumah sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
3-24. 2005; 2(1):28-36.

You might also like