Fernalia, Devi Listiana, Harti Monica STIKES Tri Mandiri Sakti, Bengkulu
Fernalia, Devi Listiana, Harti Monica STIKES Tri Mandiri Sakti, Bengkulu
Fernalia, Devi Listiana, Harti Monica STIKES Tri Mandiri Sakti, Bengkulu
1
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
2
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu Penanganan hipertensi bisa
keadaan dimana tekanan sistolik dan dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi
diastolik mengalami kenaikan, yaitu farmakologis dan nonfarmakologis.
tekanan sistolik di atas 140 mmHg, Untuk pemberian terapi
diastolik di atas 90 mm Hg (Wahyuni, farmakologis, kita harus
2020). Hipertensi seringkali disebut mempertimbangkan faktor umur dan
sebagai pembunuh diam - diam adanya penyakit yang akan
(silent killer), karena termasuk mempengaruhi metabolisme dan
penyakit mematikan yang tanpa distribusi obat, karenanya harus
disertai dengan gejala – gejala awal dipertimbangkan dalam memberikan
terlebih dahulu sebagai peringatan obat antihipertensi. Sedangkan
bagi korbannya (Rustandi & Jupiter, untuk terapi nonfarmakologis,
2017). mengubah pola hidup atau intervensi
Hipertensi yang tidak nonfarmakologis pada penderita
terkontrol akan menyebabkan hipertensi, sangat menguntungkan
komplikasi serius dan menjadi faktor untuk menurunkan tekanan darah.
risiko penyakit kardiovaskular dan Aktifitas senam merupakan salah
ginjal. Karena itu untuk mencegah satu aktivitas fisik yang dapat
komplikasinya, diperlukan tingkat dilakukan untuk mengurangi
tekanan darah yang stabil. Untuk peningkatan tekanan darah yang
mencapai tujuan ini, modifikasi terjadi pada penderita hipertensi
perilaku kesehatan menjadi (Gilbert W, et. all, 2012 dalam
pedoman manajemen untuk Priyantari, 2018).
mengendalikan tekanan darah itu Olahraga bagi penderita
penting (Giena dkk, 2015). hipertensi bila dilakukan dengan
Prevalensi hipertensi secara nasional terprogram akan mempunyai
mencapai 25,8%. Penderita beberapa manfaat, diantaranya
hipertensi di Indonesia diperkirakan adalah untuk mempertahankan
sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang kesehatan, memelihara dan
hipertensi terkendali. Hipertensi meningkatkan kemandirian serta
terkendali adalah mereka yang mobilitas dalam kehidupan bio-
menderita hipertensi dan mereka psikososio dalam seharihari
tahu sedang berobat untuk itu. (Priyantari, 2018). Ada beberapa
Sebaliknya sebesar 50% penderita aktivitas fisik atau senam yang
tidak menyadari diri sebagai terbukti berhasil untuk menurunkan
penderita hipertensi, sehingga tekanan darah tinggi. Diantaranya
mereka cenderung untuk menderita adalah senam ergonomik. Senam
hipertensi yang lebih berat ergonomik adalah senam
(Riskesdas, 2018). fundamental yang gerakannya sesuai
Di Bengkulu sendiri jumlah dengan susunan dan fisiologis tubuh.
estimasi penderita hipertensi Tubuh dengan sendirinya terpelihara
mencapai 899.010 jiwa, yang homeostatisnya atau keteraturan
mendapat pelayanan sesuai standar dan keseimbangannya, sehingga
hanya sekitar 9% saja (Dinkes tetap dalam keadaan bugar (Sagiran,
Bengkulu, 2019). Didapatkan pula 2013 dalam Perdana, 2014). Senam
data jumlah pasien yang menderita ergonomik merupakan senam yang
hipertensi di wilayah kerja dapat langsung membuka,
Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu membersihkan, dan mengaktifkan
sepanjang tahun 2018 terakhir seluruh sistem-sistem tubuh seperti
adalah sebanyak 594 orang sistem kardiovaskuler, kemih, dan
reproduksi (Priyantari, 2018).
3
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
4
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
HASIL
Tabel 1
Gambaran Analisis Sebelum Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan
Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring
Kota Bengkulu
Servqual F Persentase (%)
Stadium II 6 28,6
Stadium I 3 14,3
Pra hipertensi 11 52,4
Normal 1 4,8
Total 21 100,0
Tabel 2
Gambaran Analisis Setelah Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan
Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring
Kota Bengkulu
Servqual F Persentase (%)
Stadium II 2 9,5
Stadium I 2 9,5
Pra hipertensi 5 23,8
Normal 12 57,1
Total 21 100,0
Tabel 3
Gambaran Analisis Sebelum dan Sesudah Pengaruh Senam Ergonomik
Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu
No Tekanan Tekanan darah Post Test Total
darah pre Stadium Stadium Pra Normal
test 1 I Hipertensi
1 Stadium II 2 2 2 0 6
2 Stadium I 0 0 1 2 3
3 Pra hipertensi 0 0 2 9 11
4 Normal 0 0 0 1 1
Total 2 2 5 12 21
5
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
Tabel 4
Uji Normalitas Data Sebelum dan Setelah Pengaruh Senam Ergonomik
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu
No Tekanan darah sebelum dan Shapiro-Wilk
setelah Statistik Df Sig
Tabel 5
Wilcoxon Signed Ranks Test
N Mean Sum of Z P
Rank Ranks
Tekanan Darah Negative Ranks 16a .00 .00 - 0,000
Sistolik Pretest 3,704
–
Tekanan Darah Positive Ranks 0b 8.50 136.00
Sistolik
PostTest
Ties 5c
Total 21
6
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan 21 responden yang sesudah dilakukan senam ergonomik
mengalami hipertensi di wilayah dapat dilihat bahwa tekanan darah
kerja Puskesmas Bentiring Kota dari 21 responden didapatkan hasil
Bengkulu. Sebelum dilakukannya tekanan darah normal ada 12 orang
terapi senam ergonomik hampir (57,1%), pra hipertensi ada 5,
sebagian besar dari responden stadium II ada 2 orang (9,5%),
mengalami hipertensi yaitu, pra stadium I ada 2 orang (9,5%). Hal ini
hipertensi ada 11 orang (52,4%), tentu saja menunjukan perubahan
stadium II yaitu 6 orang (28,6%), tekanan darah setelah dilakukan
Stadium I ada 3 orang (14,3%), dan senam ergonomik pada pasien
yang normal hanya 1 orang saja dengan hipertensi. Hal ini didukung
(4,8). oleh penelitian yang dilakukan oleh
Hipertensi atau lebih dikenal Lumempouw Wungouw & Polii
dengan penyakit darah tinggi ini (2016), bahwa senam berpengaruh
adalah suatu keadaan dimana terhadap tekanan darah baik 2 kali
seseorang mengalami peningkatan perminggu maupun 3 kali perminggu.
darah diatas normal yaitu lebih dari Hasil analisis penelitian yang
140/90. Penyakit hipertensi dilakukan di Wilayah Kerja
dipengaruhi oleh tingkat Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu
pengetahuan dan sikap serta gaya menunjukan dari 21 responden yang
hidup. Penanganan hipertensi yang sudah melakukan terapi senam
paling aman dan efektif adalah ergonomik didapatkan hasil yaitu
pengobatan yang bersifat sebanyak 16 orang mengalami
nonfarmakologi, pengobatan secara penurunan tekanan darah. Hal ini
nonfarmakologi merupakan suatu dikarenakan ke-16 responden yang
pengobatan dengan memperbaiki mengalami penurunan tekanan
pola atau gaya hidup yang tidak darah ini dikarenakan responden
sehat (Abdillah dkk, 2016). mengikuti gerakan senam ergonomik
Berdasarkan hasil observasi sesuai dengan standar operasional
dan wawancara ke 21 responden prosedur dan kooperatif dalam
pada penelitian ini, seluruh melakukan senam ergonomik.
responden mengatakan tidak pernah Pengobatan yang dapat menurunkan
melakukan terapi nonfarmakologi tekanan darah dengan terapi non
untuk mengatasi penyakit farmakologis berupa senam
hipertensinya. Selain itu, responden ergonomik ini adalah tepat karena
kurang tau mengenai terapi senam ergonomik ini jika dilakukan
nonfarmakologi yang dapat ia dengan benar dalam masing-masing
lakukan untuk mengatasi gerakan memiliki banyak manfaat
hipertensinya. dalam memelihara kesehatan tubuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian Terutama pada kesehatan jantung
Susiati, dkk (2016) yang diketahui dan pembuluh darah. Setelah
bahwa sebagian besar responden melakukan senam ergonomik dengan
mempunyai sikap negatif tentang rutin sebanyak 2 kali dalam 1 minggu
cara perawatan hipertensi. Hasil dan juga dengan gerakan dan tehnik
penelitiannya menunjukkan bahwa yang tepat dapat menjadikan daya
sebagian besar responden masih tahan tubuh menjadi baik sehingga
banyak yang belum mempunyai sikap berpengaruh terhadap tekanan
positif untuk melakukan perawatan darah (Hanik, 2018).
penyakit hipertensi seperti jarang Seperti yang dikemukakan
mengikuti senam. oleh Madyo Wratsongko MM,
7
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
8
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
yang signifikan dengan nilai P value ratarata tekanan darah sistol dan
0,000, dengan rata-rata penurunan diastole dengan nilai Pvalue=0,001
dalam 2 minggu sebanyak 6 hari (ɑ=Pvalue=0,001 (ɑ=<0,05) yang
yaitu 11,29 mmHg. artinya senam ergonomik
Penelitian ini sejalan dengan berpengaruh terhadap tekanan
penelitian Nurfitri, Budiharto, darah sistol dan diastol. Terapi
Yulanda (2019). Menggunakan uji senam ergonomik dapat menjadi
Wilcoxon didapatkan nilai P tekanan salah satu terapi alternatif yang
darah sistolik dan diastolik kelompok dapat digunakan untuk mengontrol
perlakuan P=0,000. Nilai P pada tekanan darah pada klien hipertensi.
tekanan darah sistolik kelompok Berdasarkan hasil penelitian,
kontrol P=0,000 dan nilai tekanan terdapat beberapa implikasi yang
darah diastolik kelompok kontrol dapat digunakan untuk peningkatan
P=0,006. Hasil uji mann whitney post dalam bidang keperawatan, yaitu
test intervensi senam menujukkan bagi tenaga kesehatan (perawat)
nilai P= 0,649. Di dapatkan harus ditingkatkan upaya dalam
kesimpulan ada pengaruh senam penyuluhan tentang terapi
ergonomik terhadap perubahan nonfarmakologis senam ergonomik
tekanan darah dan tidak ada untuk pasien yang mengalami
perbedaan yang signifikan dari hasil penyakit hipertensi, sehingga
post test senam ergonomik pada penelitian ini dapat dijadikan acuan
kedua kelompok penelitian. Senam untuk intervensi keperawatan bagi
ergonomik dapat dijadikan salah perawat atau petugas puskesmas
satu terapi nonfarmakologi untuk agar dapat diadakanya program
menurunkan dan mengontrol penyuluhan tentang senam
tekanan darah. ergonomik sebagai terapi
Hasil penelitian ini sejalan nonfarmakologis penyakit
dengan penelitian Moomina Siauta hipertensi. Untuk pendidikan
(2019) dimana hasil uji analisis kesehatan, penelitian ini dapat
univariat ratarata tekanan darah dijadikan sebagai dokumen dan
sistol dan diastol sebelum adalah bahan bacaan bagi mahasiswa
146,00 mmHg dan 93,50 mmHg. keperawatan mengenai senam
Rata-rata tekanan darah sistol dan ergonomik sebagai terapi
diastole sesudah adalah 133,00 nonfarmakologis untuk penyakit
mmHg dan 84,95 mmHg, Hasil hipertensi.
analisis bivariat menggunakan
Wilcoxon bahwa ada perbedaan
5 orang (23,8%) dan normal 12
KESIMPULAN orang (57,1%).
1. Tekanan darah pre-test 3. Ada pengaruh senam ergonomik
(sebelum perlakuan) stadium II terhadap tekanan darah sistolik
berjumlah 6 orang (28,6%), pada pasien dengan hipertensi
stadium I berjumlah 2 orang di wilayah kerja Puskesmas
(14,3%), pra hipertensi Bentiring Kota Bengkulu.
berjumlah 11 orang (52,4%) dan
normal 1 orang (4,8%). SARAN
2. Tekanan darah pos-test Diharapkan kepada pihak
(sesudah perlakuan) stadium II Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu
berjumlah 26 orang (9,5%), untuk semakin meningkatkan
stadium I berjumlah 2 orang layanan kesehatan terhadap
(9,5%), pra hipertensi berjumlah hipertensi dengan menambah
penatalaksaan non farmakalogis
9
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2021] HAL 1-10
10