Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif ISSN 2614-221X (print)

Volume 3, No. 3, Mei 2020 ISSN 2614-2155 (online)

DOI 10.22460/jpmi.v1i3. 185-194

LITERASI MATEMATIKA CALON GURU SEKOLAH


DASAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PISA
KONTEN SHAPE AND SPACE

Vivi Rachmatul Hidayati1, Nourma Pramestie Wulandari2, Mohammad Archi


Maulyda3, Muhammad Erfan4, Awal Nur Kholifatur Rosyidah5
1,2,3,4,5
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Kota
1
vivirachma@unram.ac.id, 2nourmapw@unram.ac.id, 3archimaulyda@unram.ac.id, :
4muhammaderfan@unram.ac.id, 5awal_rosyidah@unram.ac.id

Diterima: 25 April 2020; Disetujui: 25 Mei, 2020

Abstract
Mathematical literacy is an ability that is needed by students in this changing era. Mathematical literacy
can be seen from the ability to formulate contextual problems mathematically; using facts, concepts, and
mathematical procedures; as well as interpreting and evaluating mathematical outcomes well. One of
the factors that cause students' good mathematical literacy is teacher's good mathematics literacy. The
purpose of this study is to describe the mathematical literacy abilities of pre-service elementary school
teacher in solving PISA problems about shape and space. This research method is qualitative-
descriptive. The subjects of the study were pre-service elementary school teachers, each with high,
medium, and low cognitive abilities. Research data are from subject’s work and a brief interview when
solving the problem. The data obtained is then reduced and analyzed qualitatively based on
mathematical literacy indicators according to PISA. The results showed that high-ability pre-service
teacher were able to demonstrate good mathematical literacy performance, which was able to fulfil all
three aspects namely formulating mathematical problems; use mathematical concepts and procedures
well; and interpret mathematical answers well in the context of the problem. Medium-ability pre-service
teachers are not able to meet several indicators on aspects of formulating problems and using
mathematical concepts and procedures. Low-ability pre-service teachers cannot fulfil all indicators on
aspects of using mathematical concepts and procedures properly.
Keywords: Mathematical Literacy, PISA, Pre-Service Teacher, Elementary School

Abstrak
Kreativitas Literasi matematik merupakan suatu kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa di zaman yang
serba berubah ini. Literasi matematika siswa yang baik salah satunya disebabkan oleh literasi
matematika guru yang juga baik. Literasi matematika dapat dilihat dari kemampuan merumuskan
masalah kontekstual secara matematis, menggunakan fakta, konsep, serta prosedur matematis, serta
menginterpreasi dan mengevaluasi luaran matematis dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika calon guru SD dalam menyelesaikan masalah
PISA mengenai shape and space. Metode penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif. Subjek penelitian
adalah calon guru SD yang masing-masing satu orang berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan
rendah. Data penelitian berupa hasil pekerjaan subjek dan wawancara singkat selama subjek
menyelesaikan masalah. Data yang didapatkan kemudian direduksi dan dianalisis secara kualitatif
dengan memperhatikan indikator-indikator literasi matematika menurut PISA. Hasil penelitian
menunjukkan calon guru berkemampuan tinggi mampu menunjukkan performa literasi matematika
yang baik, yakni mampu memenuhi ketiga aspek yakni merumuskan masalah secara matematis;
menggunakan konsep dan prosedur matematika dengan baik; serta menginterpretasi jawaban matematis
dalam konteks masalah dengan baik. Calon guru berkemampuan sedang tidak mampu memenuhi
beberapa indikator pada aspek merumuskan masalah serta menggunakan konsep dan prosedur

195
196 Hidayati, Wulandari, Maulyda, Erfan & Rosyidah, Literasi Matematika Calon …

matematika. Calon guru berkemampuan rendah tidak dapat memenuhi seluruh indikator pada aspek
menggunakan konsep dan prosedur matematika dengan baik.
Kata Kunci: Literasi Matematika, PISA, Calon Guru, Sekolah Dasar

How to cite: Hidayati, V.R., Wulandari, N.P., Maulyda, M.A., Erfan, M., Rosyidah, A.N.K.
(2020). Literasi Matematika Calon Guru Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Masalah PISA
Konten Shape and Space. JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3 (3), 185-195.

PENDAHULUAN
Literasi matematika masuk ke dalam dimensi kemampuan literasi secara umum (Tutkun &
Erdogan, 2014). Literasi matematika adalah kemampuan seseorang dalam merumuskan,
menggunakan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks (OECD, 2019b).
Secara singkat, literasi matematis adalah kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari (Ojose, 2011). Fathani (2016) memberikan penekanan
bahwa literasi matematika tidak fokus pada penguasaan materi saja. Lebih jauh, literasi
matematika menekankan pada kemampuan siswa dalam menganalisis, menalar, memecahkan
masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal ini berkaitan dengan
matematika. Konsep mengenai literasi matematis lebih condong pada pengertian
mengapliasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari dari pada mengingat rumus-rumus
matematika (Mevarech & Fan, 2018). Hal tersebut yang harus dipahami oleh guru maupun
calon guru di berbagai jenjang. Siswa yang memiliki literasi matematika buruk akan berakibat
pada konsistensi dan kedisiplinan yang kurang baik dalam melaksanakan aktivitas dalam
kehidupan sehari-harinya (Yavuz, Gunhan, Ersoy, & Narli, 2013). Selain itu, tuntutan
perubahan masyarakat menjadi salah satu sebab mengapa literasi matematika harus dimiliki
oleh siswa (Riyadhotul, Suyitno, & Rosyida, 2019).

Hasil studi terbaru yang dilaksanakan oleh Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2018 telah resmi dirilis. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa literasi
matematika Indonesia menempati urutan ke-73 dari 79 negara peserta dan dengan pencapaian
skor 379 (OECD, 2019a). Apabila ditinjau kembali pada hasil literasi matematika PISA
sebelumnya, pada tahun 2015, Indonesia menempati urutan ke-65 dari 70 negara peserta dan
dengan skor 386 (OECD, 2016). Hal ini menunjukkan masih sangat rendahnya kemampuan
matematika siswa Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Soal PISA terdiri atas 3
komponen, yaitu komponen konten, komponen proses, dan komponen konteks (OECD, 2019b;
Santia & Tyaningsih, 2018). Sehingga soal-soal yang diberikan pada PISA mengutamakan soal
yang dapat mengukur kemampuan bernalar, memecahkan masalah, berargumentasi dan
berkomunikasi, tidak sekadar soal yang membutuhkan hafalan serta penyelesaian
menggunakan prosedur semata. Dengan kata lain, kemampuan siswa dalam bernalar dan
menerapkan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan dalam
menyelesaikan soal-soal PISA. Hasil tes yang rendah tersebut juga menunjukkan siswa masih
lemah dalam menghubungkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari dengan
permasalahan pada kehidupan sehari-hari.

Kemampuan literasi matematis siswa Indonesia dari berbagai jenjang pendidikan masih berada
pada level rendah (Astuti, Fahinu, & Masuha, 2018; Julie, Sanjaya, & Anggoro, 2017; Karmila,
2018; Mahdiansyah & Rahmawati, 2014). Lebih lanjut, bahkan kemampuan literasi matematis
mahasiswa calon guru di Indonesia berada pada level rendah dan level sedang (Disnawati, 2018;
Dores & Setiawan, 2019; Rafianti, Setiani, & Novaliyosi, 2018a; Rusmining, 2017). Penelitian
Volume 3, No.3, Mei 2020 pp 185-194 197

yang dilakukan oleh Sari & Wijaya (2017) menunjukkan bahwa literasi matematika siswa SMA
di Yogyakarta berada pada kategori sangat rendah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
literasi matematika siswa SMA pada indikator memahami berada pada kategori rendah dan
kategori lainnya berada pada kategori sangat rendah. Sejalan dengan penelitian tersebut, proses
literasi matematis siswa SMA pada kedua jurusan, yakni IPA dan IPS, secara keseluruhan
menunjukkan bahwa keduanya tidak memiliki kemampuan literasi yang baik dikarenakan
keduanya belum memenuhi kompetensi literasi matematis (Hayati & Kamid, 2019). Disisi lain,
siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat mencapai literasi matematis level 2 dan
level 4 PISA dan siswa dengan kemampuan matematika sedang dapat mencapai literasi
matematis level 2 PISA. Sedangkan siswa dengan kemampuan matematika rendah tidak dapat
mencapai literasi matematis level 2, 3, ataupun level 4 PISA (Nurutami, Riyadi, & Subanti,
2018).

Penyebab rendahnya literasi matematis siswa Indonesia antara lain faktor personal, faktor
instruksional, dan faktor lingkungan (Mahdiansyah & Rahmawati, 2014; Masjaya & Wardono,
2018). Faktor pertama, yaitu faktor personal, dilihat berdasarkan persepsi siswa terhadap
matematika, motivasi siswa dalam mempelajari matematika, serta kepercayaan diri siswa
terhadap kemampuan matematika. Hal tersebut dapat didukung dengan adanya kesempatan
yang diberikan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dalam menyelesaikan berbagai
situasi masalah (Sari, 2015). Selanjutnya, pada segi intensitas, kualitas, dan metode
pembelajaran menjadi bagian dari faktor kedua, yaitu faktor instruksional. Sedangkan faktor
lingkungan dapat ditinjau berdasarkan karakteristik guru hingga adanya media pembelajaran di
sekolah. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat lebih memahami masalah sehari-hari agar dapat
mengajarkan kepada siswa mengenai bagaimana masalah tersebut dapat diselesaikan (Pillai,
Galloway, & Adu, 2017).

Selain ketiga faktor tersebut, perlu diperhatikan pula faktor lain yang menyebabkan rendahnya
prestasi siswa Indonesia yaitu kualitas guru dan calon guru yang ada di Indonesia (Disnawati,
2018). Guru dan calon guru harus memiliki kemampuan literasi matematis yang baik agar dapat
mendidik siswa hingga memiliki kemampuan literasi matematis yang baik pula (Hendroanto et
al., 2018; Prasetyani & Suparman, 2018). Literasi matematika siswa yang baik salah satunya
dipengaruhi oleh literasi matematika gurunya. Selanjutnya, sangat penting seorang guru untuk
memiliki literasi matematika yang baik (Yavuz et al., 2013). Dengan demikian, tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Sebelum adanya upaya peningkatan, perlu
diketahui bagaimana literasi guru atau calon guru matematika, dalam hal ini adalah guru SD.
Kemampuan literasi matematika dapat dilihat atau dianalisis dari bagaimana seseorang dalam
menyelesaikan masalah yang membutuhkan kemampuan dalam merumuskan, menggunakan,
dan menginterpretasikan matematika. Lebih khusus adalah soal PISA yang mengandung
beberapa konten seperti shape and space, quantitiy, dan lainnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan literasi matematika calon guru SD dalam menyelesaikan
masalah PISA mengenai shape and space.

METODE
Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) yang sudah mendapatkan matakuliah
pendidikan matematika SD. Subjek terdiri dari 3 mahasiswa. Pemilihan subjek berdasarkan
hasil belajar matematika dan digolongkan menjadi mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Intrumen pada penelitian ini adalah soal PISA dengan konten shape and space
dengan judul asli “Ferris Wheel” (bianglala). Soal dipilih dengan pertimbangan konsep
198 Hidayati, Wulandari, Maulyda, Erfan & Rosyidah, Literasi Matematika Calon …

matematika yang ada pada masalah merupakan konsep yang ada pada matematika SD. Data
yang dikumpulkan berupa hasil kerja dan hasil wawancara singkat saat dan setelah
menyelesaikan masalah. Data yang merupakan hasil kerja kemudian dianalisis dengan
menggunakan indikator-indikator literasi matematis yang dikeluarkan oleh PISA. Berikut ini
adalah indikator-indikator literasi matematis untuk menganalisis jawaban subjek dalam
menyelesaikan masalah Bianglala (OECD, 2019b).

Tabel 1. Indikator Literasi Matematika PISA


Aspek Indikator
Merumuskan situasi masalah secara A1. Mengidentifikasi aspek matematis yang ada
matematis (Formulating situations pada masalah
mathematically) A2. Merepresentasikan situasi yang ada pada
masalah secara matematis
Menggunakan konsep, fakta, prosedur, B1. Merancang dan menginplementasikan
dan penalaran (Employing startegi dalam menyelesaikan masalah
mathematical concepts, facts, B2. Mengaplikasikan fakta, konsep, prosedur
procedure, and reasoning) matematika ketika memecahkan masalah
Menginterpretasi, mengaplikasikan, dan C1. Menginterpretasikan jawaban matematis
mengevaluasi luaran matematis pada konteks dunia nyata
(Interpreting, applying, and evaluating
mathematical outcomes)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil Calon subjek adalah 18 calon guru SD yang sedang menempuh PGSD di suatu universitas
negeri. Subjek terpilih masing-masing satu orang dengan kategori berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dikategorikan berdasarkan nilai
akhir dari matakuliah pembelajaran matematika SD. Siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah selanjutnya masing-masing disebut sebagai S1, S2, dan S3. Berikut ini adalah hasil kerja
S1, S2, dan S3.

Hasil Pekerjaan S1

Gambar 1. S1 saat Menuliskan Informasi yang Ada pada Masalah


S1 menuliskan hal-hal yang menurutkan sebagai informasi untuk menyelesaikan masalah.
Gambar 1 menunjukkan bahwa S1 menuliskan bahwa 𝜋 ditetapkan sebagai 22/7. Tinggi titik R
adalah 150 meter seta jarak antara permukaan air dan peron adalah 10 meter. S1 juga
menuliskan pertanyaan pertama pada masalah tersebut.
Volume 3, No.3, Mei 2020 pp 185-194 199

Gambar 2. Pekerjaan S1 dalam Menyelesaikan Pertanyaan (a)


S1 menjawab pertanyaan (a) dengan cara menuliskan informasi-informasi seperti tinggi R,
jarak antara P dan R, jarak antara P dan M, serta tinggi M dari permukaan air sungai. Setelah
melalui proses analisis, S1 mendapatka jawaban bahwa tinggi M dari permukaan air adalah 80
meter. Berikut ini adalah jawaban S1 pada pertanyaan (b).

Gambar 3. Pekerjaan S1 dalam Menyelesaikan Pertanyaan (b)


S1 menjawab pertanyaan (b) dengan cara menuliskan bahwa setiap 10 menit, posisi Andika
berpindah 90o. Ketika ditanya, ke arah mana, maka S1 menjawab berlawanan arah jarum jam,
sambil memperagakan di gambar bianglala. Dengan melakukan analisis lebih lanjut, S1
menuliskan bahwa selama 30 menit berpindah sebanyak 270 o, yakni berada pada titik S.

Hasil Pekerjaan S2

Gambar 4. Pekerjaan S2 Menuliskan Informasi

Gambar 5. Pekerjaan S2 Menuliskan Jawaban Pertanyaan (a)

Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5, S2 menuliskan beberapa informasi seperti jarak


permukaan air sungai dengan peron pemberangkatan, serta tinggi R. Ketika menjawab
pertanyaan (a), S2 menuliskan M adalah titik pusat. S2 menuliskan M adalah 150/2, yakni 75.
Setelah ditanya maksud dari hitungannya, S2 menjawab bahwa diameter bianglala adalah 150
dan untuk mencari tinggi M adalah dengan cara membagi diameternya mejadi 2, sehingga
didapatkanlah jawaban 75.
200 Hidayati, Wulandari, Maulyda, Erfan & Rosyidah, Literasi Matematika Calon …

Gambar 6. Pekerjaan S2 Menuliskan Jawaban Pertanyaan (b)


S2 menjawab pertanyaan (b) dengan benar. Sebelum menjawab, S2 menuliskan bahwa satu
putaran bianglala membtuhkan waktu 40 menit. S2 menentukan posisi Andika saat melewati
waktu 30 menit yakni berada di titik S. Setelah ditanya lebih lanjut, S2 Menunjukkan lewat
gambar bahwa pergerapakan Andika dari titik P ke S selama 3 langkah.
Hasil Pekerjaan S3

Gambar 7. Pekerjaan S3 ketika Menjawab Pertanyaan (a)


S3 menuliskan Px sama dengan 10 m dan Rx sama dengan 150 m. Setelah ditanya lebih lanjut,
S3 menyebutkan bahwa Px melambangkan jarak titik P dari permukaan air sungai, dan Rx
sebagai jarak titik R dari permukaan air sungai. S3 kemudian mencari menuliskan yang ditanya
sebagai Mx dan didapatlah jawaban 70 meter.

Gambar 8. Pekerjaan S3 ketika Menjawab Pertanyaan (b)


S3 menjawab pertanyaan (b) dengan cara menuliskan bahwa 40 menit adalah waktu yang
dibutuhkan bianglala untuk melakukan 1 putaran. S3 menyimpulkan bahwa Andika berada di
titik Q ketika sudah menaiki wahana selama 30 menit setelah ditanya lebih lanjut, S3
memperagakan bahwa arah berputar bianglala searah jarum jam .
Volume 3, No.3, Mei 2020 pp 185-194 201

Pembahasan
Berdasarkan Gambar 1, S1 mampu menuliskan informasi-informasi yang ada pada masalah.
hal ini menunjukkan bahwa S1 mampu mengidentifikasikan aspek matematis yang ada pada
masalah. Selain itu, pada Gambar 2, S1 menuliskan komponen-komponen yang digunakan
untuk menyelesaikan pertanyaan (a). Tinggi R dituliskan 150 meter, kemudian menyebutkan
bahwa jarak antara P dan R sebagai diameter, serta jarak antara P dan M sebagai jari-jari
bianglala. Hal ini menunjukkan bahwa S1 mampu mempresentasikan komponen masalah
secara sistematis. S1 mampu memenuhi indikator A1 dan A2 dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Maulyda, Hidayati, Nur, & Rosyidah, 2019) bahwa guru SD mampu menyebutkan
informasi-informasi yang ada pada masalah ketika mencoba menyelesaikannya. Ketika
menentukan tinggi M dari permukaan air, S1 menambahkan jari-jari bianglala. Ketika ditanya
lebih lanjut, 10 merupakan tinggi R dari panggung pemberangkatan. Hal ini menunjukkan S1
mampu mengaplikasikan konsep lingkaran dalam menjawab pertanyaan (a). Berdasarkan
Gambar 3, S1 menjawab dengan benar, yakni Andika berada di titik S. S1 melihat adanya 4
titik pada lingkaran yang bisa dilalui dengan waktu 40 menit. Hal ini membuat S1
berkesimpulan bahwa setiap 10 menit, Andika berpindah posisi sebanyak 90 o. Hal ini berarti
S1 mampu merancang strategi dalam menjawab pertanyaan (b) dan mampu mengaplikasikan
strategi yang sudah disusunnya. Terlihat bahwa setelah menyelesaikan pertanyaan (a) dan (b),
S1 selalu menginterpretasikan jawaban matematisnya dalam konteks masalah. Dengan
dimikian, S1 menunjukkan indikator A1, A2, dan C1. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Khotimah & Nasrulloh, 2018) bahwa subjek berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan
maasalah menggunakan model matematika serta mampu melakukan analisis terhadap masalah
dengan baik.

S2 menuliskan beberapa informasi yang ada pada masalah, yakni jarak antara permukaan air
suangai dan apanggung, keterangan R dan tetapan phi. S1 mampu mengidentifikasi beberapa
aspek yang ada pada masalah. S2 mengalami kesalahan saat menyelesaikan pertanyaan (a). Hal
ini ditunjukkan ketika S2 menjawab pertanyaan (a) dengan cara membagi 150 dengan 2. Hal
ini dikarenakan S2 meyakini bahwa diameter bianglala adalah 150 meter. S2 juga salah dalam
memahami pertanyaan. Seharusnya yang ditanyakan adalah tinggi M dari permukaan air
sungai, namun S2 memandang bahwa yang ditanya adalah jari-jari bianglala. Hal tersebut
mengakibatkan jawaban pertanyaan (a) menjadi 75 meter. S2 belum bisa mempresentasikan
beberapa informasi pada konteks ke dalam bentuk matematis. Meskipun mampu memenuhi
indikator A1, S2 gagal memenuhi indikator A2. Hal ini sesuai dengan penelitian (Tandililing,
2016) bahwa mahasiswa memiliki kesulitan dalam melakukan representasi matematis daru
suatu masalah yang diberikan. Berdasarkan pekerjaan S2 menjawab pertanyaan (A), terlihat
bahwa gagal mengaplikasikan beberapa konsep yang ada pada masalah sehingga indikator B2
juga gagal dipenuhi. Berdasarkan Gambar 6, S2 dapat menjawab pertanyaan (b) dengan benar.
S2 dapat menunjukkan lintasan yang dilalui Andika saat menaiki bianglala selama 30 menit
hingga titik S. S2 mampu memenuhi indikator B1 dalam dan dalam hal ini mampu memenuhi
indiakor C1. Hal ini diperkuat oleh (Rafianti, Setiani, & Novaliyosi, 2018b) bahwa kemampuan
interpretasi mahasiswa cukup tinggi dibandingkan dengan aspek lainnya.

S3 menuliskan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan pertanyaan (a). S3 sudah


memahami dan mampu mengidentifikasi aspek matematis pada masalah dengan baik ketika
ditanya mengenai hal-hal yang dituliskannya. S3 gagal merepresentasikan beberapa situasi
masalah secara matematis. Hal ini menunjukkan S3 mampu memenuhi indikator A1 namun
gagal memenuhi indkator A2. Hal ini sejalan dengan pendapat oleh (Rafianti et al., 2018b)
bahwa kemampuan representasi yang merupakan salah satu aspek dalam literasi matematika
mahasiswa cukup rendah. S3 salah dalam menjawab pertanyaan (a) dikarenakan tidak
202 Hidayati, Wulandari, Maulyda, Erfan & Rosyidah, Literasi Matematika Calon …

memahami pertanyaan dengan baik. S3 menentukan Mx yang hasilnya adalah 140/2, yakni 70.
S3 melupakan fakta bahwa yang ditanyakan adalah tinggi M di atas permukaan air. Meskipun
mampu menuliskan bahwa ada jarak antara panggung memberangkatan dan permukaan air
sungai yakni 10 meter, S2 menganggap menentukan Mx sudah cukup menjawab pertanyaan
(a). Hal ini berarti S3 masih kurang kritis dalam memahami dan menyelesaikan masalah,
sedangkan terdapat hubungan yang signifikan antara literasi matematis dan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa (Sukmawati, 2018). S3 mengalami kesalahan menjawab pertanyaan
(b). S3 menganggap bahwa arah perputaran adalah dari P ke S, kemudian R dan seterusnya. Hal
ini mengakibatkan S3 salah dalam menentukan jawaban (b). Berdasarkan jawaban S3 pada
pertanyaan (a) dan (b), S3 tidak mampu mengaplikasikan beberapa konsep yang ada pada
masalah dan tidak mampu menjalankan strategi yang baik dalam menyelesaikannya. Meskipun
begitu, S3 mampu menginterpretasikan hasil yang didapatkannya ke dalam konteks masalah.
Hal ini menjadikan S3 tidak mampu memenuhi indikator B1 dan B2 namun memenuhi
indikator C1.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas, disimpulkan bahwa calon guru
berkemampuan tinggi mampu memenuhi semua indikator literasi matematis yang ada pada
masalah, yakni memahami masalah dan merumuskannya secara matematis; menyusun strategi
penyelesaian dan melaksanakannya; menginterpretasikan jawaban dalam bentuk matematika
ke dalam konteks masalah dengan baik. Calon guru berkemampuan sedang mampu memahami
masalah; menyusun strategi penyelesaian masalah; dan membawa hasil matematis ke dalam
konteks masalah. Calon guru berkekampuan sedang tidak dapat merepresentasikan masalah
dalam bentuk matematis dan mengaplikasikan keseluruhan konsep, fakta, dan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Calon guru berkemampuan rendah memiliki literasi matematis yang
kurang baik karena tidak dapat menyusun strategi yang benar; melaksanakan tahapan
penyelesaian; dan mengaplikasikan beberapa konsep yang ada pada masalah. Adapun literasi
matematika yang ditunjukkan calon guru berkemampuan rendah diantaranya adalah dapat
memahami masalah dan merumuskannya secara matematis dan menginterpretasikan hasil
pekerjaan dalam konteks masalah meskipun jawabannya masih salah.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. K., Fahinu, & Masuha, J. (2018). Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Swasta di Kota Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika, 6(1),
99–112.
Disnawati, H. (2018). Literasi Mahasiswa: Analisis Kemampuan Matematika Calon Guru Di
Wilayah Perbatasan Indonesia – Timor Leste. KNPMP III 2018, 773–779. Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP UMS.
Dores, O. J., & Setiawan, B. (2019). Meningkatkan Literasi Matematis Mahasiswa Calon Guru
Sekolah Dasar dalam Membelajarkan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika
Indonesia, 4(1), 42–46. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26737/jpmi.v4i1.861
Fathani, A. H. (2016). Pengembangan Literasi Matematika Sekolah dalam Perspektif Multiple
Intelligences. Jurnal EduSains, 4(2), 136–150.
Hayati, T. R., & Kamid, K. (2019). Analysis of Mathematical Literacy Processes in High
Volume 3, No.3, Mei 2020 pp 185-194 203

School Students. International Journal of Trends in Mathematics Education Research,


2(3), 116–119. https://doi.org/10.33122/ijtmer.v2i3.70
Hendroanto, A., Istiandaru, A., Syakrina, N., Setyawan, F., Prahmana, R. C. I., & Hidayat, A.
S. E. (2018). How Students Solves PISA Tasks: An Overview of Students’ Mathematical
Literacy. International Journal on Emerging Mathematics Education, 2(2), 129–138.
https://doi.org/10.12928/ijeme.v2i2.10713
Julie, H., Sanjaya, F., & Anggoro, A. Y. (2017). The Students’ Ability in Mathematical Literacy
for The Quantity, and The Change and Relationship Problems on The PISA Adaptation
Test. Journal of Physics: Conference Series, 890(012089), 1–6.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/890/1/012089
Karmila. (2018). Deskripsi Kemampuan Literasi Matematis Siswa Ditinjau dari Gender.
Pedagogy, 3(1), 126–137.
Khotimah, K., & Nasrulloh, M. F. (2018). Kemampuan Literasi Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Global dan Kemampuan
Matematika. Prosiding Silogisme Universitas PGRI Madiun, 8–14. Retrieved from
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/PSNPM/article/view/598
Mahdiansyah, & Rahmawati. (2014). Literasi Matematika Siswa Pendidikan Menengah:
Analisis Menggunakan Desain Tes Internasional dengan Konteks Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(4), 452–469. https://doi.org/10.24832/jpnk.v20i4.158
Masjaya, & Wardono. (2018). Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk
Menumbuhkan Kemampuan Koneksi Matematika dalam Meningatkan SDM. PRISMA,
Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 568–574.
Maulyda, M. A., Hidayati, V. R., Nur, A., & Rosyidah, K. (2019). Problem-solving ability of
primary school teachers based on Polya ’ s method in Mataram City Problem-solving
ability of primary school teachers based on Polya ’ s method in Mataram City.
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2), 139–149.
https://doi.org/10.21831/pg.v14i2.28686
Mevarech, Z. R., & Fan, L. (2018). Cognition, Metacognition, and Mathematics Literacy. In
Innovations in Science Education and Technology (pp. 261–278).
https://doi.org/10.1007/978-3-319-66659-4_12
Nurutami, A., Riyadi, & Subanti, S. (2018). The Analysis of Students ’ Mathematical Literacy
Based on Mathematical Ability. Advanced in Intelligent System Research (AISR), 157,
162–166.
OECD. (2016). PISA 2015 Results (Volume I): Excellence and Equity in Education. In PISA.
https://doi.org/10.1787/9789264266490-en
OECD. (2019a). PISA 2018 insights and interpretations. In OECD Publishing.
OECD. (2019b). PISA 2018 Mathematics Framework. In PISA 2018 Assessment and Analytical
Framework (pp. 73–95). https://doi.org/10.1787/13c8a22c-en
Ojose, B. (2011). Mathematics literacy : Are We Able to Put the Mathematics We Learn Into
Everyday Use? Journal of Mathematics Education, 4(1), 89–100.
204 Hidayati, Wulandari, Maulyda, Erfan & Rosyidah, Literasi Matematika Calon …

Pillai, S. P. M., Galloway, G., & Adu, E. O. (2017). Comparative Studies of Mathematical
Literacy / Education : A Literature Review. International Journal of Educational Sciences,
16(1–3), 67–72. https://doi.org/10.1080/09751122.2017.1311625
Prasetyani, I., & Suparman. (2018). Literasi Matematika dan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Mahasiswa Kaitannya dengan Soal Pisa. Prosiding Seminar Nasional Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 394–402.
Rafianti, I., Setiani, Y., & Novaliyosi, N. (2018a). Profil Kemampuan Literasi Kuantitatif Calon
Guru Matematika. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika, 11(1), 63–74.
https://doi.org/10.30870/jppm.v11i1.2985
Rafianti, I., Setiani, Y., & Novaliyosi, N. (2018b). Profil Kemampuan Literasi Kuantitatif Calon
Guru Matematika. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika, 11(1), 63–74.
https://doi.org/10.30870/jppm.v11i1.2985
Riyadhotul, S., Suyitno, H., & Rosyida, I. (2019). Pentingnya Literasi Matematika dan Berpikir
Kritis Matematis dalam Menghadapi Abad ke-21. Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 2, 905–910. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/download/29305/12924
Rusmining. (2017). Analysis of Mathematics Literacy of Students of Mathematics Education
Department Viewed from Process Components. Unnes Journal of Mathematics Education,
6(3), 384–390. https://doi.org/10.15294/ujme.v6i3.19518
Santia, I., & Tyaningsih, R. Y. (2018). Peningkatan Kemampuan Literasi Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Buku Siswa ML + 3Cs. Lintang Songo: Jurnal Pendidikan,
1(1), 18–26.
Sari, R. H. N. (2015). Literasi Matematika : Apa , Mengapa dan Bagaimana? Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika UMY 2015, 713–720. Yogyakarta.
Sari, R. H. N., & Wijaya, A. (2017). Mathematical Literacy of Senior High School Students in
Yogyakarta. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(1), 100–107.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i1.10649
Sukmawati, R. (2018). Hubungan Kemampuan Literasi Matematika Dengan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Seminar Nasional Dan Pendidikan Matematika (Prosiding) 4, 1–9. Retrieved
from https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10116
Tandililing, E. (2016). Pengembangan Mathematical Maple Berbasis Kooperatif Think-Pair-
Share untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa dan Kualitas
Perkuliahan Fisika Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika Dan IPA, 6(1), 45–56.
https://doi.org/10.26418/jpmipa.v6i1.16223
Tutkun, O. F., & Erdogan, D. G. (2014). Levels of Visual Mathematics Literacy Self-Efficacy
Perception of the Secondary School Students. Middle Eastern & African Journal of
Educational Research, (8), 19–27.
Yavuz, G., Gunhan, B. C., Ersoy, E., & Narli, S. (2013). Self-Efficacy Beliefs Of Prospective
Primary Mathematics Teachers About Mathematical Literacy. Journal of College
Teaching & Learning

You might also like