Makalah Agros
Makalah Agros
Makalah Agros
200110140134
200110140137
KIKI KURNIAWATI
200110140138
MUHAMMAD ARIEF
200110140233
RIZKY SEPTIAN
KEVIN FAHRIZAL
IBRAHIM RASYID RR.
ASTRI HADAYANI
200110140245
200110140254
200110140257
200110140258
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman atau
rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong
dari lahan dalam keadaan segar (Akoso, 1996).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan
yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia
membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan
berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri
adalah hijauan (Siregar 1994).
Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan
bahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong
dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan
hijauan pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang
berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacangkacangan (Leguminosa) (AAK, 1983).
Rumput (Gramineae) merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat
tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada
permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan
rumpun membelit (Siregar, 1994).
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput
potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan
adalah rumput yang memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi,
tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan seerta responsif terhadap
pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum purpureum,
Pannicum maximum, Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum
coloratum dan Sudan grass (AAK, 1983).
Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain
: tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap renggutan atau
injakan, memiliki perakaran yang kuat dan tahan kekeringan. Termasuk kelompok
ini antara lain: Brachiaria brizhantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica,
Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Choris gayana, African star grass
(Cynodon plectostachyrus) (AAK, 1983).
Legum (Leguminosae) yaitu tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk
bunga kupu-kupu. Hijauan pakan jenis leguminosa (polong-polongan) memiliki
sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan
protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam
pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat
tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari
udara, itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan
mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan
tanah. Contohnya: Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Siratro (Macroptilium
antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca),
Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora) (Tillman.dkk, 1991).
III
PEMBAHASAN
3.1 Clotalaria
Nama daerah : Jawa : orok-orok
Tinggi hingga 2.7 m, batang bagian atas bercabang baik. Berdaun trifoliate,
perbungaan tandan di ujung, yang tersusun rapat, berwarna kuning, berurat ungu
kemerahan. Polong membumbung agak silindris, berwarna hitam ketika matang,
dengan biji berjumlah 5070. Biji berbentuk jantung, berwarna jingga kekuningkuningan atau coklat.
Crotalaria pertama diimpor dari Afrika Timur pada tahun 1916 oleh Kebun
Raya Bogor. Kemudian dibudidayakan dan menyebar sampai ke Pulau Jawa dan
Sumatra. Kini tumbuhan ini telah tersebar ke seluruh daerah tropika yang lembab
dan kadang-kadang tumbuh meliar. Daerah asal : wilayah tropis (afrika, amerika
selatan, asia).
Crotalaria tumbuh di daerah berrumput di lahan hutan pantai terbuka, padang
semak, padang rumput, pinggir jalan dan kebun, dengan ketinggian hingga 1800
m. Di Jawa tumbuhan ini ditanami dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 m.
Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan berkualitas buruk dan padat sehingga
dapat memperbaiki kualitas tanah. Tumbuhan ini juga dapat bertahan pada
kekeringan.
Kandungan nutrisi : mempunyai kandungan N tinggi (3,01 % N).
Tumbuh merayap dan membelit (trailing). Memiliki akar tunggang yang kuat
dan perakaran keluar dari setiap node batang yang menyinggung tanah yang
lembab. Bentuk batang persegi, bertekstur kasar dan memilki panjang ruas 3-11
cm. Bentuk batang yang berlekuk, berbulu dan berwarna coklat kemerahan. Daun
berjenis trifoliate (7 cm x 5 cm), memiliki bintik coklat kemerahan pada
permukaan atas.. Bunga-bunga berwarna violet. Polong berukuran 5 cm dengan 812 biji. Ada 595.000 biji per kg. Tanamanan ini berasal dari Amerika Tengah.
Jenis legum ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah kecuali tanah asin
tetapi toleran terhadap keadaan asam dan genangan air. Lebih suka pada
kesuburan sedang dan pH > 5. Pertumbuhan optimum pada 25-30 C. Tanaman
ini tumbuh pada ketinggian tempat 200-3.000 m dpl dengan curah hujan 900 m
dpl. Legum ini dapat diperbanyak dengan stek atau biji dengan kebutuhan 2-3
Kg/ha.
Hasil panen 80-100 kg / ha. Produksi BK sebanyak dari 12-19 ton / ha / thn.
Daun D. intortum memiliki kandungan protein yang tinggi, tetapi juga
mengandung tanin yang terkondensasi. Kandungan zat lainnya adalah Protein,
riboflavin and vitamin A.
Daun trifoliate, dengan stipula coklat pendek. Leaflet berwarna hijau gelap di
sisi atas dengan luas permukaan mengkilap putih dekat vena sentral, sering
dikelilingi oleh daerah mengkilap gelap; sisi bawah berwarna hijau terang dan
seragam dalam warna, kedua sisi berbulu. Segmen pod ditutupi dengan bulu. Akar
tunggang yang kuat.
Berasal dari Amerika Selatan: Argentina (subtropis), Bolivia, Brasil, Paraguay,
Peru, Uruguay, Venezuela (barat).
Tumbuh baik pada pH 5,0, cukup toleran terhadap kemasaman tanah.
'Silverleaf' tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan melebihi 1.000 mm
dengan distribusi yang baik sepanjang tahun. Umumnya tumbuh pada ketinggian
sedang (2.000 m) di daerah tropis dan dataran rendah di daerah subtropis.
Produksi hasil biji yaitu 330 kg / ha. Kandungan nilai gizi yang tinggi
meskipun tingkat tannin dapat melebihi 3%. Hal ini dapat bertindak sebagai 'bypass' protein meningkatkan efisiensi pencernaan, tetapi juga memperlambat
bersepeda nitrogen dari drop daun.
Botswana, Kamerun, Ghana dan lain-lain. selain itu kacang komak juga berasal
dari India dan Asia tenggara.
Selain itu komak juga dapat tumbuh pada tanah yang kurang
subur. komak menyenangi curah hujan 650-3000mm/tahun. Komak lebih
menyenangi dataran rendah, tetapi dapat dibudidayakan di lahan kering sampai
ketinggian 2000m dpl. Komak dapat tumbuh dengan suhu terbaik rata-rata suhu
harian 18-300 C. Untuk pertumbuhan yang baik di perlukan suhu yang tinggi (18300 C), suhu minimum untuk dapat tumbuh adalah 3oC.
Populasi optimal 125.000 pohon/ha, dengan hasil 1,2 t/ha. Kandungan
protein kacang ini berkisar antara 21-29%, kandungan protein kacang komak di
Jawa Timur berkisar antara 22-23%. Kandungan lemak rendah, yaitu 1%, sangat
cocok untuk orang-orang yang diet terhadap makanan dengan kandungan lemak
tinggi. Biji kacang ini juga mengandung vitamin A, B, dan C yang cukup tinggi.
Biji tanaman ini mengandung tannins, phytate, dan trypsin inhibitors,
kandungannya sangat beragam tergantung varietasnya, namun dengan
perendaman atau pemanasan akan menghilangkan aktivitas dari senyawa ini.
Daun trifoliate, panjang hingga 6 inci. Memiliki akar tunggang yang dalam
dan batang melilit. Batang dapat tumbuh hingga 10 m dengan spesies pendukung
yang memadai (pohon). Tipe bunga cluster berwarna putih atau ungu. Buah
(polong/pod) berbulu, panjang 1-4 cm, tiap polong berisi 3-8 biji berbentuk
lonjong.
Glycine whigtii berasal dari Afrika dan Asia kemudian tersebar luas di Hindia
Timur, Asia tropis dan Timur, Tengah dan Afrika Selatan. Telah diperkenalkan ke
banyak pulau-pulau Pasifik Selatan, termasuk dataran tinggi Papua Nugini.
Glycine whigtii ditemukan di padang rumput, dalam situasi yang teduh di
semak, belukar dan hutan atau di daerah yang rusak dari permukaan laut sampai
ketinggian 3000 m di daerah tropis. Glycine whigtii tumbuh baik ketika suhu
berkisar 22-27 C dan dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 750 dan 1500
mm. Glycine whigtii ini lebih memilih pH tanah di atas 6,5 tapi dapat tumbuh
pada pH 6 dan bahkan lebih rendah (5,8). Dalam kondisi netral, glycine whigtii
memiliki ketahanan yang baik terhadap hama dan penyakit.
Produksi glycine whigtii bervariasi antara 3,85 dan 10 ton/ ha, tergantung
pada kondisi lingkungan.
Tanaman ini mengandung protein kasar yang umumnya tinggi yaitu sekitar
11-20%. Bahkan kadang-kadang bisa mencapai 30%. Serat kasarnya umumnya
cukup tinggi dimana bisa mencapai 26-42.6%. Kandungan Ca dan P adalah
masing-masing 1.5% dan 0.29%. Selain rumput untuk digembalakan tanaman ini
bisa juga diberikan dalam bentuk segar atau hay. TDN hijauan segar adalah 57.3%
sedangkan dalam bentuk hay 53.3%. Hijauan ini sangat disukai ternak ruminansia.
3.7 Leucaena leucocephala
Nama lokal: lamtoro
Lingkungan tempat hidup yang cocok pada tanah dengan pH di atas 5,5,
atau di atas 5.0 di mana kejenuhan aluminium sangat rendah. Tanaman ini cukup
tahan kering dan bisa ditanam di mana-mana, termasuk di wilayah dengan curah
hujan antara 6503.000 mm (optimal 8001.500 mm) pertahun. Namun,
tumbuhan ini tidak dapat tumbuh dalam genangan air. Ketinggian tempat di atas
1000 m dpl dapat menghambat pertumbuhannya. Lamtoro menyukai iklim tropis
yang hangat (suhu harian 25-30 C).
Produksi hijauan tanaman lamtoro dapat mencapai 20 ton bahan
kering/ha/tahun. Kandungan zat-zat makanan, nilai nutrisi per 100 g (3.5 oz)
Energi148 kcal (620 kJ) Karbohidrat 26,2 g Lemak 0,5 g Protein10,6 g Vitamin A
equiv. 416 g (46%) Tiamina (Vit. B1) 0.23 mg (18%) Vitamin C 20 mg (33%)
Kalsium 155 mg (16%).
3.8 Indigofera sp
Nama lokal : Tarum
IV
SIMPULAN
1. Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan hijauan yang biasa diberikan
pada ternak sebagai pakan setiap harinya. HMT merupakan sumber serat
kasar yang utama. Di dalam sistem pemeliharaan ternak tradisional di
Indonesia HMT merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pakan yang
diberikan. Pada umumnya hijauan yang diberikan terdiri dari rumput dan
leguminosa yang mudah didapat di sekitar lokasi peternakan.
2. Hijauan makanan ternak yang termasuk dalam kelompok rumput adalah
Pennisetum purpureum, Pannicum maximum, Euchlaena mexicana,
Setaria sphacelata, Pannicum coloratu, Sudan grass, Brachiaria
brizhantha,
Brachiaria
ruziziensis,
Brachiaria
mutica,
Paspalum
(Calliandra
callothyrsus),
Siratro
(Macroptilium
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan
Kanisius: Yogyakarta.
Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius: Yogyakarta.
Hacker, J.B. (1992) Desmodium uncinatum (Jacq.) DC. In: 't Mannetje, L. and
Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp.
116118. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).
Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk W A, Tjelele TJ. 2007. Influence of
season/ year and species on chemical composition and in vitro digestibility
of five Indigofera accession. J Animal Feed Science and Technology.
Kanisius, A. A. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah.
Yogyakarta: Erlangga.
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya: Jakarta.
Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo,
S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Indigofera_schimperi.ht
m
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Desmodium_uncinatum.
htm
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Desmodium_intortum.ht
m