Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Morfologi Tanaman Ganyong (Canna Edulis Kerr.)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Morfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR.

MORFOLOGI TANAMAN GANYONG (Canna edulis KERR.)

Syafaruddin, Laba Udarno dan Enny Randryani

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

ABSTRAK

Dalam upaya mengatasi krisis energi, pemerintah terus berusaha, sehingga pemerintah mengeluarkan
Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, yang berisi penyediaan biofuel
sebesar 5 % pada tahun 2025 dengan cara memanfaatkan komoditi pertanian sebagai sumber energi
alternatif, diantaranya adalah Jarak Pagar dan Kelapa Sawit sebagai penghasil bio diesel untuk substitusi solar.
Tanaman tebu, ubi kayu dan sorghum sebagai penghasil bio ethanol untuk substitusi premium. Selain itu
pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, sebagai upaya agar penyelenggara
negara baik pusat maupun daerah mendukung program pengembangan energi nabati (bio energy) sebagai
bahan bakar lain (bio fuel). Bioenergi didefinisikan sebagai energi yang dapat diperbaharui yang diturunkan
dari biomassa yaitu bahan yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme).
Kelebihan dari bioenergi adalah dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu
mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas vahan bakunya terjamin (asalkan kita mau menanam, budidaya
dan memelihara ternak). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah
ganyong (Canna edulis KERR.) dimana ganyong termasuk kedalam jenis energi nabati (bio‐energy) yaitu energi
nabati yang dihasilkan dari proses fotosintesis, kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan suatu negara dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi


(megabiodiversity). Keragaman ini mencakup hampir keseluruhan jenis dan fungsi dari
tanaman itu sendiri, misalnya untuk tanaman pangan, obat, rempah dan bahkan industri.
Pemanfaatan plasma nutfah tanaman itu sendiri juga beraneka ragam, mulai dari daun,
akar, umbi‐umbian dan lain‐lain.
Tanaman umbi‐umbian lokal sangat memberikan prospek untuk dikembangkan
pemanfaatannya, tidak hanya sebagai pengganti tanaman pangan tetapi sebagai tanaman
penghasil pati, diversivikasi produk olahannya dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi.
Dekstrin, gula cair dan etanol adalah beberapa contoh produk turunan pati tersebut
(Nattawat et al., 2008; Kumar dan Parrack, 2003; Rhoades and Horton, 1988). Dengan
semakin gencarnya program penelitian tentang tanaman sebagai bahan baku untuk bio‐
energi, maka tanaman umbi‐umbian penghasil pati ini perlu mendapatkan penekanan untuk
difokuskan dalam penelitian.
Salah satu tanaman yang pemanfaatannya diambil dari umbinya adalah tanaman
ganyong (Canna edulis KERR). Diantara komoditas ubi‐ubian, ganyong belum sepopuler ubi
jalar atau ubi kayu. Pemanfaatannya pun hanya sebatas direbus dan dijadikan camilan.
Padahal ganyong merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi
terutama kandungan kalsium, fosfor, dan karbohidrat. Kandungan gizi ganyong tiap 100
gram secara lengkap terdiri dari kalori : 95,00 kal; protein : 1,00 g; lemak : 0,11 g;
karbohidrat : 22,60 g; kalsium : 21,00 g; fosfor : 70,00 g; zat besi : 1,90 mg; vitamin B1 : 0,10

Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodesel dan Bioetanol 93


Morfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR.)

mg; vitamin C : 10,00 mg; air : 75,00 g; bagian yang dapat dimakan : 65,00% (Direktorat Gizi
Depkes RI, 1979).
Ganyong termasuk dalam family Cannaceae, tanaman ini berasal dari Amerika
Selatan (pegunungan Andes), termasuk tanaman umbi‐umbian yang di Melayu sering
disebut dengan laos jambe atau laos mekah. Nama lainnya adalah Canna, arrow root
(Queensland), India shot (Inggris), ganyong (Sunda, Jawa), buah tasbeh (Jawa), umbi pikul
(Sumatera) atau pisang sebiak (Malaysia). Termasuk dalam tanaman dua musim.
Tanaman ini dapat tumbuh subur tanpa irigasi pada tanah marginal atau pada tanah
berlereng dengan periode tumbuh yang panjang (setahun) sehingga dapat membantu
mencegah erosi (Herman, 1996). Tanah yang diinginkan untuk hidup tanaman ganyong
adalah lempung berpasir yang kaya akan humus, dengan pH berkisar 4,5–8,0 (Anonim,
1977).

MORFOLOGI TANAMAN

Ganyong merupakan tanaman herba yang bentuknya berumpun. Semua bagian


vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Tanaman ini tetap hijau
disepanjang hidupnya, ketika tanaman menjelang tua (fase akhir), daun dan batang mulai
mengering. Keadaan seperti ini bukan menunjukkan bahwa tanaman tersebut mati, karena
bila hujan tiba maka rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi.
Tinggi tanaman ganyong antara 0,9–1,8 m. Di Queensland dapat mencapai 2,7 m.
Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong umumnya 1,35–1,8 m. Apabila diukur
lurus, maka panjang batang bisa mencapai 3 m. Panjang batang dalam hal ini di ukur mulai
dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut dengan umbi.
Warna batang, daun, pelepah daun dan sisik umbinya sangat beragam. Adanya
perbedaan warna ini menunjukkan jenis atau varietasnya.

Daun
Tanaman ganyong berdaun lebar,berbentuk elip memanjang dengan bagian pangkal
dan ujungnya agak runcing. Panjang daun 15–60 cm, sedangkan lebarnya 7–20 cm. Di
bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun beragam dari hijau muda,
kemerahan sampai hijau tua. Kadang‐kadang bergaris ungu atau keseluruhannya ungu.
Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan hijau.
Bunga
Ukuran bunga ganyong yang biasa diambil umbinya relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan ganyong hias atau yang sering disebut dengan bunga kana yaitu
Canna coccinae, Canna hybrida, Canna indica dan lain‐lainnya. Warna bunga ganyong ini
adalah merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak sempurna. Jumlah
kelopak bunga ada 3 buah dan masing‐masing panjangnya berkisar 5 cm.

Buah
Tanaman ganyong juga berbuah, namun tidak sempurna. Buah ini terdiri dari 3
ruangan yang berisi biji berwarna hitam dengan jumlah biji sebanyak 5 biji per ruang.

Umbi
Ganyong mempunyai umbi yang besar dengan diameter 5–9 cm, dan panjangnya
10–15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm. Bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas‐

94 Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodesel dan Bioetanol


Morfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR.)

berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal. Bentuk umbi
beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan komposisi
ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman. Umbinya dapat dipanen
pada umur 4–8 bulan setelah tanam, panen dengan cara dicabut atau digali. Ciri umbi yang
cukup tua adalah apabila potongan segitiga bagian luar daun umbi berubah menjadi ungu.
Panen yang baik biasa dilakukan pada umur 8 bulan karena umbi sudah tumbuh maksimum.
Hasil umbi ganyong sangat bervariasi pada umur 4 bulan dapat mencapai 23 ton/ha,
sedangkan umur 8 bulan dapat mencapai 85 ton/ha dengan tepung yang dihasilkan
sebanyak 4–10 ton/ha.

Varietas Ganyong
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan
ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang
berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik
umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut
mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut:
Ganyong Merah
Batang lebih besar, agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan Sulit menghasilkan
biji. Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah. Umbi lazim dimakan segar
(direbus).
Ganyong Putih
Lebih kecil dan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan Selalu
menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman. Hasil umbi basah lebih
kecil, tapi kadar patinya tinggi. Hanya lazim diambil patinya.

Taksonomi
Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Kerr.

Pemilihan Bibit
Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu
dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti,
dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan
petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi berukuran sedang dengan tunas 1–
2. Kebutuhan bibit per hektarnya + 2 ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit
busuk umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.

Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodesel dan Bioetanol 95


Morfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR.)

PENUTUP

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati yang sangat banyak baik itu di darat
maupun di lautan. Di antara sumberdaya hayati tersebut, telah terbukti, misalnya, tebu,
jagung, dan ketela sebagai tanaman yang mampu menghasilkan bahan bakar sekelas
premium, sedangkan minyak buah jarak dari tanaman jarak sebagai pengganti minyak tanah
dan solar untuk sumberdaya hayati daratan. Tanaman lain yang tak kalah manfaatnya
adalah tanaman ganyong, tetapi tanaman ini belum begitu dieksplor pemanfaatanya
sebagai sumber energi alternatif.
Dari setiap 100 gram ganyong mengandung gizi, misalkan karbohidratnya 22,6 gram,
protein 1,0 gram, lemak 0,1 gram, vitamin B 0,1 gram, Vit C 10 gram, dan lainnya. Sehingga
persoalan kandungan gizi tidak perlu dikhawatirkan, karena ganyong juga bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1977. Umbi‐umbian. Lembaga Biologi Nasional. Proyek Sumberdaya Ekonomi.


Lembaha Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata karya Aksara.
Jakarta. Hal 19‐20

Herman, M. 1996. Starch noodles from edible canna. P.507 ‐508. In J Janick (Ed) Progress n
New Crops. ASHS Press, Arlington, VA.

Kumar, G.C. and P. Parrack. 2003. Arrowroot (Marantha arundinacea) starch as a new long‐
cost substrate for alkaline protease production. World Journal of Microbiology &
Biotechnology 19: 757‐762.

Nattawat N., P. Narumol and S. Ornamphai. 2008. Evaluation of native and carboxymatheyl
yam (Dioscorea esculenta) starches as tablet disintegrants. Silpakorn U. Science &
Technology Journal 2 (2): 18‐25.

Rhoades, R. and D. Horton. 1988. Past civilization, present world needs, and future
potential: Root crops agriculture accros the ages. In R. H. Howeler (ed.). Proc. Of 8th
Symphosium of International Society of Trop. Root Crops (ISTRC). Pp 8‐19.

96 Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodesel dan Bioetanol

Anda mungkin juga menyukai