Morfologi Tanaman Ganyong (Canna Edulis Kerr.)
Morfologi Tanaman Ganyong (Canna Edulis Kerr.)
Morfologi Tanaman Ganyong (Canna Edulis Kerr.)
ABSTRAK
Dalam upaya mengatasi krisis energi, pemerintah terus berusaha, sehingga pemerintah mengeluarkan
Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, yang berisi penyediaan biofuel
sebesar 5 % pada tahun 2025 dengan cara memanfaatkan komoditi pertanian sebagai sumber energi
alternatif, diantaranya adalah Jarak Pagar dan Kelapa Sawit sebagai penghasil bio diesel untuk substitusi solar.
Tanaman tebu, ubi kayu dan sorghum sebagai penghasil bio ethanol untuk substitusi premium. Selain itu
pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, sebagai upaya agar penyelenggara
negara baik pusat maupun daerah mendukung program pengembangan energi nabati (bio energy) sebagai
bahan bakar lain (bio fuel). Bioenergi didefinisikan sebagai energi yang dapat diperbaharui yang diturunkan
dari biomassa yaitu bahan yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme).
Kelebihan dari bioenergi adalah dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu
mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas vahan bakunya terjamin (asalkan kita mau menanam, budidaya
dan memelihara ternak). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah
ganyong (Canna edulis KERR.) dimana ganyong termasuk kedalam jenis energi nabati (bio‐energy) yaitu energi
nabati yang dihasilkan dari proses fotosintesis, kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir.
PENDAHULUAN
mg; vitamin C : 10,00 mg; air : 75,00 g; bagian yang dapat dimakan : 65,00% (Direktorat Gizi
Depkes RI, 1979).
Ganyong termasuk dalam family Cannaceae, tanaman ini berasal dari Amerika
Selatan (pegunungan Andes), termasuk tanaman umbi‐umbian yang di Melayu sering
disebut dengan laos jambe atau laos mekah. Nama lainnya adalah Canna, arrow root
(Queensland), India shot (Inggris), ganyong (Sunda, Jawa), buah tasbeh (Jawa), umbi pikul
(Sumatera) atau pisang sebiak (Malaysia). Termasuk dalam tanaman dua musim.
Tanaman ini dapat tumbuh subur tanpa irigasi pada tanah marginal atau pada tanah
berlereng dengan periode tumbuh yang panjang (setahun) sehingga dapat membantu
mencegah erosi (Herman, 1996). Tanah yang diinginkan untuk hidup tanaman ganyong
adalah lempung berpasir yang kaya akan humus, dengan pH berkisar 4,5–8,0 (Anonim,
1977).
MORFOLOGI TANAMAN
Daun
Tanaman ganyong berdaun lebar,berbentuk elip memanjang dengan bagian pangkal
dan ujungnya agak runcing. Panjang daun 15–60 cm, sedangkan lebarnya 7–20 cm. Di
bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun beragam dari hijau muda,
kemerahan sampai hijau tua. Kadang‐kadang bergaris ungu atau keseluruhannya ungu.
Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan hijau.
Bunga
Ukuran bunga ganyong yang biasa diambil umbinya relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan ganyong hias atau yang sering disebut dengan bunga kana yaitu
Canna coccinae, Canna hybrida, Canna indica dan lain‐lainnya. Warna bunga ganyong ini
adalah merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak sempurna. Jumlah
kelopak bunga ada 3 buah dan masing‐masing panjangnya berkisar 5 cm.
Buah
Tanaman ganyong juga berbuah, namun tidak sempurna. Buah ini terdiri dari 3
ruangan yang berisi biji berwarna hitam dengan jumlah biji sebanyak 5 biji per ruang.
Umbi
Ganyong mempunyai umbi yang besar dengan diameter 5–9 cm, dan panjangnya
10–15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm. Bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas‐
berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal. Bentuk umbi
beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan komposisi
ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman. Umbinya dapat dipanen
pada umur 4–8 bulan setelah tanam, panen dengan cara dicabut atau digali. Ciri umbi yang
cukup tua adalah apabila potongan segitiga bagian luar daun umbi berubah menjadi ungu.
Panen yang baik biasa dilakukan pada umur 8 bulan karena umbi sudah tumbuh maksimum.
Hasil umbi ganyong sangat bervariasi pada umur 4 bulan dapat mencapai 23 ton/ha,
sedangkan umur 8 bulan dapat mencapai 85 ton/ha dengan tepung yang dihasilkan
sebanyak 4–10 ton/ha.
Varietas Ganyong
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan
ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang
berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik
umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut
mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut:
Ganyong Merah
Batang lebih besar, agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan Sulit menghasilkan
biji. Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah. Umbi lazim dimakan segar
(direbus).
Ganyong Putih
Lebih kecil dan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan Selalu
menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman. Hasil umbi basah lebih
kecil, tapi kadar patinya tinggi. Hanya lazim diambil patinya.
Taksonomi
Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Kerr.
Pemilihan Bibit
Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu
dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti,
dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan
petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi berukuran sedang dengan tunas 1–
2. Kebutuhan bibit per hektarnya + 2 ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit
busuk umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.
PENUTUP
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati yang sangat banyak baik itu di darat
maupun di lautan. Di antara sumberdaya hayati tersebut, telah terbukti, misalnya, tebu,
jagung, dan ketela sebagai tanaman yang mampu menghasilkan bahan bakar sekelas
premium, sedangkan minyak buah jarak dari tanaman jarak sebagai pengganti minyak tanah
dan solar untuk sumberdaya hayati daratan. Tanaman lain yang tak kalah manfaatnya
adalah tanaman ganyong, tetapi tanaman ini belum begitu dieksplor pemanfaatanya
sebagai sumber energi alternatif.
Dari setiap 100 gram ganyong mengandung gizi, misalkan karbohidratnya 22,6 gram,
protein 1,0 gram, lemak 0,1 gram, vitamin B 0,1 gram, Vit C 10 gram, dan lainnya. Sehingga
persoalan kandungan gizi tidak perlu dikhawatirkan, karena ganyong juga bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata karya Aksara.
Jakarta. Hal 19‐20
Herman, M. 1996. Starch noodles from edible canna. P.507 ‐508. In J Janick (Ed) Progress n
New Crops. ASHS Press, Arlington, VA.
Kumar, G.C. and P. Parrack. 2003. Arrowroot (Marantha arundinacea) starch as a new long‐
cost substrate for alkaline protease production. World Journal of Microbiology &
Biotechnology 19: 757‐762.
Nattawat N., P. Narumol and S. Ornamphai. 2008. Evaluation of native and carboxymatheyl
yam (Dioscorea esculenta) starches as tablet disintegrants. Silpakorn U. Science &
Technology Journal 2 (2): 18‐25.
Rhoades, R. and D. Horton. 1988. Past civilization, present world needs, and future
potential: Root crops agriculture accros the ages. In R. H. Howeler (ed.). Proc. Of 8th
Symphosium of International Society of Trop. Root Crops (ISTRC). Pp 8‐19.