Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab Ii Hasni

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Konsep Ubi Jalar
a. Pengertian Ubi Jalar
Ubi jalar (ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela

rambat merupakan tanaman yang termasuk kedalam jenis tanaman palawija,dapat

berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan

sumber karbohidrat.

Menurut Rukmana (2001: 46) Tanaman ubi jalar (Ipomea batatas)

berasal dari Amerika bagian Tengah dan pada sekitar tahun 1960an ubi jalar telah

menyebar dan ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia . Selanjutnya menurut

Koswara (2013: 51) ubi jalar memiliki komponen bioaktif yang bermanfaat bagi

kesehatan tubuh hingga saat ini dikenal dengan sebutan pangan fungsional

(functional foods).

Pendapat lain dari Santoso dan Estiasih (2014: 475) yang mengatakan

bahwa Ubi jalar ungu dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di

pegunungan. Sejak tahun 1960, ubi jalar ungu sudah tersebar ke beberapa daerah

di Indonesia seperti Sulawesi,Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Papua dan

Sumatra. Serat alami oligosakarida yang tersimpan dalam ubi jalar ungu

merupakan komoditas yang bernilai dalam penganekaragaman produk pangan

olahan. kemudian menurut Steed and Truong (2008: 476) Ubi jalar ungu

mengandung antosianin berkisar kirakira 519 mg/100 gr berat basah. Kemudian

menurut Husna et. (2013: 476) Ubi jalar ungu bisa menjadi anti kanker karena

8
9

didalamnya ada zat aktif yang dinamakan selenium dan iodin yang aktivitasnya

dua puluh kali lebih tinggi dari jenis ubi lainnya.

Menurut Sianturi (2003: 132) masyarakat di daerah marjinal umumnya

mengatasi kelangkaan pangan dengan memanfaatkan umbi-umbian, termasuk ubi

jalar, sebagai sumber protein. Oleh karena itu, upaya meningkatkan produktivitas

dan kualitas umbi-umbian akan sangat membantu mengatasi masalah pangan di

wilayah tersebut.

b. Keunggulan ubi jalar

Menurut Zuraida dan Supriati (2001: 132) menyatakan bahwa ubi jalar

memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

1. Sesuai dihidangkan bersama dengan makanan lain

2. Harga per unit hidangan murah dan bahan mudah diperoleh di pasar local

3. Dapat mensubstitusi atau sebagai suplemen makanan sumber karbohidrat

tradisional, yaitu nasi atau beras,

4. Sudah dikenal secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia,

5. Rasa dan teksturnya beragam sehingga memberikan pilihan yang lebih

bervariasi kepada konsumen,

6. Mengandung vitamin dan mineral cukup tinggi sehingga layak sebagai

bahan pangan sehat, dan

7. Merupakan salah satu sumber pendapatan petani.


10

c. Cirri-ciri ubi jalar

Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang mempunyai

susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah dan biji

(Rukmana, 1997: 12).

Menurut Suprapti (2003: 54), tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi

2. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku.

3. Tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar

4. Panjang batang tipe tegak: 1 m – 2 m, sedangkan tipe merambat: 2 m- 3m.

5. Ukuran batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan

kecil.

6. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.

Pada kelopak daun akan tumbuh bunga. Bunga ubi jalar berbentuk

terompet, tersusun dari lima helaian daun mahkota, lima helaian daun bunga dan

satu tungkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-

unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari pukul 04.00-11.00. Apabila

terjadi penyerbukan buatan bunga akan membentuk buah. buah ubi jalar

tersebut akan berbentuk bulat berkotak tiga, berkulit keras, dan berbiji (Rukmana,

1997: 7). Tanaman ubi jalar yang sudah berumur ± 3 minggu setelah

ditanam biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya berbentuk

bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi

yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 – 250 g per ubi.
11

Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung

jenis atau varietasnya. Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai dengan

tebal, dan biasanya bergetah. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga

sedikit ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi cenderung manis (Rukmana,

1997: 7). Dalam penelitian ini digunakan ubi yang memiliki daging ubi berwarna

kuning. Menurut Murtiningsih (2011: 7) kandungan karbohidratnya yang tinggi

membuat ubi jalar dapat dijadikan sumber kalori. Selain itu kandungan

karbohidrat ubi jalar tergolong Low glycemix Index (LGI 51), yaitu tipe

karbohidrat yang jika dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah secara

drastis. Sangat berbeda dengan beras dan jagung yang mengandung karbohidrat

dengan Glycemix Index tinggi, sehingga dapat menaikkan gula darah secara

drastis. Karena itu, ubi jalar sangat baik jika dikonsumsi penderita diabetes.

Menurut Rukmana (1997: 8) mengemukakan bahwa Sistematika (taksonomi)

tumbuhan, kedudukan taksonomi ubi jalar sebagai berikut :

Kerajaan: Plantae

Divisi: Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas: Dicotyledonae

Bangsa: Convolvulales

Suku: Convolvulaceae

Marga: Ipomoea

Jenis: Ipomoea batatas L.


12

Umbi tanaman ubi jalar ada yang berwarna ungu, oranye, kuning,

dan putih. Daging ubi jalar putih dan ungu biasanya lebih padat dan kering,

sedangkan daging ubi jalar oranye dan kuning lebih lunak dan mengandung

kadar air tinggi. Semakin pekat warna merah ubi jalar, semakin tinggi kadar

betakarotinnya. Ubi jalar putih hanya mengandung betakarotin sebesar 260

mg/100 gram umbi. Ubi jalar kuning mengandung betakarotin sebesar 2900

mg/100 gram umbi, sedangkan ubi jalar ungu tidak mengandung betakarotin.

Betakarotin berfungsi sebagai provitamin A di dalam tubuh manusia.

(Murtiningsih, 2011: 8).

Menurut Juanda (2004: 8) Tanaman ubi jalar dapat dibedakan menjadi

beberapa golongan yaitu sebagai berikut :

1. Ubi jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna

putih.

2. Ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi

berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan

3. Ubi jalar jingga, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna

jingga, jingga muda.

4. Ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna

ungu hingga ungu muda.

d. Potensi pengembangan ubi jalar

1. Sumber Daya Lahan dan Agroklimat

Kegiatan usaha tani ubi jalar sebagian besar dilakukan oleh kaum

perempuan. Laki-laki hanya bertugas membuka kebun, membuat pagar, mengolah


13

tanah, dan membuat saluran air. Pekerjaan lainnya dilakukan oleh perempuan,

meliputi penyiapan setek, penanaman, penyiangan, panen, dan pengolahan hasil.

Kaum perempuan di daerah ini memiliki pengetahuan yang luas mengenai ubi

jalar, antara lain dapat membedakan jenis ubi sesuai kegunaannya, umur,

karakteristik, dan sebaran tiap jenis ubi. Mereka berperan dalam menentukan

jenis ubi atau kultivar yang akan ditanam dengan mempertimbangkan jumlah

anggota keluarga serta ternak ayam yang dipelihara (Widyastuti 1994: 86). Ubi

jalar memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan karena memiliki daya

adaptasi yang luas terhadap kondisi lahan dan lingkungan.

2. Ketersediaan Teknologi

Langkah operasional yang dilakukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Sulawesi tenggara untuk mengembangkan tanaman pangan antara

lain adalah penyediaan benih bermutu varietas unggul, pemupukan berimbang,

penyediaan sarana produksi, perluasan areal tanam dan optimalisasi pemanfaatan

lahan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), serta penanganan

panen dan pascapanen. Teknologi untuk mendukung program tersebut telah

tersedia dan siap diimplementasikan di lapangan.

3. Varietas Unggul

Pengembangan ubi jalar di Indonesia belum seperti yang diharapkan. Hal

ini dapat dilihat dari luas areal tanam yang berfluktuasi dan produktivitas rata-rata

baru mencapai 10 t/ha. Di tingkat penelitian, produktivitas mencapai 20−30 t/ha.

Kondisi ini disebabkan belum berkembangnya penggunaan varietas unggul

berdaya hasil tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006: 24).
14

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kanro. (2003: 15) yang menyimpulkan

bahwa hasil varietas Helaleke lebih tinggi dibanding Siate. Hasil varietas Helaleke

Lama di Sinakma meningkat dari 10,52 t/ha (Simanjuntak. 1997: 41) menjadi

11,55 t/ ha (Jusuf 2003: 77) melalui perbaikan teknik budi daya oleh petani

setempat. Hasil rata-rata umbi, bahan kering umbi, kandungan beta karoten, dan

ketahanan terhadap penyakit kudis (Elsinoe batatas).

4. Sosial Ekonomi

Beberapa tahun silam, ubi goreng atau ubi rebus dinilai tidak pantas

disajikan kepada tamu. Namun, kini ubi jalar dapat menjadi komoditas ekspor.

Hal ini ditunjukkan oleh salah satu perusahaan swasta yang telah mengekspor ubi

jalar ke Jepang dalam bentuk frozen fried sweet potato (Anonim 1999: 34).

Permintaannya mencapai 6.000 t/tahun, tetapi perusahaan tersebut baru dapat

memenuhi 400 t/tahun. Varietas yang diminati adalah Ibaraki dan Beniazuma.

Varietas ini memiliki umbi tidak berserat, produktivitas 20−30 t/ha, dan banyak

diusahakan pada daerah dengan ketinggian 400−600 m dpl, seperti Wonosobo,

Temanggung, Purworejo, dan Semarang (Anonim 1999: 34)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ubi jalar merupakan tanaman

yang termasuk jenis tanaman palawija,dapat berfungsi sebagai pengganti bahan

makanan pokok (beras) yang memiliki sumber karbohidrat tinggi dan merupakan

dari model pangan olahan.


15

2. Konsep Es Krim

a. Pengertian Es krim

Es krim merupakan produk susu beku yang dibuat dengan membekukan

adonan. Es krim tersusun dari campuran bahan pangan seperti produk susu, bahan

pemanis, stabilizer, bahan penambah citarasa dan telur.

Es krim menurut SNI (1995: 94 ) adalah jenis makanan semi padat yang

dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak

hewani maupun nabati, gula, dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan

tambahan makanan yang diijinkan. Menurut Padaga,dkk. (2005: 2) Es krim adalah

produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses pembekuan dan agitasi

pada bahan-bahan yang terdiri dari susu dan produk susu, pemanis, penstabil,

pengemulsi, serta penambah citarasa. Prinsip pembuatan es krim adalah

memerangkap udara pada adonan es krim sehingga terjadi pengembangan volume

yang membuat es krim menjadi mengembang, tidak terlalu padat, dan mempunyai

tekstur yang lembut.

Koxholt, Eisenmann, & Hinrichst (2001: 20) Es krim adalah produk beku

berasa manis yang terbuat dari susu, pemanis, pengemulsi dan penstabil.

Selanjutnya menurut Pramesti (2012: 20) Munculnya varian-varian baru es krim

rendah lemak diharapkan bisa meningkatkan konsumsi es krim secara nasional.

Padaga dan Sawitri (2005: 244) Prinsip pembuatan es krim adalah

membentuk rongga udara pada campuran bahan es krim atau ice cream mix

sehingga diperoleh pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih

ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang lembut Pembuatan es
16

krim diperlukan bahan pengisi yang merupakan bahan kering bukan lemak. Bahan

kering bukan lemak merupakan bahan penting yang berpengaruh pada tekstur es

krim (Campbell dan Marshall, 2000: 244).

Secara umum, komposisi bahan-bahan pembuat es krim adalah: 10 16%

lemak susu (milkfat), 9-12% padatan susu bukan lemak (milk solids-non-

fat,MSNF), 12-16% pemanis, 0,2-0,5% penstabil (stabilizer) dan pengemulsi

(emulsifier), dan 55-64% air. Berdasarkan komposisinya, es krim terbagi menjadi

4 (empat) kategori, yaitu kategori ekonomi (economy brand), kategori standar

(standard brand), kategori premium (premium brand), dan kategori super premium

(super premium brand) (Person, 1980: 72).

a. Ekonomi, memiliki kadar lemak sangat sedikit yaitu kurang dari 10%, dan

harga nya pun sangat murah.

b. Standar, memiliki kadar lemak sebesar 10% dan memiliki 11 % kadar

lemak solid non lemak (susu eskrim) dan harganya murah.

c. Premium, memiliki kadar lemak sebesar 15% dan 10% kadar lemak solid

non lemak (susu eskrim) dengan harga lebih mahal dari es krim kategori

standard dan lebih murah dari es krim kategori super premium.

d. Super premium, merupakan es krim dengan kadar lemak tertinggi sebesar

17% dan harganya paling mahal diantara dua kategori lainnya serta

memiliki kadar lemak solid non lemak (susu eskrim) paling rendah yaitu

sebesar 9,25%.
17

b. Manfaat Es Krim

Menurut Person (1980: 22) Adapun manfaat es krim bagi kesehatan tubuh,

yaitu:

1. Kaya Kalsium

Es krim dibuat dengan susu yang kaya akan kalsium dan nutrisi untuk

memperkuat tulang dan menaikkan energi tubuh.

2. Kaya vitamin

Es krim memiliki banyak kandungan vitamin A, D, K dan B12. Vitamin A

baik untuk kesehatan mata, vitamin D menyerap kalsium dan nutrisi dari makanan

dan menyimpannya di ginjal. Vitamin K meningkatkan aliran darah dalam tubuh

dan membuka sel darah yang tersumbat. Vitamin B12 meningkatkan memori dan

sistem saraf.

3. Mengandung protein

Tubuh membutuhkan protein untuk membangun dan memperbaiki

jaringan

c. Proses Pembuatan Es Krim

Menurut Maksindo, (2013: 51) Secara tradisional, es krim di buat dengan

cara :

1. Pemasakan

Susu di rebus dan di tambahkan gula kemudian dimasak hingga mendidih

2. Pencampuran

Campurkan bahan-bahan seperti kocokan kuning telur, adonan agar -agar

dan vanili (kadang diberi bahan pendukung berupa perasa, seperti buah atau sirup)
18

kedalam rebusan susu dan diaduk hingga merata dan sarat.

3. Pembekuan

Masukkan bahan adonan es krim yang sebelumnya di masak hingga sarat

kemudian didinginkan, dengan suhu di bawah 0°C.

4. Pengadukan

Masukkan adonan es krim yang terlah didinginkan ke dalam wadah berupa

tong yang terbuat dari logam (stainless), kemudian dimasukkan ke dalam alat

pemutar yang di buat dari semen yang di bentuk menyerupai wadah tong. Diputar

selama 15 menit untuk mendapatkan tekstur es krim. kemudian di pindahkan

dalam tong pengangkut dan diletakkan dalam wadah kayu (ember) berbentuk

menyerupai tong es krim, di ruang antar wadah kayu dan wadah logam

dimasukkan es yang kemudian di beri sedikit taburan garam, berfungsi untuk

menjaga agar es krim tetap dalam keadaan beku. Kemudian di diamkan selama 1

jam, kemudian es krim di aduk-aduk dan di diamkan lagi selama 30 menit. Setelah

itu es krim siap untuk dijualkan.

3. Konsep Ekonomi Kreatif

John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make

Money pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins

menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat

pada tahun 1997, Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan

ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang.
19

Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus

dilakukan untuk kemajuan. Karakteristik ekonomi kreatif diantaranya:

a. Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam

industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha,

dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar

b. Berbasis pada ide atau gagasan .

c. Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha

d. Konsep yang dibangun bersifat relatif.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008: 47)

merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara

berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya

saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.Definisi yang lebih

jelas disampaikan oleh UNDP (2008: 54) yang merumuskan bahwa ekonomi

kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,

pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.Indonesia merupakan Negara

dengan banyak suku dan budaya, maka setiap daerah yang memiliki sebuah

kebudayaan dapat mempresentasikan budayanya dengan cara-cara yang unik.

Gunaryo juga menyatakan (2006: 17), industri kreatif cenderung dapat

bertahan pada krisis karena mempunyai domestik market dan Industri.Kreatif

dapat tetap tumbuh pada era produksi non massal. Daur hidup yang semakin

singkat, mendorong lahirnya sistem produksi non-massal (limited edition) yang

kemudian justru sesuai dengan produksi industri kreatif.


20

Kreatifitas bisa didapat dengan menggabungkan teknologi yang telah ada

sehingga melahirkan ide yang baru dan mendorong terciptanya produk yang

berbeda (diferensiasi produk). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh South

West England Agency (2007: 6), Industri kreatif berasal dari ide manusia yang

selalu terbaharukan. Berbeda dengan industri yang bermodalkan bahan baku

fisikal, industri kreatif bermodalkan ide kreatif, talenta dan ketrampilan. Hal ini

akan membuka akses, terutama untuk perusahaan kecil dengan modal terbatas,

namun mempunyai informasi, kecerdasan dan ide.

Industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Menurut

Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan

Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, ke 14 subsektor industri

kreatif Indonesia adalah :

1. Periklanan (advertising)

Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu

arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,

produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan

komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi,

kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar,

majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster

dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame

sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta

penyewaan kolom untuk iklan.


21

b. Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui

suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan

kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

c. Deskripsi atau presentasi dari produk, ide ataupun organisasi untuk

membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat atas

suatu hal.

2. Arsitektur

Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI) (2005: 32) adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup

usaha seperti: desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, dan

sebagainya. Selain itu sub-sektor Arsitektur Yaitu kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro

(town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro

(detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan

biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi,

perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil

dan rekayasa mekanika dan elektrikal.

3. Pasar Barang Seni

Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-

barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi

melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-

barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.


22

4. Kerajinan (craft)

Industri Kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan

dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan

proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang

terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain,

marmer, tanah liat, dan kapur.

Berdasarkan bahan baku (raw material), produk kerajinan

dikategorikan menjadi:

a. Ceramic (seperti tanah liat, erathen ware, pottery, stoneware, porcelain)

b. Logam (seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga)

c. Natural fiber, serat alam (bambu, akar-akaran, rotan)

d. Batu-batuan (seperti batu mulia, semi precious stone, jade)

e. Tekstil (seperti cotton, sutra, linen)

f. Kayu (termasuk kertas dan lacquer ware)

5. Desain

Yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain

interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa

riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen (fashion)

Industri Kreatif Subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang

terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris
23

mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk

fesyen, serta distribusi produk fesyen.

7. Video, Film dan Fotografi

Industri Kreatif Subsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan

kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi, serta

distribusi rekaman video, film dan hasil fotografi. Termasuk di dalamnya

penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan Interaktif (game)

Industri Kreatif sub sektor permainan interaktif adalah kegiatan kreatif

yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan

video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub sektor permainan

interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai

alat bantu pembelajaran atau edukasi. Menurut beberapa sumber, industri

permainan interaktif didefinisikan sebagai permainan yang memiliki kriteria

sebagai berikut:

a. Berbasis elektronik baik berupa aplikasi software pada komputer (online

maupun stand alone), console(Playstation, XBOX, Nitendo dll), mobile

handset dan arcade.

b. Bersifat menyenangkan (fun) dan memiliki unsur kompetisi (competition)

c. Memberikan feedback/interaksi kepada pemain, baik antar pemain

atau pemain dengan alat (device)

d. Memiliki tujuan atau dapat membawa satu atau lebih konten atau

muatan.Pesan yang disampaikan bervariasi misalnya unsur edukasi,


24

entertainment, promosi produk (advertisement) sampai kepada pesan

yang destruktif.

9. Musik

Industri Kreatif sub sektor musik adalah kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan

distribusi dari rekaman suara. Seiring dengan perkembangan industri musik ini

yang tumbuh sedemikian pesatnya, maka Klasifikasi Baku Lapangan Indonesia

2005 (KBLI) perlu dikaji ulang, yaitu terkait dengan pemisahan lapangan usaha

distribusi reproduksi media rekaman, manajemen-representasi-promosi (agensi)

musik, jasa komposer, jasa pencipta lagu dan jasa penyanyi menjadi suatu

kelompok lapangan usaha sendiri.

10. Seni Pertunjukan (showbiz)

Industri Kreatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten,

produks i pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian

kontemporer, drama, musik-tradisional, musik-teater, opera, termasuk tur

musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan

tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan Percetakan

Industri Kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan

kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran,

majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.


25

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software)

Industri Kreatif sub sektor layanan komputer dan piranti lunak

meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi

termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem,

desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana

piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal.

13. Televisi & Radio (broadcasting)

Industri Kreatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan

transmisi televisi dan radio.

14. Riset dan Pengembangan (R&D)

Industri Kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan

kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu

dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan

produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode

baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Akan tetapi,

definisi riset dan pengembangan tersebut menurut masukan dari beberapa

sumber dipandang belum cukup merefleksikan aktivitas riset dan

pengembangan yang sesungguhnya. Definisi dari komoditi riset dan

pengembangan mempunyai landasan regulasi sendiri yaitu UU No. 18 tahun

2002. Definisi riset dan pengembangan menurut UU No. 18/2002 tentang

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu


26

Pengetahuan dan Teknologi adalah: Penelitian adalah kegiatan yang

dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk

memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan

pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi

dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik

kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Dalam hal ini, perlu untuk melakukan penyamaan persepsi mengenai

definisi ini. Industri kreatif juga mengutamakan peranan enterpreneurs yang

berinovasi dengan :

a. Mengemukakan barang baru atau berkualitas baru yang belum pernah

dikenal oleh konsumen

b. mengenalkan suatu metode baru. Teori Schumpeter menekankan

pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan

ekonomi. Pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus

membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi

tersebut merupakan memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi

efesiensi cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang,

memperluas pasar sesuatu barang ke pasar yang baru, mengembangkan

sumber bahan mentah baru dan mengadakan perubahan dalam organisasi


27

dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Hal ini

menyebabkan adanya pertambahan investasi dalam masyarakat.

Konsep Ekonomi Kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena

(pertama) memberi Multiple-Effect dalam ekonomi. Selain secara statistic

keberadaan industri kreatif meningkatkan PDB, konsep ini juga banyak menyerap

tenaga kerja.Ekonomi Kreatif tidak berproses sendiri, dengan efek hasil yang

kecil. Industri ini menghidupkan industri lain, seperti pengolahan, kemasan,

distribusi transportasi periklanan, desain produk, jasa dan sewa lahan lalu

menciptakan lapangan pekerjaan baru. (kedua) Sumber daya utamanya terbarukan,

tidak terbatas, serta berkelanjutan. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya,

konsep ekonomi kreatif tidak melakukan eksploitasi secara masif kepada sumber

daya alam, berkelanjutan di masa yang akan datang dan tentunya ramah terhadap

lingkungan. (ketiga) Menghidupkan iklim persaingan terhadap pelaku ekonomi

dengan kompetitornya.

Memiliki usaha di era Ekonomi Kreatif itu lebih menarik dari pada era

ekonomi sebelumnya, karena sudah ada media massa, cetak dan online. Usaha

yang kita miliki tidak hanya dapat kita jual terbatas, tetapi luas dan dapat

diekspansi karena pertukaran informasi yang tidak terbatas. Konten digital

menjadi pilihan utama di era kekinian. (keempat) Memicu pola pikir masyarakat

menjadi lebih kreatif, inovatif, serta peka terhadap isu sekitar.Masyarakat juga

dituntut untuk lebih melek teknologi, dengan keterbatasan yang ada dan talenta

yang dimiliki. Hal tersebut menjadi titik acuan masyarakat untuk lebih maju dan

menciptakan hal serta produk-produk baru dalam memenuhi kebutuhannya.


28

(kelima) Sebagai branding suatu daerah, pembentukan identitas dan icon. Suatu

daerah, kota atau provinsi,dapat menjadikan konsep Ekonomi Kreatif sebagai

strategi pengembangan daerahnya, sekaligus branding citra diri daerahnya.

B. Penelitian Relevan

Untuk memperkaya perspektif penelitian ini, maka selain dari kajian teori

yang telah dijelaskan, maka dilakukan juga review terdahulu beberapa penelitian

terdahulu sebelumnya yaitu:

1. Penelitia yang dilakukan oleh Ita Filiyanti, Dian Rachmawanti Affandi dan

Bambang Sigit Amant pada tahun (2013) yang berjudul “Kajian

Penggunaan Susu Tempe Dan Ubi Jalar Ungu Sebagai Pengganti Susu

Skim Pada Pembuatan Es Krim Nabati Berbahan Dasar Santan Kelapa”

Berdasarkan uji sensoris dapat disimpulkan bahwa es krim nabati yang

terbaik adalah es krim nabati formula F3 (susu tempe : ubi jalar ungu =

12,5% : 17,5%). Sedangkan berdasarkan analisis kimia, es krim nabati

formula F3 mempunyai kadar total padatan 44,81%, serat kasar 7,32%

(db), dan aktivitas antioksidan 1,33 % DPPH per mg paling tinggi

dibanding dengan kedua es krim kontrol (es krim kontrol santan kelapa

dan es krim kontrol susu sapi).Berdasarkan analisis fisik, nilai overrun es

krim nabati formula F3 yaitu 80,43% dan telah memenuhi standar es krim

yang baik, sedangkan resistensi es krim nabati formula F3 yaitu 44,28

menit.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Jermia Limbongan dan Alberth Soplanit

pada tahun (2007) dengan judul penelitian “Ketersediaan Teknologi Dan


29

Potensi Pengembangan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Di Papua” dengan

kesimpulan penelitian Pengembangan ubi jalar di Papua memiliki prospek

yang cerah karena didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia dan

sumber daya alam, baik tanah maupun iklim yang sesuai. Ubi jalar

merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Papua dan

sebagai pakan ternak, juga sebagai komoditas yang diperjualbelikan.

Komoditas ini juga memiliki nilai sosial yang tinggi karena digunakan

pada acara pernikahan, penyambutan tamu, upacara kematian, pelantikan

kepala suku, pesta panen, dan festival budaya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rekna Wahyuni pada tahun (2008) yang

berjudul “Kajian Kualitas Umbi Ubi Jalar Sebagai Substitusi Susu Skim

Dalam Pembuatan Es Krim” dengan kesimpulan penelitian (1) Subtitusi

susu skim sebagai padatan bukan lemak dalam pembuatan es krim dengan

ubi jalar kukus dapat diterima oleh panelis. (2) Perbedaan konsentrasi

subtitusi susu skim dengan ubi jalar kukus berpengaruh terhadap mutu es

krim. (3) Es krim yang dibuat dari susu skim dan ubi jalar kukus dengan

perbandingan 3 : 1 (7,5% :2,5%) menunjukkan mutu es krim yang baik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Siswanti , R. Baskara Katri Anandito dan

Bara Yudhistirapada tahun (2007) yang berjudul“Pengembangan Produk

Berbasis Ubi Jalar Di Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan ” dengan

kesimpulan penelitian (1) Susunan tim anggota unit usaha produksi

“Omah Telo” terdiri dari koordinator produksi, sekretaris, bendahara, dan

anggota. Tim penyusun IbPTK bertugas sebagai penanggungjawab


30

kegiatan. (2) Mesin produksi yang berupa cabinet dryer, mesin perajang,

mesin penepung, dan sealer telah siap digunakan untuk produksi. (3)

Talkshow kewirausahaan dan manajemen industri pangan terbukti dapat

meningkatkan semangat jiwa kewirausahaan mahasiswa Ilmu dan

Teknologi Pangan khususnya anggota IbPTK. (4) Ijin PIRT yang akan

diperoleh dan teknik pemasaran secara online diharapkan dapat

meningkatkan pemasaran produk hasil produksi IbPTK.

C. Kerangka Pikir

Proses globalisasi dan konektivitas telah mengubah cara manusia dalam

bertukar informasi, konsumsi, dan berbagai hal lainnya. Perubahan dunia yang

sangat dinamis dengan segala kompleksitasnya menuntut manusia untuk lebih

kreatif dan inovatif dalam melakukan kegiatan ekonomi. Meningkatkan inovasi di

berbagai sector salah satunya di bidang penglahan makanan tradisional menjadi

makanan modern memiliki tantangan yang perlu di dirancang guna menciptakan

sebuah produk unggulan yang dapat bersaing di pasar.

Kreatifitas dalam mengembangkan ubi jalar menjadi eskrim menjadi salah

satu langkah yang diambil dalam mengembangkan produk lokal menjadi sebuah

brand produk modern. Ubi jalar yang sejatinya hanya di jadikan sebagai makanan

sehari-hari masyarakat desa ternyata memiliki berberapa keunggulan yang tidak

kalah menariknya dengan produk luar. Kreatifitas dalam proses pengolahanya

yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk produk eskrim modern menjadi salah

satu indikator unggulan. Untuk lrbih jelasnya dapat dijelaskan dalam skema

kerangka pikir dibawah imi:


31

Observasi pra penelitian

Permasalahan:
Pemanfaatan ubi jalar masih cukup rendah
Kurangnya kreatifitas dalam menciptakan produk lokal yang bernilai tinggi

Perlunya pengembangan ubi jalar menjadi es krim dalam industri ekonomi kreatif sehingga dapat memiliki daya saing dengan produk luar

Pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim sebagai ekonomi kratif di kabupaten Mua

Validasi Ahli

Uji Coba

Menghasilkan produk eskrim berbahan ubi jalar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Pengembangan Ubi Jalar


menjadi Es Krim
32

D. Rancangan Model

Rancangan model untuk membuat produk awal adalah dengan

mengumpulkan bahan-bahan yang dilakukan dengan cara mencari melalui internet

dan membaca buku. Bersamaan dengan itu dilakukan juga Pengolahan produk

yang diambil dari bahan utama misalnya ubi jalar dll yang mendukung komponen

pembuatan bahan eskrim. Kemudian model pengembangan yang digunakan

mengacu pada model ADDIE.

ANALYSIS
Studi pustaka & studi lapangan analisis kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan ubi jalar menjadi eskrim

DESIGN
EVALUATION
IMPLEMENTATION Evaluasi kevalidtan produk Revisi produk
Uji coba produk untuk manghasilkan produk bahan ubi jalar menjadi eskrim Menetapkan model , membuat merek produk dan melakukan pengemasan

DEVELOPMENT

Validasi produk
Produksi produk
Revisi Desain

Gambar 2.2. Bagan Rancangan Model Pengembangan Produk Ubi Jalar


menjadi Eskrim Mengacu pada Model ADDIE

Anda mungkin juga menyukai