LAPORAN Gambir Ariyano
LAPORAN Gambir Ariyano
LAPORAN Gambir Ariyano
Oleh:
ARIYANO PINEM
NIM: 1306110675
DOSEN:
Dr. Ir. FARIDA HANUM HAMZAH, M.SI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang bernilai
ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan secara komersial pada masa
yang akan datang, mengingat kegunaannya yang beragam baik secara tradisional
sebagai pencampur makan sirih maupun sebagai bahan baku dan bahan penolong
berbagai industri seperti industri farmasi, penyamak kulit, minuman, cat, dan lainlain.
Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Gambir
diketahui merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran
proses dalam perut dan usus (Djarwaningsih, 1993).Fungsi gambir yang lain
adalah untuk campuran obat seperti untuk luka bakar, obat sakit kepala, obat
diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit yang
digunakan dengan cara dibalurkan, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.
Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau
papan partikel (Nazir, 2003). Menurut Ridsdale (1993), gambir memiliki tiga
kegunaan utama yaitu: (1) untuk penyamak kulit, (2) untuk menyirih yang
dikonsumsi bersama buah pinang (Areca catechu L), kapur dan daun sirih (Piper
betle L.) serta (3) untuk obat-obatan.
Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis
atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu
lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa, serta
kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.
Kandungan
yang
utama
dan
juga
dikandung
oleh
banyak
gambir digunakan sebagai bahan baku obat sakit perut dan sakit gigi (Suherdi
dkk, l99l; Nazir, 2000). Idris (1997) melaporkan bahwa pathogen Fusarium Sp
sebagai penyebab penyakit becak daun tanaman klausena dapat dikendalikan
dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak daun gambir.
Selain itu, pestisida nabati yang berasal dari daun gambir juga mampu
mengendalikan F. Oxysporium penyebab penyakit layu tanaman cabai (Nasrun,
1999) dan F. oxysporium f.Sp Licopersici penyebab penyakit layu tanaman tomat
(Nasrun, 2001)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui proses pimbibitan gambir hingga ke pengolahan gambir
di desa Lubuk Alai, Kec Kapur IX, Kab Llima Puluh Kota, Sumatera Barat
PEMBAHASAN
1. Syarat Tumbuh Tanaman Gambir
Tanaman gambir dapat tumbuh pada jenis tanah, mulai dari tingkat
kesuburan rendah hingga kesuburan tinggi. Di Sumatera kebanyakan tanaman
gambir tumbuh pada jenis tanah Ultisol dengan derajat keasaman tanah berkisar
antara pH 4,5 - 5,5; topografi lahan yang sesuai pada daerah datar hingga
bergelombang, tingkat kemiringan 25%. Ketinggian tempat tumbuh dari 50 1.100 m diatas permukaan laut. Ketinggian tempat yang paling sesuai adalah 200
sampai 800 m diatas permukaan laut. Membutuhkan sebaran hujan yang merata
sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm/bulan atau total
curah hujan pertahun berkisar 3000 -3500 mm, suhu dibutuhkan antara 20 - 36 O
C ; tingkat kelembaban 70 - 80%. Pertumbuhan lebih baik pada daerah yang
memiliki ruang terbuka (100%) atau dengan naungan maksimum sekitar 10%.
Bila diusahakan pada lokasi yang lebih banyak naungan akan mengurangi
rendemengetah
2. Teknis Budidaya
A. Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif.
Perbanyakan vegetatif , dengan cara menggunakan stek dari bagian tanaman. Cara
ini hanya dapat menghasilkan bibit dalam jumlah terbatas dan hasilnya belum
begitusempurna. Perbanyakan bibit untuk tujuan budidaya yang lebih luas, masih
B. Persiapan benih
Benih atau biji yang tumbuh di kebun yang tidak pernah dipanen
daunnya; - Buah yang diambil telah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna
polong kuning kecoklatan atau sudah ada 1 atau 2 polong yang pecah, dipetik dan
dijemur dengan panas matahari 2 -3 hari; - Wadah tempat penjemuran perlu
ditutup dengan kain kasa atau dijemur di dalam kertas amplop. Agar buah yang
pecah bijinya tidak terbang; - Biji yang baik berwarna terang coklat, yang
berwarna hitam gelap dibuang, bila ada biji yang belum lepas dari kulit buahnya,
dilepaskan dengan tangan; - Setelah benih yang terkumpul dirasa cukup,
dilakukan seleksi ulang, benih yang baik siap untuk disemai.
G. Pemupukan
Tanaman gambir tidak memerlukan pemupukan yang intensif seperti
halnya tanaman pangan. Selain pemberian pupuk dasar yang dilakukan pada awal
penanaman, pemberian pupuk cukup dilakukan setiap enam bulan. Banyaknya
pupuk yang akan diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kandungan hara tanah
yaitu melalui analisis tanah di laboraturium. Secara umum dosis pupuk yang
diperlukan adalah seperti tabel berikut. Salah satu hasil penelitian nenunjukan
bahwa pemberian pupuk NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 200 kg/ha/pohon/panen
memberikan hasil yang lebih tinggi,
H. Pemeliharaan
Penyiangan perlu dilakukan dua kali setahun. Untuk pemupukan dapat
digunakan ampas daun sisa pengempaan yang ditaburkan di sekitar tanaman.
Untuk mempertahankan produktivitasnya, perlu diberikan pupuk kandang.
Pembentukan struktur tanaman yang tidak beraturan dilakukan dengan
pemangkasan padatanaman. Pemangkasan meja adalah membuang semua cabang
dan ranting pada ketinggian>1 meter dipangkas, sehingga terlihat permukaan
pangakasan horizontal dan rata seperti meja (pangkas cabang primer). Pangkas
bersih adalah pangkas cara petani, semua cabang dan ranting yang mati dibuang,
sehingga terlihat bersih dari cabang dan ranting yang non produktif. Pangkas meja
menghasilkan produksi gambir kering 735,25 kg/ha lebih tinggi 40,93 % dari
pangkas bersih ala petani menghasilkan 521,70 kg/ha.
I. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada penanaman skala kecil, biasanya bebas dari hama dan penyakit
yang serius, pada penanaman monokultur skala luas, telah dilaporkan terjadi
serangan hama ulat dan kumbang. Hama yang sering ditemui pada tanaman
gambir adalah lundi (larva kumbang dalam tanah)dan ulat daun, hama
ulat : Glypodes psittacus, Oreta extensa, hama kepik : Helopeltis sumateranus
Roepke, Hyalopeplus, Tingganan gambir; dan hama belalang : Sinjatu.
J. Pemanenan
Tanaman gambir dipanen pertama kalinya pada saat tanaman berumur
1-2 tahun. Sedangkan panen berikutnya tidak ada kriteria tertentu, biasanya petani
hanya melihat jumlah daun yang cukup banyak dengan usia daun berkisar antara
6- 8 bulan setelah panen sebelumnya. Umumnya petani melakukan panen 2 kali
setahun tergantung keadaan pertumbuhan tanaman dan ketuaan daun, bila
pertumbuhan baik dan ketuaan daun memenuhi syarat, maka dapat dilakukan 3
kali setahun. Tingkat ketuaan daun gambir saat dipanen berpengaruh pada
rendemen dan dan kadar katechin. Pada daun yang lebih muda memiliki rendemen
dan kadar katechin yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan ranting kandungan
getah pada daun gambir lebih tinggi. Panen dilakukan dengan menggunakan alat
ani-ani atau tuai untuk memotong seluruh ranting-ranting yang terdapat pada
cabang tanaman dengan jarak 2-3 cm dari pangkalnya, kecuali ranting muda yang
terdapat pada ujung-ujung cabang. Daun beserta ranting diikat dan dimasukkan ke
dalam sebuah keranjang anyaman rotan dengan kapasitas 15 kg dan langsung
dibawa ketempat pengolahan yang letaknya di tengah kebun. Dalam satu hari dua
orang petani pekerja mampu memanen daun gambir sebanyak 4 5 keranjang,
3. Pengolahan
Umumnya petani melakukan panen 2 kali setahun tergantung keadaan
pertumbuhan tanaman dan ketuaan daun, bila pertumbuhan baik dan ketuaan daun
memenuhi syarat, maka dapat dilakukan 3 kali setahun. Untuk dilubuk alai sendiri
mereka panen 4 bulan sekali dan dalam setahun mereka panen 3 kali.
mengemukakan
bahwa
tingkat
ketuaan
daun
gambir
saat
dipanen
(Suherdi et al., l994). Mengenai air limbah penirisan, menurut Heyne (l987)
banyak mengandung asam lemak yang berguna dalam pencelupan tekstil dan
penyamakan kulit.
Berikut adalah cara kerja pengolahan gambir:
Daun gambir
Direbus dalam tong dan kanca selama 1 / 2 jam
Daun perebasan diperas dengan dongkrak dan di tambah pupuk sp untuk
colok
Dimasukkan hasil rebusan ke wadah untuk tempat pemishan minyak
dengan air wadah( piaku)
Minyak akan menggumpal setelah 1 hari
Gumpalan tersebut dipisahkan lalu dipress semalaman di peniris
Dilakukan pencetakan dengan alat cetak yg terbuat dari pipa
Dijemur dibawah sinar matahari. Apabila hari hujan penjemuran dilakukan
didalam ruangan pengolahan
KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat ambil kesimpulan bahwa
metode yang digunakan pada pengolahan gambir di Desa Lubuk Alai masih bisa
dibilang tradisional, untuk pemanenan digunakan keranjang dan pemetikan
daunnya menggunakan pisau yang dinamai Tuai, dan untuk perebusan dengan
kuali besar dengan api dari kayu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gambir yaitu dari
tanah, akan lebih cepat proses pemanenan ditanah pasir dibandingkan tanah liat,
hal itu disebabkan tanah pasir mempunyai pori-pori yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah liat yang terkesan tak ada pori-pori sehingga tanaman
gambir sulit berkembang.
Pada proses yang pengolahan gambir bisa dikatakan cukup panjang
dimulai dari proses penyemaian, penanaman, pemanenan hingga pengolahan
gambir yang siap dipasarkan.
LAMPIRAN
1. Bunga Gambir
5. Pengepressan
6. Pencetakan Gambir
7. Pembibitan Gambir
Gambir
8. Tanaman