Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Ilmu Tanah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah yang adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara telah mengalami
kerusakan seperti kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah
serius, padahal secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara
atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan. Tanah mempunyai berbagai
permasalahan seperti tingkat keasaman tinggi, dan kandungan BO yang rendah
yang akan mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Tujuan praktikum ilmu tanah ini adalah untuk mengetahui tentang profil
tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air tanah, kerapatan partikel dan
massa tanah, keasaman tanah, bahan organic tanah, kadar nitrogen tanah serta
respirasi mikrobia. Manfaat dari praktikum ini salah satunya adalah kita lebih
mengetahui tanah yang baik atau buruk bagi tanaman untuk tumbuh.

1.2. Tujuan Dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum penetapan persiapan pengambilan contoh tanah yaitu
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar bisa mengetahui prosedur
pengambilan contoh tanah utuh dan tanah tidak utuh yang berkaitan dengan
praktikum Dasar–Dasar Ilmu Tanah.

Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui prosedur


pengambilan contoh tanah.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001). Tanah
merupakan suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Profil tanah
adalah urutan-urutan horizon tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan
bumi yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik, horison A
terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang
dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk
(Nurmala, 2011). Profil tanah terdiri dari horison-horison tanah yang memiliki
fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
pembentuknya (Sutanto, 2005).
Tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang sangat
penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan di
bawah 30 cm (Hanafiah, 2005). Bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
Lapisan atas merupakan tanah yang realtif subur dibandingkan subsoil karena
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah
bagi pertanian. Bagi tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang,
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hakim, 2007) .
3

2.2. Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah sifat yang menunjukkan kasar atau halusnya suatu
tanah. Tekstur tanah terdapat perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung dalam tanah. Beberapa tanah, krikil, batu dan bahan
induk dari lapisan tanah dapat memepengaruhi tekstur dan mempengaruhi
penggunaan tanah (Foth, 1998). Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai
kapasitas tertinggi untuk mengikat air pada tanah. Tekstur tanah agregat sangat
kasar karena tercampurnya tanah dengan krikil kecil (Budi, 2011).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan
perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan
dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat (Yani, 2003). Tanah yang ukuran liatnya bertekstur
lebih halus atau dengan kadar liat lebih besar memiliki luas permukaan yang lebih
besar dibanding tanah bertekstur lebih kasar per satuan beratnya. Semakin kecil
ukuran partikel tanah semakin luas permukaan efektifnya memungkinkan
pertukaran (kation) hara lebih besar (Hardjowigeno, 2003).

2.3. Konsistensi Tanah


Konsistensi tanah tingkat integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut
ditunjukkan dari daya tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Konsistensi tanah berhubungan dengan kandungan air pada tanah. Penurunan
kadar air menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan membuat tanah
tersebut menjadi gambur, kaku dan keras (Sutetdjo dan Kartasapoetra, 2010).
Keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
(field cappacity). Faktor – faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah
tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah,
serta kadar air tanah (Madjid, 2001).
4

Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Konsistensi


tanah terdiri bermacam-macam tergantung tekstur, kadar bahan organik, dan kadar
lengas tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra 2002). Konsistensi tanah lembab adalah
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.
Konsistensi tanah kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah kering udara. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam
tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
(field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat
keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).

2.4. Kadar Air Tanah


Air merupakan unsur utama dalam proses kimia dalam hubungannya dengan
jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan suhu dalam
hidrasi atau dehidrasi karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti
sebagai hasil disolusi mineral, keragaman produk ion tidak hanya
menggambarkan komposisi spesies yang terlarut (Hanafiah, 2005). Kadar air
tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap
volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu.
Banyaknya air yang dapat diikat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur
dan kandungan bahan organik tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai
daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu,
tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan
daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Mega, 2010).
5

Terikatnya air didalam pori dan agregat tanh terjadi karena adanya gaya
kohesi antara molekul air dan butir tanah. Air yang terdapat di dalam pori tanah
ini disebut kadar air tanah. Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik
dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air
karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah dengan tekstur
halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air
tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian
menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan
kandungan debu dan pasir yang sangat halus. Diantara sifat-sifat tanah yang
berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan
osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Adapun pengaruhnya bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman
adalah sebagai emulgator (memperbaiki strukturtanah), sumber hara N, P, S,
menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energy bagi mikroorganisme
(Hardjowigeno, 2003). Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, sehingga air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi yang menyebabkan dalam tanah dapat dibedakan menjadi air
higroskopois, air kapiler dan air gravitasi (Bale, 2001).

2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

Bobot isi tanah ( Bulk Density ) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel – partikel tanah ( pasir, debu dan liat). Bobot isi tanah bervariasi yang
bergantung pada keretakan partikel-partikel tanah itu. Kerapatan massa ditentukan
baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran tanah padat. Kerapatan partikel
erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan
kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah, 2006). Tanah
yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume rendah dan
tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Bulk density atau kerapatan tanah
6

menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume bawah


termasuk volume pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
Bulk density yang berarti semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar
tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Tanah berstruktur halus mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang
lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Bahan organik memperkecil berat
volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral dan
bahan organik memperbesar porositas. Tanah-tanah organik memiliki kerapatan
massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi
yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban
tanah. Kerapatan massa dipengaruhi oleh kandungan bahan organik pada tanah
(Hanafiah, 2005). Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah.
Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari kaitan-
kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah. Bahan organik
memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari
pada mineral dan bahan organik memperbesar porositas (Syarief, 2004).

2.6. Kemasaman Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang


dinyatakan dengan nilai pH. Keasaman (potensial of hydrogen) adalah derajat
keasaman tanah yang menggambarkan ion hidrogen yang terdapat di dalam tanah.
Tingkat keasaman tanah dinyatakan dalam satuan gr mol per liter dimana jika
kadar kepekatan ion hidrogennya tinggi maka dikatakan asam dan jika rendah
disebut basa (Darman, 2003). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-
tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah
alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno,
2007).
7

Sumber kemasaman tanah adalah bahan-bahan organik dan anorganik.


Proses yang menghasilkan ion H+ adalah respirasi akar atau jasad penghuni tanah.
H2O atau air memiliki pH yang netral (Hartati, 2001). Ionisasi asam-asam
menghasilkan ion H+ bebas dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah
adalah H+ dan Al3+ dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah
untuk mempertahankan pH dan perubahan karena penambahan alkalis atau masam
yang dinamakan daya sanggah tanah. Larutan mempunyai pH 7 disebut netral,
lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi
tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Pada
kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi
tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata
air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe
dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin (Hanafiah, 2007).

2.7. Bahan Organik Tanah


Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman atau binatangyang
terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena
dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik sangat penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar
bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun (Sutanto, 2005). Suhu, drainase dan tekstur
tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik pada suatu tanah. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik yang terdapat
pada suatu tanah (Budi, 2011).
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus (Darman, 2003). Penambahan bahan organik (pupuk kandang)
pada tanah akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat
volume tanah (Anas, 2009).
8

2.8. Kadar Nitrogen Tanah


Nitrogen memiliki fungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein. Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman
atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis
lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO−
3 mudah

dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah
merembeskan air sehingga kadar N pada tanah pasir lebih rendah daripada tanah
liat (Hardjowigeno, 2003). Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan
melalui proses denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh
mineral – mineral, sekitar 2% total N tanah berasal dari atmosfer yang
konsentrasinya 78% N2 sebagai bentuk yang tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman karena mempunyai ikatan rangkap tiga yang sangat kuat. Manfaat
nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetative, serta
berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan
persenyawaan lain. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun
sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
tanaman (Hanafiah, 2005).
Kadar Nitrogen rata – rata dalam jaringan tanaman adalah 2%-4% berat
kering (Rosmarkam dan Widya, 2002). Cara utama nitrogen masuk kedalam
tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir nitrogen yang diikat
digunakan dalam sintesis amino dan protein oleh tanaman inang. Unsur Nitrogen
(N) mempunyai peranan merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan
khususnya batang, cabang dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses
fotosintesa. Tanah dengan kandungan Nitrogen rendah menyebabkan tanaman
tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat, daun kering dan jaringan mati sehingga
berdampak fatal bagi tanaman (Bachtiar, 2006).
9

2.9. Respirasi Mikroba


Pengukuran respirasi (mikrobia tanah) merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrobia tanah. Jumlah total
mikrobia yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks untuk mengetahui
kesuburan tanah (Munir, 2001). Pengukuran respirasi mikrobia memiliki
hubungan dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme
tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, PH dan rata-rata
jumlah mikroorganisme (Anas, 2009).
Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang
dihasilkan oleh mikrobia tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikrobia
tanah.Respirasi pada tanah menunjukkan tingkat aktivitas mikrobia yang berperan
dalam membantu kesuburan dan berperan dalam proses dekomposisi dan dapat
menentukan proses penting yang terjadi dalam tanah (Andre, 2009). Respirasi
mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme yang ada
di dalam tanah (Madjid, 2009).
10

BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat Dan Waktu


Praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Ilum Tanah dilaksanakan dikota
Gorontalo, praktikum ini dimulai pada tanggal 13 April 2019
3.2. Keadaan Umum
Keadaan umum lokasi penelitian merupakan sebuah lahan bekas
persawahan yang di timbun menggunakan tanah timbunan dan juga sudah
ditumbuhi rumput dan pohon yang sudah tinggi.
3.3. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah kamera, ring
sampel, pemotong (pisau), sekop, linggis, tali plastik, pembungkus plastik, palu,
meteran.
3.4. Prosedur Kerja
 peserta di bagi menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok
memiliki tugas yang berbeda, untuk kelompok 1 mendapat bagian untuk
meneliti lapisan teraatas tanah (TOPSOIL). Sedangkan kelompok dua
mendapat bagian untuk meneliti tanah bagian bawah (SUBSOIL).
 praktek dimulai dengan masing-masing kelompok menuju lokasi yang
telah ditentukan.
 Penggalian dngan kedaalaman yang sudah di tentukan
 Pengambilan sampel tanah
 Pengovenan sampel tanah selama 1x24 jam
 Penetapan tekstur tanah dengan metode Fealing
 Penetapan berat isi (bulk density)
 Penetapan berat jenis (partikel density)
 Penetapan Porositas
 Pengukuran PH tanah
 Selesai
11

BAB IV
PEMBAHASAN

Lapisan Topsoil

Panjang : 1,5M
Lebar : 1M

Tekstur tanah :
- Pasir : Rasa kasar jelas
Tidak berbentuk bola dan gulungan
Tidak melekat

- Pasir Berlempung : Rasa kasar sangat jelas


Membentuk bola yang mudah sekali hancur
Sedikit sekali melekat

- Lempung Berpasir : Rasa kasar agak jelas


Membentuk bola agak keras tetapi mudah hancur
12

4.1 Pengambilan propil tanah dan pengambilan contoh tanah


 Bersihkan dan ratakan permukaan lapisan pertama pada profil yang telah
diamati dan diambil contoh tanah biasa
 Ambil contoh tanah utuh seperti cara yang telah didiskusikan sebelumnya
Buang lapisan pertama sampai batas lapisan kedua. Ratakan kemudian
ambil contoh seperti cara di atas, dan seterusnya sehingga semua contoh
setiap lapisan dapat diambil
 Disamping mengambil contoh tanah utuh, lakukan juga pengambilan
contoh tanah agregat utuh

4.2 Penetapan tekstur dengan metode feeling


 Siapkan contoh tanah kering udara yang sudah dihaluskan kurang-lebih
100 g dan air dalam botol penyemprot (dapat menggunakan contoh tanah
untuk konsitensi basah).
 Ambil contoh tanah kira-kira satu sendok makan, letakkan di telapak
tangan.
 Teteskan air sedikit demi sedikit sambil di aduk-aduk dan digosok dengan
telunjuk tangan yang lain.
 Perkirakan berapa banyak pasir yang ada dengan merasakan tingkat
kekasarannya.
 Tambahkan air lagi tetapi jangan terlalu basah, kemusian piji-pijitlah
sedikit diantara ibu jari dan telunjuk.
 Tambahkan air sedikit lagi sampai tanah itu bisa digulung, buatlah
gulungan dengan diameter sekitar ½ cm dan panjangnya sekitar 5 cm.
13

4.3 Penetapan tekstur berat isi (Bulk density)


 Tanah dalam ring sample dimasukkan dalam oven
 Proses pegeringan didalam oven selama 2 x 24 jam
 Keluarkan tanah yang berada didalam oven dan masukkan kedalam
desikator
 Setelah dingin keluarkan tanahnya dan timbang

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐯𝐞𝐧


BD(𝐠. 𝐂𝐌 𝟑 ) =
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡
𝟒𝟑𝟓,𝟓𝟗
= 𝐠. 𝐂𝐌𝟑
𝟐𝟔𝟔,𝟗

= 1,63 𝐠. 𝐂𝐌𝟑
Kriteria berat isi tanah sangat tinggi

Berat isi Kriteria berat isi


<0.90 Rendah (ringan)
0,90 – 1,2 Sedang
1,2 – 1,4 Tinggi (berat)
>1,4 Sangat tinggi

Berat labu kosong = 38,35 g → nilai X


Berat labu kosong + Tanah kering oven = 50 g → nilai Y
= 85,06 g → nilai Y
= 89,02 g → nilai Z
= 102, 79 g → nilai A
= 1 → nilai D
14

4.4 Penetapan berat jenis (Particle density)


 Timbang labu ukur dalam keadaan kosong (x gram)
 tuangkan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu
ukur.
 Kemudian timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar
lengas tanahnya (Y = bobot labu kosong + tanah kering oven)
 Tambahkan air kurang lebih setengahnya sambil membersihkan
tanah yang menempel di leher labu ukur.
 Agar udara yang terjerat di dalam tanah, labu didihkan selama
beberapa menitsampai menguap.
 Dinginkan labu beserta isinya sampai suhu ruangan, kemudian
tambahkan air dingin yang telah didihkan sampai batas volume,
lalu timbang (Z gram).
 Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengan air dingin
yang telah didihkan sampai batas volume.
(𝐘−𝐗)×𝐝
PB/BJ 𝐠. 𝐂𝐌 𝟑 = (𝐘−𝐗)− 𝐠. 𝐂𝐌 𝟑
(𝐙−𝐀)
(𝟖𝟓,𝟔−𝟑𝟖,𝟑𝟓)×𝟏
= (𝟖𝟓,𝟔−𝟑𝟖,𝟑𝟓)− 𝐠. 𝐂𝐌 𝟑
(𝟖𝟗,𝟎𝟐−𝟏𝟎𝟐,𝟕𝟗)
46,71
= g. CM 3
60,48

= 0.77 g. CM 3

4.5 Penetapan porositas tanah


 Hitung nilai Bulk Density (BD) dan Particle Density (PD)
contoh tanah.
 Hitung porositas tanah dengan persamaan berikut
15

BD
Porositas tanah = [1 × ] × 100%
PD
85,06
= [1 × ] × 100%
89,02

= [0,95] × 100%
= 95,55%

4.6 Reaksi tanah (Penetapan tanah)


 Timbang masing-masing 5 g contoh tanah kering udara < 2 mm
kedalam botol, roll film
 Tambahkan 12,5 ml aquades (pH H20) dan 12,5 ml KCl (pH
KCl)
 Kocok atau aduk selama 30 menit hingga larut.
 Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0.
pH tanah = 6,12
16

BAB V
SIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah tekstur tanah
atau jenis tanah yang diambil adalah lempung berpasir yang ditentukan dengan
metode feeling.
Berat isi tsnsh ysng paling tinggi yaitu 1,63 g. CM 3 yang sudah >1,4 dan berat
jenis tanah senilai 0.77 g. CM 3 .
Porositas tanah 95,55% dan pH 6,12.
Dan juga Melihat keadaan profil tanah yang di ambil terlihat bahwa
tanahnya sangat keras dan tidak bisa digunakan sebagai lahan pertanian. Agar
penggunaan tanah tersebut intensif maka sebaiknya dilakukan pengadaan
pengairan (irigasi) mengingat sekarang adalah musim kemarau, agar dapat
digunakan atau dimanfaatkan kembali sebagai tempat untuk menanam berbagai
jenis tanaman yang dapat memberikan keuntungan. Selain itu, juga dapat
dilakukan penyuluhan di sekitar wilayah tersebut tentang jenis tanaman apa yang
sesuai dengan jenis tanah disana agar tidak terjadi kesenjangan penanaman.

5.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan dapat memili lokasi yang lebih
tepat, melihat dari lokasi penelitian sebelumnya tidak sesuai dengan keadann
dilapangan tentunya, dimana jenis tanah pada umumnya yang diolah petani bukan
tanah timbunan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Anas, D. 2009. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Andre. 2009. Sifat Biologi Tanah.


http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-biologi-
tanah/Diakses pada 28 April 2019 pukul 16.00 WIB.

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.

Bachtiar, E.,2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Buku Panduan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Universitas Ichsan Gorontalo


18

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai