Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah
berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan
organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Tanah
merupakan bagian terpenting dari bumi yang merupakan tempat berpijaknya manusia dan
juga makhluk makhluk yang lain.dari tanah tersebut dapat dihasilkan berbagai
barangtambang,air,mineral serta unsur hara yang menopang kehidupan bagi tumbuh-
tumbuhan. Ilmu tanah atau padologi adalah yang mempelajari proses-proses
pembentukan tanah beserta faktorfaktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah
dan cara-cara pengamatan tanah dilapangan (Akhmad, 2018).
Sifat-sifat tanah dibagi menjadi sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisik
tanah adalah sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan kesuburan tanah dan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman Sifat ini terdiri dari bahan induk
tanah, tekstur tanah, kepadatan tanah. porositas tanah. temperatur tanah. warna tanah, dan
konsistensi tanah. Sedangkan sifat kimia tanah berperan dalam menentukan sifat dan ciri
tanah yang menentukan kesuburan tanah. Sifat ini terdiri dari derajat kemasaman tanah
(ph), kapasitas tukar kation (ktk), p-tersedia, k-tersedia, n-total, dan c-organik. Kesuburan
tanah adalah istilah yang menunjukkan tingkat subur atau tidaknya tanah untuk pertanian
(Susanto, 2012).
Ilmu tanah sangat penting dipelajari sebagai dasar dalam pembudidayaan tanaman.
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengruhi kesuburan tanah, maka
proses pengolahan tanah sebagai media tanam dapat dilakukan dengan lebih tepat, efektif
dan efiisien. Berbagai ilmu dasar dapat kita jadikan pedoman untuk mempelajari ilmu-
ilmu lain tentang pertanian dan sebagai pedoman dalam pengaplikasiannya untuk
masyarakaat. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa pertanian harus paham tentang
dasaar-dasar ilmu kesuburan tanaman (Madjid, 2011).
Manfaat mengikuti praktikum DITK yaitu sebagai bahan informasi dalam
menentukan tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman pada daerah tersebut. Praktikum
ini memberikan metode bagaimana mengukur suatu kandungan dalam tanah. Praktikum
DITK juga akan memberikan informasi bagaimana cara mengukur tingkat kesuburan
tanah pada daerah tersebut. Dengan memahami kondisi kesuburan tanah maka kita dapat
menentukan pengolahan lahan yang tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Tujuan Praktikum di Laboratorium
Membandingkan hasil pengamatan dan perhitungan di laboratorium sesuai
dengan teori yang diberikan atau sebaliknya, selain itu dapat melatih
mahasiswa dalam menggunakan peralatan di laboratorium.
b. Tujuan Praktikum di Lapangan
Memahami tentang model morfologi tanah dan sebagai sifat tanah secara
langsung memulai dari kondisi lapangan , morfologi tentang lahan dan profil
tanah dilapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Kadar Lengas Tanah Kering Udara
1) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah gumpal
2) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 2 mm
3) Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 0,5 mm
b. Kerapatan Massa Tanah (BV)
Mengetahui kerapatan massa tanah dengan berbagai jenis tanah
c. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
Mengetahui kerapatan butir tanah ₡ 2,0 mm
d. Tekstur Tanah
Menentukan kelas tekstur tanah menurut segitiga USDA
e. Konsistensi Tanah
1) Menetapkan batas cair (BC)
2) Menetapkan batas lekat (BL)
3) Menetapkan gulung (BG)
4) Menetapkan batas berubah warna (BBW)
a. Menghitung jangka olah (JO)
b. Menghitung indek plastisitas (IP)
c. Menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM)
f. Reaksi Tanah (ph)
1) Menetapkan pH H2O tanah
2) Menetapkan pH KCl tanah
g. Kadar Bahan Organik Tanah
Menetapkan kadar C-organik tanah dan kadar banan organik tanah
h. N- Total Tanah
Menetapkan kadar N Total tanah, Menghitung C/N tanah
i. Kpk Tanah Secara Kualitatif
1) Membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan dua macam zat warna
(gentian violet dan eosin red)
2) Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap KPK (Kapasitas
Pertukaran Kation) tanah
j. Pengenalan Jenis Pupuk
Mengenal berbagai jenis pupuk berdasarkan sifat fisik dan kimia pupuk
k. Membuat Pupuk Campur
Mengetahui pembuatan pupuk campur
l. Deskripsi Profil Tanah
m. Menentukan profil tanah dan karakteristik setiap lapisan tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman yang
menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah yang mengalami kerusakan seperti
kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah serius. Hal ini karena
secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai haraatau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S,
Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) (Suastika et al, 2014).
Secara biologi, tanah berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman. Sedangkan secara integral, tanah mampu menunjang produktifitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan. Tanah mempunyai berbagai permasalahan seperti
tingkat keasaman tinggi, dan kandungan BO yang rendah yang akan mempengaruhi atau
menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri (Danu, 2015)
Tanah dibutuhkan oleh banyak orang sedangkan tanah jumlahnya tidak bertambah
atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat terutama kebutuhan akan tanah untuk membangun perumahan sebagai
tempat tinggal, untuk bercocok tanam atau pertanian, serta untuk membangun fasilitas
umum dalam rangka memenuhi tuntutan tehadap kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Untuk itu diperlukan campur tangan manusia dalam upaya pengolahan tanah
suspaya tanah yang ada tetap terjaga kelestariannya serta dibutuhkan pemahaman yang
cukup mendalam tentang tanah (Gusmara et al, 2016)
E. Tekstur Tanah
Tanah merupakan lapisan paling luar dari bumi yang melapisinya dengan berbagai
jenis dan ukuran yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tanah, yaitu Iklim, topografi, organisme hidup, waktu, dan bahan induk.
Tekstur tanah atau disebut besar butir tanah,adalah salah satu sifat tanah yang paling
sering di tetapkan. Tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut,
udara, pergerakan udara, pergerakan panas, berat volume tanah luas permukaan spesifik,
kemudahan tanah memadat, dan lainnya (Danu, 2015)
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi tanah,yaitu pasir (sand), debu (silt),
dan liat(clay). Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat
tahan terhadap proses pelapukan. Tanah pasir memiliki tekstur yang kasar. Terdapat
ruang pori-pori yang besar diantara butiran-butirannya sehingga kondisi tanah ini menjadi
struktur yang lepas dan gembur. Dengan kondisi yang seperti itu menjadikan tanah pasir
ini memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat mengikat air. Fraksi debu biasanya
berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, dan pada saat pelapukannya
akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur
dibandingkan tanah bertekstur pasir (Fatmawati, 2014).
Fraksi Lempung mempunyai komposisi yang imbang antara fraksi kasar dan fraksi
halus, dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini
disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir;
sementara drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat. Setiap
fraksi mempunyai ukuran diameter yang berbeda-beda, fraksi pasir memiliki ukuran
diameter yang paling besar diantara ketiga fraksi lain yaitu 2 – 0,05 mm, fraksi debu
dengan ukuran 0,05 – 0,002 mm dan fraksi liat dengan ukuran < 0,002 mm.
Setiap fraksi tanah memberikan pengaruh penting terhadap sifat tanah secara
keseluruhan. Liat dan bahan organik memegang peran penting dalam menahan air serta
menyediakan unsur hara bagi tumbuhan. Partikel yang halus juga berperan dalam perekat
partikel yang lebih kasar untuk membentuk sebuah struktur tanah. Selain itu,partikel
tanah yang lebih besar berperan dalam menyusun kerangka tubuh tanah, mempertahankan
permeabilitas tanah, meningkatkan aerasi tanah serat membuat tanah menjadi lebih tahan
terhadap gaya berat yang terjadi diatas permukaan tanah (Hanafiah, 2010)
F. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah adhesi dan
kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkatan kelengasan. Sifatsifat yang
ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity), keteguhan (friability), dan
kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas
lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka atterberg
mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan konsistensi tanah, serta
pendekatan tambahan yaitu indeks plasisittas (plasticity index) dan jangka olah
(Soepraptohardjo, 2017).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya BC yang merupakan kandungan
lengas tanah ada saat tanah yang dapat mengalir tanpa adanya tekanan dibawah standar
getaran, BL adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara
perlahan dan mulai mendekat pada logam. BG adalah kandungan lengas pada saat
keliatan tanah yang mudah terasa dan dapat dibentuk. BBW adalah kandungan lengas
tanah pada saat pasta mulai kering karena tanah masih ada air kapiler (Sutanto, 2010).
Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC dan
yang terendah adalah BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman, harus mempunyai
kadar air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG
merupakan kadar air dimana tanah mudah diolah (dicsngkul dan dibajak) sehingga
dinamakan jangka olah (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah
menunjukkan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya, 2014).
I. N-total Tanah
Total nitrogen adalah ukuran dari semua bentuk nitrogen yang ditemukan dalam
suatu sampel.asam amonia dan protein secara alami terjadi berupa nitrogen organik.
perbandingan nitrogen total dalam asam amino bisa dilakukan dengan metode kjeldahl.
Metode kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel akan didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalis dengan katalisator yang sesuai sehingga dihasilkan
ammonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, ammonia yang terbentuk
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam larutan penyerapdan ditetapkan secara titrasi.
(Fatmawati, 2014).
Nitrogen dalam atsmosfer merupakan sumber gas bebas utama yang menepati 78%.
Dalam bentuk unsur lain tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen harus dirubah ke
nitrat atau amonium melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman.
Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri dari meningkatnya
peningkatan nitrogen secara biologis atau penambahan nitrogen pupuk (Hardjowigeno,
2015).
Penetapan N total tanaman dan beberapa bahan kompleks yang mengandung N
sangat sulit. Bahan bahan yang membantu merubah N menjadi NH2 adalah garam-garam,
biasanya K2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu beberapa
katalisator seperti selenium, air raksa atau tembaga digunakan untuk merangsang dan
mempercepat oksidasi bahan organik nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik
tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah, C/N
tinggi. (Askari, 2011).
Bahan organik merupakan sumber bahan N yang utama di dalam tanah. Selain N,
bahan organik menhandung unsur lain terutama C,P dan unsur mikro pengikatan oleh
mikroorganisme dan N udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah
kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara.
Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung
pada tempat dan iklim (Hakim, 2016).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
D. Tekstur Tanah
1. Metode : Hidrometer
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Hidrometer
2) Tabung sedimentasi
3) Erlenmeyer
4) Pengaduk
b. Bahan
1) Contoh tanah ∅ 2 mm
2) Sodium Metaphosphat: Larutkan 40 g menjadi 1 liter dengan menambahkan
aquades, atau
3) NaOH 2-4 M: Larutkan 80 g mejadi 1 liter dengan menambahkan aquades,
diperoleh NaOH 2 M.
3. Cara Kerja
a. Menimbang sampel tanah sebanyak 50 g (kering mutlak) untuk tanah lempungan
dan 100 g untuk tanah pasiran, masukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Menambahkan aquades sampai 2/3 erlenmeyer dan 10 mL bahan kimia pendispersi,
kemudian aduk dengan pengaduk dan ukur pH 10 – 11 (seandainya pH belum
tercapai tambahkan bahan kimia pendispersi dengan menggunakan pipet).
c. Menggojok selama 15 menit dengan menggunakan mesin penggojok, kemudian
pindahkan suspensi tanah tersebut kedalam tabung sedimentasi sampai bersih
dengan menggunakan botol semprot.
d. Menambahkan aquades menjadi volume 1130 mL (jika yang digunakan 50 g tanah)
atau menjadi volume 1205 mL (jika yang digunakan 100 g tanah).
e. Menutup mulut tabung dan gojok dengan cara membalik-balikkan tabung (sebanyak
15 kali). Catat waktunya saat pengojokkan dihentikan.
f. Memasukkan secara hati-hati hidrometer dan baca hidrometer setelah 40 detik
penggojokkan dihentikan serta catat suhu suspensi. Lakukan 2 kali ulangan dan hasil
rata-ratanya untuk menentukan (Lempung + Debu) gram.
g. Mengulangi langkah 5 dan 6 tetapi pembacaan hidrometer dilakukan setelah 120
menit dan catat suhu suspensi. Lakukan 2 kali ulangan dan hasil rata-ratanya untuk
menentukan (Lempung) gram.
h. Mencuci dan bersihkan semua alat yang digunakan.
E. Konsistensi Tanah
1. Metode : Atterberg
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Casagrande,
2) Cawan penguap Ø 12 cm
3) Colet
4) Botol pemancar air
5) Botol
b. Bahan
Contoh tanah kering udara 0,5 mm
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan casagrande dengan buah sekrup pengatur dan dengan bagian ekor colet
yang tinggi jatuh cawan = 1 cm
b. Mengambil tanah 100 gram dalam cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah
dicampur dengan air yang dirtambahkan sedikit demi sedikit dengan botol pemancar
air sehingga diperoleh suatu pasta yang homogeny.
c. Meletakkan sebagian pasta tanah diatas cawan alat casagrande dan permukaan
diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan colet
pasta tanah dipegang sepanjang sumbu diametric cawan. Waktu membelah pasta,
colet dipegang sedemikian rupa sehiungga pada setiap kedudukannya selalu tegak
lurus
d. Memutar alat casagrande pada pemutarannya sehingga cawan terketuk-ketuk
sebanyak dua kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur
sepanjang 1 cm dihitung. Kemudian diulangi langkah ke-3. Cawan diketuk-ketukkan
lagi dan bnayak ketukan untuk menutup alurnya kembali dihitung seperti tadi.
Pekerjaan ini diulangi sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tetap.
H. N-total Tanah
1. Metode : Kjeldahl
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Alat detruksi,
2) Alat destilasi,
3) Gelas arloji Ө8 cm,
4) Labu kjeldahl 250 ml,
5) Buret 50 ml,
6) Erlenmeyer 150 ml,
7) Gelas ukur 100 ml
b. Bahan
1) Contoh tanah kering udara 0,5 mm
2) H2SO4 pekat, H2SO4 0,1 N
3) campuran katalisator ( serbuk K2SO4 dan CuSO4 dengan perbandingan berat
20:1)
4) indikator-methyl red
3. Cara Kerja
a. Destruksi ( Melepaskan ikatan yang mengandung N)
1) Menimbang contoh tanah kering udara sekitar 1 g dengan alas gelas arloji bersih.
Masukan ke dalam labu kjeldahl dan tambahkan 6 ml H2SO4 pekat. Tambahkan
campuran katalisator serbuk K2SO4 dalam CuSO4 sebanyak1-2 sendok kecil.
2) Menggojog sampai merata dan panaskan dengan hati-hati sampai asapnya hilang
dan warna larutan berubah menjadi putih kehijauan/tak bewarna (pemanasan
dilakukan di dalam lemari asam), kemudian dinginkan.
b. Destilasi
1) Setelah larutan dingin, menambahkan air 25-50 ml air, kemudian tuang ke dalam
labu destilasi. Masukan dengan cara dituangkan berulang-ulang dab dibantu
dengan air (usahakan agar butir tanah tidak ikut masuk).
2) Mengambil erlenmeyer 150 ml dan isi dengan 10 ml H2SO4 0,1 N. Beri dua tetes
indikator methyl red hingga warana menjadi merah.
3) Menempatkan erlenmeyer tersebut kebawah alat pendingin destilasi hingga ujung
pendingin alat tersebut tercelup dibwah permukaan asam.\
4) Menambahkan secara hati-hati 20 ml NaOH pekat ( dengan gelas ukur ) melalui
dinding labu destilasi. Langkah ini harus dijalankan sesaat sebelum destilasi
dimulai.
5) Mulailah destilasi dan jaga agar larutan didalam erlenmeyer tetap bewarna
merah. Jika warna larutan berubah/hilang segera tambahkan H2SO4 0,1 N
dengan jumlah yang diketahui. Destilasi berlangsung sekitar 30 menit (dilihat
mulai larutan itu mendidih)
6) Setelah destilasi selesai, erlenmeyer diambil (api baru boleh dipadamkan jika
erlenmeyer sudah diambil).
7) Membilas dengan air suling ujung atas bawah alat pendingin (air juga dimasukan
kedalam erlenmeyer)