Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Shampo Lidah Buaya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

”SEDIAAN SHAMPO (ALOE VERA)”

Dosen Pengampu :

Anita Nilawati, M.Farm.,Apt

Kelompok 2I

Nama Anggota :

1. Aulia Amrie Anshory 22164982A


2. Vitta Vaulina Teresia 22164984A
3. Katya Hayyu Listya Dayani 22164985A
4. Sarah Ultra Marina Sangkide 22164986A
5. Ayu Larasaty 22164988A
6. Awang Diana Rizky 22164992A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
I. Judul : SEDIAAN SHAMPO
II. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami prinsip dasar formulasi sediaan shampo dengan bahan aktif dari alam.
2. Melakukan pengujian dan mengevaluasi sifat fisik sediaan shampo.
III. Dasar Teori
Tanaman lidah buaya tergolong keluarga Liliaceae, mempunyai potensi yang cukup besar
sebagai bahan baku obat alami. Peluang tanaman obat saat ini semakin besar, sehingga
kecenderungan masyarakat untuk beralih ke bahan-bahan alami. Bahan alami berpeluang
untuk menjadi komoditas perdagangan yang besar. Tumbuhan lidah buaya yang berasal dari
Afrika ini mempunyai lebih dari 300 jenis. Spesies-spesies dari genus Aloe yang komersil
antara lain Aloe barbadansis, Aloe perryl dan Aloe ferox. Spesies Aloebarbadansis atau
sering disebut Aloe vera memiliki potensi tertinggi sebagai bahan baku farmasi
(Suryowidodo, 1988).
Daging dari tanaman lidah buaya mengandung saponin dan flavonoid, di samping itu juga
mengandung tanin dan polifenol (Hutapea, 1993). Saponin ini mempunyai kemampuan
sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin
dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik
dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik
(Harborne, 1987).
Remaserasi merupakan metode ekstraksi yang terjadi pengulangan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Pelarut kedua ditambah sebanyak
penambahan pelarut pertama. (Depkes, 2000).
Aloe vera (lidah buaya) adalah salah satu jenis tanaman yang mempunyai kandungan
nutrisi yang lengkap diantaranya vitamin A, B 1 , B 2 , B 3 , B 21 ,C dan E selain itu aloe vera
juga mengandung 17 asam amino salah satunya adalah lisin yang mampu menembus kulit
dengan baik dan menyuburkan rambut. Asam amino yang terkandung dapat membantu
perkembangan sel-sel baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut yang
menyebabkan rambut tumbuh dengan baik (Gayatri, 2011).

Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk topikal yang
dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan efek
lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam
bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada
rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai (Visvanattan, 2007).
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan tujuan
untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan
membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua sampo berupa cairan atau
digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering berupa serbuk yang tidak
menggunakan air.
Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkan dengan air dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut
dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat
meluruhkan kotoran.
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opaficier, hydrotopes, viskositas modifikasi dan
pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana
kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap bahan harus memiliki fungsi dan peran yang spesifik
(Motram, 2000).

IV. Alat dan Bahan


Alat : Bahan
 Timbangan analitik  Aquadest
 Gelas ukur  Ekstrak lidah buaya
 Batang pengaduk  Karbopol
 Botol kaca  Nipagin
 Beaker glass  Nipasol
 Cawan penguap  Propilen glikol
 pH meter  TEA
 pH strip test  Sodium Lauril Sulfat (SLS)
 Viskometer  Na2EDTA
V. Cara Kerja
1. Pembuatan Shampoo Ekstrak Lidah Buaya

Menyiapkan alat dan bahan yang akan yang digunakan

Memasukkan 40 ml Aquadest dan 0,7 g Karbopol kedalam


beaker glass

Aduk ad terdispersi homogen kemudian tambahkan TEA


(larutan 1 )

Memasukkan 0,18 g Nipagin, 0,02 Nipasol, 2 g Ekstrak lidah


buaya dan 15 g Propilen Glikol kedalam beaker glass (larutan 2)

Aduk ad larut

Campurkan larutan 1 dan 2 dalam beaker glass lalu tambahkan


0,1 g NAEDTA , 9 g SLS

Menambah Aquadest sisa dan aduk ad larut dan homogen

Masukkan shampoo kedalam botol dan dilakukan pengujian

2. Evaluasi Sediaan Shampo


Meliputi :
a. Pengamatan organoleptis (Penampilan sediaan shampo seperti bau, warna dan
kejernihan
b. Homogenitas (Dengan dikocok kemudian dilihat apakah sediaan shampo
erdispersi secara merata atau tidak)
c. Pengukuran pH (Menggunakan pH meter dan pH stik)
d. Pengukuran Viskositas (Menggunakan viscometer)
VI. Hasil
No Pengujian Hasil
1 Organoleptis Bau Khas
Warna Coklat
Kejernihan Jernih

2 Viskositas Viskometer 0,5 dPa’s

3 pH pH meter 7,89

pH stik 7
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan shampoo dari ekstrak lidah buaya. Pada
pembuatan shampoo menggunakan ekstrak lidah buaya, karbopol, SLS, TEA, propilen glikol,
nipagin, nipasol, NA2EDTA dan aquadest. Ekstrak lidah buaya digunakan sebagai zat aktif
karena lidah buaya mengandung asam amino yang dapat membantu perkembangan sel-sel
baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut yang menyebabkan rambut tumbuh
dengan baik dan mengangkat sel-sel yang telah mati. Karbopol digunakan sebagai pengental
yang memiliki fungsi agar shampoo yang cair dapat dituang dengan baik, SLS digunakan
sebagai surfaktan atau sebagai pembusa, TEA untuk pengemulsi, propilen glikol digunakan
sebagai humektan, Nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet, NA2EDTA digunkan
untuk mencegah tidak tengik, Aquadest digunakan sebagai pelarut berfungsi untuk
penyesuain volume akhir sediaan.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian organoleptis, pH dan viskositas. Pada
pengujian organoleptis meliputi bau, warna dan kejernihan. Berdasarkan pengujian
didapatkan hasil sediaan shampoo berbau khas seperti menthol, berwarna coklat, dan tampak
jernih karena tidak terdapat endapan. Pada pengujian pH menggunakan dua alat yakni pH
strip test dan pH meter. Diperoleh hasil 7 dengan pH strip test dan 7,89 dengan pH meter.
Pengujian pH dilakukan untuk mengukur derajat keasaman sediaan. Syarat pH untuk sediaan
shampoo adalah 5,0 sampai 6,0, apabila pH sampai lebih dari 6 maka akan menyebabkan
iritasi pada kulit kepala. Pada pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan alat
viscometer dengan rotor nomor 3 diperoleh hasil 0,5 dPa’s. Pengujian viskositas bertujuan
untuk mengetahui kekentalan pada sediaan shampoo saat digunakan dirambut.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan shampoo yang dihasilkan berwarna coklat, jernih tanpa ada endapan dan
berbau khas
2. Sediaan shampoo tidak memenuhi syarat pH yaitu berkisar antara 5,0 sampai 6,0.
Sediaan yang dihasilkan memiliki pH 7 dengan pH strip test dan 7,89 dengan pH
meter
3. Sediaan shampoo memiliki viskositas 0,5 dPa’s
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2000. Materia Medika Indonesia. Jilid VIII Jakarta: Depkes RI

Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus Media

Harbone, J.B, 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Diterjemahkan oleh Kosasih, Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Departemen Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Mottram, F.J. L. 2000. Hair Shampoos. Kluwer Academic Publishers: Printed In Great
Britain

Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe Vera) Sebagai Bahan Baku Industry. Warta
IHP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP).
Bogor.

Visvanathan, C. 2007. Shampoo Production, asian institute of technology School of


environment, resources and development. Thailand: Environmental engineering and
managementprogram

Anda mungkin juga menyukai