Acara 2 Putri
Acara 2 Putri
Acara 2 Putri
Gambar I. 1.2.1 Klasifikasi butiran pebel (kerakal — berangkal) berdasarkan perbandingan antar sumbu
(Zingg, 1935, diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)
Tabel I. 1.2.1 Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)
No. Kelas b/a c/b Kelas
I > 2/3 <2/3 Oblate (discoidal)
II >2/3 >2/3 Equant (Equiaxial/spherical)
III <2/3 <2/3 Bladed (Triaxial)
IV <2/3 >2/3 Prolate (Rod-shaped)
1.2.2 Sphericity
Sphericity (ψ) didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran bagaimana suatu butiran mendekati
bentuk bola. Dengan demikian, semakin butiran berbentuk menyerupai bola maka mempunyai nilai
sphericity yang semakin tinggi. Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya (true
sphericity) sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan sebuah bola yang keduanya
mempunyai volume sama.
Dengan menggunakan asumsi bahwa butiran secara tiga dimensi dapat diukur panjang sumbu-
sumbunya, maka diameter butiran dijabarkan dalam bentuk DL, DI, dan DS, dimana L, I, S
menunjukkan sumbu panjang, menengah, dan pendek. Setelah memasukkan nilai pada perhitungan
Wadell, maka sphericity dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ψi = 3√ 6π DL Di Ds / 6π DL3
Sneed & Folk (1958) menganggap bahwa intercept sphericity tidak dapat secara tepat
menggambarkan perilaku butiran ketika diendapkan.
Secara matematis Wp dirumuskan sebagai perbandingan antara area proyeksi maksimum bola
dengan proyeksi maksimum partikel yang mempunyai volume sama, atau secara ringkas dapat ditulis
dengan:
Ψp = 3√ Ds2 / DL Di
No dl di ds Dl x Di
1.6 Kesimpulan
Pada praktikum mengenai sphericity dan shape kali ini praktikan harus mengidentifikasi
morfologi butir dari sedimen yang berukuran kerakal. Pengertian bentuk butir (form atau shape)
merupakan keseluruhan kenampakan partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan
antara ukuran panjang sumbu panjang, menengah dan pendeknya. Sedangkan pengertian sphericity
adalah Sphericity (ψ) didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran bagaimana suatu butiran
mendekati bentuk bola. Praktikan menggunakan sampel langsung yang di sampling di lapangan
sebanyak 50 butir sedimen kerakal. Untuk mengklasifikasikan morfologi batuan sedimen, praktikan
perlu menghitung nilai diameter butir secara 3 dimensi dengan parameter dl (diameter panjang), di
(diameter menengah), dan ds (diameter tebal/tinggi). Pengklasifikasian data yang telah di olah
menggunakan 3 klasifikasi yaitu Klasifikasi Shape menurut Zingg, dan Klasifikasi Sphericity menurut
Folk 1968. Pada klasifikasi Shape menurut Zingg, di dapatkan hasil bahwa 34 dri 50 butir sedimen
berukuran kerakal memiliki bentuk Equant dengan perbandingan diameter b/a dan c/b adalah >2/3,
sisanya 11 butir sedimen berukuran kerakal memiliki bentuk Oblate dengan perbandingan diameter
b/a dan c/b adalah >2/3 dan <2/3 serta 5 butir sedimen berukuran kerakal memiliki bentuk Prolate
dengan perbandingan diameter b/a dan c/b adalah <2/3 dan >2/3. Sedangkan berdasarkan Klasifikasi
Sphericity menurut Folk 1968, di dapatkan hasil bahwa seluruh butir sedimen berukuran kerakal
memiliki bentuk very elongate dengan hasil perhitungan sphericity adalah <0,75.